Anda di halaman 1dari 13

NORMATIVITAS DAN HISTORISITAS TEKS

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas kuliah


“Al-Qur’an dan Teori Sosial”
Dosen Pengampu
Prof. Dr. Moh. Asror Yusuf, M.Ag

Penyusun
Faricha Cahya Fajrianti NIM. 20102048
Alfi Abdul Aziz I. NIM. 20102035

PROGAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR


FAKULTAS USHULUDDIN DAN DAKWAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
(IAIN) KEDIRI
2023

1
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat
dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini. Shalawat serta salam
semoga tercurah limpahkan kepada Nabi Muhammad SAW yang telah membawa kita semua ke
jalan kebenaran yang diridhoi Allah SWT.

Makalah ini kami susun dengan sebaik mungkin dan semaksimal mungkin. Sebelumnya
kami ucapkan terimakasih kepada pihak yang telah membantu kami menyusun makalah ini, kami
sadar, makalah ini banyak kekurangan, untuk itu kami juga mengucapkan beribu maaf atas
kekurangan makalah ini.

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Al-Qur’an dan Teori Sosial
program studi ilmu Al-Qur’an dan tafsir di Institut Agama Islam Negeri Kediri. Kami
mengucapkan terimakasih kepada Prof. Dr. Moh. Asror Yusuf,, M.Ag selaku dosen
pembimbing mata kuliah Semantik Al-Qur’an yang selalu membimbing kami dalam
menyelesaikan tugas ini.

KEDIRI, 16 September 2023

Penulis

2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .................................................................................................................... 2
DAFTAR ISI................................................................................................................................... 3
BAB I .............................................................................................................................................. 4
PENDAHULUAN .......................................................................................................................... 4
A. Latar Belakang ................................................................................................................... 4
B. Rumusan Masalah ............................................................................................................. 5
C. Tujuan ................................................................................................................................. 5
BAB II............................................................................................................................................. 6
PEMBAHASAN ............................................................................................................................. 6
A. Normativitas Teks .............................................................................................................. 6
B. Historisitas Teks ................................................................................................................. 7
C. Implikasi Normativitas dan Historisitas .......................................................................... 9
BAB III ......................................................................................................................................... 12
PENUTUP..................................................................................................................................... 12
A. Kesimpulan ....................................................................................................................... 12
B. Saran ................................................................................................................................. 12
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................... 13

3
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Atas usaha dan jasa para ulama, islam mampu berkembang serta menyebar di
seluruh belahan dunia. Tantangan mendasar bagi kaum muslimin di sepanjang sejarah
adalah menemukan cara menjadikan al-Qur’an relevan dengan berbagai situasi dan
kondisi baru yang terus berubah. Karena itulah para ulama, cendekiawan dan pemikir
berusaha menemukan cara untuk menemukan berbagai aturan normative pada situasi baru
serta menarik berbagai prinsip dan nilai yang substansial.1 Jika dilihat dari sudut pandang
studi agama, maka terdapat dua pandangan dalam kajian islam, yaitu segi normative dan
historis.
Pemahaman terhadap keIslaman selama ini dipahami sebagai dogma yang baku
dan menjadi suatu norma yang tidak dapat dikritik, dan dijadikan sebagai pedoman
mutlak yang tidak saja mengatur tingkah laku manusia, melainkan sebagai pedoman
untuk menilai dogmatika yang dimiliki orang lain, meskipun demikian dogmatika
tersebut tidak dapat dilepaskan dari segi sejarah pembentukan dogma itu sendiri.2
Secara prinsip, pendekatan normatif ini selalu menekankan pada standarisasi nilai
dan kesucian teks. Konsekuensinya adalah kajian Islam terasa seperti benar-salah dan
kaku. Dari sana, Islam terkesan monoton dan otoriter. Hal ini kemudian sering
memunculkan kontradiski dalam persoalan umat manusia yang selalu berkembang.
Sementara itu, pendekatan historis memusatkan perhatiannya pada tingkat yang lebih
besar terhadap kepentingan signifikan di balik gambar dan teks yang ketat.
Konsekuensinya adalah kajian keislaman terkesan lebih dinamis dan sesuai dengan

1
Nasitotul Janah, “Pendekatan Normativitas Dan Historisitas Serta Implikasinya Dalam Perkembangan Pemikiran
Islam,” Cakrawala: Jurnal Studi Islam 13, no. 2 (2018): 102–19, https://doi.org/10.31603/cakrawala.v13i2.2331.
2
MA Dr. H. M. Rozali, Metodologi Studi Islam Dalam Perspectives Multydisiplin Keilmuan, ed. M. Ag Dr. Solihah
Titin Sumanti (Depok: PT Rajawali Buana Pusaka, 2020).
4
kemajuan zaman. Akan tetapi, Bagaimanapun, pendekatan ini juga tidak jarang mendapat
respons ketidaksetujuan dengan alasan menyebabkan Islam menjadi tidak murni lagi.3
Terminologi Islam normatif dan historis atau faktual tersebut sesungguhnya telah
menjadi hard core dalam kajian studi keIslaman, bahkan pijakan dasar dalam kajian ini
sesunguhnya berada pada lingkup Islam normatif dan historis ini yang terus didiskusikan
dan didialogkan oleh para pengkaji dan ilmuwan yang memiliki kepedulian akan
pencarian Islam yang sesungguhnya dalam berkehidupan dan sekaligus juga menguak
proses epistemologi wajah Islam yang tampil di hadapan kita saat ini. Tulisan ini
berupaya menjajaki model pemikiran yang tampil pada dua kategori Islam ini, yaitu
normatif dan historis.

B. Rumusan Masalah
1. Apa itu normativitas teks?
2. Apa itu historisitas teks?
3. Apa implikasi normativitas dan historisitas teks?

C. Tujuan
1. Menegetahui pengertian normativitas teks
2. Mengetahui pengertian historisitas teks
3. Mengetahui implikasi normativitas dan historisitas teks

3
M. Afiqul Adib, “UPAYA MENDIALOGISKAN PENDEKATAN NORMATIF DAN HISTORIS DALAM
STUDI ISLAM: Konsep Integrasi-Interkoneksi Amin Abdullah,” Al-Tarbawi Al-Haditsah: Jurnal Pendidikan Islam
7, no. 2 (2022): 87, https://doi.org/10.24235/tarbawi.v7i2.11665.
5
BAB II

PEMBAHASAN

A. Normativitas Teks
Normatif yang berasal dari kata norm berarti berpegang teguh pada norma atau pada
kaedah yang telah ditetapkan.4 Menurut Abuddin Nata, pendekatan normatif merupakan
kajian pemahaman keislaman yang menggunakan asas atau dasar yang bersumber dari teks
Al-quran dan memegang keyakinan tersebut secara utuh, sehingga pendekatan ini diyakini
sebagai yang paling tepat, sedangkan pendekatan lain tidak bisa diterima. Selajutnya,
menurut Amin Abdullah, pendekatan normatif merupakan kajian pemikiran keislaman yang
memiliki corak dan kecenderungan terhadap teks yang ada dalam Alquran secara ketat.
Sehingga dalam penerapannya terkesan tekstual, kaku, dan kurang dinamis.5
Sedang normativitas menurut Dr. M. Rozali adalah suatu ajaran yang ditelaah melalui
berbagai pendekatan dari sumber-sumber hukum tentang persoalan ketuhanan. Islam
Normatif adalah pengumpulan sumber-sumber hukum yang terdapat dalam al-Qur’an dan
Hadist/Sunah Nabi yang kebenarannya bersifat mutlak yang murni dari firman Tuhan tanpa
ada campur tangan manusia. Sebagai contoh yaitu turunya ayat al-Qur’an merupakan aspek
normatif Islam yang kedudukannya adalah absolut, sehingga kebenaran yang ada di dalam
al-Qur’an merupakan kebenaran yang pasti.6
Berdasarkan pemaparan diatas dapat ditarik sebuah kesimpulan bahwa normativitas
teks mengacu pada tingkat otoritas, pengaruh, atau kekuatan yang dimiliki oleh sebuah teks
tertentu dalam mengatur atau menentukan norma, aturan, atau pedoman dalam suatu
masyarakat atau dalam suatu konteks budaya atau agama. Ini berarti bahwa teks tersebut
dianggap sebagai pedoman atau panduan utama yang mengikat individu atau kelompok
dalam tindakan, keyakinan, atau praktek tertentu.

4
Amril M, “Islam Normatif Dan Historis (Faktual): Ziarah Epistemologi Integratif-Interkonektif Dalam
Pendidikan,” POTENSIA: Jurnal Kependidikan Islam 5, no. 1 (2019): 79–98.
5
Adib, “UPAYA MENDIALOGISKAN PENDEKATAN NORMATIF DAN HISTORIS DALAM STUDI ISLAM:
Konsep Integrasi-Interkoneksi Amin Abdullah.”
6
Dr. H. M. Rozali, Metodologi Studi Islam Dalam Perspectives Multydisiplin Keilmuan. 42
6
Aspek normativitas adalah suatu pemahaman atau pendekatan yang memandang
agama dari segi ajarannya yang pokok dan asli dari Tuhan, di dalamnya belum terdapat
penalaran pemikiran manusia. Pendekatan ini memang berdasar dari sebuah keyakinan Islam
merupakan agama wahyu yang sudah benar dan akan selalu relevan dengan zaman tanpa
perlu modifikasi pemaknaan lain atau penyesuaian-penyesuaian lagi. Maka, upaya untuk
mencari pendekatan di luar teks adalah hal yang tidak dapat diterima. Karena itu, prinsip
yang dijadikan pondasi bukan berasal dari kajian empiris, akan tetapi melalui keyakinan dan
kesucian teks terhadap segala macam persoalan yang akan datang. jadi, bukan teks yang
menyesuaikan zaman, akan tetapi peroblematika zaman yang diharuskan menyesuaikan
dengan teks.
Dalam praktiknya, pendekatan ini seringkali mengklaim bahwa Alquran adalah
mutalak kebenaran teksnya, karena itu dapat diterapkan untuk menghadapi persoalan yang
selalu muncul di tiap zamannya. Sudut pandang ini di satu sisi memang dibenarkan oleh
semua umat Islam, akan tetapi beberapa pandangan juga diperlukan untuk melengkapi
penafsiran terhadap teks tersebut, sehingga menciptakan kombinasi pemahaman yang ideal
secara teoritis dan empiris.
Selain hal tersebut, Islam normatif juga diangap terlalu fokus dengan teks Alquran,
dan kurang dapat memiliki jawaban atas permasalahan yang dialami oleh umat Islam. Atau
bisa disimpulkan, pendekatan Normatif masih terlalu melangit, sehingga terkesan hanya
memberikan suatu hukum tanpa memberi solusi terhadap sebuah permasalahan. Namun
pendekatan ini bukan berarti pendekatan yang harus dijauhi, pendekatan ini memiliki
beberapa kelebihan, antara lain: membuat seseorang memiliki sikap militansi dalam
beragama, yaitu berpegang teguh kepada yang diyakininya sebagai yang benar tanpa
memandang dan meremehkan agama lainnya.7
B. Historisitas Teks
Historis adalah peristiwa yang benar-benar terjadi di masa lampau. Islam Historis
merupakan islam sebagaimana yang dipahami dan dipraktekkan oleh ummat islam yang
kemudian melahirkan peradaban islam. Sebagai contoh yaitu keterlibatan suatu peristiwa
yang menyebabkan sebuah ayat al-Qur’an itu turun.8

7
Khoiriyah, Memahami Metodologi Studi Islam (Yogyakarta: Teras, 2013). 87-88
8
Dr. H. M. Rozali, Metodologi Studi Islam Dalam Perspectives Multydisiplin Keilmuan. 44
7
Pendekatan historis ini cukup penting dalam kajian keislaman, sebab kedatangan Islam
sendiri berkaitan dengan kondisi yang ada pada sebuah masyarakat saat itu. Selain itu, Islam
sendiri tidak bisa lepas dari sejarah yang ada.9 Dalam Alquran juga ada beberapa kisah yang
diceritakan berhubungan dengan kajian kesejarahan. Melalui pendekatan ini akan lebih
mudah untuk memahami teks yang ada karena mengetahi latar belakang suatu kejadian yang
sedang dikaji. Karena itu pemahaman kesejarahan cukup vital dalam pemahaman
keagamaan.
Islam Historis atau Islam sebagai produk sejarah adalah Islam yang dipahami dan
islam yang dipraktekkan kaum muslim di seluruh penjuru dunia, mulai dari masa Nabi
Muhammad Saw sampai sekarang. Islam historis merupakan unsur kebudayaan yang
dihasilkan oleh setiap pemikiran manusia dalam interpretasi atau pemahamannya terhadap
teks, maka islam pada tahap ini terpengaruh bahkan menjadi sebuah kebudayaan. Dengan
demikian semakin adanya problematika yang semakin kompleks, maka kita yang hidup pada
era saat ini harus terus berjuang untuk menghasilkan pemikiran-pemikiran untuk mengatasi
problematika kehidupan yang semakin kompleks sesuai dengan latar belakang kultur dan
sosial yang melingkupi kita, yaitu Indonesia saat ini. Kita perlu pemahaman kontemporer
yang terkait erat dengan sisi-sisi kemanusiaan-sosial-budaya yang melingkupi kita.10
Islam dalam level historis memang tidak akan selalu tunggal, ia tidak akan statis, akan
selalu ada paradigma baru yang mengadaptasi dimensi ruang waktu serta lokalitas seiring
berjalannya sejarah. Pemahaman keberagamaan dalam historisitas Islam berkembang terus
tanpa henti. Perkembangan itu sendiri - menurut Almakin - kompleks karena menyangkut
begitu banyak variabel. Hal ini bukanlah hal yang sederhana, karena setiap zaman
menghasilkan historisitas, penemuan, wacana dan pemahaman terhadap teks normatif yang
berbeda dengan zaman lainnya. Logika dan pemahaman agama, menurut Amin Abdullah,
memerlukan sebuah continuous process untuk menjawab realitas perkembangan sejarah yang
berbeda-beda agar nilai-nilai agama dapat mendorong perkembangan proses dan
memperkaya konsep pembentukan peradaban manusia.11

9
Khoiriyah, Memahami Metodologi Studi Islam. 87-88
10
Dr. H. M. Rozali, Metodologi Studi Islam Dalam Perspectives Multydisiplin Keilmuan.
11
Janah, “Pendekatan Normativitas Dan Historisitas Serta Implikasinya Dalam Perkembangan Pemikiran Islam.”
105
8
Islam Historis adalah gagasan yang tercipta dari budaya yang ada dalam tiap zaman di
masyarakat untuk memahami sebuah teks yang ada. Maka, dalam perjalanannya, pemahaman
keislaman melalui pendekatan ini akan memunculkan kompleksitas yang utuh sesuai dengan
ruang lingkup dan sejarah yang dikaji. Hal ini cukup relevan dengan dinamisnya
perkembangan zaman yang menuntuut manusia untuk terus berubah dan berbenah sesuai
dengan kondisi sosial, budaya, maupun segala hal yang ada.

C. Implikasi Normativitas dan Historisitas


Pendekatan normatif ini akan berimplikasi dan memiliki pola pemikiran dan
pemahaman keagamaan Islam yang bersifat absolutely absolute (kebenaran yang mutlak).
Pola pemikiran keislaman model ini selalu memandang bahwa ajaran agama seluruhnya
bersifat tauqīfy. Unsur wahyu lebih dikedepankan ketimbang akal. Bahkan hal-hal yang
dicurigai sebagai produk akal cepat-cepat di sebagai “bid’ah”.
Para penganut pola pikir keagamaan yang bercorak absolutely absolute ini teguh
dalam bersikap, tidak luwes dalam komunikasi dan bergaul dengan sesamanya. Pemahaman
teks-teks wahyu secara harfiyah menjadi stumbling block untuk melakukan kajian sosial dan
budaya lebih lanjut terhadap perilaku keagamaan. Pola pikir dan perilaku keagamaan model
ini mungkin bagus untuk wilayah keagamaan yang bersifat homogen. Dalam wilayah
kehidupan beragama yang bersifat heterogen, kesulitan dan benturan-benturan sering
dihadapi oleh penggemar pola pikir ini.
Pola pikir Islam model ini sangat kaku dan tidak mengenal kompromi. Para pemangku
model pemikiran ini selalu mengambil jarak sejauh mungkin dari campur tangan dan
intervensi orang lain apalagi penganut agama lain. Hamper-hampir semboyan yang
digunakan adalah right or wrong is my country. Mereka melupakan dimensi kesejarahan,
tārīkhiyāt, atau hisrtorisitas pemikiran keagamaan. Pendukung pola pemikiran ini mudah
terjebak pada proses taqdīs al-afkār al-dīniyah (sakralisasi pemikiran keagamaan).
Dalam beragama, Islam atau lainnya, perlu disadari bahwa dalam melakukan dan
menjalankan perintah-perintah agama ada juga factor-faktor historisitas kemanusiaan kita
yang sangat mudah pecah dan lemah. Tidak ada, sesuangguhnya apa yang disebut
sepenuhnya “ta’abbudy” yang absolute-mutlak karena ikut campurnya unsur kesejarahan
kemanusiaan di situ, juga tidak ada yang disebut dengan “ta’aqquly relative karena ketika

9
manusia menyepakati norma-norma dan nilai-nilai yang harus ditegakkan dan dijunjung
tinggi bersama, maka aspek absolutitasnya diperlukan sebagai driving force untuk mematuhi
dan mentaati aturan-aturan yang diajarkan bersama tersebut. Tanpa absolutitas dalam
menjalani tatanan moral maka tiada manfaatnya menciptakan tatanan moral untuk kehidupan
bersama.12
Jika ingin mendapat pemahaman yang utuh tentang Alquran, maka sebagai intelektual
harus juga mempelajari serta memahami faktor-faktor historis yang ada, dalam hal ini
dinamai sebagai asbabul nuzul, atau kajian tentang sejarah dari turunnya Alquran. Melalui
kajian tersebut, akan lebih mudah untuk menghindari kesalahpahaman terhadap suatu ayat
karena tentu saja memahami konteks yang terjadi saat itu.
Implementasi dari pendekatan historis ini dapat dijadikan pemahaman secara utuh
dalam memahami Alquran. Contoh, dalam hukum mabuk ketika shalat. Terdapat teks yang
menyatakan “janganlah kamu mendekati shalat, sedang kamu mabuk”. Dari teks tersebut
jika hanya dipahami sekadar tekstual, maka akan muncul pemahaman bahwa ketika sholat
saja dilarang dalam keadaan mabuk, selain itu boleh. Pemahaman ini tidak akan terjadi jika
dilakukan juga pendekatan historis, yakni penelusuran ulang bahwa ayat tersebut sebenarnya
turun dalam sebuah rangkain keharaman khamr, yang diawal ada ayat turun dengan
memberi pemahaman bahwa khamr memiliki banyak sisi negatif, kemudian turun ayat lagi
untuk memberi peringatan bahwa ketika sholat dilarang mabuk, setelah itu baru ada ayat
penegasan bahwa khamr haram secara mutlak. Rangkaian tersebut dalam rangka memberi
hikmah bahwa metode Islam untuk mengubah sebuah budaya adalah secara perlahan-lahan.
Oleh sebab itu memahami sebuah ayat dengan pendekatan historis amat penting dilakukan
agar tidak menimbulkan kesalahpahaman.
Secara prinsip, pendekatan historis ini menunjukkan bahwa hukum Islam selalu dapat
diperbarui. Karena pemahaman hukum Islam adalah produk pemikiran para ulama yang
muncul karena konstruk sosial tertentu. Islam dalam tataran historis ini akan selalu dinamis
dan memunculkan sudut pandang baru yag dapat digunakan untuk hidup dalam segala
universe yang berbeda, baik tempat, lingkungan, maupun budaya. Perbedaan tiap-tiap zaman
memang sangat kompleks, karena terkait dengan beberapa latar belakang, serta kesejarahan

12
Toni Pransiska, “Menakar Pendekatan Teologis-Normatif Dalam Memahami Agama Di Era Pluralitas Agama Di
Indonesia,” Turãst: Jurnal Penelitian & Pengabdian Vol. 5, No (2017): h.77-87.
10
yang berbeda. Tiap zaman selalu memunculkan realita yang berbeda dengan zaman lainnya,
oleh sebab itu pemahaman suatu teks agama tidak bisa lepas dari suatu kajian sejarah yang
disebut sebagai pendekatan historis.13
Melalui pendekatan sejarah ini seseorang diajak untuk memasuki keadaan yang
sebenarnya berkenaan dengan penerapan suatu peristiwa. Dari sini, maka seseorang tidak
akan memahami agama keluar dari konteks historisnya, karena pemahaman demikian itu
akan menyesatkan orang yang memahaminya. Seorang yang ingin memahami al-qur’an
secara benar misalnya, yang bersangkutan harus mempelajari sejarah turunnya al-Qur’an
atau kejadian-kejadian yang mengiringi turunnya al-Qur’an yang selanjutnya disebut sebagai
ilmu asbab an-nuzul (ilmu tentang sebab-sebab turunnya ayat al-Qur’an) yang pada intinya
berisi sejarah turunnya ayat al-Qur’an. Dengan ilmu asbab an-nuzul ini seseorang akan dapat
mengetahui hikmah yang terkandung dalam suatu ayat yang berkenaan dengan hukum
tertentu dan ditujukan untuk memelihara syari’at dari kekeliruan yang memahaminya.
Meski terdapat perbedaan antara keduanya namun, normatif dan historis memiliki
keterkaitan dan tidak dapat dipisahkan, karena normatif berisi tentang masalah ketuhanan
dan historis berisi nilai kesejarahan. Di mana semua sejarah islam adalah kehendak Allah
Swt. Inti dari keterkaitan antara normativitas dan historisitas adalah semua ilmu
pengetahuan, baik agama maupun umum, bersumber dari al-Qur’an dan hadis.

13
Adib, “UPAYA MENDIALOGISKAN PENDEKATAN NORMATIF DAN HISTORIS DALAM STUDI
ISLAM: Konsep Integrasi-Interkoneksi Amin Abdullah.”
11
BAB III

PENUTUP
A. Kesimpulan
Normativitas merujuk pada kemampuan atau sifat teks untuk mengatur atau
menentukan norma, aturan, atau pedoman dalam masyarakat atau dalam suatu sistem
kepercayaan atau doktrin tertentu. Dalam konteks teks religius, normativitas mengacu pada
tingkat otoritas atau ketundukan yang diberikan kepada teks tersebut oleh para penganut
agama tersebut. Sebuah teks religius yang memiliki normativitas tinggi dianggap sebagai
panduan utama dalam kehidupan dan praktik keagamaan umatnya. Contoh normativitas
tinggi adalah Al-Quran dan hadits, di mana teks-teks tersebut dianggap sebagai otoritas
tertinggi dan tidak dapat dirubah atau ditafsirkan secara bebas.

Sedangkan Historisitas mengacu pada aspek sejarah dan konteks waktu yang
melingkupi penciptaan dan penyebaran teks. Setiap teks memiliki konteks historis yang
memengaruhi makna dan interpretasinya. Memahami historisitas sebuah teks membantu
dalam menginterpretasikan maknanya dengan benar, karena teks dapat memiliki makna
yang berbeda tergantung pada konteks historisnya.

Penting untuk diingat bahwa normativitas dan historisitas tidak selalu bersifat saling
eksklusif. Sebagai contoh, dalam agama, sebuah teks dapat memiliki normativitas tinggi
(dengan dianggap sebagai otoritas mutlak) sambil tetap ditempatkan dalam konteks historis
tertentu yang memengaruhi interpretasinya.

B. Saran
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih terdapat kekurangan
atau kesalahan baik dari segi isi maupun penulisannya, untuk itu kami berharap kepada
pembaca untuk memberi kritik dan saran yang membangun, guna menyempurnakan
makalah ini.

12
DAFTAR PUSTAKA

Adib, M. Afiqul. “UPAYA MENDIALOGISKAN PENDEKATAN NORMATIF DAN


HISTORIS DALAM STUDI ISLAM: Konsep Integrasi-Interkoneksi Amin Abdullah.”
Al-Tarbawi Al-Haditsah: Jurnal Pendidikan Islam 7, no. 2 (2022): 87.
https://doi.org/10.24235/tarbawi.v7i2.11665.
Dr. H. M. Rozali, MA. Metodologi Studi Islam Dalam Perspectives Multydisiplin
Keilmuan. Edited by M. Ag Dr. Solihah Titin Sumanti. Depok: PT Rajawali Buana
Pusaka, 2020.
Janah, Nasitotul. “Pendekatan Normativitas Dan Historisitas Serta Implikasinya Dalam
Perkembangan Pemikiran Islam.” Cakrawala: Jurnal Studi Islam 13, no. 2 (2018):
102–19. https://doi.org/10.31603/cakrawala.v13i2.2331.
Khoiriyah. Memahami Metodologi Studi Islam. Yogyakarta: Teras, 2013.
M, Amril. “Islam Normatif Dan Historis (Faktual): Ziarah Epistemologi Integratif-
Interkonektif Dalam Pendidikan.” POTENSIA: Jurnal Kependidikan Islam 5, no. 1
(2019): 79–98.
Toni Pransiska. “Menakar Pendekatan Teologis-Normatif Dalam Memahami Agama Di
Era Pluralitas Agama Di Indonesia.” Turãst: Jurnal Penelitian & Pengabdian Vol. 5,
No (2017): h.77-87.

13

Anda mungkin juga menyukai