Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH ISLAM DAN BUDAYA

KONSEP NORMATIVITAS DAN HISTORISITAS ISLAM

Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Islam dan Budaya

Dosen Pengampu:
Abdul Rohman, S.Ag,M.Hum

Disusun Oleh:
Nazwa Primayditha (230301110033)
Nazira Rashiqa Zahra (230301110036)

PROGRAM STUDI BAHASA DAN SASTRA ARAB


FAKULTAS HUMANIORA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG
2023 / 2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan
karunia- Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan makalah tentang kutipan
dan sistem rujukan. Tujuan penulisan makalah ini untuk memenuhi salah satu tugas
mata kuliah Bahasa Indonesia dan memberikan informasi serta pengetahuan tambahan
bagi mahasiswa dan bagi para pembaca.
Dengan tersusunnya makalah ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada
segenap pihak yang telah membantu baik secara moril maupun material dalam
penyusunan makalah ini. Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dan
keterbatasan dalam penyajian data dalam makalah ini. Oleh karena itu, penulis
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pembaca demi
kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini bermanfaat dan dapat menambah
pengetahuan pembaca.
Demikian makalah ini penulis susun, apabila ada kata-kata yang kurang
berkenan dan banyak terdapat kekurangan, penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya.

Malang, 10 November 2023

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

Halaman Sampul........................................................................................................ i
Kata Pengantar........................................................................................................... ii
Daftar Isi..................................................................................................................... iii
Bab I Pendahuluan
1.1 Latar Belakang.............................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah......................................................................................... 1
1.3 Tujuan........................................................................................................... 2
Bab II Pembahasan
2.1 Pengertian Normativitas................................................................................ 3
2.2 Pengertian Historisitas.................................................................................. 4
2.3 Ruang Lingkup Islam Normatif dan Historis................................................ 5
2.4 Pendekatan Normatifitas dan Historisitas..................................................... 7
2.5 Hubungan antara Normatif dan Historis....................................................... 8
Bab III Penutup
3.1 Kesimpulan................................................................................................... 10
Daftar Pustaka............................................................................................................ 11

iii
BAB I
PENDAHULUAN
1. 1 Latar Belakang
Islam adalah sebuah agama yang mempunyai dimensi kompleks yang dapat
dilihat dan ditelaah dari berbagai sudut pandang, fenomena, dan disiplin ilmu.
Dengan demikian di dalam mempelajari dan menelaah diharapkan ekstra hati-hati
sehingga tidak akan menimbulkan pemahaman yang keliru dan kurang pas. Supaya
tidak terjadi hal demikian, untuk saling bersinergi, saling memperkaya wawasan,
dan tidak merasa ada ancaman dari satu terhadap yang lain maka konsep fasamuh
atau toleransi mutlak di kedepankan. Manusia sebagai makhluk allah pasti
membutuhkan agama (Islam) untuk menjadi pijakan dalam kehidupan sehari-hari.
Namun tidak mudah bagi seseorang mendefinisikan dengan tepat mengenai agama.
Hal ini terungkap dalam pernyataan Mukhti Ali bahwa "tidak ada kata yang paling
sulit diberikan pengertian dan definisi selain dari kata agama"".
Kajian keislaman adalah salah satu studi yang mendapat perhatian yang serius
di kalangan ilmuan. Dengan demikian Islam dapat dipandang sebagai sebuah kajian
keilmuan yang tak terelakkan. Dari perspektif filasafat ilmu, setiap ilmu baik itu
ilmu alam, sosial, agama atau ilmu-ilmu keislaman, harus diformulasikan dan
dibangun di atas teori-teori yang berdasarkan pada kerangka metodologi yang jelas.
Ketika Islam dilihat dari sisi normatif. Islam merupakan agama yang di dalamnya
berisi ajaran Tuhan yang berkaitan dengan urusan akidah dan muamalah.
Sedangkan ketika Islam dilihat dari sisi historis atau sebagaimana yang tampak
alam masyarakat, Islam tampil sebagai sebuah disiplin ilmu atau ilmu keislaman."
Dalam studi agama fenomena keberagaman manusia dapat di lihat dari
berbagai sudut pendekatan. Pada umumnya pendekatan normativitas ajaran wahyu
dibangun dan ditelaah lewat pendekatan doctrinal-teologis, sedang historisitas
keberagaman manusia ditelaah lewat berbagai sudut pendekatan keilmuan sosial-
keberagaman yang bersifat multi dan inter disipliner, baik lewat pendekatan
historis, filosofis, psikologis, sosiologis, cultural, maupun antropologis. Dari kedua
pendekatan ini mempunya keterkaitan yang sangat erat dalam mengkaji studi islam.

1
1.2 Rumusan Masalah
a. Apa yang dimaksud dengan Normativitas?
b. Apa yang dimaksud dengan historisitas?
c. Apa saja yang menjadi ruang lingkup islam normatif dan historis?
d. Bagaimana pendekatan antara normativitas dan historisitas?
e. Bagaimana hubungan antara normativitas dengan historisitas dalam kajian
keislaman?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan normativitas
2. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan historisitas
3. Untuk mengetahui apa saja yang menjadi ruang lingkup islam normative dan
historis
4. Untuk mengetahui bagaimana pendekatan antara normativitas dan historisitas
5. Untuk mengetahui bagaimana hubungan antara pendekatan normativitas dengan
hisrorisitas dalam kajian keislaman

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Normativitas


Secara etimologi normatifitas berasal dari bahasa Inggris norm yang berarti
norma ajaran, acuan, ketentuan tentang masalah yang baik dan buruk yang boleh
dilakukan dan yang tidak boleh dilakukan. Sedangkan secara terminologi normatifitas
dapat diartikan sebagai upaya memahami agama dengan menggunakan kerangka ilmu
ketuhanan yang bertolak pada suatu keyakinan bahwa wujud empirik dari suatu
keagamaan dianggap sebagai yang paling benar dibandingkan dengan yang lainnya.
Normatifitas di satu sisi merupakan pendekatan yang berpijak pada teks yang tertulis di
dalam kitab suci masing-masing agama. Sehingga dalam batasan-batasan tertentu
normatifitas cenderung bercorak liberalis, tekstualis, atau skripturalis
Secara normatif, Islam itu absolut, sakral dan universal yang kebenarannya
trans-historis melewati batas ruang dan zaman, sehingga dalam wilayah ini ia tunggal.
Ketunggalan Islam terwakili oleh al-Qur'an - walaupun Islam telah ekspansif dalam area
multi-bahasa dan menyejarah dalam multi era tetapi sumber norma itu tidak pernah
mengalami distorsi Al-Qur'an merupakan sumber norma yang mengatur kehidupan
manusia dalam hubungan vertikal dengan tuhun maupun hubungan horisontal sesama
manusia. Ia memuat nilai-nilai kemanusiaan yang universal yang diberlakukan kepada
semua manusia pada tingkat yang sama. Dalam khazanah pemikiran Islam al qur'an
telah melahirkan sederetan teks turunan dengan berbagai versi, sifat, dan pendekatannya
yang sedemikian luas dan mengagumkan. Teks-teks turunan itu merupakan teks kedua
bila al-qur'an dipandang sebagai teks pertama yang mengungkapkan dan menjelaskan
makna-makna, norma, simbolisasi dan substansi yang terkandung dalam al-qur'an
dengan kecenderungan dan karakteristik, visi, misi dan orientasi, perspektif dan teori
yang berbeda-beda.
Pemahaman Islam secara normatif bersifat doktriner, yaitu bahwa agama Islam
sebagai objek studi diyakini sebagai sesuatu yang suci dan merupakan doktrin- doktrin
yang berasal dari ilahi yang mempunyai nilai (kebenaran) absolut, mutlak, dan
universal. Pendekatan doktriner tersebut juga berasumsi bahwa ajaran Islam yang
sebenarnya adalah ajaran Islam yang berkembang pada masa sulaf, yang menimbulkan

3
berbagai mazhab keagamaan, baik teologis maupun hukum-hukum atau fiqh, yang tetap
dan baku. Sesudah masa itu, studi Islam berlangsung secara doktriner. Sehingga ajaran
Islam menjadi bersifat permanen, yang pada akhirnya menjadi tampak sebagai
ketinggalan zaman."

2.2 Pengertian Historisitas

Secara etimologi historisitas dalam kamus bahasa inggris artinya sejarah, atau
peristiwa. Kata sejarah dari bahasa arab syajarahtun yang berarti pohon. Pengambilan
istilah ini berkaitan dengan kenyataan, bahwa sejarah setidaknya dalam pandangan
orang pertama yang menggunakan kata ini menyangkut tentang, antara lain, yajarat al-
nasah, pohon genealogis yang dalam masa sekarang bisa disebut sejarah keluarga family
history) Sejarah sebagai ilmu manusia adalah studi mengenai rangkaian ungkapan-
ungkapan (kejadian-kejadian) khusus yang tak dapat ditarik kembali di mana ungkapan-
ungkapan yang lebih akhir secara kumulatif dipengaruhi oleh yang lebih dahulu."
Namun selanjutnya, sejarah dipahami mempunyai makna yang sama dengan tarikh
(Arab), istoru (Yunani), history atau geschichte (jerman), yang secara sederhana berarti
kejadian-kejadian menyangkut manusia pada masa silam. Secara terminologi dalam
kamus umum bahasa Indonesia, W. J. S. Poerwadaminta mengatakan sejarah adalah
kejadian dan peristiwa yang benar-benar terjadi pada masa lampau atau peristiwa
penting yang benar-benar terjadi. Definisi tersebut terlihat menekankan kepada materi
peristiwanya tanpa mengaitkan dengan aspek lainnya. Sedangkan dalam pengartian
yang lebih komprehensif suatu peristiwa sejarah perlu juga di lihat siapa yang
melakukan peristiwa tersebut, dimana, kapan, dan mengapa peristiwa tersebut terjadi.
Islam historis berarti Islam yang tidak terlepas dari sejarah kehidupan manusia
yang berada dalam ruang dan waktu. Maksudnya, Islam semacam ini terangkai oleh
konteks kehidupan pemeluknya, karena memang berbeda di bawah realitas ke Tuhanan.
Dengan kata lain. Islam historis merupakan Islam riil atau Islam yang senyatanya.
Bentuknya berupa aspek kontekstual Islam, yaitu penerapan secara praktis dari Islam
normatif. Maksudnya, wujud Islam historis tersebut diambil dari upaya penggalian
terhadap nilai-nilai normatif melalui berbagai pendekatan di berbagai bidang yang
menghasilkan berbagai disiplin ilmu, antara lain ilmu tafsir, hadits, fiqh, ushul fiqh,
teologi, tasawuf, dan lain-lain yang kebenarannya bersifat relatif dan terbuka untuk

4
dipersoalkan Menurut M.Amin Abdullah dalam bukunya Studi Agama Nomativitas dan
Historitas. Islam historis adalah Islam yang ditelaah lewat berbagai sudut pendekatan
keilmuan sosial keagamaan yang bersifat multi- dan inter-disipliner, baik lewat
pendekatan historis, filosofis, psikologis, sosiologis, kultural, maupun antropologis
Melalui kajian ini seseorang akan diarahkan dari alam idealis ke alam yang bersifat
empinis dan mendunia. Dari keadaan ini seseorang akan melihat adanya keselarasa atau
bahkan kesenjangan antara yang terdapat pada alum idealis dengan yang ada pada alam
empiris.
Dari pengertian demikian dapat dikatakan bahwa yang dimaksud dengan sejarah
Islam adalah peristiwa atau kejadian yang sungguh-sungguh terjadi yang seluruhnya
berkaitan dengan ajaran Islam. Diantara cakupannya itu ada yang berkaitan dengan
sejarah proses pertumbuhan, perkembangan dan penyebarannya. tokoh-tokoh yang
melakukan pengembangan dan penyebaran agama Islam tersebut, sejarah kemajuan dan
kemunduran yang di capai umat Islam dalam berbagai bidang. seperti dalam bidang
pengetahuan agama dan umum, kebudayaan, arsitektur, politik. pemerintahan,
peperangan, pendidikan, ekonomi dan lain sebagainya,"

2.3 Ruang Lingkup Islam Normatif dan Historis


Berdasarkan pengertian studi Islam dalam bingkai normatif di atas yang
mengatakan bahwa pemahaman agama pada teks, maka dapat diperinci ruang
lingkup dalam memahami Islam sebagai berikut:
A. Tafsir
Tafsir adalah ilmu yang fungsinya untuk mengetahui kandungan kitabullah
(al-Qur'an) yang diturunkan kepada Nabi Muhammad saw, dengan cara
mengambil penjelasan maknanya, hukum serta hikmah yang terkandung di
dalamnya.Al-qur'an menjadi objek pembahasan tafsir merupakan sumber
agama Islam. Kitab suci ini menduduki posisi sentral, bukan hanya dalam
perkembangan dan pengembangan ilmu-ilmu keislaman, tetapi merupakan
inspirator, pemandu gerakan-gerakan umat Islam sepanjang lima belas abad
sejarah pergerakan umat ini.
Amin Abdullah dalam bukunya yang berjudul Studi Agama yang
mengatakan, bahwa sejarah penulisan Tafsir abad pertengahan, agak tidak

5
terlalu meleset jika dikatakan bahwa dominasi penulisan al-Qur'an secara
leksiografis (lughawi) tampak lebih menonjol. Tafsir karya Shihab al-Din
al-Khaffaji (1659) memusatkan perhatian pada analisis gramatikan dan
analisis sintaksis atas ayat al- Qur'an. Juga karya al-Baydawi (1286), yang
hingga searang masih dipergunakan di pesantren-pesantren, memusatkan
penafsiran al-Qur'an corak leksiografis seperti itu.
Tafsir modem karya 'Aisyah Abd Rahman bint al-Syati' al-Tafsir al-Bayani
lil al-Qur'an al-Karim, yang oleh silabus jurusan TH fakultas Usuluddin
IAIN Sunan Kalijaga halaman 151 disebut sebagai al-Tafsir al-Asri, juga
masih punya kesan kuat corak leksiografi."
Tanpa harus mengecilkan jasa besar tafsir yang bercorak leksiografi seperti
itu, corak penafsiran seperti itu dapat membawa kita kepada pemahaman al-
Quran yang kurang utuh karena belum mencerminkan suatu kesatuan
pemahaman yang utuh dan terpadu dari al-qur'an yang fundamental. Karya
tafsir yang menonjolkan aspek Ijaz, umpamanya, akan membuat kita
terpesona akan keindahan bahasa al- Qur'an, tapi belum dapat menguak
nilai-nilai spiritual dan sosio-moral al-Qur'an untuk kehidupan seharihari
manusia. Begitu juga penonjolan aspek asbab al-nuzul bila terlepas dari
nilai-nilai fundamental-universal yang ingin ditonjolkan- sudah barang tentu
bermanfaat untuk mempelajari latar belakang sejarah turunnya ayat.
B. Hadits
Menurut jumhur ulama' hadits adalah segala sesuatu yang dinukil dari
Rasulullah saw, sahabat atau tabiin baik dalam bentuk ucapan, perbuatan
maupun ketetapan, baik semuanya itu dilakukan sewaktu-waktu saja, maupun
lebih sering dan banyak diikuti oleh para sahabat,"
Seiring dengan waktu, ilmu hadits tumbuh menjadi salah satu disiplin
ilmu keislaman. Penelitian hadits nampaknya masih terbuka luas terutama
kaitannya dengan permasalahan dewasa ini. Penelitian terhadap kualitas hadits
yang dipakai dalam berbagai kitab misalnya belum banyak dilakukan.
Demikian pula penelitian hadits-hadits yang ada hubungannya dengan berbagai
masalah aktual tampak masih terbuka luas. Berbagai pendekatan dalam
memahami hadis juga belum banyak digunakan. Misalnya pendekatan

6
sosiologis, paedagogis, antropologis, ekonomi. politik, filosofis, tampaknya
belum banyak digunakan oleh para peneliti hadits sebelumnya. Akibat dari
keadaan demikian, maka tampak bahwa pemahaman masyarakat terhadap
hadits pada umumnya masih bersifat parsial.

2.4 Pendekatan Normativitas dan Historitas


A. Pendekatan Normativitas
Pendekatan normativ berangkat dari keyakinan bahwa Islam itu agama
wahyu yang kebenarannya bersifat mutlak dan universal karenanya tidak
mungkin mengambil kesimpulan yang bertentangan dengan teks wahyu.
Jadi kesimpulan yang diambil bukanlah berdasar pendekatan fakta
melainkan berdasar keyakinan teologis bahwa kebenaran adalah sejauh
mana fakta sesuai dengan wahyu. Dengan demikian realitas harus tunduk
dan menjadi sub-ordinasi di bawah otoritas teks teks agama Pengkajian
dalam pendekatan ini lebih kepada motivasi atau kepentingan dari pada
masing-masing agama tersebut, selain itu prinsip dasar dari pendekatan
keagamaan ini bagaimana memahami teks-teks yang tertulis di dalam kitab
suci masing-masing agama Sisi lain dari pendekatan normatif secara unum
ada dua teori yang dapat digunakan bersama pendekatan normatif- teologis.
Teori yang pertama adalah hal-hal yang bertujuan untuk mengetahui
kebenaran serta dapat dibuktikan secara empirik dan eksperimental. Teori
yang kedua adalah hal-hal yang sulit dibuktikan secara empirik dan
eksperimental. Untuk hal-hal yang dapat dibuktikan secara empirik biasanya
disebut masalah yang berhubungan dengan ra'yi (penalaran).Sedang
masalah-masalah yang tidak berhubungan dengan empirik (ghaib) biasanya
diusahakan pembuktiannya dengan mendahulukan kepercayaan. Hanya saja
cukup sulit untuk menentukan hal-hal apa saja yang masuk klasifikasi
empirik dan mana yang tidak sehingga terjadi menyebabkan perbedaan
pendapat dikalangan para ahli. Maka sikap yang perlu dilakukan dengan
pendekatan normatif adalah sikap kritis.
Contoh pendekatan normatif dalam realita di kehidupan sekarang ini seperti
peringatan "Maulidan", yakni sebuah acara peringatan untuk mengenang

7
kelahiran Nabi Muhammad saw. yang dilakukan dengan berbagai cara yang
berbeda antara satu kelompok dengan yang lainnya. Untuk format acaranya
antar satu daerah dengan daerah yang lain cukup beragam, ada yang dengan
membaca manaqib, al-Barzanji. Hampir setiap tahunnya acara peringatan ini
dimeriahkan diberbagai daerah di Indonesia, bahkan di dunia.

B. Pendekatan Historisitas
Pendekatan historis merupakan cara pandang dalam memahami sesuatu
dengan melihat, memahami dan menghubungkan suatu peristiwa atau kejadian
berdasarkan data dan fakta agar bermanfaat pada masa yang akan datang
Pendekatan ini tidak dapat lepas dari historis yang berkembangan di
masyarakat karena Islam tunin dalam rangka memberikan petunjuk kepada
manusia dan hampir keilmuan dalam Islam terkait dengan sejarah. Dalam
pendekatan historis terdapat aliran yang digunakan dalam mengkaji Arab pra-
Islam, kelahirann Islam dan penaklukan Islam atau secara umum kajian Islam
dan masyarakat Islam. Aliran pertama yang digunakan oleh para tradisionalis
yang disebut pendekatan tradisonal dan aliran kedua disebut pendekatan
revisionis. Pendekatan tradisionalis ini dalam parakteknya membatasi diri,
hanya pada warisan literatur Arab-Muslim dengan pemahaman yang
menggunakan premis-premis yang berkembang dalam tradisi keagamaan
Islam. Pada prinsipnya, pendekatan ini didasarkan pada asumsi-asumisi dan
premis-premis dasar yaitu dengan literatur islam, sanad keilmuan, data tulisan
tidak perlu dibuktikan degan proses analisa peristiwa sejarah, alquran dianalisa
berdasarkan tradisi yang berkembang dalam kolagan ilmuwan Islam dan
analisis linguistik.

2.5 Hubungan Antara Normatif dan Historis


Kedua pendekatan ini bagaikan dua sisi mata uang yang berbeda, namun
keduanya tidak berdiri sendiri-sendiri dan berhadap-hadapan tetapi keduanya
menyatu teranyam, terjalin dan terajut sedemikian rupa sehingga keduanya menyatu
dalam satu kesatuan yang kokoh dan kompak. Makna terdalam dan moralitas
keagamaan tetap ada, tetap dikedepankan dan digaris bawahi dalam memahami
liku- liku fenomena keberagaman manusia, maka ia secara otomatis tidak bisa

8
terhindar dari belenggu dan jebakan waktu.Pendekatan dan pemahaman terhadap
fenomena keberagaman yang bercorak normatif dan historis tidak selamanya akur
dan sinergi. Hubungan antara keduanya seringkali diwarnai dengan ketegangan
tention) baik yang bersifat kreatif maupun destruktif (merusak). Pendekatan
normatif di satu sisi merupakan pendekatan yang selalu berpijak pada teks yang
tertulis dalam kitab suci masing-masing agama sehingga pendekatan ini cenderung
bercorak literalis, tekstualis, atau skriptualis.Sementara dari sisi lain, pendekatan
kedua, historitas, melihat kitab suci dan fenomena keagamaan tidak melalui cara
tekstualitas, namun dengan sudut pandang keilmuan sosial keagamaan yang bersifat
multidemensional, baik secara sosiologis. filosofis, psikologis, historis, kultur,
maupun antropologis.Jenis pendekatan apapun masih terdapat kekurangan,
kelemahan masing-masing. dan jauh dari memuaskan, karena fenomena agama
bersifat komplek. Masing-masing tidak dapat berdiri sendiri terlepas dari yang lain.
Regiliositas atau keberagaman manusia pada umumnya adalah bersifat universal,
infinite (tidak terbatas, tidak tersekat sekat), transhistoris (melewati batas-batas
pagar historis kesejarahan manusia), namun regiliositas yang begitu mendalam-
abstrak, pada hakikatnya tidak dapat dipahami oleh manusia tanpa sepenuhnya
terlibat dalam bentuk religiositas yang konkret, terbatas, tersekat historis, terkurung
oleh ruang dan waktu tertentu secara subjektif.

9
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Secara etimologi normativitas berasal dari bahasa Inggris norm yang berarti
norma ajaran, acuan, ketentuan tentang masalah yang baik dan buruk yang boleh
dilakukan dan yang tidak boleh dilakukan. Secara normatif. Islam itu absolut, sakral dan
universal yang kebenarannya trans-historis melewati batas ruang dan zaman, sehingga
dalam wilayah ini ia tunggal. Pemahaman Islam secara normatif bersifat doktriner. yaitu
bahwa agama Islam sebagai objek studi diyakini sebagai sesuatu yang suci dan
merupakan doktrin-doktrin yang berasal dari ilahi yang mempunyai nilai (kebenaran)
absolut, mutlak, dan universal.Secara etimologi historisitas dalam kamus bahasa inggris
artinya sejarah, atau peristiwa. Kata sejarah dari bahasa arab syajarahtun yang berarti
pohon. Sejarah dipahami mempunyai makna yang sama dengan tarikh (Arab), istora
(Yunani). history atau geschichte (jerman), yang secara sederhana berarti kejadian-
kejadian menyangkut manusia pada masa silam. Ruang lingkup studi normatif dalam
Islam yang umumnya dikerjakan kaum Muslim sendiri untuk menemukan kebenaran
religius, meliputi studi-studi; tafsir, hadis, fiqh, teologi, dan tasawuf Sedangkan ruang
lingkup studi historis mengarah pada aspek-aspek kebudayaan dan masyarakat Muslim,
dalam pengertian yang lebih luas, meliputi: antropologi agama, sosiologi agama, dan
psikologi agama. Pendekatan normativ berangkat dari keyakinan bahwa Islam itu agama
wahyu yang kebenarannya bersifat mutlak dan universal, kesimpulan yang diambil
bukanlah berdasar pendekatan fakta melainkan berdasar keyakinan teologis bahwa
kebenaran adalah sejauh mana fakta sesuai dengan wahyu. Contoh pendekatan normatif
dalam realita di kehidupan sekarang ini seperti peringatan "Maulidan". Pendekatan
historis merupakan cara pandang dalam memahami sesuatu dengan melihat, memahami
dan menghubungkan suatu peristiwa atau kejadian berdasarkan data dan fakta agar
bermanfaat pada masa yang akan datang. Bagi Mohammad Arkount teks suci dan tradisi

10
tidak dapat dipisahkan dari historitas, melainkan justru sepenuhnya terbentuk dan
terbukaan dalam sejarah.

DAFTAR PUSTAKA

Adzim and Vrikati. (2020) "Studi Islam Dalam Kaca Mata Normatif Dan Historis", Al-
Mungid Jurnal Kajian Keislaman, vol: 8 no.3

Abdullah M. Amin. 2004. Studi Agama Normativitas atau Historisitas. Yogyakarta:


Pustaka Pelajar.

Al-Zarkasi Imam al-Burhan fi Ulum al-Qur'an (jilid II). Mesir Isa al-Baby al-Halaby

Muammar Arfan, 2012. Studi Islam Perspektif Insider/Outsider, Jogjakarta: IRCISOD.

Mudzhar, Atho, 1998. Pendekatan Studi Islam dalam Teori dan Praktek
Yogyakarta:Pastaka Pelajar.

Muhaimin, et al. 2007. Kawasan dan Wawan Studi Islam (cet II) Jakarta: Kencana

11

Anda mungkin juga menyukai