ILMU KALAM
“FAKTOR-FAKTOR LAHIRNYA ALIRAN ILMU KALAM”
Disusun Oleh:
i
KATA PENGANTAR
ِ الر
ح ْي ِم َّ َّ ِ ِب ْس ِم هّللا
الر ْح َم ِن
Puji syukur kehadirat Allah SWT karena dengan Taufik dan Hidayah-Nya
sehingga penyusun dapat menyelesaikan makalah ini. Sholawat beriring salam
semoga tercurah kepada baginda Rasulullah Saw, semoga penyusun termasuk
hamba Allah yang mendapatkan syafa’at beliau di Yaumil Masyar nanti, Aamiin.
Terima kasih tak terhingga penyusun ucapkan kepada semua pihak yang
telah membantu penyusun dalam penyelesaian makalah ini terutama :
Kelompok 5
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Aliran kalam lebih merupakan bentuk segregasi komitas dalam tubuh umat
Islam yang terbentuk karena adanya perbedaan pandangan dalam beberapa
persoalan teologi Islam. Perbedaan pandangan dalam beberapa persoalan teologi
Islam. Perbedaan ini juga terjadi dalam satu komunitas yang mengklaim
menganut aliran kalam tertentu. Fenomena inilah yang lazim terjadi dalam tradisi
pemikiran kalam, hingga setiap aliran kalam masih memiliki golongan-golongan
yang berbeda satu sama lain. Hal itu disebabkan oleh adanya kecenderungan
berpandangan ekstrem pada satu sisi dan ada juga yang moderat dalam satu aliran
pemikiran kalam yang sama.
1
BAB II
PEMBAHASAN
2
tekanan orientasinya sangat eksoteristik, mengenai hal-hal lahiriah, dan
Ilmu Tasawuf membidangi segi-segi penghayatan dan pengamalan
keagamaan yang lebih bersifat pribadi, sehingga tekanan orientasinya pun
sangat esoteristik, mengenai hal-hal batiniah, kemudian Ilmu Falsafah
membidangi hal-hal yang bersifat perenungan spekulatif tentang hidup ini
dan lingkupnya seluas-luasnya, maka Ilmu Kalam mengarahkan
pembahasannya kepada segi-segi mengenai Tuhan dan berbagai
derivasinya.
Karena itu ia sering diterjemahkan sebagai Teologia, sekalipun
sebenarnya tidak seluruhnya sama dengan pengertian Teologia dalam
agama Kristen, misalnya. (Dalam pengertian Teologia dalam agama
kristen, Ilmu Fiqh akan termasuk Teologia). Karena itu sebagian kalangan
ahli yang menghendaki pengertian yang lebih persis akan menerjemahkan
Ilmu Kalam sebagai Teologia dialektis atau Teologia Rasional, dan
mereka melihatnya sebagai suatu disiplin yang sangat khas Islam.1
1
Muhammad Hasbi, Ilmu Kalam Memotret Berbagai Aliran Teologi Dalam Islam (Trustmedia
Publishing, Yogyakarta. 2015) Hal. 3
3
Karena itu ia sering diterjemahkan sebagai Teologia, sekalipun
sebenarnya tidak seluruhnya sama dengan pengertian Teologia dalam
agama Kristen, misalnya. (Dalam pengertian Teologia dalam agama
kristen, Ilmu Fiqh termasuk Teologia). Karena itu sebagian kalangan ahli
yang menghendaki pengertian yang lebih persis akan menerjemahkan Ilmu
Kalam sebagai Teologia dialektis atau Teologia Rasional, dan mereka
melihatnya sebagai suatu disiplin yang sangat khas Islam.
2
Ibid., Hal. 7
4
Lahirlah teologi islam seperti Khawarij, Murji’ah, Mu’tazilah,
Asy’ariah dan Maturidiyah. Pada umumnya teologi islam yang diajarkan
dan yang dikenal di indonesia beraliran Asy’ariah sehingga timbul kesan
di kalangan sementara umat islam di indonesia seolah-olah inilah satu-
satunya teologi yang ada dalam islam.3
Ilmu kalam yaitu suatu ilmu yang membahas tentang keyakinan. Yang
kemudian muncul berbagai aliran ilmu kalam yang dikarenakan perbedaan
pemahaman pemikiran tentang akidah (keyakinan), karena ilmu bersumber
dari filsafat yang basisnya fikiran. Aliran kalam muncul dipicu oleh persoalan
politik yang menyangkut pembunuhan Usman bin Affan yang berbuntut pada
penolakan muawiyah atas kekhalifahan Ali bin Abi Thalib.
5
menjatuhkan kedua pemuka yang bertentangan itu. Akan tetapi Amr bin Ash
mengumumkan hanya menyutujui penjatuhan Ali tetapi menolak penjatuhan
Muawiyah.
Khawarij memandang bahwa Ali, Muawiyah, Amr Ibn al-As, Abu Musa
al-Asy'ari dan lain-lain yang menerima arbitrase adalah kafir, karena al-Qur'an
mengatakan: "Barang siapa yang tidak memutuskan menurut apa yang
diturunkan Allah, maka merreka itu adalah orang-orang yang kafir." (Q.S. al-
Maidah:5:44).[2]
6
dengan perbuatan ('amal ubilarkan). Sehingga jika orang yang tidak beriman
dan melakukan dosa besar dianggap kafir.
Lambat laun kaum Khawarij pecah menjadi beberapa sekte. Konsep kafir
turut pula mengalami perubahan. Yang dipandang kafir bukan lagi hanya
orang yang tidak menentukan hokum dengan al-Qur'an, tetapi orang yang
berbuat dosa besar juga dipandang kafir.
BAB III
7
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kehendak Tuhan dipahami oleh aliran Mu’tazilah sebgai kehendak yang tidak
mutlak-mutlaknya, namun dibatasi akan kebebasan dan perbuatan manusia,
keadilan Tuhan, kewajiban Tuhan kepada manusia dan sunnatullah. Sedangkan
oleh aliran Asy’ariyah, kehendak tuhan ini dipahami sebagai kehendak mutlak
yang dipahami sebagai menempatkan sesuatu pada tempatnya .Menurut
Mu’tazilah dipahami sebagai sesuatu yang terpusat pada kepentingan manusia.
Kehendak Tuhan dipahami oleh aliran Mu’tazilah sebgai kehendak yang tidak
mutlak-mutlaknya, namun dibatasi akan kebebasan dan perbuatan manusia,
keadilan Tuhan, kewajiban Tuhan kepada manusia dan sunnatullah. Sedangkan
oleh aliran Asy’ariyah, kehendak tuhan ini dipahami sebagai kehendak mutlak
yang dipahami sebagai menempatkan sesuatu pada tempatnya .Menurut
Mu’tazilah dipahami sebagai sesuatu yang terpusat pada kepentingan manusia.
B. Saran
Demikian makalah ini kami susun dengan segala keterbatasan yang ada.
Untuk itu saran, masukan dan kritik yang membangun kami nantikan demi
perbaikan makalah ini.
8
DAFTAR PUSTAKA