MAKALAH
Ditulis Oleh:
Nama : M. Sulaiman
Nim : 19150063
Unit : II (Dua)
Semester : II (Dua)
1441 H / 2020 M
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
keilmuan di kemudian hari, kemudian disebut dengan ilmu kalam (ilm al-kalām).
Oleh karena itu, di dalam disiplin teologi Islam terdapat banyak terminologi yang
memiliki makna dan/atau objek kajian yang sama, seperti halnya ilmu kalam, ilmu
tauhid, ilmu akidah, ilmu ushuluddin, bahkan ada yang menggunakan istilah
teologi Islam, seperti A. Hanafi. Penamaan yang tidak tunggal atas suatu disiplin
keilmuan yang hampir sama objek kajiannya ini menunjukkan kekayaan wacana
atas disiplin tersebut dan sekaligus menunjukan bahwa disiplin tersebut, dalam
untuk didiskusikan. Opini tersebut tentu ada benarnya, tapi hanya ditujukan bagi
sebagian masyarakat awam yang memang sudah cukup dengan keyakinan dan
terpelajar hal ini justru menjadi keharusan. Mengapa? Karena keyakinan berbeda
sampai pada tahap yakin. Proses tersebut berjalan jika ditopang dan dibarengi
diyakininya. Berangkat dari latar tersebut tradisi dan sejarah panjang diskursus
kalam.
Namun harus digaris bawahi bahwa ilmu kalam yang akan dibahas dalam
B. Rumusan Masalah
wal Jama’ah.
wal Jamaah.
C. Tujuan Makalah
BAB II
PEMBAHASAN
beberapa nama, antara lain: ilmu ushuluddin, ilmu tauhid, fiqh al-Akbar, dan
teologi Islam. Disebut ilmu ushuluddin karena ilmu ini membahas tentang pokok-
pokok agama. Sementara itu, ilmu tauhid adalah suatu ilmu yang di dalamnya
dikaji tentang sifat yang wajib, mustahil dan ja'iz bagi Allah, juga sifat yang
wajib, mustahil dan ja'iz bagi Rasul-Nya. Ilmu tauhid juga membahas tentang
keesaan Allah SWT., dan hal-hal yang berkaitan dengan-Nya. Sementara fiqhul
akbar adalah ilmu yang membahas tentang keyakinan. Kondisi seperti ini
menunujukkan kepada kita bahwa ilmu kalam sama dengan ilmu tauhid, hanya
saja argumentasi ilmu kalam lebih dikonsentrasikan pada penguasaan logika. Oleh
sebab itu, sebagian teolog membedakan antara ilmu kalam dan ilmu tauhid.1
membicarakan tentang wujudnya Tuhan (Allah), sifat-sifat yang mesti ada pada-
Nya, sifat-sifat yang tidak ada padaNya dan sifat-sifat yang mungkin ada pada-
kerasulannya dan mengetahui sifat-sifat yang mesti ada padanya, sifat-sifat yang
tidak mungkin ada padanya dan sifat-sifat yang mungkin terdapat padanya.2 Ada
1
Abdul Rozak & Rosihon Anwar, Ilmu Kalam, (Bandung: Pustaka Setia, 2007), h. 3.
2
Ahmad Hanafi, Teologi Islam (Ilmu Kalam), (Jakarta: Bulan Bintang, 1974), h. 3.
4
pula yang mengatakan bahwa ilmu kalam ialah ilmu yang membicarakan
Kata tauhid mengandung arti satu atau Esa dan ke-Esaan dalam pandangan Islam,
sifat-sifat Tuhan. Teologi Islam disebut pula `ilm al-Kalam. Kalam adalah kata-
kata, sehingga dengan pengertian kalam ini muncul dua pemahaman. Pertama,
kalam ialah sabda Tuhan. Karena soal kalam sebagai sabda Tuhan atau al-Quran
di kalangan umat Islam pada abad ke sembilan dan ke sepuluh Masehi pernah
dimaksud kalam adalah kata-kata manusia, karena kaum teolog Islam bersilat
masing. Teolog dalam Islam dinamai dengan mutakallimun yaitu ahli debat yang
Sedangkan dalam dunia akademik istilah teologi Islam lebih sering digunakan.
3
Harun Nasution, Teologi Islam Aliran-aliran Sejarah Analisa Perbandingan, (Jakarta:
UI H-Press, 1978), h. 9.
5
Istilah ini umum dipakai oleh setiap agama, karena pada dasarnnya setiap agama
terlepas dari paham Asy’ariyah dan Maturidiyah, karena melalui Efektivitas ilmu
muncul atas keberanian dan usaha Imam al-Asy’ari sekitar tahun 300 H., karena ia
lahir di tahun 260 H., dan menjadi pengikut Mu’tazilah selama 40 tahun. Atau
dengan kata lain, Imam al-Asy’ari keluar dari golongan Mu’tazilah sekitar tahun
300 H., dan kemudian membentuk aliran teologi yang kemudian dikenal dengan
penyandaran kepada dua hal; al-Sunnah dan al-Jamā‘ah. Pengertian yang pertama
adalah segala yang dinisbatkan pada Nabi SAW., baik berupa sabda, perbuatan,
persetujuan, maupun sifat fisik atau non-fisik.4 Tercakup pula di dalamnya adalah
yang otoritatif pada setiap masa.6 Dengan demikian, yang termasuk Ahlussunnah
4
Nur al-Din ‘Itr, Manhāj al-Naqd fī ‘Ulūm al-Hadīts, (Damaskus: Dar al-Fikr, 1979), h.
29-30.
Abu Abd Allah Muhammad bin Yazid al-Qazwini, Sunan Ibn Mājah, Muhammad
5
6
Abu al-Fadl Ahmad bin ‘Ali bin Hajar al-‘Asqalani, Fath al-Bāri Syarh Sahih al-
Bukhārī, (Beirut: Dar al-Ma’rifah, 1379), Jilid XIII, h. 316.
6
berkelanjutan yang bersandar pada mata rantai keilmuan (sanad) yang tidak
terputus dan sampai pada Nabi SAW, baik dalam pandangan dan pemahaman
penting untuk ditekankan dalam hal ini adalah prinsip-prinsip interaksi intelektual
dan kebudayaan dalam mengadopsi dan mengadapsi hal-hal baru yang ditemui
Aliran Ahlus Sunnah wal Jama’ah timbul sebagai reaksi terhadap faham-
serta al-Quran dan hadis.8 Di samping itu, dalam penyebaran faham Mu’tazilah
prinsip amar ma’ruf nahi munkar (perintah untuk mengerjakan perbuatan baik
7
Harun Nasution, Teologi Islam Aliran…, h. 61.
8
KH Siradjuddin Abbas, I’itiqad Ahlussunnah Waljamaah (Jakarta: Pustaka Tarbiyah,
2006), h. 22.
7
Oleh karena itu, aliran Ahlus Sunnah wal Jama’ah ini lahir pada akhir
abad ke-3 H dengan dipelopori oleh seorang ulama terkemuka bernama Abu
Asy’ariyah atau al-Asya’irah, kemudian diikuti oleh Abu Manshur al-Maturidi (w.
Samarkand agak liberal dan lebih dekat pada Mu’tazilah, Maturidiah Bukhara
bersifat tradisional dan lebih dekat pada faham Asy’ariyah. Kedua aliran teologi
(ilmu kalam) ini, Asy’ariyah dan Maturidiah kemudian dikenal dengan golongan
9
Imam Muhammad Abu Zahrah, Aliran Politik dan Aqidah, (Jakarta: Logos Publishing
House, 1996), h. 189.
8
Secara garis besar Ilmu kalam (Ilmu tauhid) yang digagaskan oleh paham
1. Meyakini dan percaya kepada sifat-sifat Ma’ani (abstrak) bagi Allah, terapi
yang tidak sampai kepada Tajsim atas Allah dan tidak mempersamakan
Allah dengan Makhluk. Selain itu, percaya kepada sifat wajib, mustahil,
dan jaiznya para Rasul, percaya kepada datangnya kiamat dan kehidupan
akhirat seperti hisab, mizan, shirath, syurga neraka, siksa dan nikmat kubur,
ikhtiyariyah dengan tidak terlepas dari sifat Qudrat dan Iradat Allah.
kekuasaan manusia itu sendiri juga atas ciptaan Allah. Segala perbuatan
yang baik saja, sesuai dengan firman-Nya dalam surah an-Nisa ayat 79 dan
10
Umar Hasyim, Apakah Anda Termasuk Golongan Ahlus Sunnah wal-Jama’ah?,
(Surabaya: Bina Ilmu Offset), h. 89-91.
9
dapat berdiri sendiri dan segala sesuatu tergantung kepada Qudrat dan
Iradat Allah.
Allah kepadanya sesuai dengan maksud tujuan pemberian itu, artinya tidak
5. Segala sesuatu yang wujud dapat dilihat, Allah yang wujud pun dapat
waktu dan tempat karena ketentuan itu adalah bagi makhluk dan di syurga
tidak ada ketentuan arah dan jihat. Hal itu tidak mengurangi ke-Esaan dan
kesucian Allah. Mata yang melihat di syurga belum tentu sama seperti mata
yang menurut hukum alam di dunia ini dan penglihatan di syurga belum
tempat, tanpa waktu, dan manusia juga tetap tidak dapat membayangkan
seperti apa Allah itu. Manusia yang dapat melihat Allah di syurga akan
tidak mempunyai ingatan melainkan hanya kepada Allah semata. Dalil yang
membenarkan pendirian ini seperti “Semua wajah ahli syurga pada waktu
akan dapat melihat Allah seperti kamu melihat kepada bulan purnama”
(Hadis).
10
6. Iman adalah kepercayaan dalam hati. Adapun pernyataan dalam lisan dan
dan pelengkap iman. Oleh karena itu, orang yang telah beriman dalam hati
selamanya.
pertimbangan akal fikiran, karena akal tidak dapat menentukan mana yang
10. Mengutus Rasul adalah hak Allah, bukan sebagai kewajiban Allah.
11. Allah berkuasa menciptakan sesuatu tanpa ada contohnya terlebih dahulu.
12. Penghuni alam kubur lebih faham atau mempunyai pengertian yang lebih
13. Kata-kata dalam al-Quran atau hadis yang mutasyabih atau seakan Tasybih
Tuhan turun ke langit dunia, Tuhan mempunyai jari, Tangan Tuhan, Wajah
Tuhan, dsb.” Itu semua harus diterima menurut adanya dalil saja dan
dengan catatan bahwa semua itu tidak mengurangi sifat keagungan dan ke-
Tajsim itu ditakwili, yakni semua itu tidak sama dengan makhluk, tidak
BAB III
PENUTUP
12
A. KESIMPULAN
beberapa nama, antara lain: ilmu ushuluddin, ilmu tauhid, fiqh al-Akbar, dan
teologi Islam. Disebut ilmu ushuluddin karena ilmu ini membahas tentang pokok-
pokok agama. Sementara itu, ilmu tauhid adalah suatu ilmu yang di dalamnya
dikaji tentang sifat yang wajib, mustahil dan ja'iz bagi Allah, juga sifat yang
wajib, mustahil dan ja'iz bagi Rasul-Nya. Ilmu tauhid juga membahas tentang
keesaan Allah SWT., dan hal-hal yang berkaitan dengan-Nya. Sementara fiqhul
Aliran Ahlus Sunnah wal Jama’ah timbul sebagai reaksi terhadap faham-
terlepas dari paham Asy’ariyah dan Maturidiyah, karena melalui Efektivitas ilmu
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Rozak & Rosihon Anwar, Ilmu Kalam, Bandung: Pustaka Setia, 2007
Abu Abd Allah Muhammad bin Yazid al-Qazwini, Sunan Ibn Mājah,
Muhammad Fu’ad Abd al-Baqi, Beirut: Dar al-Fikr,
Abu al-Fadl Ahmad bin ‘Ali bin Hajar al-‘Asqalani, Fath al-Bāri Syarh Sahih al-
Bukhārī, Beirut: Dar al-Ma’rifah, 1379
Ahmad Hanafi, Teologi Islam (Ilmu Kalam), Jakarta: Bulan Bintang, 1974
Harun Nasution, Teologi Islam Aliran-aliran Sejarah Analisa Perbandingan,
Jakarta: UI H-Press, 1978
KH Siradjuddin Abbas, I’itiqad Ahlussunnah Waljamaah Jakarta: Pustaka
Tarbiyah, 2006
Imam Muhammad Abu Zahrah, Aliran Politik dan Aqidah, Jakarta: Logos
Publishing House, 1996
Nur al-Din ‘Itr, Manhāj al-Naqd fī ‘Ulūm al-Hadīts, Damaskus: Dar al-Fikr, 1979