Makalah Ini Guna Untuk Menyelesaikan Tugas Mata Kuliah Ilmu Kalam
Dosen Pengampu:
H. Irhamuddin, S.Ag, MA
Disusun oleh :
AHMAD BAMA ARDIANSYAH
NADILA LUBIS
ANGIE TRIVANA
Segala puji bagi Allah yang masih memberikan kesehatan dan kesempatan-Nya terutama
kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan makalah ini. Berikut ini penulis
mempersembahkan sebuah makalah “Dasar-dasar SejarahKemunculan Pemikiran Ilmu
Kalam”.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak H. Irhamuddin, MA selaku dosen Mata
Kuliah Ilmu Kalam. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada semua pihak yang telah
membantu diselesaikannya makalah ini.
Penulis mengharapkan makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca semua, terutama
bagi penulis sendiri. Kepada pembaca, jika terdapat kekurangan atau kekeliruan dalam makalah
ini, penulis mohon maaf, karena penulis sendiri masih dalam tahap belajar. Oleh sebab itu, saran
dan kritik yang membangun diharapkan demi kesempurnaan makalah ini.
Penulis,
i
DAFTAR ISI
Halaman
Cover
KATA PENGANTAR........................................................................................ i
DAFTAR ISI....................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN................................................................................... 1
A. Latar Belakang ....................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah................................................................................... 2
C. Tujuan..................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN.................................................................................... 3
A. Pengertian Ilmu Kalam........................................................................... 3
B. Sejarah Ilmu Kalam................................................................................. 5
C. Pertumbuhan dan Perkembangan Ilmu Kalam........................................ 6
BAB III PENUTUP............................................................................................ 10
A. Kesimpulan.............................................................................................. 10
B. Saran........................................................................................................ 10
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................... 11
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ilmu Kalam merupakan pengetahuan mengenai bagaimana mengenal
aqidah dengan memakai pendekatan logika. Ilmu ini mengarahkan
pembahasannya kepada bagian-bagian yang menjadi landasan pokok agama
islam yaitu kemahaesaan tuhan, nubuwah, akhirat dan hal yang
berhubungan dengan hal itu. Oleh karena itu, ilmu ini menduduki posisi
sangat penting dan terhormat dalam tradisi pengetahuan islam.
Sejarah Ilmu kalam yang lahir karena terbunuhnya khalifah Utsman
bin Affan menjadi pintu awal keberangkatan dan pengembangan ilmu kalam.
Pemikiran yang lahir akibat perbedaan sebuah penafsiran mengenai ketuhanan
dan permasalahan tentang dosa besar. Konsep odsa besar ini diadakan oleh
kaum Khawarij yaitu kaum yang keluar dari golongan Ali Bin Abi Thalib
karena tidak menyetujui diadakan tahkim dan menganggap tahkim itu sebagai
dosa besar. Pemikiran-pemikiran kalam telah ada sejak permulaan
perkembangan ilmu kalam.
Penemu kalam itu di bedakan menjadi dua kelompok dari sisi kerangka
berfikir mereka, yakni kerangka berfikir tradisional dan kerangka berfikir
rasional. Kerangka tradisional yakni sebuah kerangka berfikir yang
menempatkan wahyu di atas akal manusia. Allah yang diyakini kebenaran dan
tugas akal hanya membenarkannya saja tanpa berusaha memahami sebuah
wahyu melalui akal. Sedangkan kerangka berfikir rasional justru
menempatkan peranan akal yang sengat besar dalam memahami wahyu.
1
1
2
1
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Pengertian Ilmu Kalam dalam Islam ?
2. Bagaimana Sejarah Ilmu Kalam dalam Islam ?
3. Bagaimana Pertumbuhan dan Perkembangan Ilmu Kalam dalam Islam ?
C. Tujuan
1. Mengetahui Pengertian Ilmu Kalam dalam Islam
2. Mengetahui Sejarah Ilmu Kalam dalam Islam
3. Mengetahui Pertumbuhan dan Perkembangan Ilmu Kalam dalam Islam
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Ilmu Kalam
Istilah Ilmu Kalam terdiir dari dua kata ilmu dan kalam. Kata ilmu kalam
dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia , mengandung arti pengetahuan tentang
suatu bidang yang disusun secara bersistem menurut metode tertentu. Adapun
kata kalam, adalah Bahasa Arab yang berarti Kata-kata. Ilmu kalam ssecara
harfiah berarti Ilmu tentang kata-kata. Walaupun dikatakan ilmu tentang kata-
kata, namun Ilmu ini tidak ada sangkut pautnyh sama sekali dengan Ilmu
Bahasa. Ilmu Kalam menggunakan kata-kata dalam Menyusun argument-argumen
yang digunakannya. Oleh karena itu, kalam sebagai kata, bisa mengandung
arti perkataan manusia (Kalam al-nas) atau perkataan Allah (Kalam Allah).
Bila yang dimaksud dalam kalam itu adalah sabda tuhan (Kalam Allah),
maka soal kalam, sabda Tuhan, atau Al-Qur’an pernah menjadi pembahasan yang
sangat serius dalam ilmu kalam sehingga menimbulkan pertentangan-
pertentangan keras dikalangan aliran-aliran yang ada. Persoalannya adalah
apakah Kalam Allah itu baru atau Qadim. Atau dengan kata lain kalam ini
diciptakan atau tidak diciptakan.
Tetapi kalau yang dimaksud dalam ilmu kalam menggunakan mantiq
(logika) yang disampaikan dengan susunan kata yang penuh argumentasi
rasionl. Hal itu ditunjukkan dalam rangka memperkuat dalil-dalil aqli atau dalil
yang bersumber dari Al-Qur’an dan Hadis Nabi. Maka untuk membedakan
disiplin ilmu ini_yang tentu saja letika itu bekum ada Namanya yang baku-dari
ilmu saja Ketika itu belum ada Namanya yang baku_sari ilmu mntik.
Setidaknya ada tiga istilah yang popular tentang Ilmu Kalam, yitu Ilmu
Kalam, Ilmu Tuhid, dan Teologi. Ketiga istilah ini disinyalir muncul karena
perbedaan perspektif dalam melihat persoalan Ilmu Kalam. Dari ketiga istilah
ini kemudian muncul bebrapa definisi atau pengertian tentang Ilmu Kalam.
Ilmu Kalam dalam Bahasa Arab “Kalam’ biasa diartikan dengan
“Kata-kata”, yakni sabda Tuhan atau kata-kata manusia. Disini Ilmu
Kalam dimaknai dengan ilmu pembicaraan, karena dengan
3
1
4
1
pembicaraanlah pengetahuan ini dapat dijelaskan, dan dengan
pembicaraan yang tapat kepercayaan yang benar dapat ditanamkan.
Disebut “Ilmu Kalam” karena yang dibahas adalah Kalam Tuhan dan
Kalam manusia. Jika yang dimaksud dengan Kalam adalah “firman
Tuhan”, maka Kalam Tuhan pernah menimbiulkan perdebatan sengit
dikalangan umat Islam pada abad kedua dan ketiga hijriah. Salah satu
perdebatan itu adalah tentang apakah Kalam Allah baru atau Qadim.
Karena firman Tuhan pernah diperdebatkan, maka dinamakan ilmu
kalam. Jika yang dimaksud Kalam adalah kata-kata manusia, maka kaum
teologi dalam islam selalu menggunakan dalil logika untuk untuk
mempertahankan pendapat dan pendirian masing-masing. Kaum
teologi dalam Islammemang dinamakan Mutakalim, karena mereka ahli
debat yang pintar memainkan kata-
kata.
Ilmu kalam dinamakan ilmu kalam, diantara alasannya, karena:
1. Persoalan penting yang menjadi pembicaraan pada abad-abad
permulaan Hijriah ialah Firman Tuhan (Kalam Allah) dan non
azalinya Quran (Khalq al-Quran).
2. Dasar ilmu kalam ialah dalil-dalil pikiran dan pengaruh dalil ini
nampak jelas dalam pembicaraan para mutakalimin. Mereka
jarang kembali keparda dalil naqli (Quran dan Hadis), kecuali
sesudah menetapkan benarnya pokok persoalan lebih dahulu.
3. Karena cara pembuktian kepercayaan-kepercayan agama
menyerupai logika dalam filsafat, maka pembuktian dalam
agama ini dinamakan ilmu kalam untuk membedakannya
dengan logika dalam filsafat.
5
1
B. Sejarah Ilmu Kalam
Pada awal-awal sejarah pemikiran Islam, ilmu kalam tidak seperti ilmu
fiqh. Ilmu kalam kurang mendapat perhatian bahkan tidak disetujui di kalangan
Muslim. Hal itu disebabkan karena adanya pengaruh pola pembinaan
keimanan di masa-masa awal islam itu sendiri, yaitu pada masa Rasulullah dan
para sahabat-sahabatnya.
Di masa Rasulullah SAW, penanaman, pembinaan, dan cara penerimaan
keimanan masih melalui hati, al-tas-hdiq bi al-qalb. Dulu, para sahabat tidak
pernah mempertanyakan lebih jauh dan detail masalah keimanan tanpa
mempersoalkan ataupun mempertimbangkan secara analisis akal. Contohnya
cukup mengimani sepenuh hati akan keberadaan Allah Yang Maha Esa
tanpa harus mempertanyaka bagaimana konsep keesaan tersebut. Mereka puas
mengimani melalui pembenaran hati Rasulullah saja.
Rasulullah tidak pernah membicarakan tentang keimanan secara lebih
terperinci, beliau hanya menganjurkan para umatnya untuk beriman tanpa
banyak bertanya menyebabkan para sahabat dan tabi’in tidak berkenan untuk
memperbincangkan secara detail berdasarkan argumen. Misalnya bagaimana
Imam Malik (salah satu tokoh tabi’in) menyampaikan fatwanya kepada para
murid seraya berkata : “Hati-hatilah kalian terhadap para pelaku bid’ah.
Ditanya siapakah gerangan mereka itu? Beliau menjawab. “mereka adalah
yang memperbincangkan perihal nama, sifat, kalam, ilmu dan kekuasaan Allah;
mereka membicarakan apa yang sengaja tidak dibicarakan oleh para sahabat dan
tabi’in”. Hal ini karena pada masa awal-awal Islam belum merasakan arti penting
dan perlunya mengetahui lebih jauh tentang ilmu kalam. Tidak adanya
kepedulian membicarakan mengenai masalah ilmu kalam secara teoritis
rasional padahal sangat mungkin bukan karena itu dilarang melainkan belum
diperlukan.
Pada masa ini, yang diperlukan adalah terwujudnya umat yang satu dan
bersatu dibawah kualitas pemahaman dan intensitas akidah yang satu pula.
Karena perbincangan rasional terhadap persoalan keagamaan otomatis
menimbulkan perbedaan, yang pada akhirnya dapat menyebabkan perpecahan.
6
1
Namun hal ini sangat wajar dan pada perkembangan berikutnya, umat islam
segera pindah dari tahap penerimaan akidah melalui hati menjadi tahap
penerimaan akidah melalui pemikiran dan analisis rasional.
Pada sejarahnya, kemunculan Ilmu Kalam dipicu oleh adanya
persoalan politik yang menyangkut tentang peristiwa pembunuhan ‘Ustman bin
Affan’ yang berbuntut pada penolakan Mu’awiyyah atas kekhalifahan Ali bin Abi
Thalib. Dalam kaitan ini Ibn Taymiyyah mengatakan bahwa sebgaian pasukan Ali
bin Abi Thalib, begitupun orang-orang yang menentang Ali dan bersikap
netral dalam peperangan bukanlah pembunuh Utsman. Para pembunuh Utsman
hanyalah kelompok kecil dari pasukan Ali namun mereka kcewa karena Ali
menerima usulan untuk tidak perang shiffin. Kemudian mereka keluardan
membentuk kelompok bari yang dikenal dengan nama kaum Khawarij.
Ketegangan tersebut menjadikan adanya perang shiffin.
Persoalan ini tidak dapat diselesaikan melalui tahkim. Putusan hanya
datang dari Allah dengan kembali kepada hukum-hukum Al-Qur’an. Pandangan
terhadap Ali yaitu salah karena meninggalkan barisannya. Dengan kejadian
ini, T. M. Hasbi Ash-Shiddieqy menyebutkan alasam disebutnya ilmu tauhid
dengan nama ilmu kalam. Ulama-ulama mutaakhirin membicarakan didalam
ilmu kalam mengenai hal-hal yang tidak dibicarakan oleh ulama salaf, seperti
penakwilan ayat-ayat mutasyabihat, pembahasan mengenai qada, kalam, dan lain
sebagainya.
A. Kesimpulan
Ilmu Kalam dimaknai dengan ilmu pembicaraan, karena dengan
pembicaraanlah pengetahuan ini dapat dijelaskan, dan dengan pembicaraan yang
tapat kepercayaan yang benar dapat ditanamkan. Disebut “Ilmu Kalam” karena
yang dibahas adalah Kalam Tuhan dan Kalam manusia. Jika yang dimaksud
dengan Kalam adalah “firman Tuhan”, maka Kalam Tuhan pernah
menimbiulkan perdebatan sengit dikalangan umat Islam pada abad kedua dan
ketiga hijriah. Salah satu perdebatan itu adalah tentang apakah Kalam Allah baru
atau Qadim. Karena firman Tuhan pernah diperdebatkan, maka dinamakan ilmu
kalam.
Masalah akidah atau Ketuhanan pada masa Rasulullah masih dalam
tahap yang sederhana dan juga murni. Persoalan akidah tidak keluar dari
ketentuan pokok yang telah digariskan dalam Al-Qur’an dan Hadits. Di masa
ini tidak ada pertentangan atau pun dipermasalahkan tentang pendapat diantara
kaum Muslim mengenai akidah seperti tentang sifat Tuhan, kedudukan sifat
tersebut apakah sifat zat atau fi’il, dan sebagainya. Mereka hanyalah meyakini
bahwa Allah itu azali.
B. Saran
Penulis menyadari bahwa makalah yang disusun ini masih terdapat banyak
kekurangan, oleh karena itu keritik, saran, dan masukan yang sifatnya
membangun sangatlah kami harapkan untuk baiknya makalah ini ke depannya.
10
DAFTAR PUSTAKA
Amin, Ahmad. Fajr al-Islam, terj. Zaini Dahlan. Jakarta : Bulan Bintang, 1968.
Burhanuddin, Nunu. Ilmu Kalam dari Tauhid Menuju Keadilan.
Djazimah, Nurul. Pendekatan Sosio-Historis : Alternatif dalam Memahami
Perkembangan Ilmu
Kalam dalam Jurnal Ilmu Ushuluddin. Vol. 11, No. 1. Januari 2012.
Hanafi, A. Theologi Islam. Jakarta : Bulan Bintang, t. th.
Jamrah, Suryan A. Studi Ilmu Kalam. Jakarta : PT Kharisma Putra Utama. 2015.
M, Afrizal. Pemikkiran Kalam Imam Al-Syafi’I. Pekanbaru: Suara Umat. 2013.
Nasution, Harun. Islam Ditinjau dari Beberapa Apek. Jakarta : Bulan Bintang,
1974.
Nurul Djazimah, Pendekatan Sosio-Historis : Alternatif dalam Memahami
Perkembangan Ilmu
Kalam dalam Jurnal Ilmu Ushuluddin, Vol. 11, No. 1, Januari 2012.
Syafii. Dari Ilmu Tauhid/Ilmu Kalam ke Teologi : Analisis Epistemologis dalam
Jurnal
Teologia. Volume 23. Nomor 1. Januari 2012.
11