Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

PENGERTIAN PENDEKATAN STUDI ISLAM


Dosen Pembimbing : Bpk. Muzayyin, M.E.

Disusun oleh kelompok 2 :

1. Abdul Wafi (222105030010)


2. Isyaraqi Nadiatul Hoirot (221105030046)
3. Wahyu Tri Ningsih (221105030060)

PRODI AKUNTANSI SYARIAH


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI KH. ACHMAD SIDDIQ JEMBER
2022/2022

1
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Alah SWT. Tuhan semesta alam yang telah melimpahkan rahmat
dan hidayahnya sehingga kami mampu untuk menyelesaikan karya tulis ini yang berjudul
“Pengertian Pendekatan Studi Islam”. Walaupun dalam proses pembuatan karya tulis ini
kami mendapat beberapa hambatan dan masalah tapi dengan bantuan beberapa pihak dan
dengan iasng Dzat Yang Maha Kuasa akhirnya kami ias menyelesaikan karya tulis ini.
Shalawat serta salam penulis sampaikan kepada Rasulullah Muhammad SAW yang telah
memberikan warna ilahiyah dalam kehidupan manusia di alam semesta ini.

Karya tulis ini dibuat sebagai pelengkap tugas Pengantar Studi Islam semester
satu dan sebagai bukti bahwa kami mengerti teori dari materi. Semoga karya tulis ini
dapat bermanfaat bagi para pembaca. Kami menyadari bahwa dalam karya tulis ini masih
banyak kekurangan dan terdapat banyak kelemahan, oleh karena itu kritik dan saran dari
para pembaca sangat diharap kan dan akan diterima dengan senang hati demi
penyempurnaan karya tulis ini dimasa mendatang.

Jember, 13 September 2022

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ……………………………………………………….……….................. 2

DAFTAR ISI …………………………………………………………………….......................... 3

BAB 1 PENDAHULUAN …………………………..….…….……………………………......... 4

1.1 Latar Belakang …………………..………….……………………………………............ 4


1.2 Rumusan Masalah …………………………...……………………………………..….... 4
1.3 Tujuan ……………………..………………………………………………...................... 4

BAB 2 PEMBAHASAN …………………………...………………………………………......... 5

2.1 Pengertian Pendekatan Studi Islam ……………………………...………………………. 5


2.2 Pengertian Pendekatan Teologis dalam Studi Islam …………………………………….. 5
2.3 Pengertian Pendekatan Filosofis dalam Studi Islam...…………………………………… 7

BAB 3 PENUTUP………………………………………………………………………............ 11

3.1 Kesimpulan ……………………………………………………………………….......... 11


3.2 Saran ………………………….………………………………………………............... 11

DAFTAR PUSAKA ………………………………………………………………………….... 12

3
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Secara teoritis Islam adalah agama yang ajaran-ajarannya diwahyukan Tuhan
kepada manusia melalui Muhammad sebagai Rasul. Islam pada hakikatnya membawa
ajaran yang bukan hanya mengenai berbagai segi dalam kehidupan manusia. Sumber
ajaran yang mengambil dari berbagai aspek adalah Al-Qur’an dan Hadist.

Sumber-sumber ajaran Islam yang merupakan bagian pilar penting kajian Islam
dimunculkan agar dikursuskan dan paradigm keislaman tidak keluar dari sumber aslinya.

Selain itu pokok-pokok ajaran islam dan sejarah realitas pelaksanaannya


merupakan bagian yang perlu dikaji. Dalam kajian ini diperlukan beberapa pendekatan
studi Islam sehingga pemahaman tenatng studi Islam lebih mudah untuk dicapai.
[emahaman itu perlu didekati dengan berbagai dimensi, yaitu diantaranya mengenai
makna tentang Islam.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan pendekatan studi Islam?
2. Apa yang dimaksud dengan pendekatan teologis dalam studi Islam?
3. Apa yang dimaksud dengan pendekatan filosofi dalam studi Islam?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi pendekatan studi Islam.
2. Untuk mengetahui macam-macam pendekatan studi Islam.
3. Untuk mengetahui definisi pendekatan filosofi dalam studi islam.

4
BAB 2
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Pendekatan Studi Islam


Pendekatan adalah suatu cara kerja untuk memudahkan peserta pendidik/warga
belajar agar peserta didik atau warga belajar ingin belajar untuk mencapai tujuan yang
telah ditentukan.

Pendekatan adalah cara pendang atau pradigma yang terdapat dalam suatu bidang
ilmu yang selanjutnya digunakan dalam memahami agama (Uicha, 2011).

Pendekatan studi Islam adalah suatu cara kerja untuk memudahkan seseorang
mengetahui dan memahami konteks Islam secara luas dan menyeluruh agar tidak muncul
pola fikir yang dangkal dan mudah terpengaruh.1

2.2 Pendekatan Teologis


Teologi merupakan cabang filsafat yang mempelajari pengetahuan tentang
hakikat Tuhan serta keberadaannya.

Teologi berasal dari bahasa Yunani yaitu "Theos" yang berarti Allah atau Tuhan
dan "logis" yang artinya ilmu. Teologi adalah ilmu yang mempelajari segala sesuatu
yang berkaitan dengan keyakinan beragama atau ilmu yang mempelajari tentang
Tuhan.

Teologi adalah pembahasan materi tentang eksistensi Tuhan dan tuhan-tuhan


dalam sebuah konsep nilai-nilai ketuhanan yang terkonstruksi dengan baik sehingga
pada akhirnya menjadi sebuah agama atau aliran kepercayaan.
Lahirnya pemikiran-pemikiran ulama dibidang teologi yang berimplikasi

Pendekatan teologis dibedakan menjadi tiga, yaitu:


1) Teologi Normatif/Apologis
Pendekatan teologi normatif atau apologis adalah sebuah upaya
memahami agama dengan menggunakan kerangka ilmu ketuhanan yang
menimbulkan keyakinan bahwa agama yang dianutnya dianggap paling benar jika
dibandingkan dengan agama yang lainnya.

1
http://lalalala-baymax.blogspot.com/2017/03/makalah-pendekatan-studi-islam.html?m=1
5
2) Teologi Dialogis
Pendekatan teologi dialogis adalah mengkaji agama tertentu dengan
menggunakan perspektif agama lain. Teologi ini bertolak dari perspektif teologi
Kristen, bahkan banyak digunakan orientalis dalam mengkaji Islam.

3) Teologi Konvergensi
Pendekatan teologi konvergensi adalah metode pendekatan terhadap
agama dengan melihat unsur-unsur persamaan dari masing-masing agama atau
aliran kepercayaan, untuk mempersatukan unsur esensial dalam agama-agama
sehingga tidak nampak perbedaan yang esensial.

Selain itu pemikiran-pemikiran ulama di bidang teologi yang berimplikasi pada


pembentukan peradaban umat Islam dicatat oleh sejarah. Dalam sejarah Islam, khususnya
dalam perkembangan teologi Islam di dunia, islam dibagi ke dalam tiga periode atau
zaman yang mana dalam setiap zaman teologi Islam tersebut memiliki karakteristik atau
ciri-ciri tersendiri yang membedakan antara hasil pemikiran teologis zaman yang satu
dengan zaman yang lainnya. Zaman tersebut meliputi zaman klasik 650-1250 M, zaman
pertengahan 1250-1800 M, dan zaman modern 1800 dan seterusnya.

Pada zaman klasik ini berkembang teologi sunnatullah. Sunnatullah adalah hukum
alam yang di barat disebut natural laws. Bedanya natural laws dengan ciptaan alam,
sedangkan sunnatullah adalah ciptaan Tuhan.

Diantaranya ciri-ciri teologi sunatullah adalah:

1. Kedudukan akal yang tinggi.


2. Kebebasan manusia dalam kemauan dan perbuatan.
3. Kebebasan berpikir hanya diikat oleh ajaran-ajaran dasar dalam Al-Qur’an dan
Al-Hadits yang sedikit sekali jumlahnya.
4. Percaya adanya sunnatullah dan kausalitas.
5. Mengambil arti metaforis dari teks wahyu.

Adapun ciri-ciri teologi kehendak mutlak Tuhan atau jabariyah itu adalah:

1. Kedudukan akal yang rendah.


2. Ketidakbebasan manusia dalam kemauan dan perbuatan.
3. Gagasan berpikir yang banyak diikat oleh dogma.
4. Ketidakpercayaan kepada sunnatullah dan kausalitas.
5. Terikat pada arti tekstual Alquran dan Al hadits.
6. Statis dalam sikap dan berpikir.2

2
Harun Nasution, Islam RAsional: Gagasan dan Pemikiran (Bandung:Mizan 1998), 116
6
Setelah dunia keilmuan Islam mandeg dan stagnan, tibalah abad ke-19, di
mana orang Eropa yang dahulu mundur dan sekarang telah maju itu, datang ke dunia
Islam. Dunia islam terkejut dan tidak menyangka bahwa Eropa yang telah mereka
kalahkan pada zaman klasik dahulu, pada zaman modern menguasai mereka.
Kerajaan Turki Usmani, Negara Edikuasa pada zaman pertengahan mulai mengalami
kekalahan-kekalahan dalam peperangannya di Eropa. Napoleon Bonaparte dalam
masa 3 minggu dapat menguasai seluruh Mesir pada tahun 1798 M.

Dunia islam terjaga dari tidurnya yang nyenyak dan muncul kesadaran bahwa
mereka telah mundur dan jauh ditinggalkan Eropa. Muncullah kemudian ulama dan
pemikir-mikir Islam dengan ide-ide yang bertujuan memajukan dunia Islam dan
mengajar ketinggalan dari barat sampai sekarang.

2.3 Pendekatan Fisolofi


Kata filosofi berasal dari kata filsafat, dari bahasa Yunani yaitu "pilos" yang
artinya cinta kepada kebenaran, ilmu dan hikmah.

Filsafat adalah berpikir secara mendalam, sistematik, radikal dan universal dalam
rangka mencari kebenaran, inti, hikmah atau hakikat mengenai segala sesuatu yang ada
(Galzaba 1973).

Menurut Purwadarmita (1999) filsafat sebagai pengetahuan dan penyelidikan


dengan akal budi mengenal sebab-sebab, asas-asas hukum dan sebagainya terhadap
sesuatu yang ada di alam semesta ataupun mengenai kebenaran dan arti adanya sesuatu.

Dari pendapat-pendapat tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa pendekatan


filosofis dalam arti semantik merupakan studi proses tentang kependidikan yang didasari
dengan nilai-nilai ajaran Islam menurut konsep cinta terhadap kebenaran, ilmu dan
hikmah yang bersumber dari Al-Qur'an dan Hadist.

Pendekatan filosofis dalam arti praktis adalah suatu pendekatan yang penilaiannya
berdasarkan akal atau rasional. Ukuran benda dan salahnya ditentukan dengan penilaian
akal, apakah bisa diterima oleh akal atau tidak.

Pengaruh filsafat Yunani membangkitkan umat Islam untuk mempelajari secara


mendalam tidak hanya terbatas pada bidang filsafat dan bidang ilmu pengetahuan seperti
ilmu kedokteran, kimia, astronomi dan matematika, tetapi sampai menyentuh ke seluruh
aspek dalam pemikiran umat Islam seperti halnya ilmu kalam, fiqih, tafsir dan tasawuf.
Seperti masuknya pengaruh filsafat dalam bidang ilmu kalam muncul persoalan tentang
kedudukan akal di samping wahyu dalam menemukan kebenaran, apakah Tuhan
7
mempunyai sifat atau tidak. Dalam bidang fiqih muncul persoalan yang sama apakah seseorang
dapat menetapkan hukum berdasarkan pada ijtihad akal. Dalam bidang tafsir tentang penggunaan
qiyas atau analogi, apakah seseorang dapat menafsirkan atau menakwilkan ayat. Kemudian dalam
bidang tasawuf muncul persoalanpersoalan sekitar filsafat nilai, masalah martabat dalam tarekat
yang dekat dengan masalah teori emanasi.3

Pengaruh filsafat juga melahirkan filosof-filosof muslim yang terkenal dalam


dunia Barat dan Timur, seperti Al-Kindi, al-Farabi, Ibnu Sina, al-Ghazali, Ibnu Rusyd, Ibnu
Bajah, Ibnu Thufail, Ikhwanushafa, Ibnu Maskawaih dan lain-lain. Selain itu juga
membangkitkan revolusi berpikir dalam dunia Islam, walaupun tidak menutup
kemungkinan adanya perbedaan pendapat. Perkembangan yang menarik adalah
penolakan dan penerimaaan yang dilakukan oleh pemikir Islam terhadap pengaruh
filsafat Yunani karena mereka sudah mempelajari secara mendalam terhadap filsafat
tersebut. Al-Ghazali misalnya telah menolak hasil-hasil pemikiran filosof muslim yang
didasarkan atas pemikiran Yunani, yang nyata-nyata bertentangan dengan ajaran Islam,
dalam bukunya Tahafuth al-Falasifah. Selanjutnya Ibnu Rusyd membela filosof muslim
dan menolak kesimpukan al-Ghazali dalam bukunya Tahafut alTahafut.

Pendekatan filosofis dalam kajian Islam berusaha untuk sampai kepada


kesimpulan-kesimpulan yang universal dengan meneliti dari akar permasalahannya,
metode ini bersifat mendasar dengan cara radikal dan integral karena
memperbincangkan sesuatu dari segi esensi atau hakikat sesuatu. 4 Pendekatan filosofis
diibaratkan sebagai pisau analisis untuk membedah Islam secara mendalam, integral
dan komprehensif untuk melahirkan pemahaman dan pemikiran tentang Islam yang
senantiasa relevan pada setiap waktu dan ruang atau shalih fi kulli zaman wal makan.
Filsafat berperan membuka wawasan berpikir umat dan digunakan sebagai pilar dalam
merekonstruksi pemikiran dan membongkar formalisme agama dalam istilah M. Arkoun
taqdis al-afkar al-diniyyah sebagai salah satu sumber ekslusivisme agama dan
kejumudan umat.5

Memahami agama melalui pendekatan filosofis agar dapat memberi makna


terhadap sesuatu yang dijumpainya, menangkap hikmah, hakikat atau inti yang
terkandung dalam ajaran agama, bisa dimengerti dan dipahami, sehingga dalam
melakukan amal ibadah tidak merasa hampa, kekeringan spiritual serta menimbulkan
kebosanan dalam menjalankannya. Selain itu juga dapat meningkatkan sikap,

3
Sir Muhamad Iqbal, The Reconstruction of Religious Thougt in Islam (New Delhi: Nusrat Ali
Nasri, 1981), h. 4.
4
Supiana, Metodologi Studi Islam (Jakarta: Ditjen Pendis Kemenag RI, 2012), h. 96. 20
5
Husein Heriyanto, Nalar Saintifik Peradaban Islam (Bandung: Mizan, 2011), h. 355.
8
penghayatan juga daya spiritualitasnya sehingga tidak terjebak dalam pemahaman
agama yang sekedar formalistik dan tidak menemukan nilai-nilai di dalamnya.

Pendekatan ini juga tidak menyepelekan bentuk ritual agama secara formal,
filsafat digunakan untuk mempelajari dari segi batin yang bersifat esoterik, sedangkan
bentuk formal memfokuskan segi lahiriahnya yang bersifat eksoterik. pendekatan yang
demikian sebenarnya sudah banyak digunakan oleh para ahli seperti Muhammad Al-
Jurjawi dalam bukunya Hikmah Al-Tasyri’ wa Falsafatuhu buku tersebut berusaha
mengungkapkan hikmah yang terdapat di balik ajaran-ajaran agama Islam.6

Perintah dalam ajaran Islam dalam bentuk ibadah misalnya jika dipahami dengan
pendekatan filosofis seperti shalat berjamaah hikmah yang terkandung di antaranya bisa
merasakan hidup secara berdampingan dengan orang lain. Mengerjakan puasa
agar seseorang dapat merasakan lapar dan menimbulkan rasa iba kepada sesamanya yang
hidup serba kekurangan. Demikian pula ibadah haji dalam menunaikan rukun Islam dapat
merasakan nilai-nilai spiritual yang terkandung di dalamnya, ibadah yang dilaksanakan di
kota Makkah dalam waktu bersamaan dengan bentuk gerak ibadah (manasik) yang sama
dengan yang dikerjakan lainnya dimaksudkan agar orang yang mengerjakan
berpandangan luas, merasa bersaudara dengan sesama muslim dari seluruh dunia. Thawaf
yang dikerjakan mengandung makna bahwa hidup harus penuh dengan dinamika yang
tak kenal lelah, namun semuanya itu harus tertuju sebagai ibadah kepada Allah semata.

Mengerjakan sa’i yakni lari-lari kecil menggambarkan bahwa hidup tidak boleh
putus ada, terus mencoba. Dimulai dari bukit Shafa yang artinya bersih dan berakhir pada
bukit Marwa yang artinya berkembang. Dengan demikian hidup ini harus diisi dengan
perjuangan yang didasarkan pada tujuan dan niat yang bersih sehingga dapat memperoleh
keberkahan. Sementara itu wukuf di Arafah maksudnya adalah saling mengenal, yakni
dapat mengenal siapa dirinya, mengenal tuhannya dan mengenal sesama saudaranya dari
berbagai belahan dunia. Demikian pula melontar jumrah dimaksudkan agar seseorang
dapat membuang sifat-sifat negatif yang ada dalam dirinya untuk diganti dengan sifat-
sifat yang positif, mengenakan pakaian serba putih maksudnya adalah agar seseorang
mengutamakan kesederhanaan, kesahajaaan dan serba bersih jiwahnya sehingga tidak
terganggu hubunganya dengan Tuhan.

Demikian pula ketika kita membaca sejarah kehidupan para nabi terdahulu.
Maksudnya bukan sekadar menjadi tontonan atau sekadar mengenangnya, tetapi
bersamaan dengan itu diperlukan kemampuan menangkap makna filosofis yang
terkandung di belakang peristiwa tersebut. Seperti kisah Nabi Yusuf yang digoda seorang
wanita bangsawan, secara lahiriah memang menggambarkan kisah yang bertema

6
Abuddin Nata, Metodologi Studi Islam (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2008), h. 43.
9
pornografi atau kecabulan, pemahaman ini bisa terjadi manakala dipahami hanya dalam
bentuk lahiriah dari kisah tersebut. Tetapi jika dipahami lebih mendalam makna
sebenarnya dari kisah tersebut Tuhan ingin mengajarkan kepada manusia agar memiliki
ketampanan lahiriah dan batiniah secara prima seperti Nabi Yusuf yang telah
menunjukkan kesanggupannya dalam mengendalikan farjinya dari berbuat maksiat,
sementara lahiriahnya ia tampan dan menyenangkan orang yang melihatnya. Makna
demikian dapat dijumpai melalui pendekatan yang bersifat filosofis.7

Pentingnya pendekatan ini, pendekatan filsafat juga digunakan dalam memahami


berbagai bidang lainnya selain agama. Misalnya filsafat hukum Islam, filsafat sejarah,
filsafat kebudayaan, filsafat ekonomi, dan lain sebagainya. Pandangan filsafat yang
bercorak perenialis seperti ini secara metodologis memberikan harapan segar terhadap
dialog antara umat beragama, sebab melalui metode ini diharapkan tidak hanya sesama
umat beragama dapat menemukan kesatuan agamaagama pada wilayah transenden,
melainkan juga dapat mendiskusikan secara lebih mendalam, sehingga dapat terbuka
kebenaran yang betul-betul benar, dan tersingkirlah kesesatan yang betul-betul sesat,
meskipun tetap dalam lingkup kerelatifan.

7
Abuddin Nata, Metodologi Studi Islam (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2008), h. 43-44.
10
BAB 3

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Jadi kesimpulan dari pembahasan dalam makalah yang berjudul “Pengertian
Pendekatan Studi Islam” yaitu Pendekatan studi Islam adalah suatu cara kerja untuk
memudahkan seseorang mengetahui dan memahami konteks Islam secara luas dan
menyeluruh agar tidak muncul pola fikir yang dangkal dan mudah terpengaruh dengan
hasutan orang lain. Dan pendekatan studi Islam antara lain ;
1. Pendekatan Teologis
1). Pendekatan Teologis Normatif/Apologis
2). Pendekatan Teologis Dialogis
3). Pendekatan Teologis Konvergensi
2. Pendekatan Filosofis

3.2 Saran
Lebih baik jika kita tidak langsung percaya 100% dengan apa yang orang
katakana, kita cari bukti-bukti yang akurat logis yang dapat mendukung argumentasinya
tersebut sebelum mempercayainya. Dan mari kita punya pendirian yang tegas agar tidak
mudah terpengaruh dengan ajakan atau omongan orang lain yang belum tentu itu baik
dan benar yang sesuai dengan norma dan etika dalam kehidupan kita.

Demikian makalah yang berjudul "Pengertian Pendekatan Studi Islam" kami buat.
Kami menyadari dalam penyusunan makalah ini masih terdapat banyak kekurangan.
Maka, kritik dan saran yang bersifat konstruktif (membangun) kami harapkan demi
terciptanya makalah yang lebih baik. Dan semoga makalah ini bisa menjadi motivator
dan inspirator bagi kita semua yang membacanya.

11
DAFTAR PUSTAKA

Dhavamony, Maria Susai. 1995. Fnomenologi Agama. Yogjakarta: Kanisius.

Durkheim, Emile. 1970. Suatu Studi, Teori, Aplikasi Sosiologi Pendidikan. Jakarta: Erlangga.

Galzaba. 1973. Sistematika Filsafat. Jakarta: Bulan Bintang.

Rahmat, Jalaluddin. 2006. Islam dan Pluralisme, Akhlaq Al Quran Menyikapi Perbedaan.
Jakarta: Serambi Ilmu Semesta.

Saleh, Ahmad Syukri. 2010. Metodologi Tafsir Al Quran Kontemporer. Jakarta: GP Press.

Tim MKD IAIN Sunan Ampel. 2010. Pengantar Studi Islam. Surabaya: Sunan Ampel Press.

Harun Nasution, Islam RAsional: Gagasan dan Pemikiran (Bandung:Mizan 1998), 116.

Sir Muhamad Iqbal, The Reconstruction of Religious Thougt in Islam (New Delhi: Nusrat Ali
Nasri, 1981), h. 4.

Supiana, Metodologi Studi Islam (Jakarta: Ditjen Pendis Kemenag RI, 2012), h. 96. 20

Husein Heriyanto, Nalar Saintifik Peradaban Islam (Bandung: Mizan, 2011), h. 355.

Abuddin Nata, Metodologi Studi Islam (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2008), h. 43.

http://lalalala-baymax.blogspot.com/2017/03/makalah-pendekatan-studi-islam.html?m=1

12

Anda mungkin juga menyukai