Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

SEJARAH PERKEMBANGAN ILMU KALAM

Dibuat guna memenuhi tugas kelompok mata kuliah Ilmu Kalam


Dosen Pengampu: Dr. Nurkholis, M. S. I

Oleh:

Novita Devi Nur Anggraeni 2017104011


Agil Satrio Negoro 2017104040
Krisna Kurnia Duati 2017104081
Luaiy Nuha Syafiiqoh 2017403116
Hafas Ibrahim 2017403130
Hilya Kamila Musthafina 2017403141

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA ARAB

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)

PROFESOR KIAI HAJI SAIFUDDIN ZUHRI

PURWOKERTO

2021
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah. Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah


memberikan rahmat dan hidayah- Nya sehingga Kami dapat menyelesaikan
tugas makalah yang berjudul “Sejarah Perkembangan Ilmu Kalam” ini tepat
pada waktunya. Tak lupa shalawat serta salam dihaturkan kepada junjungan
kita Baginda Muhammad SAW beserta para Keluarga dan Sahabatnya,
semoga kita mendapat syafaat di Yaumul Qiyamah kelak.

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi


tugas kelompok yang diberikan oleh Dr. Nurkholis, M. S. I pada mata kuliah
Ilmu Kalam. Terlepas dari itu, makalah ini dibuat sebagai bahan referensi
pengetahuan maupun rujukan tambahan yang ditujukkan untuk pembaca dan
penulis tentunya.

Ucapan terima kasih kepada Dr. Nurkholis, M. S. I yang telah


memberikan penugasan ini, sehingga Kami dapat membuka wawasan baru
kami menjadi lebih berkembang dalam segi sejarah ilmu kalam, juga
memberikan kontribusi pertama Kami dalam membuat karya ilmiah pada
mata kuliah Ilmu Kalam. Kami juga mengucapkan banyak terima kasih
kepada semua pihak yang telah memberikan sebagian wawasannya, baik yang
diterima secara langsung maupun tidak langsung melalui karya ilmiah orang
lain yang dipergunakan sebagai rujukan sumber bacaan, agar tidak plagiat.

Kami begitu menyadari, makalah yang tulis ini masih jauh dari kata
sempurna, relevan, serta mengimplementasikan materi yang dimuat. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun akan sangat dinantikan demi
kesempurnaan makalah ini, kedepannya dan di masa mendatang dengan karya
ilmiah lainnya.

Purwokerto, 12 September 2021

Penulis

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................. 1

DAFTAR ISI ................................................................................................. 2

BAB I PENDAHULUAN ......................................................................... 3

A. Latar Belakang ........................................................................................ 3

B. Rumusan Masalah ................................................................................... 4

C. Tujuan Pembahasan ................................................................................. 4

BAB II PEMBAHASAN ........................................................................... 5

A. Pengertian Ilmu Kalam ........................................................................... 5

B. Sejarah Lahirnya Ilmu Kalam Dan Sejarah Pemikiran Islam ................. 5

C. Sejarah Perkembangan Ilmu Kalam ........................................................ 9

BAB III PENUTUP ................................................................................... 13

A. Kesimpulan............................................................................................ 13

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 14

2
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Ilmu kalam merupakan ilmu yang membahas mengenai akidah
dengan memakai pendekatan secara logika analitik. Ilmu kalam
mengarahkan penafisrannya kepada segi yang menjadi
kecondongan dalam agama Islam yakni mengenai landasan pokok
ke-Esaan Tuhan, nubuwah, hari akhir, akhirat, dan hal lain yang
berkaitan dengan hal tersebut. Oleh karenanya, dasar urgensi
mempelajari ilmu ini untuk seorang Muslim menempati posisi
terpenting selain Ilmu Al-Qur’an, hadits, tasawuf, dan lainnya
demi menjaga marwah tradisi keilmuan Islam yang
diperhitungkan.
Mulanya, ilmu kalam lahir setelah terbunuhnya Khalifah
Utsman Bin Affan, hal tersebut menjadi pintu gerbang menuju
pertumbuhan dan perkembangan ilmu kalam itu sendiri. Konsep
dosa besar ini diadakan oleh kaum khawarij yakni kaum yang
keluar dari golongan Ali Bin Abi Thalib karena tidak menyetujui
diadakan tahkim dan menganggap tahkim itu sebagai dosa besar.
Dalam perkembangan ilmu kalam terdapat dua kelompok
pemikir ilmu kalam yang dibedakan menjadi dua kelompok
pemikir dari sisi kerangka berpikirnya, yakni berpikir secara
tradisonal dan berpikir secara rasional. Pada kerangka berpikir
secara tradisional yakni sebuah kerangka berpikir yang
menempatkan wahyu di atas akal manusia. Mereka berpikir bahwa
Al-Qur’an adalah wahyu Allah yang diyakini kebenaran dan tugas
akal hanya membenarkannya saja tanpa berusaha memahami
sebuah wahyu melalui akal. Sedangkan kerangka berpikir rasional
justru menempatkan peranan akal yang sangat besar dalam
memahami wahyu tersebut.

3
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan ilmu kalam?
2. Bagaimana sejarah lahirnya ilmu kalam di awal sejarah
pemikiran Islam?
3. Bagaimana sejarah perkembangan ilmu kalam?

C. Tujuan Pembahasan
Adapun tujuan pembahasannya, antara lain:
1. Mengetahui pengertian dari ilmu kalam
2. Mengetahui sejarah lahirnya ilmu kalam di awal sejarah
pemikiran Islam.
3. Mengetahu sejarah perkembangan ilmu kalam.

4
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Ilmu Kalam


Secara bahasa, kalam berarti pembicaraan. Maksudnya adalah
pembicaraan yang bernalar dan melibatkan logika. Sedangkan
pengertian ilmu kalam adalah ilmu yang membahas kepercayaan
keagamaan (agama Islam) dalam bukti-bukti yang logis. Ilmu
kalam membahas masalah ketuhanan dengan menggunakan dasar-
dasar naqliyah dan argumentasi rasional (aqliyah). Argumentasi
naqliyah berasal dari dalil-dalil Alquran dan hadist. Sedangkan
argumentasi aqliyah berasal dari pemahaman metode berfikir
filosofis.
Sementara secara definitif, ilmu kalam merupakan ilmu yang
mempelajari masalah ketuhanan atau akidah. Padanan kata
populernya adalah teologi Islam. Harun Nasution dalam buku
Muhammad Abduh dan Teologi Rasional Mu’tazilah (1987)
menuliskan bahwa Ilmu Kalam adalah “ilmu yang membahas
wujud Allah, sifat-sifat-Nya, kenabian, alam, dan hubungan
Tuhan dengan makhluk-makhluknya".
Dalam aspeknya, ilmu kalam terbagi atas lima aspek, yaitu
tauhid rububiyah, tauhid uluhiyah, tauhid sifat, tauhid qauli, dan
tauhid amali. Sedangkan hal-hal yang bertentangan dengan ilmu
kalam di antaranya kekafiran, kemusyrikan, kemurtadan, dan
kemunafikan.

B. Sejarah Lahirnya Ilmu Kalam Dan Sejarah Pemikiran Islam


Pada awal-awal sejarah pemikiran Islam, ilmu kalam, tidak
seperti ilmu fikih, kurang mendapat perhatian bahkan tidak
disetujui dikalangan kaum muslimin. Sikap umat tersebut tidak
lepas dari pengaruh pola pembinaan dan keimanan di masa-masa
awal Islam itu sendiri, yaitu masa Rasulullah dan para sahabatnya.
Pada masa Rasulullah SAW, penamaan, pembinaan, dan cara
penerimaan keimanan cukup melalui hati,al-tashdiq bi al-qalb.

5
Para sahabat tidak pernah mempertanyakan lebih jauh masalah-
masalah keimanan. Mereka telah puas mengimani melalui
pembenaran hati terhadap apa yang di sampaikan oleh
Rasulullah, tanpa mempersoalkan dan mempertimbangkannya
melalui analisis semata. Di masa Rasulullah, tidak seorang sahabat
pun mempertanyakannya, misalnya, bagaimana cara Allah SWT
ber-istiwa di „arasy, seperti yang di kemukakan di dalam QS.
Thaha(20): 5.
Selain itu munculnya problematika dalam pespektif ilmu kalam
dipicu oleh persoalan politik yang menyangkut persoalan
terbunuhnya Khalifah Utsman bin Affan yang berujung pada
penolakanya keluarga umayah atas kekhalifahan Ali bin Abi
Thalib. Pemerintahan Ali bin Abi Thalib dapat dikatakan sebagai
pemerintahan yang tidak stabil, karena adanya pemberontakan
dari faktor internal yaitu dari kaum muslim sendiri.
Pemberontakan pertama dilakukan oleh Talhah dan Zubair1 yang
kemudian dibantu oleh Siti Aisyah dan kemudian terjadilah
peperangan yang dinamakan Perang Unta, karna pada waktu itu
Siti Aisyah menggunakan unta dalam peperangan melawan Ali.
Pemberontakan kedua dilakukan oleh Muawiyah yang tidak
setuju atas kekhalifahan Sayyidina Ali, yang menempatkan dirinta
setingkat dengan khalifah walaupun dia hanya sebagai gubernur
di Suriah. Ketegangan antara Muawiyah dan Ali mengkristal
menjadi Perang Siffin dan berujung pada keputusan tahkim. Atas
keputusan tersebut kelompok Ali terbagi menjadi dua golongan,
golongan pertama menyutujui atas keputusanya (proses tahkim)
dan golongan yang lain tidak menyutujuinya (proses tahkim)
bahkan golongan ini keluar dari barisan perang. Nah dari sinilah
dimulai munculnya aliran-aliran ilmu kalam.
Orang orang yang tidak setuju atas berlangsungnya proses
tahkim dan keluar dari pasukan Ali, orang ini nantinya disebut

1
Ahmad Zaini, Mengurai Sejarah Timbulnya Aliran Ilmu Kalam, (Kudus:2015), hlm. 172.
6
dengan aliran Khawarij. Dan ada pula sebagian besar yang tetap
mendukung Ali, mereka inilah yang kemudian memumculkan
kelompok Syiah. Persoalan kalam pertama kali muncul adalah
masalah siapa yang kafir dan bukan kafir2. Orang-orang khawarij
menganggap bahwa orang orang yang terlibat dalam proses
tahkim telah kafir, dari permasalahan itu munculah aliran baru
yairu Murjiah dan Mutazilah. Dalam perkembangan selanjutnya,
timbulah aliran teologi yang terkenal dengan nama Qodariyah dan
Jabariyah.Dari dilatasi di atas ada beberapa peristiwa yang
melatarbelakangi lahirnya ilmu kalam, antara lain:
a) Perang Unta (Jamal)
Setelah terbunuhnya Khalifah Utsman bin Affan pada
malam Jumat, 18 Dzulhijjah 35 H, pada waktu itu umat Islam
dilanda kepanikan, seiring dengan tidak kondusifnya umat
maka timbulah gagasan untuk membaiat khalifah baru.
Delegasi yang mewakili penduduk Mesir mendesak Ali agar
mau menerima bait mereka, namun Ali menolaknya demi
keamanan dan kondisinya yang belum tepat. Delegasi yang
mewakili penduduk Kuffah mereka mencari Zubair untuk
dibaiat, namun mereka tidak menemukanya. Sedangkan
delegasi yang mewakili penduduk Bashrah meminta thalhah
untuk dibaiat, tetapi ia tidak bersedia.
Setelah gagal, mereka menemui Saad bin Abi Waqash,
tetapi diapun menolaknya. Kemudian mereka menemui
Abdullah bin Umar, dan Abdullah pun menolaknya, sampai
pada akhirnya mereka kembali lagi kepada Ali dan memaksa
beliau untuk mau menerimanya. Pada mulanya Ali masih
menolak pembaiatan tersebut, karena menurut pandanganya,
apabila ia menerima kekhalifahan masyarakat tidak akan patuh
kecuali dengan kekerasan, dan cara berpikir masyarakat yang
sudah rusak. Setelah didesak terus menerus akhirnya Ali

2
Harun Nasution, Teologi Islam;Aliran aliran, Sejarah, Analisa Perbandingan, (Jakarta:1986), hlm.
7
13.

7
keluar dan menerima pembaiatan tersebut, peritiwa ini terjadi
pada 19 Dzulhijjah 35 H3. menuntaskan kasus pembunuhan
khalifah Utsman bin Affan.
b) Perang Siffin
Setelah Perang Jamal berakhir, Ali dibaiat oleh mayoritas
kaum Anshor dan Muhajirin, Ali memindahkan kursi
kekhalifahanya dari Madinah ke Kuffah. Di Kuffah Ali
mengirim surat ke gubernur yang menerima pemikiranya,
untuk mengambil alih fungsi administraif provinsi-provinsi
yang memberontak. Akan tetapi ada salah satu gubernur yang
memberontak dan tidak mau membaiat Ali, ia adalah gubernur
Syam, Muawiyah bin Abi Sufyan.
Ketika Ali mengutus Jarir bin Abdullah untuk
menyerahkan surat kepada Muawiyah untuk membaiat ali.
Setelah bermusyawarah, Muawiyah tidak serta merta
menerimanya tetapi mereka menolak untuk membaiat Ali
sehingga para pembunuh Utsman dituntaskan atau Ali
menyerahkan para pembunuh itu.
c) Peristiwa Takhim
Pada situasi yang sudah terpojok muncul politikus ulung
yang sukar dicari tandingannya waktu itu, Amr bin Ash,
diplomat yang cukup terkenal di Semenanjung Arab. Ia pandai
mencari jalan keluar dalam situasi sulit. Ia menyarankan
kepada Muawiyah agar anggota-anggota pasukannya yang
digaris paling depan mengikatkan mushaf Qur’an ke ujung
tombak sebagai tanda bahwa perang harus dihentikan dan
diadakan perundingan dengan keputusan berdasarkan hukum
Qur’an, cara inilah yang nantinya disebut dengan peristiwa
tahkim.
Dan memang taktik inilah yang kemudian dilaksanakan
oleh pihak Muawiyah. Ali menyadari bahwa itu adalah sebuah

3 Ita Ristiana, Dakwa Khalifah Ali Dalam Konteks Politik, (2008), hlm, 166.
8
siasat.Perundingan demikian hanya merupakan permainan
politik. Tetapi sebagian pemuka pasukannya yang dikenal
orang baik-baik tidak sependapat. Mereka siap berhenti
bertempur. Mereka sudah jemu berperang, yang sudah
berlangsung selama tiga bulan dan memaksanya menerima
gencatan senjata dengan jalan tahkim. Perbedaan Ali, antara
yang ingin terus bertempur dan yang setuju dengan gencatan
senjata4.
Peristiwa-peristiwa tersebutlah yang menjadi andil dalam
pemikiran para kaum muslimin mengenai keberadaan ilmu
kalam, yang perlahan mulai digiati dalam pengkajiannya
secara terus-menerus dan silih berganti oleh siapapun
pemimpinnya.

C. Sejarah Perkembangan Ilmu Kalam


Pada perkembangannya, ilmu kalam terbagai atas dua periode
perkembangan pemikiran, yakni fase klasik dan fase modern.
a) Pemikiran Kalam Klasik
Ilmu kalam klasik adalah teologi Islam yang pokok
pembahasannya lebih cenderung kepada pembahasan tentang
ketuhanan. Pembahasan pokok teologis yang terdapat dalam
ilmu kalam klasik telah jauh menyimpang dari misinya yang
paling awal dan mendasar, yaitu liberasi dan emansipasi umat
manusia. Padahal semangat awal dan misi paling mendasar
dari gagasan teologi Islam (tauhid) sebagaimana tercermin di
masa Nabi SAW sangatlah liberatif, progresif, emansipatif,
dan revolutif.5 Ilmu kalam menjadi suatu rangkaian kesatuan
sejarah, dan telah ada di masa lampau, masa sekarang dan akan
tetap ada di masa yang akan datang.

4 Ahmad Zaini, Mengurai Sejarah Timbulnya Alira Ilmu Kalam Dalam Islam, (Kudus:2015),
hlm, 176. 5 Drs. Adeng Muchtar Ghazali,Perkembangan Ilmu Kalam dari Klasik hingga
Modern (CV.Pustaka Setia, 2005), hlm. 33
9
Beberapa aliran yang akan diuraikan adalah Khawarij,
Jabariyah, Qadariyah, Mu’tazilah, Ahlussunnah Waljama’ah,
6
Syiah. Banyak pendapat-pendapat yang timbul pada saat
pemikiran kalam klasik dan pendapat inilah sebagai pijak
dasar pikiran-pikiran teologi klasik, seperti khawarij, murjiah,
jabariyah, qadariyah, dan aliran ini berkembang dengan
berbagai bentuknya tetapi masih memperdebatkan prinsip-
prinsip dasar dalam Islam seperti Asy’ariyah, Mu’tazilah,
Maturidiyyah Samarkand dan Maturidiyah Bazdawi, aliran-
aliran pemikiran klasik memiliki kecenderungan ada yang
lebih cenderung berpikir kepada sandaran wahyu dan ada yang
lebih cenderung menyandarkan pemikirannya tersebut
menyandarkan kepada akal. Hal ini kemudian berkembang
dari waktu ke waktu dan senantiasa mengalami pergeseran.
b) Pemikiran Kalam Modern
Secara teologis Islam merupakan sistem nilai yang bersifat
ilahiyah, tetapi dari sudut sosiologis, ia merupakan fenomena
peradaban, kultural dan realitas sosial dalam kehidupan
manusia.ia tidak dapat menghindarkan diri dari kenyataan
sosial lain, yaitu perubahan apalagi, di lihat dari
pandanganajaran Islam sendiri, perubahan adalah
sunnatullahyang merupakan salah satu sifat asasi manusia dan
alam raya secara keseluruhan.
Pandangan umat Islam terhadap modernitas barat dapat
dipologikan menjadi 3 kelompok, yaitu modrnis (ashraniyyun
hadatsiyun), tradisionalis atau salafi (salafiyyun) dan kaum
elektis (tadzabdzub). Yang pertama menganjurkan adopsi
modernitas berat sebagai model yang tepat bagi masa kini.
Artinya sebagai model secara historis memaksakan dirinya
sebagai paradigma peradaban modern untuk masa kini dan
masa depan.

6 FaizalAmin, Ilmu Kalam Sebuah Tawaran Pergeseran Paradigma Pengkajian Teologi Islam
(Pontianak: STAIN Pontianak Press, 2012), hlm. 47-48.
10
Sikap kaum salafi sebaliknya berupaya mengembalikan
kejayaan Islam masa lalu sebelum terjadinya penyimpangan
dan kemunduran. Sedangkan yang terakhir (kaum elektif)
berupaya menghadapi unsur-unsur yang terbaik, baik yang
terdapat dalam model barat modern maupun dalam Islam masa
lalu , serta menyatukan diantara keduanya dalam bentuk yang
dianggap memenuhi kedua model tersebut.
Dalam Islam, bermula dari kesadaran umat Islam untuk
bangkit dari ketepurukan pasca keruntuhan Bani Abbasiyah.
Periode modern ini terjadi sejak tahun 1800-an hingga
sekarang. Pada periode ini, muncul banak tokoh yang
menyerukan ide-ide sekaligus gerakan pembaharuan yang
bermuatan visi peradaban Islam. Mereka inimerupakan para
pendakwah rasional.Berbicara tentang corak pemikiran kalam
modern, tentu saja akan sangat bervariasi, sesuai dengan
situasi dan kondisi masyarakanya.
Pada masyarakat yang maju, barangkali pemikiran
kalamnya cenderung ke arah rasional, yang mengharuskan
segala sesuatu dapat bersifat logis dan empiris. Pada
masyarakat berkembang, kemungkinan besar berada pada
garis tengahnya. Sementara pada masyarakat tertinggal,
pemikiran kalam akan cenderung mengarah pada konsep
jabariyah yang pasrah pada segala sesuatu yang saat itu ada di
hadapannya.7
Selain itu, pada era Dinasti Bani Abbas, dunia Islam mulai
memperlihatkan kecenderungan perkembangan pemikiran
yang baru. Pada penghujung abad pertama atau awal abad
kedua Hijriah, mulai muncul diskusi sistematis dan silang
pendapat pada persoalan kalam, seperti masalah iman dan
kufur, pelaku dosa besar, dan masalah qadha qadr. Dan diskusi
ini masih diikuti oleh para sahabat generasi akhir. Diskusi ini

7
Faizal Amin, Ilmu Kalam Sebuah Tawaran Pergeseran Paradigma Pengkajian
Teologi Islam (Pontianak: STAIN Pontianak Press, 2012), hlm. 89-90.
11
pula yang kemudian melahirkan ilmu kalam yang terpusat
pada pembahasan aspekakidah dengan metode sendiri, metode
nasional.
Namun, pada saat ini ilmu kalam masih belum dapat
diterima olehumat Islam secara keseluruhan. Kebanyakan
mereka masih mencurigai bahkan memandang ilmu ini
sebagai bid’ah. Namun, dalam perkembangan selanjutnya,
ilmu kalam mengalami perkembangan dan kemajuan
yanglebih pesat dan mulai mendapat sambutan yang lebih baik
dari mayoritas umat dengan lahirnya sistem kalam madzhab
ahl al-sunnah wa al-jama’ah, yang dipelopori oleh tokoh
Ismail Abu Hasan al-Asy’ari danAbu Mansur al-Maturidi.
Keduanya, terutama al-Asy’ari sangat berjasa dalam
memperkukuh posisi ilmu kalam di mata umat.
Dengan lahirnya madzhab ahl al-sunnah wa al-jama’ah,
ilmu kalam seakan sudah menjadi barang halal dan diterima
oleh seluruh umat Islam. Seperti ilmu keIslaman lainnya, ilmu
kalam juga memiliki dasarnya sendiri dari Al-Qur’an, baik
menyangkut aspek metode ataupun materi. Secara
metodologis, berpikir rasional bukan lah hal terlarang, bahkan
Al-Qur’an menganjurkan umat Islam untuk menggunakan
daya berfikir atau nalarnya dan mencela orang-orang yang
tidak mau menggunakan akalnya untuk berfikir. Cukup
banyak ayat dalam Al-Qur’an yang mengemukakan dalam
bentuk pertanyaan dan mengisyaratkan umat tentang
pentingnya aktivitas berfikir dan bernalar.8

8
Suryan A Jamran, Studi Ilmu Kalam, (Jakarta: Kencana, 2015)
12
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Munculnya permasalahan kalam dipicu oleh persoalan politik
yang menyangkut peristiwa pembunuhan Utsman bin Affan yang
berbutut pada penolakan Muawiyah bin Abi Sufyan atas
kekhalifahan Ali bin Abi Thalib. Ketegangan anatar Muawiyah dan
Ali mengkristal menjadi perang Siffin yang berakhir pada
pemutusan tahkim. Sikap Ali yang menerima tipu muslihat Amr
bin Ash walaupun dalam keadaan terpaksa dan tidak diseutujui
oleh sebagian tentaranya mereka memandang bahwa persoalan
yang terjadi tidak boleh diputuskan dengan tahkim. Mereka
memandang Ali telah berbuat kesalahan sehingga mereka
meninggalkan barisan Ali yang dikenal dengan nama Khawarij.
Persoalan kalam pertama kali muncul adalah masalah siapa
yang kafir dan bukan kafir. Orang orang Khawarij menganggap
bahwa orang orang yang terlibat tahkim telah kafir, berawal dari
permasalahan itu munculah aliran baru yaitu Murjiah dan
Mutazilah. Diluar pasukan ada yang membelot dari Ali, adapula
sebagian besar yang tetap mendukung Ali. mereka inilah yang
kemudian memunculkan kelompok Syiah.

Dalam perkembangan selanjutnya, timbul aliran teologi yang


terkenal dengan nama Qadariyah dan Jabariyah. Menurut
Qoadariyah manusia mempunyai kemerdekaan dalam kehendak
dan perbuatanya. Adapun Jabariyah berpendapat bahwa manusia
tidak mempunyai kemerdekaan dalam kehendak dan perbuatan.

13
DAFTAR PUSTAKA

Zaini, Ahmad. 2015. Mengurai Sejarah Timbulnya Aliran Ilmu Kalam.


Kudus.

Nasution, Harun. 1986. Teologi Islam; Aliran aliran, Sejarah, Analisa


Perbandingan. Jakarta: Pustaka

Ristiana, Ita. 2008. Dakwa Khalifah Ali Dalam Konteks Politik

Muchtar Ghazali, Drs. Adeng. Perkembangan Ilmu Kalam dari Klasik


hingga Modern. Bandung: CV. Pustaka Setia

Amin, Faizal. 2012. Ilmu Kalam Sebuah Tawaran Pergeseran Paradigma


Pengkajian Teologi Islam. Pontianak: STAIN Pontianak Press

Jamran, Suryan A. 2015. Studi Ilmu Kalam.Jakarta: Kencana, 2015

Brata, Yat Rospia. “Perang Shiffin”. Diakses pada tanggal 12 September


2021.
(Jurnal Dakwah, 2008). Diakses pada tanggal 12 September 2021.

14

Anda mungkin juga menyukai