Anda di halaman 1dari 15

ILMU KALAM , FILSAFAT, DAN TASAWUF

Makalahh Ini Disusun Mntuk Memenuhi Tugas Kuliah Tauhid dan Ilmu Kalam
Dosen Pengampu: Mislaiana, M.Pd.I

Oleh:
Azlia Dita Maharani 2211080139
Diani Afifah 2211080146
Evi Cahya Triani 2211080150

PROGRAM STUDI BIMBINGAN KONSELING PENDIDIKAN ISLAM


FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UIN RADEN INTAN LAMPUNG
1444 H / 2023 M

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kepada ALLAH SWT atas terselesaikannya makalah ini.
Terima kasih juga kepada dosen pembimbing yang telah memberikan kepercayaan kepada
kami sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.

Makalah ini memberikan pengetahuan tentang “Tauhid / Ilmu Kalam”. Setiap konsep
dalam makalah ini dibahas dengan rinci dan dalam makalah ini juga memberikan informasi
kepada para pembaca, Khususnya juga bagi teman-teman yang sesuai dengan materi yang
dibahas.

Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan
baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka
kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah
ilmiah ini. Akhir kata kami berharap semoga makalah ilmiah tentang limbah dan manfaatnya
untuk masyarakan ini dapat memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap pembaca.

Bandar lampung,7 Maret 2023

Kelompok 1

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ........................................................................................... i


KATA PENGANTAR ....................................................................................... ii
DAFTAR ISI ...................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................... 1
A. Latar Belakang ............................................................................................1
B. Rumusan Masalah .......................................................................................1
C. Tujuan .........................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN ..................................................................................... 3
A. Pengertian Ilmu Kalam, Filsafat, dan Tasawuf........................................... 3
B. Hubungan Ilmu Kalam dan Filsafat ............................................................7
C. Hubungan Ilmu Kalam dan Tasawuf .........................................................8
D. Hubungan Filsafat dan Tasawuf ................................................................. 9
BAB III PENUTUP ........................................................................................... 11
A. Kesimpulan ...............................................................................................11
B. Saran .........................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................12

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Ilmu kalam, filsafat, dan tasawuf biasanya berkaitan dengan pemikiran dan
pandangan manusia tentang Tuhan, alam semesta, kehidupan, dan manusia itu
sendiri. Ilmu kalam adalah cabang teologi dalam Islam yang berfokus pada
rasionalisasi tentang kepercayaan dan doktrin Islam. Ilmu kalam membahas
berbagai topik seperti keberadaan Tuhan, sifat-sifat Tuhan, kebangkitan, dan takdir.
Ilmu kalam dikembangkan pada awal periode keemasan Islam dan terus
berkembang hingga sekarang. Filsafat, di sisi lain, merupakan cabang ilmu
pengetahuan yang mencari pemahaman tentang realitas dan kebenaran melalui
pemikiran rasional. Filsafat Islam memiliki sejarah yang panjang, dengan tokoh-
tokoh seperti al-Farabi, Ibnu Sina, dan al-Ghazali yang memberikan sumbangan
besar dalam bidang ini. Filsafat Islam membahas berbagai topik seperti logika,
metafisika, epistemologi, dan etika. Tasawuf adalah cabang mistisisme Islam yang
bertujuan untuk mencapai kesatuan dengan Tuhan melalui pengalaman spiritual dan
penekanan pada pengembangan batin dan moral. Tasawuf mencakup berbagai
praktik seperti dzikir, meditasi, dan puasa, serta ajaran tentang hubungan manusia
dengan Tuhan, dengan sesama manusia, dan dengan alam semesta. Dalam makalah
tentang ilmu kalam, filsafat, dan tasawuf, kita dapat membahas pengembangan
sejarah dan perkembangan dari ketiga bidang ini, serta perbedaan dan persamaan
antara mereka. Kita juga dapat membahas bagaimana pandangan dari ketiga bidang
ini dapat membantu manusia dalam memahami realitas dan menjalani kehidupan
yang lebih bermakna.

B. Rumusan Masalah
1. Apa itu ilmu kalam, filsafat, dan tasawuf?
2. Bagaimana sejarah dan perkembangan ketiga bidang ini dalam Islam?
3. Apa konsep dasar dari ilmu kalam, filsafat, dan tasawuf, serta bagaimana
hubungan antara ketiganya?

1
C. Tujuan
1. Untuk memberikan pemahaman yang lebih baik tentang ilmu kalam, filsafat,
dan tasawuf sebagai cabang-cabang ilmu dalam Islam.
2. Untuk menggambarkan sejarah dan perkembangan ketiga bidang ini, serta
bagaimana mereka berkembang hingga saat ini.
3. Untuk menjelaskan konsep dasar dari ketiga bidang ini dan bagaimana
hubungan antara ketiganya, sehingga dapat memberikan pemahaman yang
komprehensif tentang aspek-aspek keilmuan dan spiritual dalam Islam.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Ilmu Kalam, Filsafat, dan Tasawuf

1. Ilmu Kalam
Ilmu Kalam Secara etimologi Kalam berarti “kata-kata”. Kata-kata disini di
maksudkan adalah kata-kata (firman) Allah. Jadi ilmu kalam adalah ilmu yang
mempermasalahkan kalam Allah, tetapi ada juga sekelompok orang yang mengatakan
maksud kalam disini adalah kata-kata manusia, alasannya karena dulu sering terjadi ajang
bersilat lidah untuk mempertahankan persepsi masing-masing, mereka disebut
mutakalimin yaitu orang-orang yang ahli berbicara mengenai ketuhanan yang
berlandaskan kepada kalam Allah. Ilmu Kalam membahas iman dan akidah dari berbagai
aspek dan memaparkan alasan-alasan yang memperkuat pembahasan tersebut. Ilmu kalam
ini merupakan studi tentang doktrin (akidah) dan iman Islam.

Secara sederhana Murtadha Muthahhari mendefinisikan bahwa ilmu kalam adalah


sebuah ilmu yang mengkaji doktrin-doktrin dasar atau akidah-akidah pokok Islam. Ilmu
kalam mengidentifikasi akidah-akidah pokok dan berupaya membuktikan keabsahannya
dan menjawab keraguan terhadap akidah-akidah pokok tersebut. karena sebagian besar
perdebatan tentang akidah-akidah Islam berkisar seputar huduts (kemakhlukan,
keterciptaan, temporalitas) atau qidam (keabadian) firman atau kalam Allah, maka disiplin
yang membahas akidah utama agama Islam pun mendapat sebutan “ilmu kalam” (secara
harfiah, ilmu firman). Dalam Al-Quran istilah kalam ini dapat ditemukan dala ayat-ayat
yang berhubungan dengan salah satu sifat Allah, yakni lafazh kalamullah. dalam surat An-
Nisa Ayat 164:
‫وكلم هللا مو سى تكليما )النساء‬
Artinya: “ Dan Allah telah berbicara kepada Musa secara langsung. ”
( QS. An-Nisa : 164 ).

3
Menurut syaikh muhammad abduh (1849-1905) ilmu tauhid atau disebut ilmu
kalam,adalah ilmu yang membahas tentang wujud Allah tentang sifat-sifat yang wajib
tetap bagi-Nya.sifat sifat yang jaiz disifatkan kepadanya dan tentang sifat mustahi dari
pada-Nya.dan membahas tentang rosul Allah untuk memetapkan kebenaran
risalahnya, apa yang diwajibkan atas dirinya sendiri, hal yang jaiz yang
dihubungkan/dinisbatkan pada diri mereka dan hal yang terlarang / dilarang
menghubungkannya kepada diri mereka. Sebutan kalam, juga dipertegas oleh
Nurcholish Madjid, yang mengutip Ali Asy-Syabi bahwa antara istilah mantiq dan
kalam secara historis ada hubungan. Keduanya memiliki kesamaan, lalu antara kaum
mutakallimun (ahli ilmu kalam) dan para filosof mengganti istilah mantiq dengan
kalam , karena keduanya memiliki makna harfiyah yang sama. Ilmu ini disebut
dengan ilmu kalam, disebabkan persoalan yang terpenting yang menjadi pembicaraan
pada abad-abad permulaan hijriyah ialah apakah kalam Allah (Al-Quran) itu qadim
atau hadits. Dan dasar ilmu kalam ialah dalil-dalil pikiran dan pengaruh dalil pikiran
ini tampak jelas dalam pembicaraan para Mutakallimin.

2. Filsafat
Filsafat berasal dari bahasa yunani yang terdiri dari dua kata yakni philos dan shopia,
philos mempunyai makna “mencintai” dan shopia mempunyai makna ”kebijaksanaan
atau kebenaran”. Secara singkat filsafat adalah mencintai kebijaksanaan (love of wisdom)
dalam kebenaran suatu ilmu. Filsafat berusaha untuk menafsirkan hidup itu sendiri yang
menjadi sebab pokok bagi partikel-partikel itu beserta fungsi-fungsinya. Cakupan filsafat
Islam tidak jauh berbeda dari objek filsafat ini. Hanya dalam proses pencarian itu Filsafat
Islam telah diwarnai oleh nilai-nilai yang Islami. Kebebasan pola pikirannya pun
digantungkan nilai etis yakni sebuah ketergantungan yang didasarkan pada kebenaran
ajaran ialah Islam.1 Tujuan mempelajari filsafat Islam ialah mencintai kebenaran dan
kebijaksanaan. Sedangkan manfaat mempelajarinya ialah:

a. Dapat menolong dan menididik, menbangun diri sendiri untuk berfikir lebih
mendalam dan menyadari bahwa Ia mahluk Tuhan.

1
Ibid, h. 3.

4
b. Dapat memberikan kebiasaan dan kepandaian untuk melihat dan memecahkan
persoalan.

Menurut filsafat plato tidaklah lain dari pada pengetahuan tentang segala yang ada.
Aristoteles kewajiban filsafat adalah menyelediki sebab dan sebagai segala benda.
Dengan demikian filsafat bersifat ilmu yang umum. Filsafat pada dasarnya adalah
perenungan yang mendalam mengenai sesuatu yang dianggap atau dinilai bermanfaat
bagi kehidupan manusia.

3. Tasawuf
Samsul Munir menuliskan dalam bukunya bahwa tasawuf berasal dari kata shuf (shad,
wawu dan fha) dan di dhomah shadnya, yang mempunyai arti ”kain bulu domba yang
kasar”, alasannya adalah karena dulu orang-orang sufi selalu menjauhkan diri untuk
memakai kain sutra, karena waktu itu kain domba merupakan simbol kesederhanaan.
Tasawuf juga berasal dari kata Shafa (shad, fha, alif dan hamzah) yang berarti suci, jernih
dan bersih, maksudnya mereka mensucikan diri di hadapan Allah SWT melalui latihan
kerohania yang amat dalam yaitu melatih dirinya untuk menjauhi segala sikap dan sifat
yang kotor sehingga tercapai kesucian dan kebersihan pada hatinya.

Tasawuf adalah ilmu yang mempelajari cara dan jalan bagaimana seorang Muslim
berada sedekat mungkin dengan Allah. Ilmu tasawuf adalah ilmu yang lebih menekankan
rasa daripada rasio. Ilmu tasawuf bersifat sangat subjektif, yakni sangat berkaitan dengan
pengalaman seseorang. Para sufi mengembangkan suatu cara bagaimana bisa mendekatkan
diri kepada Tuhan. Tujuan yang hendak dicapainya adalah kebahagiaan, yakni dengan
persatuannya dengan Kekasih. Kesengsaraan yang memilukan bagi mereka bukanlah
masuk Neraka, tetapi apabila Tuhan telah menjauhi dan tidak mau bicara dengan mereka.
Objek kajian tasawuf adalah Tuhan (Al-Haq), yakni upaya-upaya pendekatan terhadap-
Nya.2 Ada yang mengatakan tasawuf dari kata “ shafa ”, artinya suci, bersih, atau murni.
Karena dari segi niatnya maupun niatnya setiap tindakan kaum sufi, dilakukan dengan niat
suci untuk membersihkan jiwa dalam mengabdi kepada Allah SWT.

2
Samsul Munir Amin, Ilmu tasawuf, (Jakarta Amzah, 2012) h. 4

5
Ada juga yang menyatakan bahwa ahl ash-shuffah adalah komunitas yang hidup
pada masa Rasulullah, dan senantiasa menyibukkan diri untuk beribadah kepada Allah.
Imam Al-Ghazali dalam Ihya U'lum Ad-Din menyebutkan, Tasawuf adalah budi
pekerti. Berarti ia memberikan bekal bagimu atas dirimu dalam tasawuf. Hamba yang
jiwanya menerima (perintah) untuk beramal karena mereka melakukan suluk dengan
petunjuk Islam, orang-orang zuhud yang jiwanya menerima perintah untuk melakukan
sebagian akhlak, karena mereka telah melakukan suluk dengan petunjuk ( nur )
imannya . Mereka memiliki ciri khusus dalam aktivitas dan ibadah mereka, yaitu atas
dasar kesucian hati dan untuk pembersihan jiwa dalam rangka mendekatkan diri kepada
Allah SWT. Mereka adalah orang yang selalu memelihara dirinya dari melakukan dosa
dan maksiat

▪ Persamaan Ilmu Kalam, Filsafat dan Tasawuf

Ilmu kalam, filsafat, dan tasawuf mempunyai kemiripan objek kajian. Objek kajian
ilmu kalam adalah ketuhanan dan segala sesuatu yang berkaitan dengannya, objek
kajian filsafat adalah masalah ketuhanan di samping masalah alam, manusia, dan segala
sesuatu yang ada. Sementara itu objek kajian tasawuf adalah tuhan, yakni upaya-upaya
pendekatan terhadapnya.Jadi, dilihat dari aspek objeknya ketiga ilmu itu membahas
masalah yang berkaitan dengan ketuhanan. Bagi ilmu kalam, filsafat, maupun tasawuf
berurusan dengan hal yang sama yaitu kebenaran. Ilmu kalam dengan metodenya
sendiri berusaha mencari kebenaran tentang Tuhan yang berkaitan dengan-Nya.

Filsafat dengan wataknya sendiri pula, berusaha menghampiri kebenaran, baik


tentang alam maupun manusia (yang belum atau tidak dapat dijangkau oleh ilmu
pengetahuaan karena berada di luar atau di atas jangkauanya), atau tentang Tuhan.
Sementara itu, tasawuf juga dengan metodenya yang tipikai berusaha menghampiri
kebenaran yang berkaitan dengan perjalanan spritual menuju Tuhan. Pada intinya
bahwa ilmu kalam, filsafat maupun tasawuf memliki kesamaan dalam segi bojek
kajiannya, yaitu tentang Tuhan dan segala yang berkaitan dengan-Nya.

Namun dalam kajian objek tersebut hanya dibedakan dalam penamaannya saja.
Ilmu kalam dalam objek kajiannya dikenal dengan sebutan kajian tentang Tuhan,
6
sedangkan dalam filsafat di kenal dengan sebutan kajian tentang wujud dan dalam ilmu
tasawuf (irfan) dikenal dengan sebutan kajian tentang Al-Haq. Akan tetapi pada
dasarnya ketiga ilmu tersebut mengkaji kajian tentang Tuhan dan segala sesuatu yang
berkaitan dengan-Nya.3

B. Hubungan Ilmu Kalam dengan Filsafat

Setelah abad ke-6 Hijriah terjadi percampuran antara filsafat dengan ilmu kalam,
sehingga ilmu kalam menelan filsafat secara mentah-mentah dan dituangkan dalam berbagai
bukti dengan mana Ilmu Tauhid. Yaitu pembahasan problema ilmu kalam dengan menekankan
penggunanaan semantic (logika) Aristoteles sebagai metode, sama dengan metode yang
ditempuh para filosof. Kendatipun Ilmu Kalam tetap menjadikan nash-nash agama sebagai
sumber pokok, tetapi dalam kenyataannya penggunaan dalil naqli juga tampak pada
perbincangan mutakalimin. Atas dasar itulah sejumlah pakar memasukkan Ilmu Kalam dalam
lingkup Filsafat Islam. Jadi Filsafat Islam bertujuan untuk menyelaraskan antara firman dan
akal, ilmu pengetahuan dengan keyakinan, agama dengan filsafat serta menunjukkan bahwa
akal dan firman tidak bertentangan satu sama lain. Walaupun orientasinya bersifat religius,
namun isu-isu penting dalam filsafat tidak diabaikan, seperti waktu, ruang, materi, kehidupan
dan masalah-masalah kontemporer.

lmu kalam dan filsafat Islam memiliki hubungan karena pada dasarnya ilmu kalam
adalah ilmu Ketuhanan dan keagamaan. Sedangkan filsafat Islam adalah pem- buktian
intelektual melalui pengamatan dari kajian langsung. Ilmu kalam berfungsi untuk
mempertahankan keyakinan ajaran agama yang sangat tampak nilai-nilai Ketuhananya.
Sedangkan filsafat adalah sebuah ilmu yang digunakan untuk memperoleh kebenaran rasional.
Filsafat Islam dan ilmu kalam sangat kuat pengaruhnya satu sama lain. Kalam mencuatkan
masalah-masalah baru bagi filsafat, dan filsafat membantu memperluas area, bidang, atau
jangkauan kalam, dalam pengertian bahwa pembahasan tentang banyak masalah filsafat jadi
dianggap penting dalam kalam.

Filsafat Islam mengandalkan akal dalam mengkaji objeknya-Allah, Alam dan Manusia-
tanpa terikat dengan pendapat yang ada (pemikiranpemikiran yang sama sifatnya, hanya
berfungsi sebatas masukan dan relative). Nash-nash agama hanya sebagai bukti untuk

3
Muthahari Murtadha. Pengantar Ilmu-Ilmu Islam, h.326.

7
membenarkan hasil temuan akal. Sebaliknya, ilmu kalam mengambil dalil akidah sebagaimana
tertera dalam wahyu, yang mutlak kebenarannya untuk menguji objeknya - Allah dan sifat -
sifatnya,

serta hubungan dengan Allah dengan Alam dan Manusia sebagaimana tertuang dalam
kitab suci - menjadikan filsafat sebagai alat untuk membenarkan nash agama. Seperti
keberadaan Allah, Filsafat Islam mengawali pembuktiannya dengan argumentasi akal, barulah
pembenarannya diberikan oleh wahyu, sementara ilmu kalam mencari wahyu yang berbicara
tentang keberadaan Allah, baru kemudian didukung oleh argumentasi akal. Walaupun objek
dan metode kedua ilmu ini berbeda, tapi saling melengkapi dalam memahami Islam dan
pembentukan akidah Muslim.4

C. Hubungan Ilmu Kalam dengan Tasawuf


Hubungan Tasawuf dengan Ilmu Kalam Al-Ghazali lebih dikenal sebagai sufi
ketimbang mutakallim karena dalam sejarahnya Al-Ghazali pernah mengkritik bangunan
pemikiran filsafat dan ilmu kalam. Al-Ghazali menurut M. Amin Abdullah, tidak serta
merta menolak ilmu Kalam namun ia menggarisbawahi keterbatasan-keterbatasan ilmu
kalam sehingga berkesimpulan bahwa kalam tidak dapat dijadikan sandaran oleh para
pencari kebenaran. Kalam tidak dapat mengantarkan manusia mendekati Tuhan, tetapi
hanya kehidupan sufilah yang dapat mengantarkan seseorang dekat dengan Tuhannya.
Pernyataan-pernyataan tentang Tuhan dan manusia sulit terjawab hanya dengan
berlandaskan pada ilmu kalam. Biasanya, yang membicarakan penghayatan sampai pada
penanaman kejiwaan manusia adalah ilmu tasawuf.

Disiplin inilah yang membahas bagaimana merasakan nilai-nilai akidah dengan


memperhatikan bahwa persoalan bagaimana merasakan tidak saja termasuk dalam lingkup
hal yang diwajibkan. Pada ilmu kalam ditemukan pembahasan iman dan definisinya,
kekufuran dan manifestasinya, serta kemunafikan dan batasannya. Sementara pada ilmu
tasawuf ditemukan pembahasan jalan atau metode praktis untuk merasakan keyakinan dan
ketentraman. Sebagaimana dijelaskan juga tentang menyelamatkan diri dari kemunafikan.
Semua itu tidak cukup hanya diketahui batasanbatasannya oleh seseorang. Sebab
terkadang seseorang sudah tahu batasan-batasan kemunafikan, tetapi tetap saja

4
Hasyimiah Nasution. Filsafat Islam, h.6

8
melaksanakannya.5 Dalam kaitannya dengan ilmu kalam, ilmu tasawuf mempunyai fungsi
sebagai berikut:

1. Sebagai pemberi wawasan spiritual dalam pemahaman kalam. Penghayatan yang


mendalam lewat hati terhadap ilmu kalam menjadikan ilmu ini lebih terhayati atau
teraplikasikan dalam perilaku. Dengan demikian, ilmu tasawuf merupakan
penyempurna ilmu kalam.

2. Sebagai pengendali ilmu tasawuf. Oleh karena itu, jika timbul suatu aliran yang
bertentangan dengan akidah, atau lahir suatu kepercayaan baru yang bertentangan
dengan Al-Qur’an dan As-Sunnah, hal itu merupakan penyimpangan atau
penyelewengan. Jika bertentangan atau tidak pernah diriwayatkan dalam Al-Qur’an
dan As-Sunnah, atau belum pernah diriwayatkan oleh ulamaulama salaf, hal itu
harus ditolak.

3. Sebagai pemberi kesadaran rohaniah dalam perdebatanperdebatan kalam.


Sebagaimana disebutkan bahwa ilmu kalam dalam dunia Islam cenderung menjadi
sebuah ilmu yang mengandung muatan rasional di samping muatan naqliyah, ilmu
kalam dapat bergerak kearah yang lebih bebas. Di sinilah ilmu tasawuf berfungsi
memberi muatan rohaniah sehingga ilmu kalam terkesan sebagai dialektika
keislaman belaka, yang kering dari kesadaran penghayatan atau sentuhan hati.6

D. Hubungan Filsafat dan Tasawuf


Hubungan Tasawuf dengan Filsafat Biasanya tasawuf dan filsafat selalu dipandang
berlawanan. Tasawuf dan filsafat seringkali dipahami secara dikotomis, baik secara
epistemologi maupun sisio-historis. Secara epistemologis, ilmu tasawuf dianggap sebagai
sebuah disiplin ilmu yang mengabaikan peran akal atau intelektual, dan hanya
menitikberatkan pada intuisi, ilham dan bisikan hati, meski kadang-kadang ia bertentangan
dengan prinsip-prinsip rasionalitas. Sementara itu, disiplin filsafat dianggap sebuah
disiplin yang sangat patuh pada prinsip-prinsip rasionalitas.

5
Abuddin Nata, Ilmu Kalam, Filsafat, dan Tasawuf, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2001, h. 17
6
Basrawi Anwar, Antara Tasawuf dan Ilmu Kalam: Suatu Tinjauan Sejarah, Pustaka Hidayah, Jakarta, 1992, h. 36-
42

9
Hanya saja, hubungan tasawuf dan filsafat sempat retak ketika Al- Ghazali melakukan
serangan yang sangat telak terhadap para filosof.15 Upaya untuk mengharmoniskan
kembali hubungan tasawuf dengan filsafat telah dilakukan oleh banyak kalangan. Contoh
yang paling konkrit adalah Suhrawardi al-Maqtul (1154- 1191 M) terutama dalam
karyanya Hikmah al-Isyarqi (filsafat pencerahan).

Meski karya ini dinyatakan sebagai karya filsafat iluminasionis yang menggugat
dominasi aliran filsafat peripatetik, namun seperti yang dikatakan sendiri oleh
penulisnya, karya ini terdiri dari dua unsur penting: pertama, unsur intuisi atau lebih
populer dengan mystical insight; kedua, unsur demonstrasi ilmiah atau prinsip-prinsip
logis. Filsafat yang kemudian berkembang menjadi sinergi antara intuisi dan rasio,
antara hati dan akal, antara dzawq dan nalar terus berproses lewat filosof iluminasionis
berikutnya seperti Mulla Shadra. 7Jika dilacak lebih jauh, antara filsafat dengan tasawuf
memiliki hubungan erat dan serasi, terutama sejak filosof peripatetik, seperti Ibn Sina
yang menerima kebenaran dari kalangan filosof dan sufi sekaligus.

Pada saat yang sama, banyak para sufi yang akrab dengan filsafat dan banyak juga
filosof yang sekaligus sufi, terutama pada periode-periode terakhir sejarah Islam. Ibn
Sina misalnya, selain tokoh besar filsafat peripatetik, ia juga menulis “kisah khayalan”
dan bercerita tentang bentuk khusus pengetahuan yang terbuka bagi para sufi setelah
latihan spiritual yang lama, yang menandakan bahwa ia selain filosof juga seorang sufi
yang menganut doktrin tentang Wujud.8

7
Ibid., h. 266
8
Ibid., h. 57

10
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Ilmu kalam adalah ilmu yang mempermasalahkan kalam Allah, tetapi ada juga
sekelompok orang yang mengatakan maksud kalam disini adalah kata-kata manusia, alasannya
karena dulu sering terjadi ajang bersilat lidah untuk mempertahankan persepsi masing-masing,
mereka disebut mutakalimin yaitu orang-orang yang ahli berbicara mengenai ketuhanan yang
berlandaskan kepada kalam Allah. Tasawuf juga berasal dari kata Shafa (shad, fha, alif dan
hamzah) yang berarti suci, jernih dan bersih, maksudnya mereka mensucikan diri di hadapan
Allah SWT melalui latihan kerohania yang amat dalam yaitu melatih dirinya untuk menjauhi
segala sikap dan sifat yang kotor sehingga tercapai kesucian dan kebersihan pada hatinya.
Objek kajian ilmu kalam adalah ketuhanan dan segala sesuatu yang berkaitan dengannya, objek
kajian filsafat adalah masalah ketuhanan di samping masalah alam, manusia, dan segala
sesuatu yang ada. Filsafat dengan wataknya sendiri pula, berusaha menghampiri kebenaran,
baik tentang alam maupun manusia (yang belum atau tidak dapat dijangkau oleh ilmu
pengetahuaan karena berada di luar atau di atas jangkauanya), atau tentang Tuhan. Pada intinya
bahwa ilmu kalam, filsafat maupun tasawuf memliki kesamaan dalam segi bojek kajiannya,
yaitu tentang Tuhan dan segala yang berkaitan dengan-Nya. Jadi Filsafat Islam bertujuan untuk
menyelaraskan antara firman dan akal, ilmu pengetahuan dengan keyakinan, agama dengan
filsafat serta menunjukkan bahwa akal dan firman tidak bertentangan satu sama lain. lmu
kalam dan filsafat Islam memiliki hubungan karena pada dasarnya ilmu kalam adalah ilmu
Ketuhanan dan keagamaan. Secara epistemologis, ilmu tasawuf dianggap sebagai sebuah
disiplin ilmu yang mengabaikan peran akal atau intelektual, dan hanya menitikberatkan pada
intuisi, ilham dan bisikan hati, meski kadang-kadang ia bertentangan dengan prinsip-prinsip
rasionalitas.

B. Saran
Demikian yang dapat kami paparkan mengenai materi ya ng menjadi pokok bahasan
dalam makalah ini, tentunya masih banyak kekurangan dan kelemahannya, karena
keterbatasannya pengetahuan dan kurangnya rujukan atau referensi yang ada hubungannya
dengan makalah ini.

11
DAFTAR PUSTAKA

Abuddin Nata, Ilmu Kalam, Filsafat, dan Tasawuf, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta,
2001
Amin, Samsul Munir, Ilmu Tasawuf, Jakarta: Amzah, 2009
Basrawi Anwar, Antara Tasawuf dan Ilmu Kalam: SuatubTinjauan Sejarah, Pustaka
Hidayah, Jakarta, 1992
Endang Saefuddin Anshori, Ilmu Filsafat dan Agama, PT Bina Ilmu Offst, Surabaya,
1987
Harun Nasution, Falsafah dan Mistisisme Dalam Islam, Bulan Bintang, Jakarta 1973

12

Anda mungkin juga menyukai