Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

PERIODESASI PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN


TEOLOGI ISLAM PERTENGAHAN

Disusun untuk memenuhi tugas


Mata Kuliah : Studi Teologi Islam
Dosen Pengampu : Siti Rofi’ah, M.Pd

Kelompok 2 :

 Nizar Farhani (2193044019)


 Ummu Salma Nur Tsania (2193044003)
 Siti Robiah Al-Adawiyah (2193044011)

Prodi : Pendidikan Agama Islam


Fakultas Agama Islam (FAI)

Universitas Hasyim Asy’ari (UNHASY)


Tebuireng Jombang
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat
dan hidayah-Nya, sehingga dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini.
Adapun tujuan dari penyusunan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata
kuliah Studi Teologi Islam. selain itu, makalah ini bertujuan untuk menambah wawasan
tentang Periodesasi Pertumbuhan dan Perkembangan Teologi Islam Pertengahan.
Penulis menyadari bahwa penyusunan makalah ini tidak lepas dari dukungan berbagai
pihak , oleh karena itu penulis ucapkan terimakasih kepada Ibu Siti Rofi’ah, M.Pd selaku
dosen pengampu mata kuliah Studi Teologi Islam dan juga semua pihak yang telah
berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Meskipun telah disusun dengan maksimal penulis menyadari bahwa makalah ini
sangat banyak kekurangannya dan masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu penulis
sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari para pembaca.
Demikian yang dapat penulis sampaikan, semoga para pembaca dapat mengambil
manfaat dan pelajaran dari makalah ini.

Jombang , 20 Februari 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................i
DAFTAR ISI ...................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN..............................................................................1
A. Latar Belakang ................................................................................1
B. Rumusan Masalah............................................................................1
C. Tujuan...............................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN................................................................................2
A. Pengertian Teologi Islam.................................................................2
B. Sejarah Teologi Islam masa Pertengahan.........................................3
C. Pertumbuhan dan Perkembangan Teologi Islam..............................4
BAB III PENUTUP.........................................................................................6
A. Kesimpulan......................................................................................6
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................7

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Islam merupakan sebuah agama yang istimewa. Agama yang bisa dikatakan
sebagai Rahmatan lil alamin atau rahmat seluruh alam. Oleh karena itu, agama Islam
tidak hanya berkembang dan tumbuh pesat di daerah asalnya saja yakni Jazirah Arab,
melainkan juga tumbuh dan berkembang pesat di berbagai penjuru dunia, mulai dari
Afrika, Eropa bahkan sampai berkembang pesat di Asia seperti di Indonesia. Tidak
dapat dipungkiri bahwa keberhasilan Islam mampu menyebar, tumbuh, dan
berkembang pesat ke berbagai penjuru dunia ini salah satunya karena munculnya
banyak pemikir-pemikir Islam yang memiliki pemikiran cemerlang dalam berbagai
bidang. Mulai dari bidang pendidikan, ilmu pengetahuan, fiqh, tasawuf, filsafat, tarikh
dan lain sebagainya. Sayangnya pemikir-pemikir tersebut dan pemikiranya hanya
tumbuh dan berkembang di masa awal saja ( Masa Rasulullah, Khalifah dan Bani
Umayyah serta Abassiyah ).
Memasuki masa pertengahan pada sekitar tahun 1250 M pemikiran-pemikiran
cemerlang yang timbul dari umat Islam mulai tumpul dan statis. Corak pemikiran
Islam dalam bidang fiqh, tasawuf, filsafat, teologi mulai berbeda dari masa-masa
sebelumnya. Hal tersebut mengakibatkan Islam mengalami kemunduran.
Kemunduran Islam yang terjadi pada masa pertengahan ini membuat Islam sulit
bangkit dan mulai tertinggal dari umat lain bahkan hingga masa kini. Oleh karena
itulah, makalah ini akan membahas mengenai pemikiran Islam pada masa
pertengahan.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa pengertian tentang Teologi Islam ?
2. Sejarah Teologi Islam pada masa pertengahan ?
3. Bagaimana Pertumbuhan dan Perkembangan Teologi Islam pada masa pertengahan ?
C. TUJUAN
Untuk mengetahui apa itu Teologi Islam, Sejarah Teologi Islam dan Bagaimana
Pertumbuhan dan Perkembangan Teologi Islam pada masa pertengahan.

1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Teologi Islam
Teologi berasal dari kata theos dan logos. Theos berarti Tuhan, Allah,
sedangkan logos berarti ilmu, wacana. Dengan kata lain, bahwa teologi merupakan
ilmu yang membahas tentang Allah. Atau juga bisa diartikan sebagai doktrin-doktrin
atau keyakinan-keyakinan tentang Allah dari kelompok keagamaan tertentu atau dari
para pemikir perorangan.1 Ilmu ini dikenal sebagai ilmu yang berdiri sendiri sejak
masa khalifah Al-Makmun dari Bani Abbasiyah. Dimana sebelumnya pembahasan
mengenai kepercayaan Islam itu dibahas dalam Al-Fiqhu Fiddin. 2 Dalam buku ini
juga disebutkan beberapa nama yang membahas persoalan tentang pokok ajaran
Islam, antara lain: Teologi dalam Islam disebut juga dengan ilmu kalam dikarenakan
persoalan penting yang menjadi pembicaraan pada abad permulaan hijrah
ialah firman Tuhan (kalam Allah), sehingga seluruh isi dari ilmu kalam merupakan
bagian yang terpenting, dan dasar dari ilmu kalam adalah dalil-dalil pikiran dari para
mutakallimin, bahkan mereka jarang untuk kembali kepada dalil naqal (al-Qur’an dan
hadits) sebelum mereka menentukan pokok permasalahannya terlebih dahulu dengan
benar.
Ilmu kalam juga disebut dengan ilmu tauhid dikarenakan kata tauhid berarti
satu atau Esa, dengan tujuan untuk menetapkan keesaan Allah dalam zat dan
perbuatan-Nya, dan hanya kepada Allah tempat tujuan terakhir alam ini. Ilmu kalam
juga disebut dengan ilmu aqaid atau ilmu ushuluddin, dikarenakan persoalan yang
menjadi pokok pembicaraan adalah persoalan kepercayaan yang merupakan pokok
dalam ajaran beragama. Dan ilmu kalam juga disebut dengan ilmu teologi (ilmu
allahut), dikarenakan mereka menggunakan akal pikiran mereka dalam memahami
nash-nash agama dalam mempertahankan kepercayaan mereka.3 Menurut Ibnu
Khaldun, ilmu kalam berarti ilmu yang berisi alasanalasan untuk mempertahankan
kepercayaannya dengan menggunakan dalil-dalil pikiran yang berisikan bantahan-
bantahan terhadap orang-orang yang menyeleweng dari kepercayaan aliran golongan
aliran golongan salaf dan Ahli Sunnah.4 Dan Aristoteles merupakan salah seorah
1
Lorens Bagus, Kamus Filsafat......, 1090.
2
Sahilun Nasir, Pemikiran Kalam (Teologi Islam); Sejarah, Ajaran, dan Perkembangannya (Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada, 2012), 3.
3
Ahmad Hanafi, Teologi Islam ........., 5.

4
Ibid., 3.

2
filsuf pertama yang menganggap bahwa teologi sebagai suatu disiplin, seraya
mengidentikkan dengan filsafat pertama, yang tertinggi dari semua ilmu teoretis, yang
kemudian dinamakan dengan “metafisika”.5
Berdasarkan paparan di atas, bahwa teologi Islam merupakan suatu disiplin
ilmu yang membicarakan persoalan kepercayaan manusia terhadap Tuhannya dengan
bukti-bukti yang logis.

B. Sejarah Teologi Islam Pada Masa Pertengahan


Periode pertengahan dibagi menjadi dua. Fase kemajuan terjadi pada tahun
(650 -1250 M ) yang ditandai dengan sangat luasnya kekuasaan Islam, ilmu dan sain
mengalami kemajuan dan penyatuan antar wilayah Islam dan Fase kemunduran terjadi
pada tahun (1250 – 1500 M) yang ditandai dengan kekuasaan Islam terpecah-pecah
dan menjadi kerajaan-kerajaan yang terpisah pisah. Pada masa ini, desentralisasi dan
disintegrasi meningkat. Perbedaan Sunni dan Syi'ah, demikian juga Arab dan Persia,
semakin tampak jelas. Dunia Islam pada zaman ini pun terbagi dua, yaitu Arab (yang
terdiri atas Arabia, Irak, Suria, Palestina, Mesir dan Afrika Utara, dengan Mesir
sebagai pusat) serta Persia (yang terdiri atas Balkan, Asia Kecil, Persia, dan Asia
Tengah). Kemunduran Islam pada abad pertengahan, pada umumnya yang menjadi
penyebab diantaranya adalah sebagai berikut:
 Tidak menjaga dengan wilayah kekuasaan yang luas
 Penduduknya sangat heterogen sehingga mengalami kendala dalam
penyatuan
 Para penguasanya lemah dalam kepemimpinanya
 Krisis ekonomi
 Dekadensi moral yang tidak terkendali
 Apatis dan stagnasi dalam dunia iptek
 Konflik antar kerajaan islam
Terlebih lagi setelah, pasukan Mughal yang dipimpin oleh Hulagu Khan
berhasil membumihanguskanBaghdadyang merupakan pusat kebudayaan dan
peradaban Islam yang kaya dengan ilmu pengetahuan, hal ini terjadi pada tahun 1258
M.Saat itu kekhalifahannya dipimpin oleh khalifah Al Mu’tashim, penguasa
terakhirBani Abbas di Baghdad.

5
Lorens Bagus, Kamus Filsafat..........., 1090-1091.

3
Setelah Baghdad ditaklukkan Hulagu, umat islam dikuasai oleh Hulagu Khan
yang beragama Syamanism tersebut, kekuatan politikIslam mengalami kemunduran
yang sangat luar biasa. Wilayah kekuasaannya terpecah-pecah dalam beberapa
kerajaan kecil yang tidak bisa bersatu, satu dan lainnya saling memerangi.
Peninggalan-peninggalan budaya dan peradaban Islam hancur ditambah lagi
kehancurannya setelahdiserang oleh pasukan yang dipimpin oleh Timur Lenk.
Masa Tiga Kerajaan Besar (1500-1800 M), yang dimulai dengan zaman
kemajuan (1500-1700 M), kemudian zaman kemun duran (1700-1800 M). Tiga
kerajaan besar ini ialah Kerajaan Usmani (Ottoman Empire) di Turki, Kerajaan
Safawi di Persia, dan Kerajaan Mughal di India Pada masa kemajuannya, ketiga
kerajaan besar tersebut mem punyai kerajaan masing-masing, terutama dalam bentuk
literatur dan arsitek. Masjid-masjid dan gedung-gedung indah yang didirikan sewaktu
itu masih dapat dilihat distanbul, Tibriz, Isfahan, serta kota kota lain di Iran dan Delhi.
Keadaan perkembangan Islam secara keseluruhan baru mengalami kemajuan
kembali walaupun tidak sebanding dengan masa sebelumnya ( klasik) setelah
berkembangnya tiga kerajaan besar yaitu kerajaan Usmani di Turki, kerajaan Mughal
di India dan kerajaan Safawi di Persia. Diantara ketiga kerajaan tersebut yang terbesar
dan paling lama bertahan adalah kerajaan Usmani.
1. Kerajaan Usmani
Kerajaan Utsmani didirikan oleh bangsa Turki dari kabilah Oghuz yang
mendiami daerah Mongol dan daerah utara negeri Cina yang bernama Usmani atau
Usmani Idan memproklamirkan diri sebagai Padisyah al Usman atau raja besar
keluarga Usman tahun 1300 M (699 H). Kerajaan yang didirikan oleh Usmani ini
selanjutnya memperluas wilayahnya ke bagian Benua Eropa. Ia menyerang daerah
perbatasan Bizantium dan menaklukkan kota Broessa tahun 1317 Msehingga tahun
1326Mdijadikan sebagai Ibukota Negara. Pada masa pemerintahan Orkhan, kerajaan
Usmani menaklukkan Azmir tahun 1327 M, Thawasyannly tahun 1330 M, uskandar
tahun 1338 M, Ankara 1354 M dan Gallipoli tahun 1356 M. Daerah-daerah tersebut
adalah bagian benua Eropa yang pertama kali diduduki kerajaan Usmani.
Kemajuan-kemajuan kerajaan Usmani yaitu dalam bidang pemerintahan dan
kemiliteran, bidang ilmu pengetahuan dan budaya misalnya kebudayaan Persia,

4
Bizantium dan arab, pembangunan Masjid-Masjid Agung, sekolah-sekolah,
rumah sakit, gedung, jembatan, saluran air villa dan pemandian umum dan di bidang
keagamaan.misalnya sepertifatwa ulama yang menjadi hukum yang berlaku.
Kerajaan Usmanisepeninggal Sultan Al Qanuni, mengalami kemunduran yang
disebabkan oleh berbagai problema sebagai berikut:
 Penduduknyasangat heterogen
 Tidak dapat menguasai wilayah yang luas
 Kepemimpinannya lemah
 Terjadinya dekadensi moral
 Krisis ekonomi dan
 Ilmu dan tekhnologi stagnan.
2. Kerajaan Safawi Di Persia
Kerajaan Syafawi, mulanyaadalah sebuah gerakan tarekat yang berdiri di
Ardabil (Azerbaijan). Tarekatnya bernama tarekat Safawiyah, nama ini
diambildarinama pendirinya yang bernamaSafi-Al Din dan nama Syafawidilestarikan
setelah gerakannya berhasil mendirikan kerajaan. Jalan hidup yang ditempuh Al Din
adalah jalan sufi dan mengembangkan tasawuf Safawiyah menjadi gerakan
keagamaan yang sangat berpengaruh di Persia, Syiria dan Anatolia. Yang semula
bertujuan memerangi orang-orang yang ingkar dan memerangi orang-orang yang ahli
bid’ah. Lama kelamaan pengikut tarekat Syafawiyahberubah menjadi tentara dan
fanatik dalamkepercayaan dan menentang keras terhadap orang selain Syiah Dalam
perkembangannya, kerajaan Syafawi selanjutnya dipimpin oleh Ismailyang baru
berusia tujuh tahun. Ismail beserta pasukannya yang bermarkas di Gilanselama
limabelas tahun mempersiapkan kekuatannyadan mengadakan hubungan dengan para
pengikutnya di Azerbeijan, Syiria dan Anatolia dan pasukan tersebut dinamai
Qizilbash atau baret merah.
Saat kepemimpinan Ismail, pada tahun 1501 M, pasukannya dapat
mengalahkan AK Koyunlu di Sharur danTabriz sehingga Ismail memproklairkan
dirinya menjadi raja pertama dinasti Syafawi dan berkuasa selama 23 tahun. Masa
keemasan kerajaan Syafawiterjadi pada masa kepemimpinan Abbas Iyaitu di bidang
pilitik, ekonomi, ilmu pengetahuan dan bidang pembangunan fisik dan seni.
Kemajuan yang dicapainya membuat kerajaan Syafawimenjadi salah satudari tiga
kerajaan besar Islam yang diperhitungkan oleh lawan-lawannya terutama dibidang

5
politik dan militer. Setelah mengalami kejayaan, kerajaan Safawi tidak lama
kemudian mengalami kemunduran penyebabnya adalahantara lain:
a. Kemerosotan moral para pemimpin kerajaan
b. Konflik yang berkepanjangan dengan kerajaan Usmani dan
c. Pasukan yang dibentuk Raja Abbas I yaitu pasukan Ghulam tidak memiliki
jiwa pratirotik
3. Kerajaan Mughal di India
Kerajaan Mughal adalah kerajaan yang termuda diantara tiga kerajaanbesar
Islam. Kerajaan ini didirikan oleh Zahiruddin Babur (1482-1530). Babur dengan
bantuan Raja Safawidapat menaklukkanSamarkhad tahun 1494 M. Tahun 1504 M
dapat menduduki Kabul ibukota Afganistan. Setelah itu, Raja Baburmengadakan
ekspansi terus-menerus. Kerajaan Mughal mencapai jaman keemasan semasa Raja
Akbar, persoalan-persoalan dalam negeri dapat diatasidengan baik dan mengadakan
ekspansisehingga dapat menguasai Chudar, Ghond, Chitor, Ranthabar, kalinjar,
Gujarat, surat, Bihar, Bengal Orissa, Kashmir, Gawilgarth, Ahmadnagar, Narhala dan
Ashirgah. Semua yang dikuasai kerajaan tersebut diperintah dalam suatu pemerintah
militeristik. Kemajuan – kemajuan kerajaan mughal diantaranya:
 Di bidang Ekonomi, mengembangkan program pertanian, pertambangan, dan
perdagangan. Masalah sumber keuangan Negara lebih banyak bertumpu pada sektor
pertanian.
 Di bidang seni dan budaya misalnya karya sastra gubahan penyair istana, penyair
yang terkenal yaitu Malik Muhammad Jayazi dengan karyanya padmavat (karya yang
mengandung pesan kebajikan jiwa manusia), karya-karya arsitektur seperti istana
fatpur Sikri di Sikri, vila dan masjid-masjid
Pada tahun 1858 Mkerajaan Mughal juga mengalami kemerosotan,
penyebabnya antara lain:
 Kemerosotan moral dan para pejabatnya bermewah-mewahan
 Pewaris kerajaan dalam kepemimpinannya sangat lemah dan
 Kekuatan mililernya juga lemah
Kemajuan umat Islam pada zaman ini lebih banyak ketimbang periode klasik.
Sementara itu, zaman kemunduran ditandai oleh Kerajaan Usmani terpukul di Eropa,
Kerajaan Safawi dihancurkan oleh serangan-serangan suku bangsa Afgam, serta
daerah kekuasaan Kerajaan Mughal diperkecil oleh pukulan-pukulan para raja India.
Kekuatan militer dan politik umat Islam menurun. Sehingga, mereka mengalami
6
kondisi kemunduran drastis. Akhirnya, pada tahun 1798, Napoleon menduduki Mesir,
sebagai salah satu pusat Islam terpenting. Jatuhnya pusat umat Islam ke tangan Barat
menginsafkan dunia Islam.

C. Pertumbuhan dan Perkembangan Teologi Islam Pada Masa Pertengahan

Periode pertengahan berlangsung antara tahun 1250-1800 M., meliputi masa


kemunduran budaya dan peradaban Islam yang diawali dengan kehancuran Baghdad
sebagai pusat budaya Islam. Pada masa ini berdiri tiga kerajaan besar yaitu Daulah
Turki Utsmani di Turki, Daulah Shafawiyah di Iran, dan Daulah Mongol di India. 6
Perkembangan teologi pada periode pertengahan adalah hasil penyederhanaan dari
perkembangan teologi masa disintegrasi di penghujung periode klasik yang ditandai
dengan disingkirkannya filsafat sebagai metode pemahaman agama. Dalam
praktiknya metode filsafat yang awalnya dijadikan alat untuk menjelaskan teks wahyu
dalam kaitannya dengan problem dasar relasi manusia, alam dan Tuhan, telah
diarahkan secara terbatas semata-mata untuk menjustifikasi atau filsafat yang cukup
dominan dalam alam pikir Mu‟tazilah pada periode klasik telah menjadi semacam
antek suruhan teologi, yang mengakibatkan otoritas filsafat sebagai pengetahuan
menjadi kabur dan kurang kritis terhadap agama.7 Hasilnya tradisi berpikir kritis
dalam filsafat menjadi pudar. Pada periode ini al-Asy‟ariyah menempati posisi sentral
dalam dunia Islam dan telah menjadi faham yang dianut oleh mayoritas umat Islam.
Namun demikian terjadi pergeseran corak pikir dalam aliran al-Asy‟ariyah saat itu,
jika pada permulaanya al-Asy‟ariyah masih kental dengan metode filsafatnya, terlihat
dalam argumentasinya menentang paham Mu‟tazilah, maka pada periode ini al-
Asy‟ariyah telah benar-benar menjadi momok yang menakutkan bagi filsafat dengan
tantangannya terhadap filsafat yang dinilai oleh mutakallimin yang tergabung dalam
Ahl al-Sunnah wa al-Jamaah (al-Asy‟ariyah dan al-Maturidiyah) sebagai ajaran yang
bertentangan dengan wahyu, terutama dengan doktrin kekekalan alam dan doktrin
tentang Tuhan yang tidak mengetahui hal partikular, atau dalam istilah lain, Tuhan
terpisah dari ciptaan-Nya.8 Bahkan filsafat juga telah dicap sebagai perusak aqidah
6
Amin, Dinamika Islam, 58.

7
Agus Purwadi, Teologi Filsafat dan Sains (Malang: UMM-Press, 2002), 57.

8
Budhy Munawwar Rachman, “Tradisi dan Masa Depan Filsafat Islam”, dalam Ulumul Qur‟an, No. 3 Vol. I,
1989, 102.

7
umat. Akibatnya, ajaran-ajaran teologi Mu‟tazilah yang banyak dibangun atas metode
filsafat peripatetik (masysya‟iyyah)9 yang kental dengan filsafat Aristotelianis dan
sedikit terpengaruh oleh Neo-Platonisme tidak terhindar dari serangan komunitas
muslim ortodoks ataupun ”tradisionalis”.10

Periode abad pertengahan ini dinilai oleh Harun Nasution ditandai dengan
pudarnya pamor teologi Sunnatullah atau teologi bercorak rasional dan falsafi dalam
dunia Islam, yang berpindah ke Abd. Latif Barat melalui mahasiswa Eropa yang
belajar di Andalusia sebagai satu-satunya penerus tradisi filsafat dunia Islam ketika
itu.11 Implikasinya, menurut sebagian ahli, al-Asy’ariyah secara tidak disadari telah
membawa kesadaran umat bergerak linear sebatas dimensi mistis, mereduksi
kesadaran kosmik manusia dalam kungkungan paradigma yang sangat teosentris, atas
dasar penyangkalan terhadap peran kosmis manusia sebagai khalifah sekaligus subjek
yang dapat menentukan nasibnya sendiri.12 Atas dasar tersebut, Syed Hossein Nasr
menyatakan al-Asy’ariyah tidak memberikan sumbangan berarti bagi kemajuan sains
dalam Islam.13 Pandangan lain mengungkapkan bahwa al-Asy’ariyah bukanlah satu-
satunya faktor penyebab pemudaran tradisi keilmuan umat Islam, karena dalam
kenyataannya banyak faktor yang turut berpengaruh terhadap kemunduruan umat
Islam periode pertengahan atau periode kemunduran, seperti perpecahan politik,
ekonomi, dan tradisi kemasyarakatan Islam sendiri yang telah berubah dari koridor
awalnya. Dalam kenyataan tersebut ada indikasi yang layak dicermati, bahwa inti
pemahaman al-Asy’ari yang amat kaya dan tidak kurang rasionalnya dengan
Mu’tazilah, tampaknya banyak disalahartikan dan disederhanakan oleh masyarakat
awam Islam yang menganutnya. Ajaran al-Asy’ariyah karena interpretasi tertentu
dirasakan mendukung tradisi fatalis, yang memang menjadi tradisi induk beberapa
bangsa yang berkuasa ketika itu terutama Turki Uthmani.

Pemikiran teologi Islam yang berkecenderungan fatalis ini turut dikondisikan


pula oleh situasi dan ini hal yang wajar, karena teologi sendiri awalnya terlahir oleh
adanya pertentangan politik antara Ali bin Abi Thalib dan Mu’awiyah, hingga
9
Murtadha Muthahhari, Tema-tema Filsafat Islam (Bandung: Mizan, 1993),. 29-30.

10
Purwadi, Teologi Filsafat dan Sains, 58.

11
Lihat Muzani (ed.), Islam Rasional, 116.

12
Muzani (ed.), Islam Rasional, 60.
13
Lihat Syed Hossein Nasr, Intelektual Islam, Teologi, Filsafat dan Gnosis (Yogyakarta: CIIS Press, 1995), 23.

8
akhirnya lebih cenderung dijadikan sebagai sarana pengokohan suatu pandangan
politis tertentu, dengan dalih sebagai ajaran teologis-dogmatis yang diperkuat oleh
ayat atau hadith yang ditafsirkan dan disesuaikan dengan cara pikir yang dianut oleh
aliran teologi masing-masing.14 Secara politis pengaruh al-Asy’ariyah dalam periode
pertengahan yang dominan adalah berkat sokongan otoritas penguasa, terutama
dinasti Saljuk yang mampu menyebarluaskan paham al-Asy’ariyah dan patronnya
Syafi’iyah, hingga menjadikannya sebagai paham yang dianut oleh mayoritas umat
Islam. Berkat argumentasi teologis yang melenakan, kalangan awam dibuat terlena
dalam tindakan apologi tekstualis yang melibatkan teks wahyu sebagai legitimasi.15

Perkembangan teologi pada periode abad pertengahan ini ditandai pula oleh
corak teologi yang dogmatis di mana pandangan teologis banyak dijustifikasi
berdasarkan wahyu, yang secara perlahan membawa suatu kekaburan antara wahyu
dan produk pemikiran teologi, mengingat pandangan teologi selalu dikaitkan dengan
ayat-ayat al-Qur‟an. Dalam proses pembauran tersebut, produk rumusan teologi yang
relatif akhirnya diklaim dalam normativitas dan finalitas wahyu. Hal ini yang menjadi
awal kesulitan umat Islam, hingga dewasa ini untuk membedakan antara sisi ajaran
wahyu yang bersifat esensial dengan sisi tuntutan sejarah kemanusiaan yang bersifat
lokal profan, karena keduanya terlanjur disamaratakan sebagai yang esensial dan
normatif.16 Abd. Latif Corak pemikiran teologi yang demikian inilah yang mewarnai
teologi Islam ketika itu, bahwa pada periode pertengahan umat Islam lebih dikuasai
oleh corak teologi bercorak wahyi, sebuah teologi yang bersifat amat tekstualis hingga
hasil rumusannya sangatlah metafisis, dengan ciri-ciri, merendahkan kedudukan akal,
kemauan dan kehendak manusia dilihat dalam ketidakbebasan, sikap berpikir amat
statis, tidak percaya pada kausalitas, al-Qur‟an dan Hadits dipahami secara tekstual,
serta kebebasan berpikir banyak diikat oleh dogma agama.17 Imbas dari corak
pemikiran teologi demikian ini adalah hanya memahami teologi sebatas ilmu tentang
Tuhan dalam kawasan metafisika, yang kentara dalam rumusan teologi yang tidak
praktis dan kurang aplikabel dalam kehidupan nyata. Namun tidak dapat disangkal

14
M. Amin Abdullah, Falsafah Kalam di Era Postmodernisme (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1995), 50.

15
Disari dari Binyamin Abrahamov, Islamic Theology: Tradisonalism and Rationalism, (terj), Nuruddin
Hidayat, Ilmu Kalam: Tradisonalisme dan Rasionalisme dalam Teologi Islam (Jakarta: Serambi Ilmu Semesta,
2002), 81-82.
16
Abrahamov, Ilmu Kalam, 52.

17
Muzani (ed.), Islam Rasional, 60.

9
teologi abad pertengahan banyak mendorong usaha transmisi tradisi Islam klasik
secara ketat, walaupun dilakukan secara tidak kreatif, terutama melalui institusi
tarekat yang kemudian berkembang pesat di dunia Islam.

Pada zaman ini, teologi sunnatullah dengan pemikiran rasional, filosofis dan
ilmiah: hilang dari dunia islam dan pindah ke Eropa melalui mahasiswa-mahasiswa
Barat yang datang belajar ke Andalusia (Spanyol Islam) dan melalui penerjemahan-
penerjemahan buku-buku islam kedalam bahasa Latin. Di Eropa berkembang
Averroisme, yang membawa pemikiran rasional, filosofis dan ilmiah dari Ibnu Rusyd,
filosof Ilam abad ke dua belas. Averroisme mendorong lahirnya Renaissance di Eropa
yang pada gilirannya membawa Eropa ke zaman Modern dengan kemajuannya yang
pesat dalam sains dan teknologi. Pada zaman itulah dunia islam justru memasukkan
zama Pertengahan yang merupakan zaman kemunduran. Teologi sunnatullah dengan
pemikiran rasional, filosofis dan ilmiahnya itu hilang dari dunia islam dan digantikan
oleh teologi kehendak mutak Tuhan (Jabariyah atau fatalisme), yang besar
pengaruhnya pada umat islam dunia, mulai dari pertengahan abad kedua belas sampai
zaman kita sekarang ini. Ciri-ciri teologi kehendak mutlak Tuhan (Jabariyah) itu
adalah:

1. Kedudukan akal yang rendah

2. Ketidak bebasan manusia dalam kemauan dan perbuatan

3. Kebebasan berpikir yang diikat dengan banyak dogma

4. Ketidak percayaan kepada sunnatullah dan kausalitas

5. Terikat kepada arti tekstual dari Al-Qur’an dan Hadits

6. Statis dalam sikap dan berpikir

Kedudukan akal yang rendah membuat pemikiran dalam segala bidang


kehidupan tidak berkembang, bahkan berhenti. Sikap Taklid, yak ni mengikuti
pemikiran ulama zaman klasik sebagaimana adanya, berkembang subur dalam
masyarakat. Tidak ada kemajuan dalam pemikiran. Tidak mengherankan kalau umat
islam zaman pertengahan berorientasi keakhiratan serta menganggap kehidupan dunia
sebagai sesuatu yang hina. Karena itu pekerjaan seperti dagang, industri dan pertanian
dianggap rendah. Itu semua dipandang sebagai pekerjaan yang hanya layak bagi kaum

10
non-muslim. Pandangan itu pulalah antara lain, yang membuat sains hilang dari dunia
islam zaman pertengahan, sedangkan di Eropa Barat pada waktu yang bersamaan
sains dan teknologi berkembang dengan pesat. Juga tidak adanya kepercayaan pada
sunnatullah yang mengatur alam ini, mempunyai pengaruh terhadap lenyapnya sains
dari dunia Islam zaman abad pertengahan.

Etos kerja ulama dan umat islam zaman pertengahan dibandingkan dengan
etos kerja ulama dan umat pada zaman Klasik jauh menurun. Etos kerja dalam bidang
sains dan filsafat lenyap, sedangkan etos kerjs dalam bidang ekonomi, industri dan
pertanian menurun. Hanya etos kerja dalam bidang politik yang agak menonjol,
karena pada zaman pertengahan masih terdapat tiga negara adikuasa, yaitu kerajaan
Turki Usmani, kerajaan Syafawi dan kerajaan Mughal.18

BAB III

PENUTUP

18
Ibid., h. 118 Ahmad Zaeny,Teologi Sunnatullah..... Al-AdYaN/Vol.VIII, N0.1/Januari-Juni/2013 62

11
A. Kesimpulan

Teologi merupakan ilmu yang membahas tentang Allah. Atau juga bisa diartikan
sebagai doktrin-doktrin atau keyakinan-keyakinan tentang Allah dari kelompok keagamaan
tertentu atau dari para pemikir perorangan Teologi islam pada periode pertengahan dibagi
menjadi dua, yakni fase kemajuan dan fase kemunduran. Fase kemajuan terjadi pada tahun
(650 -1250 M ) yang ditandai dengan sangat luasnya kekuasaan Islam, ilmu dan sains
mengalami kemajuan dan penyatuan antar wilayah Islam dan Fase kemunduran terjadi pada
tahun (1250 – 1500 M) yang ditandai dengan kekuasaan Islam terpecah-pecah dan menjadi
kerajaan-kerajaan yang terpisah pisah. Namun pada periode pertengahan ini, dinilai sebagai
periode yang mengalami kemunduran. Periode pertengahan berlangsung antara tahun 1250-
1800 M, meliputi masa kemunduran budaya dan peradaban Islam yang diawali dengan
kehancuran Baghdad sebagai pusat budaya Islam.

Namun, meskipun mengalami kemunduran. Pada masa pertengahan ini, islam juga
mengalami kemajuan teknologi. Perkembangan teologi pada periode abad pertengahan ini
ditandai pula oleh corak teologi yang dogmatis di mana pandangan teologis banyak
dijustifikasi berdasarkan wahyu, yang secara perlahan membawa suatu kekaburan antara
wahyu dan produk pemikiran teologi.

DAFTAR PUSTAKA

Harun Nasution, Islam Rasional, Mizan, Bandung, Cet. Pertama, 1995

12
Ridwan Effendi , Teologi Islam 2021

Zuhdi Jar Allah, al-Mu’tazilah al-Ahliyyah al-Nasyr wa al-Tauzi, Beirut, 1974.

Joko Winarto, Perkembangan Islam Abad Pertengahan ,2010

Ibid., h. 118 Ahmad Zaeny,Teologi Sunnatullah..... Al-AdYaN/Vol.VIII,


N0.1/Januari-Juni/2013 62

13

Anda mungkin juga menyukai