Disusun Oleh:
SULISTIA WAHYUNINGSIH
22.1.11.001
Bismilahirrohmanir rahiem
Puji syukur alhamdulillah kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha
Esa, karena telah melimpahkan rahmat-Nya berupa kesempatan dan pengetahuan
sehingga makalah ini bisa selesai pada waktunya. Terima kasih juga kami
ucapkan kepada teman-teman yang telah berkontribusi dengan memberikan ide-
idenya sehingga makalah ini bisa disusun dengan baik dan rapi.
Sangatta, Maret-13-2023
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR.............................................................................ii
DAFTAR ISI ..........................................................................................iii
BAB I : PENDAHUUAN
A. Latar Belakang................................................................1
B. Rumusan Masalah...........................................................1
BAB II : PEMBAHASAN
A. Pengertian Ilmu Kalam....................................................2
B. Sumber Kajian Ilmu Kalam.............................................4
C. Sejarah Perkembangan Ilmu Kalam................................4
D. Sejarah Kemunculan Aliran-aliran Teologi Dalam Islam.7
BAB III: PENUTUP
A. Kesimpulan......................................................................9
Daftar Pustaka………………………………………………………….10
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sejarah ilmu kalam yang lahir karena terbunuhnya khalifah Utsman bin
Affan menjadi pintu awal keberangkatan dan perkembangan ilmu kalam.
Pemikiran yang lahir akibat perbedaan sebuah penafsiran mengenai ketuhanan
dan permasalahan tentang dosa besar. Konsep dosa besar ini diadakan oleh
kaum khawarij yaitu kaum yang keluar dari golongan Ali Bin Abi Thalib
karena tidak menyetujui diadakan tahkim dan menganggap tahkim itu sebagai
dosa besar. Pemikiran-pemikiran kalam telah ada sejak permulaan
perkembangan ilmu kalam.
Pemikir-pemikir kalam itu di bedakan menjadi dua kelompok dari sisi
kerangka berfikir mereka, yakni kerangka berfikir tradisional dan kerangka
berfikir rasional. Kerangka tradisional yakni sebuah kerangka berfikir yang
menempatkan wahyu di atas akal manusia. Mereka berfikir bahwa Al-qur’an
adalah wahyu Allah yang diyakini kebenaran dan tugas akal hanya
membenarkannya saja tanpa berusaha memahami sebuah wahyu melalui akal.
Sedangkan kerangka berfikir rasional justru menempatkan peranan akal yang
sangat besar dalam memahami wahyu.
B. Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian Ilmu Kalam?
2. Bagaimana Sumber Kajian Ilmu Kalam?
3. Bagaimana Sejarah Perkembangan Ilmu Kalam?
4. Bagaimana Sejarah Kemunculan Aliran – Aliran Teologi Dalam Islam ?
1
BAB II
PEMBAHASAN
1
Ratu Suntiah and Maslani, ‘Dasar-Dasar Ilmu Kalam’, 2018, 1–205.
2
Sebagaimana sudah dikemukakan di atas, kalam adalah katakata. Kalau
yang dimaksud Kalam adalah firman Tuhan, maka penamaan Ilmu Kalam
dikarenakan Kalam Allah pernah menimbulkan pertentangan-pertentangan
keras di kalangan Islam pada Abad ke-9 dan ke-10 Masehi, sehingga timbul
penganiayaan dan pembunuhan-pembunuhan terhadap sesama muslim di
waktu itu. Di dalam sejarah Islam dikenal dengan sebutan Mihnah. Di dalam
surat An-Nisa ayat 164 dinyatakan bahwa Allah berkata-kata kepada Nabi
Musa secara langsung. Timbul persoalan
apakah suara yang didengar oleh Nabi Musa juga Qadim, berarti
pendengaran Nabi Musa juga Qadim. Kalau demikian bertentangan dengan
kenyataan bahwa Nabi Musa itu makhluk (hadits/baru) dengan segala sifatnya
yang baru pula. Suara yang didengar oleh Nabi Musa mengandung huruf.
Apakah tidak bertentangan dengan keyakinan bahwa Kalamullah itu tanpa
huruf dan suara. Demikian pula tentang Al-Qur’an yang diturunkan kepada
Nabi Muhammad saw2Apakah Al-Qur’an itu Qadim? Bukankah cetakan dan
tulisan Al-Qur’an itu buatan manusia? Sedangkan manusia dan tulisannya itu
tidak bersifat Qadim? Dari sinilah timbul persoalan apakah Al-Quran itu
Qadim atau hadis? Dan dari sini pulalah timbul sebutan Ilmu Kalam.
2
Djarijah, ‘Scanned by CamScanner ’ﯼﺭﺍﺰﻤﮐ, A Psicanalise Dos Contos de Fadas.
Tradução Arlene Caetano, 1980, 466.
3
B. Sumber Kajian Ilmu Kalam
Akal manusia dalam mengenal Allah hanya mampu sampapada batas
mengetahui bahwa Allah Zat Tuhan Yang MahKuasa itu ada. Untuk
mendalami lebih lanjut, manusimemerlukan wahyu. Sebab itulah, Tuhan
mengutus para Nabdan Rasul untuk menjelaskan apa dan bagaiman Allah
itmelalui sifat-sifat-Nya dan hal-hal yang berhubungan dengabukti kebenaran,
keesaan, dan kekuasaan-Nya.
Para teolog/ mutakallimun mempunyai ciri khusus dalammembahas
teologi, yaitu menggunakan akal. Dalam membahapersolan-persolan Tuhan
dan hal-hal yang berhubungadengan-Nya bersumber kepada wahyu (al-Quran
dan aSunnah). Dengan tujuan agar akal manusia dapat menangkaajaran-ajaran
dan petunjuk-petunjuk yang terdapat dalamwahyu tersebut. Karena kalau akal
tidak mendapat bimbingadari kedua sumber tersebut, sangat mungkin akal
akamemasauki perjalanan sesat dan menyesatkan, terutamdalam memahami
keesaan dan keberadaan Tuhan Yang Mah Esa3
Menurut akal, keberadaan sesuatu dapat diamati, ditelitdan dicapai oleh
akal. Akal merupakan pemberian tertinggi dari Allah setelah iman (hidayah).
Oleh karena itu, keyakinadan akal bertemu dan menguatkan pemahaman
seseorantentang sesuatu.
Ilmu kalam sebagai disiplin ilmu yang berdiri sendiri disebutkan untuk
pertama kali pada masa khalifah Abbasiyah, al-Ma’mun (w. 208 H), setelah
ulama-ulama Mu’tazilah mempelajari kitab-kitab filsafat yang diterjemahkan
3
Suryan A Jamrah, Studi Ilmu Kalam (Kencana, 2015).
4
ke dalam bahasa Arab dipadukan dengan metode ilmu kalam. Sebelummasa
al-Ma’mun, ilmu yang membicarakan masalah kepercayaan disebut al-Fiqh
sebagai imbangan Fiqh fi al-‘Ilmi, yaitu tentang hukum Islam. Imam Abu
Hanifah (Imam Hanafi) menamakan bukunya al-Fiqh al-Akbar tentang
kepercayaan agama.
Sejarah berdirinya ilmu kalam apabila dilihat dari faktor penyebab dari
dalam Islam dan kaum Muslimin sendiri, antara lain:
5
kepercayaan-kepercayaan itu, dan dari kumpulan alasan-alasan
itulah berdiri ilmu kalam.
2. Ketika kaum Muslimin selesai membuka negeri-negeri baru untuk
masuk Islam, mereka mulai tentram dan tenang fikirannya, di
samping melimpah-ruahnya rizki. Di sinilah mulai mengemukakan
persoalan agama dan berusaha mempertemukan nas-nas agama
yang kelihatannya saling bertentangan.
3. Persoalan politik, contohnya ialah soal Khilafat (pimpinanm
pemerintahan). Ketika Rasulullah meninggal dunia, beliau tidak
mengangkat seorang pengganti, tidak pula menentukan cara
pemilihan penggantinya. Karena itu, antara sahabat Muhajirin dan
Anshar terdapat perselisihan, masing-masing menghendaki supaya
pengganti Rasul dari pihaknya. Inilah sebenarnya yang merupakan
cikal bakal baik oleh faktor yang datang dari dalam Islam dan
kaum Muslimin sendiri maupun faktor yang datang dari luar
mereka, karena adanya kebudayaan-kebudayaan lain dan agama-
agama yang bukan Islam.
6
mereka terpaksa mempelajari logika darfilsafat, terutama segi
Ketuhanan
4
Fathur Rohman AR, ‘Tinjauan Sejarah Dan Metodologi Munculnya Ilmu Kalam’,
Pena Islam Jurnal Pendidikan Agama Islam, 5.2 (2022), 27–47.
7
dimanfaatkan dalam memimpin administrasi di daerah-daerah yang ada di
luar semenanjung Arabiah. Namun sayangnya, pada masa tersebut justru
cenderung terjadi nepotisme sehingga terjadilah ketidakstabilan di
kalangan umat Islam. Bahkan banyak sekali penentang yang tidak setuju
pada kepemimpinan Utsman, hingga akhirnya Beliau tewas terbunuh oleh
pemberontak dari Kufah, Basrah, dan Mesir.
Setelah Utsman wafat, maka Ali Abi Thalib terpilih sebagai calon
khalifah selanjutnya. Namun, Beliau langsung mendapatkan tantangan dari
pemuka-pemuka lainnya yang juga ingin menjadi khalifah, sebut saja ada
Thalhah, Zubair, dan Aisyah. Peristiwa tersebut dikenal dengan Perang
Jamal. Kemudian, ada juga tantangan yang datang dari Muawiyah bin Abi
Sufyan yang kala itu ingin menjadi khalifah dan menuntut Ali supaya
menghukum para pembunuh-pembunuh dari Utsman. Atas adanya
peristiwa-peristiwa itu muncullah Teologi mengenai asal muasal sejarah
keberadaan Ilmu Kalam.
Pada masa Nabi Muhammad SAW, keberadaan Ilmu Kalam ini
memang sudah ada tetapi belum dikenal dengan istilah demikian. Baru
dikenal pada masa berikutnya, tepatnya setelah ilmu-ilmu keIslaman
lainnya muncul satu persatu5Terutama ketika orang-orang telah banyak
membicarakan mengenai kepercayaan alam gaib (metafisika). Dari adanya
peristiwa-peristiwa politis dan historis yang terjadi di masa lalu itulah,
menumbuhkan faktor penyebab munculnya Ilmu Kalam.
5
Muhammad Hasbi, ‘Ilmu Kalam Memotret Berbagai Aliran Teologi Dalam Islam’
(Trustmedia Publishing, 2015).
8
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Ilmu kalam adalah Ilmu yang membahas tentang masalah ketuhanan serta
berbagai masalah yang berkaitan dengannya berdasarkan dalil-dalil yang
meyakinkan. Ilmu Kalam juga dinamakan ilmu aqaid atau ilmu ushuludin,
karena persoalan kepercayaan yang menjadi pokok ajaran agama itulah yang
menjadi pokok pembicaraannya. Pokok permasalahan Ilmu Kalam terletak
pada tiga persoalan, yaitu Esensi Tuhan itu sendiri dengan segenap sifat-sifat-
Nya, Qismul Nububiyah, hubungan yang memperhatikan antara Kholik
dengan makhluk, Persoalan yang berkenaan dengan kehidupan sesudah mati
nantinya yang disebut dengan Qismul Al-Sam’iyat.
Secara garis besar, penelitian ilmu kalam dapat dibagi dalam dua bagian.
Pertama, penelitian yang bersifat dasar dan pemula, dan kedua, penelitian
yang bersifat lanjutan atau pengembangan dari penelitian model pertama.
Penelitian model pertama ini sifatnya baru pada tahap membangun ilmu
kalam menjadi suatu disiplin ilmu dengan merujuk pada Al-Qur’an dan hadits
serta berbagai pendapat tentang kalam yang dikemukakan oleh berbagai
aliran teologi. Sedangkan penelitian model kedua sifatnya hanya
mendeskripsikan tentang adanya kajian ilmu kalam dengan menggunakan
bahan rujukan yang dihasilkan oleh penelitian model pertama.
9
DAFTAR PUSTAKA
AR, Fathur Rohman, ‘Tinjauan Sejarah Dan Metodologi Munculnya Ilmu Kalam’,
Pena Islam Jurnal Pendidikan Agama Islam, 5.2 (2022), 27–47
Djarijah, ‘Scanned by CamScanner ’ﯼﺭﺍﺰﻤﮐ, A Psicanalise Dos Contos de Fadas.
Tradução Arlene Caetano, 1980, 466
Hasbi, Muhammad, ‘Ilmu Kalam Memotret Berbagai Aliran Teologi Dalam
Islam’ (Trustmedia Publishing, 2015)
Jamrah, Suryan A, Studi Ilmu Kalam (Kencana, 2015)
Suntiah, Ratu, and Maslani, ‘Dasar-Dasar Ilmu Kalam’, 2018, 1–205
10