Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

Makalah ini di susun untuk memenuhi tugas mata kuliah


Ilmu Kalam
Dosen pembimbing Bpk. Ahmad Arif, SE.I

Disusun oleh kelompok 2 :


Dito Indra Satrio
Firyalin Alifah
Muhamad Rafqi Kamal
Rizki Hadi Maulana

FAKULTAS TARBIYAH PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


SEKOLAH TINGGI ISLAM AL-KARIMIYAH
SAWANGAN KOTA DEPOK

i
KATA PENGANTAR

  Assalamualaikum Warahmatullah Wabarakatuh...


 Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telahmemberikan rahmat dan
hidayahnya sehingga penulis dapat menyelesaikantugas makalah ini dengan judul

Aliran Qadariyah

 serta tak lupa pula penulishaturkan shalawat serta salam kepada junjungan Nabi kita
Muhammad SAWyang telah membawa kita dari zaman kebodohan menuju zaman yang
sekarangini yakni zaman yang penuh dengan ilmu pengetahuan dan teknologi.Makalah ini di
persiapkan dan di susun untuk memenuhi tugas perkuliahanserta menambah wawasan dan
ilmu pengetahuan, di dalam makalah ini penulismenyadari bahwa penulisanya masih sangat
sederhana dan jauh darikesempurnaan. Namun, besar harapan penulis semoga makalah yang
disusunini bisa bermanfaat. Makalah ini dapat terselesaikan atas
usahakeras penulis dan bantuan rekan-rekan dalam diskusi untuk mengisikekuranganya.Dala
m pembuatan makalah ini penulis sangat menyadari bahwa baikdalam penyampaian maupun
penulisan masih banyak kekurangannya untuk itusaran dan kritik dari berbagai pihak sangat
penulis harapkan untuk penunjangdalam pembuatan makalah penulis berikutnya.
Wassalamualaikum Warahmatullah Wabarakatuh...
Daftar isi
Kata pengantar.................................................................................................................................... i

Daftar isi...............................................................................................................................................ii

Bab 1...................................................................................................................................................1

A. Pendahuluan .........................................................................................................................1

B. Rumusan masalah ................................................................................................................1

C. Tujuan masalah .....................................................................................................................1

Bab 2...................................................................................................................................................2

A. pembahasan ..........................................................................................................................2

B. Sumber -sumber Ilmu kalam..................................................................................................4

C. Sejarah Ilmu Kalam................................................................................................................7

Penutup...............................................................................................................................................8

A. Kesimpulan.............................................................................................................................8

B. Daftar Pustaka........................................................................................................................8

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A.     Latar Belakang
Istilah ilmu kalam berasal dari kata al-kalam, yang mula-mula berarti
susunan kata yang mengandung suatu maksud. Kemudian kata tersebut
menunjukan salah satu sifat Tuhan, yaitu sifat berbicara atau mutakaliman.
Sedangkan kata ”ilmu kalam” sendiri mulai terpakai dimasa khalifah al-Ma’mun
pada Zaman Dinasti Abbasiah. Pada masa itu dipelajari buku-buku terjemahan
filsafat Yunani oleh kaum Mu’tazilah, kemudian meraka dipertemukanlah sistem
filsafat dengan kajian agama tentang Tuhan, hasil kajian tersebut menjadi ilmu
yang berdiri sendiri dengan nama ilmu kalam. Dalam agama terdapat dua ajaran
yang erat kaitannya dengan produktivitas, pertama agama mengajarkan bahwa
sesudah hidup pertama di dunia yang bersifat material ini, ada hidup kedua nanti
di akhirat yang bersifat spiritual. Bagaimana pengaruh ajaran ini terhadap
produktivitas dari penganut agama bersangkutan sangat tergantung dari kedua
corak pemikiran tersebut.

B.     Rumusan Masalah
1.       Apa pengertian dari ilmu kalam ?
2.       Apa sumber-sumber ilmu kalam ?
3.       Apa saja ruang lingkup ilmu kalam ?
4.       Apa fungsi ilmu kalam ?

C.     Tujuan Penulisan
1.       Untuk mengetahui pengertian dari ilmu kalam.
2.       Untuk mengetahui sumber-sumber ilmu kalam.
3.       Untuk mengetahui ruang lingkup ilmu kalam.
4.       Untuk mengetahui fungsi ilmu kalam.

          
BAB II
PEMBAHASAN
A.     Pengertian Ilmu Kalam
Istilah ilmu kalam terdiri dai dua kata ilmu dan kalam. Kata ilmu kalam
dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, mengandung arti pengetahuan tentang
suatu bidang yang disusun secara bersistem menurut metode tertentu. Adapun
kata kalam adalah bahasa Arab yang berarti kata-kata. Ilmu kalam secara Harfiah
berarti Ilmu kata-kata. Walupun dikatakan Ilmu tentang kata-kata, namun ilmu ini
tidak ada sangkut pautnya sama sekali dengan ilmu bahasa. Ilmu kalam
mengggunakan kata-kata dalam menyusun argumen-arguman yang
digunakannya.
            Ilmu kalam juga disebut dengan Ilmu Tauhid. Kata tauhid mengandung arti
satu atau Esa. Jadi, Ilmu kalam membahas ajaran-ajaran dalam agama Islam.
Ajaran-ajaran dasar itu menyangkut wujud Allah, kerasulan Muhammmad, dan Al-
Qur’an.
Adapun Ibnu Khaldun mendefinisikan Ilmu Kalam adalah disiplin ilmu yang
mengandung berbagai argumentasi tentang akidah imani yang diperkuat dalil-dalil
rasional.
Sedangkan Musthafa Abdul Raziq berpendapat bahwa ilmu ini ( ilmu kalam)
bersandar kepada argumentasi-argumentsi rasional yang berkaitan dengan aqidah
imaniah, atau sebuah kajian tentang aqidah Islamiyah yang bersandar kepada
nalar.
Menurut Ahmad Hanafi, di dalam nash-nash kuno tidak terdapat
perkataan al-Kalam yang menunjukkan suatu ilmu yang berdiri sendiri
sebagaimana yang diartikan sekarang. Arti semula dari istilah al-Kalam adalah
kata-kata yang tersusun yang menunjukkan suatu maksud Kemudian dipakai
untuk menunjukkan salah satu sifat Tuhan, yaitu sifat berbicara. Sebagai contoh,
kata-kata kalamullah banyak terdapat dalam al-Qur’an, diantaranya pada :

Surah al-Baqarah ayat 75,


‫ا‬66‫ ِد َم‬6‫هُ ِمن بَ ْع‬6َ‫ َمعُونَ َكالَ َم هّللا ِ ثُ َّم ي َُحرِّ فُون‬6‫ق ِّم ْنهُ ْم يَ ْس‬ ْ ‫َأفَت‬
ْ 6ُ‫َط َمعُونَ َأن يُْؤ ِمن‬
ٌ 6‫انَ فَ ِري‬66‫ ْد َك‬6َ‫وا لَ ُك ْم َوق‬6
-٧٥- َ‫َعقَلُوهُ َوهُ ْم يَ ْعلَ ُمون‬
Artinya:
“Maka apakah kamu (Muslimin) sangat mengharapkan mereka akan
percaya kepadamu, sedangkan segolongan dari mereka mendengar Firman Allah,
lalu mereka meng-ubahnya setelah memahaminya, padahal mereka
mengetahuinya?”

2
Adapun yang melatarbelakangi mengapa ilmu ini dinamakan Ilmu Kalam adalah:
1.       Permasalahan terpenting yang menjadi tema perbincangan pada masa
permulaan Islam adalah masalah firman Allah ( Kalam Allah ), yaitu al-Qur’an.
Apakah Kalamullah  tersebut qadim atau hadits ( baru )? Walaupun permasalahan
ini hanya merupakan salah satu bagian dari pembahasan ilmu ketuhanan dalam
Islam, namun karena ia menjadi bagian terpenting maka ilmu ini dinamai Ilmu
Kalam.
2.       Dalam membahas masalah-masalah ketuhanan, para mutakallim  ( ahli Ilmu
Kalam ) menggunakan dalil-dalil aqliyah  dan dampaknya tercermin pada keahlian
meraka dalam berargumentasi dengan mengolah kata-kata. Dengan demikian,
mutakallim diartikan juga dengan ahli debat yang pintar memakai kata-kata.
3.       Secara harfiah, kata kalam berarti “pembicaraan”. Tetapi secara istilah, kalam
tidaklah dimaksudkan “pembicaraan” dalam pengertian sehari-hari, melainkan
dalam pengertian pembicaraan yang bernalar dengan menggunakan logika. Maka
ciri utama Ilmu Kalasm ialah rasionalitas atau logika .
            Masalah yang disebutkan di atas pada hakikatnya merupakan dasar-dasar
dari ajaran Islam. Dasar-dasar dari ajaran agama disebut Ushul al-Dinatau juga
dinamakan dengan Ilm al-Aqaid. Oleh sebab itu Ilmu Kalam juga disebut dengan
Ilmu al-Ushul al-Din atau Ilmu al-Aqaid al-Diniyah. Dalam literatur Barat disiplin ini
disebut dengan Islamic Theology atau Theology of Islam.
Jadi lebih ringkasnya ilmu kalam bisa diberi nama-nama lain, yaitu:
1.       Ilmu Ushul Al-Din ( Ilmu tentang Dasar-Dasar Agama)
2.       Ilmu al-Aqaid al-Diniyah (Ilmu tentang Aqidah Keagamaaan atau Ajaran-ajaran
Pokok Agama.
3.       Ilmu al-Tauhid ( Ilmu yang membahas tentang keesaan Allah)
4.       Teologi Islam (Ilmu Ketuhanan Islam). Dalam literatur Barat teologi Islam disebut
dengan The Islamic Theology atau The Theology of Islam.
5.       Al-Fiqh al-Akbar (Fikih Besar atau Ajaran dasar)

3
B.      Sumber-Sumber Ilmu Kalam
Sumber-sumber ilmu kalam dapat diklasifikasikan menjadi dua, yaitu dalil
naqli ( al-Qur’an dan Hadits ) dan dalil aqli ( akal pemikiran manusia). Al-Qur’an
dan Hadits merupakan sumber utama yang menerangkan tentang wujud Allah,
sifat-sifat-Nya, perbuatan-perbuatan-Nya dan permasalahan aqidah Islamiyah
uang lainnya. Para mutakallim  tidak pernah lepas dari nash-nash al-Qur’an dan
Hadits ketika berbicara masalah ketuhanan. Masing-masing kelompok dalam ilmu
kalam mencoba memahami dan menafsirkan al-Qur’an dan Hadits lalu kemudian
menjadikannya sebagai penguat argumentasi mereka.
Berikut ini adalah sumber-sumber ilmu kalam:
1.       Al-Qur’an
Sebagai sumber ilmu kalam,  Al-Qur’an banyak menyinggung hal yang
berkaitan dengan masalah ketuhanan,di antarannya adalah :
a.       Q.S. Al-Ikhlas : 1-4. Ayat ini menunjukkan bahwa Allah Maha Esa.
b.       Q.S. Asy-Syara : 7. Ayat ini menunjukkan bahwa Tuhan tidak menyerupai apapun
di dunia ini. Ia Maha Mendengar dan Maha Mengetahui.
c.       Q.S. Al-Furqan : 59. Ayat ini menunjukkan bahwa Tuhan Yang Maha Penyayang
bertahta di atas “Arsy”. Ia pencipta langit,bumi, dan semua yang ada diantara
keduannya.
d.        Q.S.Al-Fath : 10. Ayat ini menunjukkan Tuhan mempunyai “tangan” yang selalu
berada diatas tangan orang-orang yang melakukan sesuatu selama mereka
berpegang teguh dengan janji Allah.
e.       Q.S. Thaha : 39. Ayat ini menunjukkan bahwa Tuhan mempunyai “mata” yang
selalu digunakan untuk memgawasi seluruh gerak, termasuk gerakan hati
makhluk-Nya.
Ayat-ayat diatas berkaitan dengan dzat, sifat, asma, perbuatan,tuntunan,
dan hal-hal lain yang berkaitan dengan eksistensi Tuhan. Hanya saja, penjelasan
rinciannya tidak ditemukan. Oleh sebab itu, para ahli berbeda pendapat dalam
menginterpretasikan rinciannya. Pembicaraan tentang hal-hal yang berkaitan
dengan ketuhanan disistematisasikan yang pada gilirannya menjadi sebuah ilmu
yang dikenal dengan istilah ilmu kalam.
2.       Hadist.
Masalah-masalah dalam ilmu kalam juga disinggung dalam banyak hadits,
Diantarannya yaitu hadits yang menjelaskan tentang iman, islam, dan ihsan
termasuk menyinggu ilmu kalam,salah satu di antaranya juga
Adapula beberapa Hadits yang kemudian dipahami sebagian umat sebagai
prediksi Nabi mengenai kemunculan berbagai golongan dalam ilmu
kalam,  diantaranya :

4
“Hadits yang diriwayatkan dari Abu Hurairah r.a. Ia mengatakan bahwa
Rasulullah bersabda, “ Orang-orang Yahudi akan terpecah belah menjadi tujuh
puluh dua golongan.”
“Hadits yang diriwayatkan dari Abdullah bin Umar. Ia mengatakan bahwa
Rasulullah bersabda, “ Akan menimpa umatku yang pernah menimpa Bani Israil,
Bani Israil telah terpecah belah menjadi 72 golongan dan umatku akan terpecah
belah menjadi 73 golongan. Semuanya akan masuk neraka, kecuali satu
golongan saja, “ Siapa mereka itu, wahai Rasulullah?” tanya para sahabat.
Rasulullah menjawab ‘mereka adalah yang mengikuti jejakku dan sahabat-
sahabatku’.

3.       Pemikiran Manusia.
Sebagai salah satu sumber ilmu kalam, pemikiran manusia berasal dari
pemikiran umat islam sendiri dan pemikiran yang berasal dari luar umat islam. Di
dalam al-Qur’an, banyak sekali terdapat ayat-ayat yang memerintahkan manusia
untuk berfikir dan menggunakan akalnya. Dalam hal ini biasanya Al-Qur’an
menggunakan redaksi tafakkur, tadabbur, tadzakkur, tafaqqah, nazhar, fahima,
aqala, ulul al-albab, ulul al-ilm, ulu al-abshar,  dan ulu an-nuha.   Diantara ayat-ayat
tersebut yaitu :
Artinya : “ Maka hendaklah manusia memperhatikan dari apakah dia
diciptakan. Dia diciptakan dari air yang memancar. Yang keluar dari antara tulang
sulbi laki-laki dan tulang dada perempuan.”  ( Q.S. At-Thariq Ayat 5-7 )
Ayat-ayat yang lain dapat ditemukan pada Surah Muhammad : 24, An-
Nahl : 68-69, Al-Isra’ : 44, Al-An’am : 97-98, At-Taubah : 122, Shad : 29, Az-
Zummar : 9, Adz-Dzariyat : 47-49, Al-Ghatsiyah : 7-20, dan lain-lain.
Oleh karena itu, jika umat islam sangat termotivasi untuk memaksimalkan
penggunaan rasionya, hal itu bukan karena ada pengaruh dari pihak luar saja,
melainkan karena adanya perintah langsung dari ajaran agama mereka. Hal inilah
yang akhirnya menyebabkan sangat jelasnya penggunaan rasio dan logika dalam
pembahasan ilmu kalam.
Adapun sumber kalam berupa pemikiran dari luar Islam, Ahmad Amin
menyebutkan setidaknya ada tiga faktor penting.
Pertama,  kebanyakan orang-orang yang memeluk Islam setelah
kemenangannya, pada awalnya mereka memeluk berbagai agama yaitu Yahudi,
Nasrani, Manu, Zoroaster, Brahmana, Sabiah, Atheisme, dan lain-lain.Mereka
dilahirkan dan dibesarkan dalam ajaran-ajaran agama ini. Bahkan diantara mereka
ada yang benar-benar memahami ajaran agama aslinya. Setelah fikiran mereka
tenang dan mereka benar-benar teguh memeluk agama Islam, mulailah mereka
memikirkan ajaran-ajaran agama mereka sebelumnya dan mengangkat persoalan-
persoalanya lalu memberinya corak baju keislaman.

5
Kedua, golongan Mu’tazilah memusatkan perhatianya untuk dakwah Islam
dengan membantah argumentasi-argumentasi orang-orang yang memusuhi Islam.
Untuk itu, mereka tidak akan bias menolak lawa-lawannya kecuali sesudah
mereka mempelajari pendapat-pendapat serta alas an-alasan lawan mereka.
Maka terjadilah perdebatan-perdebatan yang rasional antar agama saat itu.
Ketiga,  sebagaimana pada faktor kedua dimana para mutakallimun  sangat
membutuhkan filsafat Yununi untuk mengalahkan lawan-lawannya, maka mereka
terpaksa mempelajari dan mengambil manfaat dari ilmu logika, terutama dari sisi
ketuhanannya. Misalnya An-Nadham, seorang tokoh Mu’tazilah, ia mempelajari
filsafat Aristoteles dan menolak beberapa pendapatnya, demikian juga Abu al-
Hudzail al-‘Allaf
4.       Insting .
Secara Instingtif, manusia selalu ingin bertuhan. Oleh sebab itu,
kepercayaan adanya Tuhan telah berkembang sejak adanya manusia pertama.
Abbas Mahmoud Al-Akkad mengatakan bahwa keberadaan mitos merupakan
asal-usul agama dikalangan orang-orang primitif. Tylor justru mengatakan bahwa
animism-anggapan adanya kehidupan pada benda-benda mati- merupakan asal-
usul kepercayaan adanya Tuhan. Adapun Spencer mengatakan lain lagi. Ia
mengatakan bahwa pemujaan terhadap nenek moyang merupakan bentuk ibadah
yang paling tua. Keduanya menganggap bahwa animisme dan pemujaan terhadap
nenek moyang sebagai asal-usul kepercayaan dan ibadah tertua terhadap Tuhan
Yang Maha Esa, lebih dilatarbelakangi oleh adanya pengalaman setiap manusia
yang suka mengalami mimpi.
Di dalam mimpi, seorang dapat bertemaan terhadap, bercakap-cakap,
bercengkerama, dan sebagainya dengan orang lain, bahkan dengan orang yang
telah mati sekalipun. Ketika seorang yang mimpi itu bangun, dirinya tetap berada
di tempat semula. Kondisi ini telah membentuk intuisi bagi setiap orang yang telah
bermimpi untuk meyakini bahwa apa yang telah dilakukannya dalam mimpi adalah
perbuatan roh lain, yang pada masanya roh itu akan segera kembali. Dari
pemujaan terhadap roh berkembang ke pemujaan terhadap matahari, lalu lebih
berkembang lagi pada pemujaan terhadap benda-benda langit atau alam lainnya. 
Dari sini dapat disimpulkan bahwa kepercayaan adanya Tuhan, secara
instingtif, telah berkembang sejak keberadaan manusia pertama. Oleh sebab itu,
sangat wajar kalau William L. Reese mengatakan bahwa ilmu yang berhubungan
dengan ketuhanan, yang dikenal dengan istilah theologia, telah berkembang sejak
lama. Ia bahkan mengatakan bahwa teologi muncul dari sebuah mitos ( thelogia
was originally viewed as concerned with myth  ). Selanjutnya, teologi itu
berkembang menjadi “ theology natural “  ( teologi alam ) dan “revealed theology “ (
teologi wahyu ). 

6
C.     Sejarah Timbulnya Ilmu Kalam
1.       Menurut Harun Nasution, kemunculan persoalan kalam dipicu oleh persoalan
politik yang menyangkut peristiwa pembunuhan utsman bin affan yang berbuntut
pada penolakan muawiyah atas kekhalifahan Ali bin abi thalib. Ketegangan
tersebut mengkristal menjadi perang Siffin yang berakhir dengan keputusan
tahkim (arbitrase). Sikap Ali menerima tipu muslihat Amr bin Al ash, utusan dari
pihak Muawiyah dalam tahkim. Kelompok yang awalnya berada dengan Ali
menolak keputusan tahkim tersebut mereka menganggap Ali telah berbuat salah
atas keputusan tersebut sehingga mereka meninggalkan barisannya, kelompok ini
dikenal dengan nama khawarij, yaitu orang yang keluar dan memisahkan diri.
2.       Diluar pasukan yang membelot Ali, adapula yang sebagian besar tetap
mendukung Ali. Mereka inilah yang kemudian memunculkan kelompok syiah.
3.       Harun lebih jauh melihat bahwa persoalan kalam yang pertama muncul adalaah
persoalan siapa yang kafir dan siapa yang bukan kafir.
4.       Sementara itu menurut Dr. M. Yunan yusuf masalah ilmu kalam ini timbul berawal
dari masalah politik yaitu ketika usman bin affan wafat terbunuh dalam suatu
pemberontakan . sebagai gantinya Ali dicalonkan sebagai khalifah namun
pencalonan Ali ini banyak mendapat pertentangan dari para pemuka sahabat di
Mekah. Tantangan kedua datang dari Muawiyah, gubernur Damaskus salah
seorang keluarga dekat Usman bin Affan. Ia pun tidak mau pengangkatan Ali
sebagai khalifah. Muawiyah menuntut untuk menghukum para pembunuh Usman
bin Affan.
5.       Hingga sampai terjadinya peristiwa tahkim yang membuat Muawiyah naik tahta
secara illegal. Ketika Ali membiarkan hal itu terjadi sebagian tentara Ali tidak
menyetujui hal tersebut.mereka memandang Ali telah berbuat salah dan berdosa
dengan menerima keputusan (arbitrase) itu.
6.       Akhirnya mereka menganggap Ali dan Muawiyah telah kafir. Dan hal itu
berkembang bukan lagi menjadi masalah politik namun telah menjadi masalah
teologi. Mereka inilah yang dikenal dengan kaum Khawarij.

7
BAB III
PENUTUP
A.     Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa Ilmu Kalam
adalah suatu ilmu yang membahas tentang akidah dengan dalil-dalil aqliyah
(rasional ilmiah) dan sebagai tameng terhadap segala tantangan dari para
penentang, berdasarkan sumber-sumber yang sudah diterangkan yang kemudian
akan bermanfaat bagi diri kita dalam menjaga akidah islam.     
Terlebih kita sebagai umat muslim perlu meningkatkan produktivitas
keilmuan kita dengan berfikir seperti apa yang dijelaskan di atas yaitu tetap
menyeimbangkan antara urusan dunia dan akhirat agar seimbang apa yang kita
lakukan di mata Allah. Dan juga pembahasan ilmu kalam ini tidak terlepas dari
kritikan tajam dari para ulama sebagai warna perbedaan bagi kita untuk lebih
menyikapinya dengan arif dan bijaksana.

B.     Saran
Semoga dengan kita telah memperdalam pembahasan ini kita
mendapatkan khazanah keilmuan yang bermanfaat bagi kita sebagai modal dalam
mengarungi kehidupan yang semakin rumit terutama problema-problema tentang
pemikiran antara kaum tradisionalisme dan rasionalisme mengenai dasar-dasar
ilmu kalam di dalam islam ini  
Kritik dan saran yang membangun, penulis harapkan demi tercapainya
perbaikan ke arah yang lebih positif dan bermanfaat.

8
DAFTAR PUSTAKA
Nasir, Sahilun A. 2010. Pemikiran Kalam (teologi Islam). Jakarta: Raja Grafindo
Persada.
Rozak, Abdul dan Rosihon Anwar. 2013. Ilmu Kalam. Bandung: Pustaka Setia.
Rozak, Abdul dan Rosihon Anwar. 2014. Ilmu Kalam. Bandung: Pustak Setia.
Wiyani, Novan Ardi. 2013. Ilmu Kalam. Bumiayu: Teras.
Yusuf, M yunan. 2014. Alam Pikir Islam Pemikiran Kalam. Jakarta: Pranadamedia
grup.
https://butterflyonly.wordpress.com/2014/03/11/dasar-dasar-ilmu-kalam-tauhid/
http://keratonilmu.blogspot.com/2013/03/pengertian-dasar-dasar-dan-sejarah.html
http://punyasuhanda.blogspot.com/2012/01/pengertian-dasar-dasar-sejarah-
dan.html

Anda mungkin juga menyukai