Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

MODEL PENELITIAN ILMU KALAM

Dosen Pengampu :Drs. H. Imang S. Winata, MBA., MA.

Disusun Oleh:

KELOMPOK 4

-Yandi Ramdani

-Siti Anisa

-Salma Andini Putri

-Riani Nilam Cahya

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM (STAI) AL-


AZHARY CIANJUR
2

TAHUN AJARAN 2023/2024


3

KATA PENGANTAR
Assalamualaikum warahmatullahi wabarakuh

Alhamdulillahirabbil, Segala puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karna atas
rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berkaitan dengan
“MODEL PENELITIAN ILMU KALAM”
Sholawat dan salam tak lupa kami sampaikan kepada pemimpin besar dan juga suri tauladan bagi
manusia, rasulullah Muhammad SAW karna ajarannya yang beliau bawa mampu mengantarkan kita
untuk mencapai kebahagiaan dunia dan juga akhirat.

Kami juga menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah
menjadi sumber dari penyusunan makalah sehingga dapat diselesaikan sesuai waktunya.

Makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karna itu kami mengharapkan kritik dan saran
yang bersifat membangun demi kesempurnaan makalah ini.

Semoga makalah ini dapat memberikan informasi bagi pembaca dan bermanfaat untuk
pengembangan ilmu pengetahuan keagamaan bagi kita semua. Aamiin ya rabbal a’lamin.

Sekian dan terima kasih


4

DAFTRAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................................. 3
DAFTRAR ISI ........................................................................................................................... 4
BAB I ......................................................................................................................................... 5
PENDAHULUAN ..................................................................................................................... 5
A. Latar Belakang ................................................................................................................ 5
B. Rumusan Masalah.............................................................................................................. 5
C. Tujuan ................................................................................................................................ 5
BAB 2 ........................................................................................................................................ 6
PEMBAHASAN ........................................................................................................................ 6
A. PENGERTIAN ILMU KALAM ....................................................................................... 6
B. KORELASI ILMU KALAM DENGAN FILSAFAT ........................................................ 8
D. ALIRAN-ALIRAN DALAM ILMU KALAM ............................................................... 10
E. MODEL-MODEL PENELITIAN ILMU KALAM......................................................... 12
BAB 3 ...................................................................................................................................... 18
PENUTUP................................................................................................................................ 18
KESIMPULAN .................................................................................................................... 18
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................... 19
5

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ilmu kalam atau teologi termasuk salah satu bidang studi islam yang amat dikenal baik
oleh kalangan akademis mupun masyarakat pada umumnya. Antara lain terlihat dari
keterlibatan ilmu tersebut dalam menjelaskan masalah yang muncul dimasyarakat.

Hal tersebut merupakan fenomena yang cukup menarik untuk diteliti secara lebih
seksama, itulah sebabnya telah banyak karya ilmiah yang ditulis oleh para ahli dengan
mengambil tema kajian masalah teologi, dn itiu pula yang selanjutnya teologi menjadi salah
satu bidang kajian islam mulai dri tingkat pendidikan dasar sampai dengan penidikan tinggi.

Pada pertemuan kali ini pemakalah akan mengajak para teman mahasiswa untuk
mengkaji secara seksama tentang model penelitian ilmu kalam yang dilakukan para ahli, baik
penelitian pemula maupun penelitian lanjutan yang bersifat deskriptif analitis dengan terlebih
dahulu kami akan memaparkan pengertian apa yang dimaksud dengan ilmu kalam tersebut.

B. Rumusan Masalah
1. Apa itu Ilmu Kalam?

2. Metode Penelitian apa yang dipakai dalam Ilmu Kalam?

C. Tujuan
1. Mengetahui Apa itu Ilmu Kalam

2. Mengetahui Metode Penelitian apa yang dipakai dalam Ilmu kalam


6

BAB 2

PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN ILMU KALAM

Definisi terkait ilmu kalam yang paling awal diajukan adalah definisi yang
dikemukakan oleh Abu Hanifah (w. 150 H/787 H), yang memberi nama al-fiqh al-akbar dan
menyatakan: fiqih dalam ushul al- din lebih baik dibanding-kan fiqih dalam furu’ al-ahkom.
Fiqih adalah pengetahuan tentang kepercayaan dan praktik yang diperbolehkan dan yang wajib.
Apa yang berhubungan dengan kepercayaan disebut al-fiqh al-akbar, sedangkan yang
berhubungan dengan praktik disebut al-fiqh saja.
Al-Farabi (w. 339 H/950 M) membedakan antara kalam dan fiqih dan mendefinisikan
kalam sebagai: ilmu yang memungkinkan seseorang untuk menopang kepercayaan-
kepercayaan tertentu dan perbuatan-perbuatan yang ditetapkan oleh Sang Pembuat Hukum
agama dan untuk menolak opini-opini yang bertentangan dengannya.
Al-Baidhawi (w. 680 H/1281 M) dan Al-lji (w. 756 H/1355 M) memberikan definisi
kalam sebagai ilmu memungkinkan seseorang untuk menegakkan kepercayaan-kepercayaan
agama, dengan mengemukakan argumen/bukti, dan menghilangkan keraguan.
Ibnu Khaldun (w. 807 H/1404 M) mendefinisikan kalam sebagai ilmu yang melibatkan
argumentasi dengan bukti-bukti rasional untuk membela rukun-rukun iman dan menolak para
ahli bid'ah yang menyimpang dari kepercayaan umat Islam generasi awal.
Muhammad Abduh (w. 1323 H/1905 M) mendefinisikan kalam sebagai ilmu yang
membicarakan tentang wujud Allah, sifat-sifat yang wajib, mustahil dan yang mungkin ada
pada Allah. Membicarakan tentang rasul-rasul Allah, untuk menetapkan kerasulannya dan
mengetahui sifat-sifat yang wajib, mustahil dan yang mungkin ada pada rasul.
Melalui ilmu kalam ditetapkan akidah-alidah agama dengan dalildalil, menolak yang
syubhat, dan menentang musuh-musuh ilmu kalam dengan dalil-dalil yang qath'iy (pasti) dari
al-Qur'an dan Sunnah. Ilmu kalam juga diarah-kan untuk menetapkan hakikat agama melalui
dalil-dalil akal
Dari berbagai definisi ilmu kalam di atas ada beberapa karakter ilmu kalam:
1. Ilmu kalam mengambil inspirasi dari filsafat tentang metode logisnya.
2 Ilmu kalam mengambil dari syariat tentang tujuan dan sasarannya.
3. Ilmu kalam membangun dasar-dasar pemikirannya untuk melawan musuh
musuhnya.
7

Ilmu kalam mempunyai nama-nama lain yaitu al-figh al-akbar, ushul al-din, ilm al-
nazar wa al-istid lal, ilm al-tawhid wa al-shifat. Menurut M Abdel Haleem ada 7 nama yang
diberikan kepada ilmu ini, sebagai berikut:
1. Salah satu sebutan yang berumur paling tua diberikan oleh Abu Hanifah (w. 150 H/767
M), pada abad ke-2 H/ke-8 M. yang dinamai ilm al-fiqh al-akbar. Fiqih adalah kata
dalam. Al-Qur'an (Al-Taubah: 122) dan fakta ini memperlihatkan hubungan antara
kalam dan fiqih. Kata adjektif (sifat) al-akbar menunjukkan superioritas masalah-
masalah yang terkait dengan prinsip-prinsip keimanan terhadap aspek-aspek praktis
Syari'ah.lisher tertua. 150 H/767
2. al-kalam: ini juga merupakan salah satu sebutan Ja'far Al-Shadiq (w. 148 H/765 M),
Abu Hanifah (w. M), Malik (179 H/795 M), dan Syafi'i (w. 204 H/819 M) diriwayatkan
telah memberikan pendapat mereka tentang kalam dan mutakallimun.
3. Ilm ushul al-din: sebutan awal lainnya yang didasarkan atas pembagian pengetahuan
religius menjadi ushul dan furu' (pokok dan cabang). Sebutan ini digunakan oleh Asy'ari
(w. 324 H/935 M) dalam Ibanah an Ushul al-Dinayah dan Al- Baghdadi (w. 429 H/1037
M) dalam kitab Ushul al-Din. Fakultas teologi di Universitas Al-Azhar, misalnya,
disebut kulliyat ushul al-din.
4. "Ilm al-'aqa'id: sebutan terkemudian, mungkin sudah dimulai dari abad ke-4 H/10 M.
Sebutan ini muncul dalam karya penulis seperti Al-Thahawi (w. 331 H/942 M), Al-
Ghazali (505 H/1111 M), Al-Thusi (w. 671 H/1272 M), dan Al-Iji (w. 756 H/1355 M).
5. Ilm al-Nazhar wa al-Istidial: sebutan ini dikemukakan oleh Taftazani dalam
pendahuluan Syarh Al-Aqa'id Al-Nasafiyyah. Sebutan itu pernah diberikan dalam
kitab-kitab kalam awal dalam bab pendahuluan pertamanya, yang membahas bukti dan
metodologi ilm al-kalam. Ini dapat dilihat dalam Ushul Al- Din, karya Al-Baghdadi
(w.429 H/1037 M), dan Al-Mughni karya Abd Al-Jabbar (w. 415 H/1024 M). Hal ini
mungkin. karena pentingnya metodologi kalam, sebutan yang diterapkan pada semua
ilmu
6. 'Ilm al-Tauhid wa al-Shifat: disebut demikian barangkali karena sangat pentingnya
keesaan dan sifat-sifat Tuhan lainnya. Nama ini muncul dalam pendahuluan Syarh Al
Aqa'id Al-Nasafiyyah karya Taftazani.
7. Ilm Tauhid: ini merupakan bagian iman yang terpenting dalam Islam. Sebutan ini
digunakan oleh Muhammad Abduh (w. 1323 H/1905) dalam Risalah Al-Tauhid-nya,
dan selanjutnya menjadi lebih lazim di kalangan para teolog modern.
8

Akan tetapi nama yang paling populer ialah ilmu kalam. Hal ini disebabkan:
1. Karena objek bahasan paling popular dari ilmu ini ialah mengenai kalam Allah, apakah
termasuk makhluk atau qadim. Perdebatan ini telah menyita waktu umat Islam sepanjang masa.
2. Karena peletak dasar ilmu ini menggunakan nama ilmu kalam itulah sebabnya ilmu ini
disebut ilmu kalam.
3. Ilmu ini muncul karena menentang filsafat sekaligus membela filsafat. Para pakar memulai
ilmu ini dengan apa yang disebut manthiq, karena ilmu ini menggunakan kalam yang semakna
dengan manthią (berbicara dengan logika).

B. KORELASI ILMU KALAM DENGAN FILSAFAT

1. Hubungan Ilmu Kalam dengan Filsafat


a. Ilmu kalam mengambil metode ilmu dari filsafat dengan mengawalinya dari logika
Aristoteles.
b. Ilmu kalam mengambil unsur-unsur filsafat tidak hanya metode tetapi juga
mengutip kata-kata dan pandangan para filosof.
2. Perbedaan Ilmu Kalam dengan Filsafat
a. Sasaran para filsuf membahas segala yang ada (maujud) sampai hakikatnya,
sedangkan ilmu kalam sasarannya membela akidah Islam dengan dalil aqli (akal).
b. Para filsuf kebanyakan mengambil sumber-sumber asing khususnya para filsuf
Yunani,sedangkan ulama kalamberpegang pada dalil-dalil naqli (al-Qur’an dan
Sunnah) dan pandangan ulama
c. Pandangan para ulama kalam tidak keluar dari koridor umum ajaran Islam bahwa
Allah menciptakan alam bukan dari sesuatu, juga tentang sifat global bagi Allah,
sedangkan para filsuf telah menyimpang jauh dari ajaran Islam dengan teori-teori
yang mereka kemukakan.

1) Faktor Internal.
a. Adanya ayat-ayat mutasyabihat di dalam al-Qur’an sekitar masalah al-jabr dan
al-ikhtiyar, sifat-sifat Allah yang berhubungan dengan panca indera, asal-usul
penciptaan dan sebagainya.
9

b. Adanya corak politik yang membedakan aliran tertentu seperti Khawarij,


Murjiah dan sebagainya.

c. Perkembangan akal secara alami, juga ayat-ayat al-Qur’an yang memerintahkan


untuk berfikir dan Rasul mengajak umat Islam untuk selalu menuntut ilmu.

2) Faktor Eksternal.

a. Pengaruh ajaran Nasrani.


Pada masa Muawiyah sampai pada masa khalifah Abdul Malik, orang Nasrani
dijadikan penasehat politik, diantaranya adalah Yohana al-Dimasyqi yang mengarang buku
Munaqasyah bain Masihi wa Arabi (perdebatan antara umat Kristen dan Arab).Pandangan-
pandangannya mempengaruhi umat Islam seperti pandang-an kelompok Qadariyah tentang
adil dan kelompok Mu’tazilah tentang penolakannya terhadap sifat- sifat Tuhan, kebebasan
berkendak dan berbuat. Selain itu, juga adanya pengaruh Ma’bad al-Juhani, dialah orang yang
pertama yang berbicara tentang qadar yang mengadopsi dari orang Nasrani yang masuk Islam
kemudian murtad. Ma’bad ini adalah guru Ghilan al-Dimasyqi yang juga berbicara soal qadar.

b. Pengaruh Yahudi
Orang-orang Yahudi yang hidup dalam perlindungan uma Islam, akhirnya memeluk
agama Islam. Mereka memasukkan unsur-unsur Israiliyat dalam ajaran Islam seperti yang
dilakukan oleh Abu Said al-Fayumi. Pengaruh pentingnya yaitu masalah tajsim dan tasybih.
Pengaruh lainnya masalah kemakhlukkan al-Qur’an yang diambil oleh Al-Ja’d bin Dirham.

c. Pengaruh Persia.
Unsur Persia yang mempengaruhi ilmu kalam yaitu paham Gnosis (pengetahuan yang
bersifat rahasia). Tuhan berada pada tingkat tertinggi, wujud yang terpisah dengan alam materi.
Adanya wujud materi berasal dari Tuhan. Manusia dapat bersatu dengan Tuhan. Gnosis
dilimpahkan Tuhan Kepada orang-orang tertentu di setiap zaman. Paham ini berkembang di
kalangan golongan Bathiniyah

d. Pengaruh Yunani
Pandangan Aristoteles tentang keqadiman alam. Pandangan Plato tentang Atomisme
(materi kekal). Pandangan Neoplatonisme dan Phytagoras tentang teori emanasi (pancaran).
10

D. ALIRAN-ALIRAN DALAM ILMU KALAM

Sejak wafatnya Nabi Muhammad saw, kaum muslimin sudah mulai menghadapi
perpecahan. Tetapi perpecahan itu menjadi reda, karena terpilihnya Abu Bakar menjadi
Khalifah. Setelah beberapa lamanya Abu Bakar menduduki jabatan kekhalifahan, mulai
tampak kembali perpecahan yang disebarkan oleh orang-orang yang murtad dari Islam dan
orang-orang yang mengumumkan dirinya menjadi nabi, seperti Musailamah al-Kadzdzab,
Thalhah, Sajah dan Al-Aswad Al- Ansy. Di samping itu ada pula kelompok-kelompok lain yang
tidak mau membayar zakat kepada Abu Bakar. Padahal dahulunya mereka semua taat dan
disiplin membayar zakat pada Nabi. Akan tetapi semua perselisihan itu segera dapat diatas dan
dipersatukan kembali, karena kebijaksanaan Khalifah Abu Bakar. Maka selamatlah kekuasaan
Islam yang muda Itu dari ancaman fitnah dari musuh-musuh Islam yang hendak
menghancurleburkannya,
Kemudian perjalanan khalifah Abu Bakar As-shiddiq, Umar bin Khattab, dan Utsman
bin Affan tidak begitu menghadapi persoalan, bahkan terjalin persaudaraan yang mesra dan
akrab. Pada masa ketiga khalifah itulah, dipergunakan kesempatan yang sebaik-baiknya
mengerahkan semua tenaga kaum muslimin untuk menyiarkan dan mengembangkan Islam ke
seluruh pelosok penjuru dunia. Tetapi setelah Islam meluas ke Afrika, Asia Timur bahkan Asia
Tenggara tiba- tiba diakhir Khalifah Utsman, terjadi suatu persoalan yang ditimbulkan oleh
tindakan Utsman yang oleh sebagian orang Islam dianggap kurang mendapat simpati dari
sebagian kaum muslimin.
Kebijakan khalifah Utsman bin Affan yang dianggap tidak sesuai dengan kebutuhan
umat pada saat itu, diantaranya ialah kurang pengawasan dan pengangkatan terhadap beberapa
pejabat penting dalam pemerintahan, sehingga para pelaksana pemerintahan (para eksekutif)
di lapangan tidak bekerja secara maksimal, diperparah lagi dengan adanya sikap nepotisme dari
keluarganya. Utsman banyak menempatkan para pejabat tersebut dari kalangan keluarganya,
sehingga banyak mengundang protes dari kalangan umat Islam. Dan sebenarnya hal Ini adalah
bisa dimaklumi karena memang keluarga Usman bin Affan adalah keluarga orang-orang yang
pandai. Namun Inilah bermulanya fitnah yang membuka kesempatan orang-orang yang
berambisi untuk menggulingkan pemerintahan Utsman.
Karena derasnya arus fitnah ini sehingga mengakibatkan terbunuhnya Utsman bin
Affan. Setelah itu maka Ali bin Abi Thalib terpilih dan diangkat menjadi khalifah, tetapi dalam
pengangkatan tidak memperoleh suara yang bulat, karena ada golongan yang tidak menyetujui
11

pengangkatan itu. Bahkan ada yang dengan terang- terangan menentang pengangkatan tersebut
sekaligus menuduh bahwa Ali campur tangan atau sekurang-kurangnya membiarkan
komplotan pembunuhan terhadap Utsman. Semenjak itulah, berpangkalnya perpecahan umat
Islam, hingga menjadi beberapa partai atau golongan.
Aliran-aliran dalam sejarah pemikiran Islam memiliki perbedaan pandangan yang
signifikan. Berikut adalah ringkasan singkat tentang masing-masing aliran tersebut:

1. Khawarij
Muncul akibat konflik politik antara Ali dan Muawiyah yang berujung pada
pembelahan umat Islam. Khawarij menganggap tahkim (arbitrase) sebagai dosa
besar, memandang lawan pandangan sebagai kafir, dan menghubungkan iman
dengan tindakan.

2. Murji'ah
Muncul saat ketegangan politik di era Utsman bin Affan. Mereka menunda
penilaian terhadap dosa besar, meyakini bahwa mukmin yang berdosa tetap
mukmin, menunggu putusan Allah di akhirat, dan berharap agar taubat diterima.

3. Syiah
Awalnya muncul dari dukungan terhadap Ali sebagai khalifah. Mereka memandang
keturunan Nabi Muhammad sebagai pihak spiritual dan keagamaan yang berhak
dipandu.

4. Jabariyah
Aliran ini meyakini bahwa segala perbuatan manusia ditentukan oleh Allah, tanpa
kebebasan atau inisiatif individu. Manusia dalam paham ini dianggap terikat pada
kehendak Tuhan.

5. Qadariyah
Mereka percaya bahwa manusia memiliki kekuatan untuk melakukan perbuatan
dan dapat menentukan kehendaknya sendiri. Mereka menekankan kebebasan
manusia dalam bertindak.

6. Mu'tazilah
12

Aliran ini berupaya mengatasi perselisihan antara Khawarij dan Murji'ah terkait
orang mukmin yang berdosa besar. Mereka menekankan pemahaman teologis dan
rasionalisme dalam keyakinan keagamaan.

7. Maturidiyah
Diriaskan dengan Imam Abu Hanifah, aliran ini mendukung keyakinan seperti
tauhid dan pemahaman keadilan Tuhan, menekankan pemikiran keagamaan yang
mirip dengan Mu'tazilah.

8. Asy'ariyah
Aliran ini muncul sebagai reaksi terhadap Mu'tazilah. Mereka meyakini bahwa
Allah memiliki sifat-sifat tertentu, Al-Qur'an adalah firman Allah bukan makhluk,
dan menekankan kekuasaan mutlak Allah.

E. MODEL-MODEL PENELITIAN ILMU KALAM

Penelitian ilmu kalam dibagi kedalam dua bagian:


1. Penelitian Pemula

Penelitian pemula adalah penelitian dasar, yang bersifat membangun ilmu kalam
menjadi suatu disiplin ilmu dengan merujuk pada Al-Qur'an dan haditst serta berbagai pendapat
tentang kalam yang dikemukakan oleh berbagai aliran teologi.
Penelitian pemula yang dilakukan oleh para tokoh Islam bersifat eksploratif dengan
menggunakan pendekatan doktriner dan substansi ajaran.
Berikut beberapa referensi penelitian pemula:

a. Model Abu Manshur Muhammad bin Muhammad bin Mahmud Al-Maturidy Al-
Samarqandy
Abu Manshur Muhammad bin Muhammad bin Mahmud Al- Maturidy Al-Samarqandy
telah menulis buku teologi berjudul Kitab al-Tauhid. Buku ini telah di tahkik oleh Fathullah
Khalif, magister dalam bidang sastra Universitas Iskandariyah dan Doktor filsafat Universitas
Cambridge. Dalam buku tersebut dikemukakan riwayat hidup secara singkat dari Al-Maturidy,
juga dikemukakan berbagai masalah hidup yang detail dan rumit di bidang ilmu kalam.
13

Diantaranya dibahas tentang cacatnya taklid dalam hal beriman, serta kewajiban
mengetahui agama dengan dalil al- sama' (dalil nakli) dan dalil akli, pembahasan tentang alam,
antrophormisme atau paham jisim pada Tuhan, sifat-sifat Allah, perbedaan paham diantara
manusia tentang cara Allah menciptakan makhluk hidup, perbuatan makhluk, paham
qadariyah, qada dan qadar, masalah keimanan, serta tidak adanya dispensasi dalam hal islam
dan iman.

b. Model Al-Imam Abi Al-Hasan bin Isma'il Al-Asy'ari


Al-Imam Abi Al-Hasan bin Isma'il Al-Asy'ari yang wafat pada tahun 330 Hijriah telah
menulis buku berjudul Maqalat al- Islamiyyin wa Ikhtilaf al-Mushallin. Buku ini telah ditahkik
oleh Muhammad Muhyiddin 'Abd al-Hamid sebanyak dua juz. Juz pertama setebal 351
halaman, sedangkan juz keduanya 279 halaman. Seseorang yang ingin mengetahui secara
mendalam tentang teologi Ahlu Sunnah mau tidak mau harus mempelajari buku ini, dan buku
karangan al-Maturidy sebagaimana tersebut di atas. Namun, kita tidak tahu persis apakah buku
ini dikaji di pesantren-pesantren atau tidak. Yang penulis ketahui, para santri mempelajari
pemikiran teologi Ahlu Sunnah dari sumber kedua atau ketiga.
Sebagaimana halnya Al-Maturidy, Al-Asy'ari juga dalam bukunya tersebut membahas
masalah-masalah yang rumit dan mendetail tentang teologi. Pada juz pertama buku tersebut
antara lain dibahas mengenai permulaan timbulnya masalah perbedaan pendapat dikalangan
umat Islam yang disebabkan karena perbedaan dalam bidang kepemimpinan (imamah dan
politik) yang dimulai dari zaman Usman bin Affan, juga pembahasan tentang aliran-aliran
induk (Ummahat al-Firq) yang jumlahnya mencapai 10. Yang pertama adalah aliran Syi'ah
yang jumlahnya mencapai lima belas aliran yaitu al- bayaniyah, al-jinahiyah, al-ruhiyah, al-
mughayyirah, al- manshuriyah, al-khithabiyah, al-ma'mariyah, al-baghiziyah, al- amiriyah, al-
mufdhilah, al-hululiyah, al-qailunan ilahiyatu 'Ali, al-rafidlah, al-sabi'iyah, al-mufawwidah,
dan al-imamiyah. Al- Imamiyah ini dibagi lagi menjadi dua puluh empat golongan.
Dalam buku tersebut dibahas pula tentang perbedaan pendapat di sekitar panggung
arasy (hamalatul arsy), kebolehan bagi Allah dalam mencip-takan alam, tentang al- Qur'an,
perbuatan hamba, kehendak Allah, kesanggupan manusia, perbuatan manusia dan binatang,
kelahiran, kembalinya kematian ke dunia sebelum datangnya hari kiamat, masalah imamah
(kepemimpinan), masalah kerasulan, masalah keimanan, janji baik dan buruk, siksaan bagi
anak kecil, tentang tahkim (arbitrase), hakikat manusia, aliran khawarij dengan berbagai
sektenya, dan masih banyak lagi masalah rumit yang ada hemat penulis belum banyak dikaji
oleh kalangan yang mengaku dirinya sebagai penganut teologi Asy'ariyah,
14

c. Model 'Abd Al-Jabbar bin Ahmad


'Abd Al-Jabbar bin Ahmad menulis buku berjudul Syarh al- Ushul al-Khamsah yang
tebalnya mencapai 805 halaman. Buku ini ditahkik oleh doktor Abd al-Karim 'Usman dan
diterbitkan oleh penerbit Maktabah Wahbah tanpa menyebutkan tahunnya. Bagi seseorang
yang ingin mengkaji tentang ajaran- ajaran Mu'tazilah secara mendalam dan mendetail, mau
tidak mau harus membaca buku ini dengan sikap yang wajar dan objektif tanpa didahului oleh
buruk sangka atau pra konsepsi. Hal ini penting dilakukan karena hingga saat ini mayoritas
umat Islam memandang Mu'tazilah agak kurang proporsional bahkan cenderung menghakimi
secara sepihak tanpa memberikan kesempatan kepada Mu'tazilah untuk melakukan pembelaan
diri. Sikap buruk sangka dan tidak proporsional terhadap Mu'tazilah tersebut mungkin
disebabkan karena dendam lama atas keburukan yang pernah dilakukan sebagian oknum
Mu'tazilah di zaman Al-Ma'mun. Mereka yang tidak merasa senang terhadap Mu'tazilah ini
menulis buku yang mengesankan Mu'tazilah bernada negatif. Kini saatnya umat Islam bersikap
objektif terhadap kaum Mu'tazilah dengan cara mempelajari pemikiran Mu'tazilah tersebut dari
buku atau sumber bacaan yang ditulis oleh orang Mu'tazilah sendiri.
Diketahui bahwa ajaran pokok Mu'tazilah ada lima, yaitu al- Tauhid yang mengesankan
Allah, al-Adl yaitu paham keadilan Tuhan, al-wa'ad al wa'id yakni paham janji baik dan buruk
di akhirat, al-Manzilah bain al-manzilatain serta amar ma'ruf nahi munkar. Kelima ajaran dasar
Mu'tazilah tersebut dibahas secara mendetail dalam buku ini. Diantaranya, kewajiban yang
utama dalam mengetahui Allah, makna wajib, makna keburukan, hakikat pemikiran dan
macam-macamnya, pembagian manusia, urusan dunia dan akhirat, makna berpikir, dan
sebagainya.

d. Model Thahawiyah
Imam Al-Thahawiyah telah menulis buku berjudul Syarh al- Akidah al-Thahawiyah
yang telah ditahkik oleh sekelompok para ulama dan diperiksa (di edit) oelh Muhammad Nashir
Al- Din Al-Bayai dan diterbitkan oleh Al-Maktab Al-Islamy pada athun 1984. Buku yang
tebalnya 536 halaman ini secara keseluruhan membahas teologi dikalangan ulama salaf, yaitu
ulama yang belum dipengaruhi pemikiran Yunani dan pemikiran lainnya yang berasal dari luar
Islam, atau bukan dari Al-Qur’an dan As-Sunnah.
Dalam buku ini antara lain dibahas tentang kewajiban mengimani apa yang dibawa oleh
para rasul, kewajiban mengikuti ajaran para rasul, makna tauhid, tauhid uluhiyah, dan tauhid
rububiyah, tafsir potongan ayat ma itakhaza Allah min walad (Allah tidak mengambil anak),
15

macam-macam tauhid yang dibawa oleh rasul, tafsir potongan ayat Laitsa ka mitslihi syaiun
(tidak ada sesuatu yang serupa dengan Allah), mengenai wujud yang berada diluar zat, tafsir
tentang qudrat dan penjelasan bahwa Allah tidak dapat dilemahkan oleh segala sesuatu, tafsir
kalimat lailaha illa Allah, pembahasan mengenai sifat al-hayat, kelangsungan sifat yang utama,
sifat zat dan sifat perbuatan bagi Allah, apakah sifat merupakan tambahan atas zat atau bukan,
dan masalah lainnya yang jumlahnya lebih dari dua ratus pokok masalah.
e. Model Al-Imam Al-Haramain Al-Juwainy
Beliau telah menulis buku yang berjudul Al-Syamil Fi Ushul Al- Din. Di dalam buku
tersebut membahas tentang penciptaan alam yang di dalamnya terdapat hakikat jauhar
(substansi), hakikat tauhid, kelemahan kaum Mu’tazilah, pembahasan tentang akidah, kajian
tentang dalil atas kesucian Allah.

f. Model Al-Ghazali
Beliau telah menulis buku Al-Iqtishod Fi Al-l’tiqod. Buku tersebut membahas tentang
perlunya ilmu dalam memahami agama dan juga perlunya ilmu sebagai fardhu kifayah,
pembahasan tentang dzat Allah, tentang qodimnya alam, dan penetapan tentang kenabian
Muhammad saw.

g. Model Al-Amidy
Beliau telah menulis buku yang berjudul Ghoyah Almaram Fi Ilmu Kalam, yang
membahas tentang sifat-sifat wajib bagi Allah, sifat nafsianya, sifat yang jaiz bagi Allah,
pembahasan tentang keesaan Allah Swt., perbuatan yang bersifat wajib, al- wujud, dan tentang
tidak ada penciptaan selain Allah.

h. Model Al-Syahrastani
Beliau telah menulis buku yang berjudul Nihayah Al-Iqdam Fi Ilmi Al-Kalam, yang
membahas tentang barunya alam, tauhid, sifat-sifat azali, hakikat ucapan manusia tentang Allah
sebagai Yang Maha Pendengar, dan perbuatan perbuatan sebelum datangnya syari'at.

i. Model Al-Bazdawi
Beliau telah menulis buku yang berjudul Ushul Al-Din, yang membahas perbedaan
pendapat para ulama mengenai mempelajari ilmu kalam dalam mengerjakan dan
menyusunnya, perbedaan pendapat mengenai sebab-sebab seorang hamba mengetahui macam-
16

macam ilmu pengetahuan, tentang Allah sebagai pencipta alam semesta, tentang kehidupan di
akhirat,

2. Penelitian Lanjutan
Penelitian lanjutan merupakan pengembangan dari penelitian pemula, yang bersifat
mendeskripsikan tentang adanya kajian ilmu berdasarkan bahan-bahan rujukan yang dihasilkan
oleh penelitian model pertama.
Model penelitian lanjutan adalah sebagai berikut:

a. Model Abu Zahrah


Abu Zahrah melakukan penelitian terhadap berbagai aliran dalam bidang politik dan
teologi yang dituangkan dalam karyanya yang berjudul Tarikh al-Mazahib al-Islamiyah fi al-
Siyasah wa al-'Aqaid. Permasalahan teologi yang diangkat dalam penelitiannya ini yaitu sekitar
masalah objek-objek yang dijadikan pangkal pertentangan oleh berbagai aliran dalam bidang
politik yang berdampak pada masalah teologi. Selanjutnya, dikemukakan pula tentang berbagai
aliran dalam mahzab Syi'ah yang mencapai 12 golongan, diantaranya Al- Sabaiyah, Al-
Gurabiyah, golongan yang keluar darin Syi'ah, Al- Kisaniyah, Al-Zaidiyah, Itsna Asyariyah,
Al-Imamiyah, Isma'iliyah. Dikemukakan pula aliran khawarij dengan berbagai sektenya yang
jumlahnya mencapai enam aliran, yaitu Jabariyah, Qadariyah, Mu'tazilah, Asy'ariyah, dan yang
lainnya lengkap dengan berbagai pandangan teologinya. 203

b. Model Ali Mushthafa Al-Ghurabi


Sebagaimana Abu Zahrah, beliau pun memusatkan penelitiannya pada masalah
berbagai aliran yang terdapat dalam Islam serta pertumbuhan Ilmu Kalam dikalangan
masyarakat Islam. Hasil penelitiannya itu ia tuangkan dalam karyanya yang berjudul Tarikh al-
Firaq al-Islamiyah wa Nasy'atu ilmu al-Kalam 'ind al-Muslimin. Yang diungkapkan beliau
antara lain sejarah pertumbuhan ilmu kalam, keadaan akidah pada zaman Nabi Muhammad,
zaman Khulafaur Rasyidin, dan zaman Bani Umayah dengan berbagai permasalahan teologi
yang muncul pada zaman tersebut. Kemudian dilanjutkan dengan pembahasan mengenai aliran
Mu'tazilah lengkap dengan tokoh-tokoh dan pemikiran teologinya, pembahasan tentang aliran
Khawarij lengkap dengan tokoh-tokoh dan pemikirannya. 204

c. Model Abd Al-Lathif Muhammad Al-'Abd


17

Beliau secara khusus melakukan penelitian terhadap pokok- pokok pemikiran yang
dianut aliran Ahlu Sunnah. Hasil penelitiannya ini dituangkan dalam karyanya yang berjudul
al- Ushul al-Fikriyyah li Mazhab Ahl al-Sunnah yang tebalnya 162 halaman. Buku ini
diterbitkan oleh Dar al-Nahdlah al-Arabiyah di Mesir (tanpa menyebutkan tahunnya).
Dalam buku ini antara lain dibahas tentang pokok-pokok yang menyebabkan timbulnya
perbedaan pendapat dikalangan umat Islam, masalah Mantiq dan falsafah, hubungan Mantiq
dengan ilmu-ilmu kemanusiaan, bentuk dna pemikiran, pembentukan konsep, barunya alam,
sifat yang melekat pada Allah Azza wa Jalla, nama-nama Tuhan, keadilan Tuhan, penetapan
kenabian, mu'jizat dan karomah, rukun Islam, Iman, dan Islam, taklif (beban), Al-Sam'iyyat
(wahyu atau dalil naql), Al-Imamah, serta ijtihad dalam hukum agama.
d. Model Ahmad Mahmud Shubhi
Beliau adalah dosen Filsafat Islam Fakultas Adab Universitas Iskandariyah. Beliau
melakukan penelitian dalam bidang teologi Islam dan telah dipublikasikan dalam 2 buku yang
berjudul Fi Ilmi Kalam. Buku pertama yang tebalnya 368 halaman khusus membahas mengenai
aliran Mu'tazilah lengkap dengan ajaran dan tokoh-tokonya, sedangkan buku kedua yang
tebalnya 334 halaman membahas mengenai aliran Asy'ariyah lengkap dengan ajaran dan tokoh-
tokohnya.

e. Model Ali Sami Al-Nasyr dan Amar Jam'iy Al-Thaliby


Beliau melakukan penelitian khusus terhadap akidah kaum Salaf dengan mengambil
tokoh Ahmad Ibn Hambal, Al-Bukhari,Ibn Khutaibah, dan Usman Al-Darimy. Dalam buku
tersebut diungkapkan tentang pemikiran kaum Salaf yang berasal dari tokoh-tokohnya yang
menonjol itu.

f. Model Harun Nasution


Harun Nasution dikenal sebagi guru besar Filsafat dan Teologi, yang banyak
mencurahkan perhatiannya pada penelitian di bidang pemikiran teologi Islam (Ilmu Kalam).
Salah satu hasil penelitiannya dituangkan dalam buku Fi Ilm al-Kalam (Teologi Islam). Dalam
buku tersebut dikemukan tentang sejarah timbulnya persoalan-persoalan teologi dalam Islam,
tentang berbagai aliran dalam teologi Islam lengkap dengan tokoh- tokoh dan pemikirannya.
Kemudian beliau melakukan analisis dan perbandingan terhadap masalah akal dan wahyu, free
will dan predestination, kekuasaan dan kehendak mutlak Tuhan, keadilan Tuhan, perbuatan-
perbuatan Tuhan, sifat-sifat Tuhan, dan konsep iman,
18

Dari berbagai penelitian lanjutan tersebut, dapat diketahui metode dan pendekatan yang
dilakukan, yaitu sebagai berikut:
Pertama, penelitian lanjutan yang dilakukan para peneliti tersebut secara keseluruhan
termasuk penelitian kepustakaan, yaitu penelitian yang mendasar-kan pada data yang terdapat
dalam berbagai sumber rujukan di bidang teologi Islam.
Ke dua, secara keseluruhan penelitiannya bercorak deskriptif, yaitu penelitian yang
menekankan pada kesungguhan dalam mendeskripsikan data selengkap mungkin.
Ke tiga, dari segi pendekatan yang digunakan secara keseluruhan menggunakan
pendekatan historis, yakni mengkaji masalah teologi tersebut berdasarkan data sejarah yang
ada dan dilihat sesuai dengan konteks waktu yang bersangkutan.
Ke empat, dalam analisisnya selain menggunakan analisis doktriner juga menggunakan
analisis perbandingan, yaitu dengan mengemukakan isi doktrin ajaran dari masing-masing
aliran dengan sedemikian rupa dan kemudian barulah dilakukan perbandingan.

BAB 3

PENUTUP
KESIMPULAN

Dari berbagai definisi dan penjelasan yang disajikan, dapat disimpulkan bahwa Ilmu
Kalam adalah ilmu yang membahas tentang masalah ketuhanan atau kepercayaan dengan
menggunakan dalil-dalil pikiran. Ilmu ini juga dikenal sebagai ilmu teologi Islam yang
berfokus pada keyakinan agama dan prinsip-prinsip kepercayaan dalam Islam. Model
penelitian ilmu kalam meliputi pendekatan doktriner atau subtansi agama, pendekatan historis,
analisis doktrin, dan analisis perbandingan. Pendekatan-pendekatan ini digunakan untuk
memperdalam pemahaman tentang keyakinan agama dan ajaran Islam. Ilmu Kalam juga
memiliki hubungan erat dengan filsafat dan ajaran Islam, serta dipengaruhi oleh berbagai faktor
intern dan eksternal.
19

DAFTAR PUSTAKA

Nata, Abuddin. Metodologi Studi Islam. (Jakarta:Rajawali Pers, 2016)


Thaib, Zamakhsyari Hasballah, Lc., M.A. Metodologi Studi Islam. (Medan: Deepublish,
2022).

Anda mungkin juga menyukai