Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

ILMU KALAM:
“ PENGERTIAN DAN NAMA, SUMBER, SEJARAH KEMUNCULAN
PERSOALAN-PERSOALAN”
DOSEN PENGAMPU: Dr. Sujino, M.Pd.I

Disusun Oleh :

Kelompok 5

1. Amirul Abdur Riziq 22250079

2. Asyfa’un Nikmatus 22250047


Sholikhah
3. Daffa Risqi Alfarisy 22250078

4. M.Idham Kholid 22250053

5. Rahma Syifa Dwi 22250097


Saputri

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS AGAMA ISLAM

1
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH METRO
TAHUN AKADEMIK 2022/2022

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas rahmat-Nya sehingga kami sebagai
penulis dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya untuk
menyelesaikan tugas mata kuliah Ilmu Kalam yang berjudul ILMU KALAM: “
PENGERTIAN DAN NAMA, SUMBER, SEJARAH KEMUNCULAN
PERSOALAN-PERSOALAN “

Kami menyadari bahwa makalah ini tidak dapat ditulis tanpa bantuan
banyak pihak. Pada kesempata ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada
semua pihak, terutama Dr. Sujino, M.Pd.I selaku dosen pengampu mata kuliah
ilmu kalam.

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangannya. Oleh


karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat kami butuhkan untuk
perbaikan makalah ini agar dapat menjadi lebih baik di masa yang akan datang.
Kami berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.

Metro, November 202


2

Penyusun,

Kelompok 7

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................................................

DAFTAR ISI................................................................................................................................

BAB I. PENDAHULUAN...........................................................................................................

A. Latar Belakang................................................................................................................
B. Rumusan Masalah...........................................................................................................
C. Tujuan..............................................................................................................................

BAB II. PEMBAHASAN............................................................................................................

A. Pengertian Ilmu Kalam..................................................................................................


B. Nama Lain Ilmu Kalam..................................................................................................
C. Sumber Ilmu Kalam.......................................................................................................
D. Sejarah Kemunculan Persoalan-Persoalan Ilmu Kalam............................................

BAB III. PENUTUP....................................................................................................................

A. KESIMPULAN................................................................................................................
B. SARAN.............................................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................................

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam membahas persoalan yang berkaitan dengan ilmu kalam, pastinya terdapat
perbedaan perspektif antara pemikiran satu dengan pemikiran lainnya. Sebagaimana kata
“kalam” yang berarti “pembicaraan”. Pembicaraan dalam hal ini yaitu, tentang masalah-masalah
ketuhanan dengan menggunakan argumentasi, logikadan filsafat serta memperbandingkan
masalah yang menyangkut pokok-pokok agama dan yang berhubungan dengannya. Ilmu kalam
ataupun filsafat islam tidak akan muncul tanpa adanya perbedaan-perbedaan paradigma
(pandangan) antara satu paham dengan paham lainnya. Aliran mu’tazilah dalam hal ini sangat
berpengaruh terhadap lahirnya Ilmu Kalam, yang bisa dikatakan sebagai pencetus paham yang
memberikan daya yang kuat terhadap akal (rasional). Karena adanya perbedaan pendapat inilah
sehingga muncul berbagai aliran-aliran dan juga metode-metode berfikir yang menjadi ciri dari
masing-masing aliran tersebut. Secara umum, metode/kerangka berfikir dalam ilmu kalam
dapatdikelompokkan lebih dari dua yaitu, metode berfikir liberal dan metode berfikir tradisionil,
yang masing-masing mempunyai prinsip yang berbeda. Free will atau predestination (liberal),
menekankan aspek yang besar terhadap logika (akal).Sedangkan fatalism (tradisionil), tidak
begitu besar menekankan pada aspek akal. Kedua corak ini tidak bertentangan dengan ajaran
Islam.

B. Rumusan Masalah

1. Apa pengertian ilmu kalam?


2. Apa saja nama ilmu kalam?
3. Apa saja sumber ilmu kalam?
4. Bagaimana sejarah kemunculan persoalan-persoalan ilmu kalam?
C. Tujuan
1. Memahami pengertian ilmu kalam
2. Mengetahui apa saja nama ilmu kalam

4
3. Mengetahui sumber ilmu kalam
4. Mengetahui sejarah kemunculan persoalan-persoalan ilmu kalam

BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Ilmu Kalam


Pengertian Ilmu Kalam Menurut Para Ahli yaitu:

- Ibnu Kholdun

Beliau adalah seorang ilmuwan dari Tunisia yang dikenal dengan “bapak Sosiologi Islam” itu
menjelaskan ilmu kalam sebagai ilmu yang berisi alasan-alasan untuk mempertahankan
kepercayaan-kepercayan iman dengan menggunakan dalil-dalil pikiran dan berisi bantahan-
bantahan terhadap orang-orang yang menyeleweng dari kepercayaan salaf dan ahli sunnah.

- Mustafa Abdul Raziq

Menurutnya, ilmu kalam adalah ilmu yang sangat erat kaitannya dengan keyakinan iman atau
aqidah seseorang yang berasal dari argumen-argumen yang rasional.

- Muhammad Abduh

beliau adalah syekh dari Mesir yang merupakan salah satu tokoh pembaharuan pendidikan Islam.
Beliau menjelaskan ilmu kalam sebagai suatu ilmu yang membahas tentang wujud Allah, sifat-
sifat wajib yang ada bagi-Nya, sifat-sifat jaiz yang disifatkan bagi-Nya, dari sifat-sifat yang tidak
ada bagi-Nya, juga membahas tentang rasul-rasul Allah untuk menetapkan kebenaran risalahnya,
apa yang wajib ada pada dirinya, hal-hal jaiz yang dihubungkan pada diri mereka dan hal-hal
terlarang yang dihubungkan kepada diri mereka.

- Al-Farabi

Al-Farabi adalah seorang ilmuwan dan filsuf Islam yang berasal dari Turki. Beliau
mengemukakan ilmu kalam sebagai ilmu yang mempelajari tentang ketauhidan atau keesaan zat
Allah dan sifat-sifatnya beserta eksistensi-eksistensinya, mulai dari masalah dunia hingga
masalah setelah mati yang berlandaskan doktrin Islam.

5
Jika secara harfiah, istilah “kalam” ini artinya ‘perkataan’ atau ‘percakapan’. Sementara
secara terminologi, ilmu kalam adalah ilmu yang membicarakan mengenai wujud Allah SWT,
sifat-sifat yang mesti ada pada-Nya, sifat-sifat yang tidak ada pada-Nya, sifat-sifat yang mungkin
ada pada-Nya, hingga Rasul Allah untuk menetapkan kebenaran akan kerasulannya.

Menurut ahli tata bahasa Arab, kalam adalah kata atau lafaz dengan bentuk majemuk (ketentuan
atau perjanjian). Secara teknis, kalam adalah alasan atau argumen rasional untuk memperkuat
perkataan. Secara tata bahasa, kalam merupakan kata umum tentang perkataan, sedikit atau
banyak, yang dapat digunakan untuk setiap bentuk pembicaraan (likulli ma yatakallamu bihi);
atau ekspresi suara yang berturut-turut hingga pesan-pesan suara itu jelas maksudnya. Dalam
ayat 144 surah al-A’raf, menyebut bi kalami yang ditujukan kepada Nabi Musa AS, menurut al-
Baidawi maksudnya bi kalami iyyaka (Aku berbicara langsung kepadamu). Dalam ayat 15 surah
al-Fath, kalama Allah diartikan janji atau ketentuan Allah SWT yang harus diikuti oleh seluruh
umat manusia.

Kalam adalah kata-kata, sehingga dengan pengertian kalam ini muncul dua pemahaman.
Pertama, kalam ialah sabda Tuhan. Karena soal kalam sebagai sabda Tuhan atau al-Quran di
kalangan umat Islam pada abad ke sembilan dan ke sepuluh Masehi pernah menimbulkan
pertentangan-pertentangan keras sehingga timbul penganiayaan dan pembunuhan-
pembunuhanterhadap sesama muslim pada masa itu. Kedua, yang dimaksud kalam adalah kata-
kata manusia, karena kaum teolog Islam bersilat lidah dengan kata-kata dalam mempertahankan
pendapat dan pendirian masing-masing.

Ayat 75 surah al-Baqarah, kalam berarti Allah SWT berbicara langsung kepada Nabi Musa AS
atau hukum Allah SWT yang dikenal dengan din al-Islam. Ayat 6 surah at-Taubah, kalam adalah
firman Allah SWT atau isi yang terkandung dalam agama Islam secara nyata dan menyeluruh.
Kalam sebagai kata kerja banyak digunakan dalam al-Quran yang artinya berbicara kepada
seseorang yang dikenai perbuatan. Abu Hasan al- Asy’ari dalam al-Ibanah mengartikan kata
taklim dengan al- Musyafahah bi al-Kalam (berbicara dengan pembicaraan tertentu). Kata kalam
lainnya yang mempunyai pengertian yang netral yaitu berbicara, bercakap-cakap, dan diskusi
yaitu la takallamu terdapat dalam surah Hud ayat 105, na takallamu dalam surah an-Nur ayat 16,
dan ya takallamu dalam surah ar- Rum ayat 35 dan an-Naba ayat 38.

B. Nama Lain Ilmu Kalam


Adapun selain nama Ilmu Kalam terdapat beberapa nama lainnya :

1. Ilmu Tauhid
Ilmu Tauhid adalah ilmu yang membahas tentang wujud Allah, soal-soal yang wajib,
mustahil, dan jaiz bagi Allah dan Rasul-Nya, serta mengupas dalil-dalil yang mungkin sesuai

6
dengan akal, guna membuktikan adanya zat yang mewujudkan, kemudian juga mengupas dalil-
dalil sam’iyat guna mempercayai sesuatu dengan yakin.
Sebab dinamai ilmu Tauhid dikarenakan ilmu ini membahas keesaan Allah.
2. Ilmu Ushuluddin
Ushuluddin adalah serangkaina kata yang terdiri dari ushul dan ad-din. Ushul adalah
jama’ dari ashl yang berarti pokok, dasar, fundamen sedangkan ad-din artinya adalah agama. Jadi
perkataan Ushuluddin menurut loghatnya berarti pokok atau dasar-dasar agama.
Alasan dinamai dengan ilmu Ushuluddin yaitu karena ilmu ini membahas tentang prinsip-prinsip
agama Islam. “Ilmu Ushuluddin adalah ilmu yang membahas padanya tentang prinsip-prinsip
kepercayaan agama dengan dalil-dalil qath’I dan dalil-dalil akal fikiran”
3. Ilmu Aqaid
Aqaid artinya simpulan – buhul, yakni kepercayaan yang tersimpul dalam hati. Aqaid
adalah jama’ dari aqidah. M. Hasby As Sidiqi menjelaskan dalam bukunya tentang maudhu’
tahid, dia mengatakan bahwa maudhu’tauhid adalah pokok pembicaraan ilmu tauhid yaitu aqidah
yang diterangkan dalil-dalilnya. Jadi, ini dinamakan dengan ilmu Aqaid disebabkan ilmu ini
berbicara tentang kepercayaan Islam. Syekh Thahir Al Jazairy menerangkan :
“Aqidah Islam ialah hal-hal yang diyakini oleh orang-orang Islam, artinya mereka menetapkan
atas kebenarannya “
4. Ilmu Ma’rifah
Ma’rifah artinya adalah pengenalan atau mengenal. Dalam Islam, tentang ilmu ketuhanan
ini sering disebut dengan ilmu Ma’rifah karena ilmu ini membahas terhadap hal-hal yang
berkenaan dengan sifat-sifat-Nya yang wajib, mustahil, dan jaiz bagi-Nya.
5. Theology Islam
Penulis-penulis barat banyak menggunakan sebutan theology Islam, tentang ilmu Kalam,
baik dari segi loghat maupun istilah. Theology terdiri dari dua kata yaitu “theos” yang berarti
Tuhan dan “logos” yang berarti ilmu. Oleh karena itu theology bermakna ilmu tentang tuhan atau
ilmu tentang ketuhanan.
6. Nama Lainnya
Ada sebagian ulam yang menyebutkan bahwa ilmu tauhid ini disebut dengan ilmu sifat
dua puluh. Ini disebabkan karena sifat-sifat ketuhanan yang wajib ada pada-Nya ada dua puluh

7
jumlahnya dan itulah yang menjadi pokok pembahasannya. ‫علم أصول الدين هو علم يبحث فيه عن‬
‫ باألدلة القطعية و العقلية‬a‫أصول العقاءد الدينية‬

C. Sumber Ilmu Kalam


Sumber Ilmu Kalam dapat diklasifikasikan menjadi dua, yakni dalil naqli (al-Qur’an dan
Hadis) dan dalil aqli (akal pemikiran manusia). Al-Qur’an dan Hadis merupakan sumber utama
yang menerangkan mengenai wujud Allah, sifat-sifat-Nya, perbuatan-perbuatan-Nya, dan
permasalahan aqidah Islamiyah lainnya.

Masing-masing kelompok dalam Ilmu Kalam mencoba memahami dan menafsirkan al-Qur’an
dan Hadis lalu kemudian menjadikannya sebagai penguat argumentasi mereka. Selain itu, dalil-
dalil naqli ini tentu saja diperkuat dengan dalil aqli atau alur pikir yang logis. Dalil aqli ini ada
yang berasal dari ilmu keislaman murni dan ada yang diadopsi dari pemikiran-pemikiran di luar
Islam. Jadi, kurang tepat kalau dikatakan bahwa Ilmu Kalam itu merupakan ilmu keislaman
murni, dan tidak benar juga kalau dikatakan bahwa Ilmu Kalam itu timbul dari pemikiran di luar
Islam seperti filsafat Yunani.

Dalam hal ini, yang benar dan cukup mewakili adalah kalau dikatakan bahwa Ilmu Kalam itu
bersumber dari al-Qur’an dan Hadis yang perumusan-perumusannya didorong oleh unsur-unsur
dari dalam dan dari luar (Nasir, 1991). Berikut ini adalah sumber-sumber Ilmu Kalam.

1. Al-Qur’an

Al-Qur’an banyak menyinggung terkait hal-hal yang berkaitan dengan persoalan-persoalan


ketuhanan, di antaranya adalah sebagai berikut. Pertama, Allah Maha Esa dalam Surat al-Ikhlas
ayat 1-4. Kedua, tiada sesuatu apa pun yang menyerupai Allah SWT dalam Surat al-Shura ayat 7.
Ketiga, tiada satu pun yang berhak disembah selain Allah SWT, al-Qur’an menceritakannya
dalam kisah pencarian Nabi Ibrahim AS dalam Surat al-An’am ayat 76-78. Keempat, al-Qur’an
menolak penyembahan berhala dalam Surat al-An’am ayat 74.

Kelima, al-Qur’an menolak penuhanan Nabi Isa AS dalam Surat al-Maidah ayat 116. Keenam,
Allah Yang Maha Penyayang bertahta di atas “Arsy”, Ia Pencipta langit dan bumi serta semua
yang ada di antara keduanya dalam Surat al-Furqan ayat 59. Ketujuh, Allah SWT memiliki

8
“tangan” dalam Surat al-Fath ayat 10. Kedelapan, Allah SWT memiliki “wajah” dalam Surat al-
Rahman ayat 27. Kesembilan, Allah SWT memiliki “mata” dalam Surat Taha ayat 39.

Ayat-ayat tersebut di atas berkaitan dengan persoalan ketuhanan. Adapun penjelasannya secara
detail tidak disebutkan. Konsekuensinya adalah beragamnya pendapat para ulama dalam
memahami dan menginterpretasikannya. Para ulama kemudian menyusun pembahasan mengenai
hal-hal yang berkaitan dengan ketuhanan dalam sebuah ilmu yang dikenal dengan Ilmu Kalam.

2. Hadis

Persoalan Ilmu Kalam banyak juga disinggung dalam hadis, di antaranya yakni hadis yang
menjelaskan mengenai iman, Islam dan ihsan sebagaimana hadis berikut. “Diriwayatkan dari Abi
Hurairah ra berkata, pada suatu hari ketika Rasulullah Saw berada bersama kaum muslimin,
datanglah Jibril (dalam bentuk seorang laki-laki) kemudian bertanya kepada beliau, “Apakah
yang dimaksud dengan iman?”

Rasulullah menjawab, “Yaitu kamu percaya Kepada Allah, para malaikat, semua kitab yang
diturunkan, hari pertemuan dengan-Nya, para rasul, dan hari kebangkitan.” Lelaki itu bertanya
lagi, “Apakah pula yang dimaksudkan dengan Islam?” Rasulullah menjawab, “Islam adalah
mengabdikan diri kepada Allah dan tidak menyekutukan-Nya dengan perkara lain, mendirikan
shalat yang telah difardlukan, mengeluarkan zakat yang diwajibkan, dan berpuasa pada bulan
Ramadhan.”

Kemudian lelaki itu bertanya lagi, “Apakah ihsan itu?” Rasulullah Saw menjawab, “Hendaklah
engkau beribadah kepada Allah seolah-olah engkau melihat-Nya. Sekiranya engkau tidak
melihat-Nya, ketahuilah bahwa Dia senantiasa melihatmu.” Lelaki tersebut bertanya lagi,
“Kapankah hari kiamat akan terjadi?” Rasulullah menjawab, “Aku tidak lebih tau darimu, tetapi
akan ceritakan kepadamu mengenai tanda-tandanya

Apabila seorang hamba melahirkan majikannya, itu adalah sebagian dari tandanya. Apabila
seorang miskin menjadi pemimpin masyarakat, itu juga sebagian dari tandanya. Apabila
masyarakat yang asalnya pengembala kambing mampu bersaing dalam mendirikan bangunan-
bangunan mereka, itu juga tanda akan terjadi kiamat. Hanya lima perkara itu sebagian dari tanda-
tanda yang aku ketahui. Selain dari itu, hanya Allah Yang Maha Mengetahuinya.”

9
Kemudian Rasulullah Saw membaca Surah Luqman ayat 34, “Sesungguhnya hanya Allah lah
yang mengetahui tentang hari kiamat; dan Dia-lah yang menurunkan hujan, dan mengetahui apa
yang ada dalam rahim. Tiada seorang pun yang dapat mengetahui (dengan pasti) apa yang akan
diusahakannya besok dan tiada seorang pun yang dapat mengetahui di manakah ia akan
menemui ajalnya.

Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal.” Kemudian lelaki tersebut beranjak
dari tempatnya, kemudian Rasulullah bersabda (kepada sahabatnya), “Panggil kembali lelaki
itu.” (Lalu para sahabat pun mengejar lelaki tersebut untuk memanggilnya kembali), namun
mereka tidak melihatnya. Rasulullah Saw pun bersabda, “Lelaki tadi adalah Jibril as.,
kedatangannya adalah untuk mengajar manusia tentang agama mereka.”

3. Pemikiran Manusia

Sebagai salah satu sumber Ilmu Kalam, pemikiran manusia berasal dari pemikiran umat Islam
sendiri dan pemikiran yang berasal dari luar umat Islam. Di dalam al-Qur’an, banyak sekali
terdapat ayat-ayat yang memerintahkan manusia untuk berpikir dan menggunakan akalnya.
Dalam hal ini, biasanya al-Qur’an menggunakan redaksi tafakkar, tadabbar, tadhakkar, tafaqqah,
nazar, fahima, ‘aqala, ulu al-albab, ulu al-ilm, ulu al-absar, dan ulu al-nuha.

Karena itu, jika umat Islam sangat termotivasi untuk memaksimalkan penggunaan rasionya, hal
itu bukan lantaran ada pengaruh dari pihak luar saja, melainkan karena adanya perintah langsung
dari ajaran agama mereka. Hal inilah yang akhirnya menyebabkan rasio dan logika dalam
pembahasan Ilmu Kalam.

Ahmad Amin mengungkapkan bahwa setelah umat Islam selesai menaklukan negeri-negeri baru
dan keadaan mulai stabil dan mereka hidup dengan rezeki yang melimpah, mulailah mereka
memikirkan mengenai ajaran-ajaran agama mereka. Mereka sungguh-sungguh membahasnya
dan mempertemukan nash-nash agama yang kelihatannya bertentangan. Keadaan seperti ini
hampir merupakan gejala umum pada setiap agama.

Pada awalnya agama itu hanyalah kepercayaan yang sederhana dan kuat, tidak perlu
diperselisihkan dan tidak memerlukan penyelidikan. Pemeluk-pemeluknya melaksanakan apa
yang diajarkan agama dan mengimaninya. Kemudian datanglah fase pembahasan dan pemikiran
dalam membicarakan soal-soal agama secara ilmiah dan filosofis. Penelaahan mendalam seperti

10
ini tentu lantaran adanya ajaran-ajaran Islam yang memerintahkan manusia untuk belajar dan
menggunakan pikirannya.

Adapun sumber Ilmu Kalam berupa pemikiran dari luar Islam, Ahmad Amin menjelaskan
setidaknya ada tiga faktor penting. Pertama, kebanyakan orang-orang yang memeluk Islam
setelah kemenangannya, pada awalnya mereka memeluk berbagai agama, yakni Yahudi, Nasrani,
Manu, Zoroaster, Brahmana, Sabiah, Atheisme, dan lain-lain. Mereka dilahirkan dan dibesarkan
dalam ajaran-ajaran agama ini.

Bahkan di antara mereka ada yang benar-benar memahami ajaran agama aslinya. Setelah fikiran
mereka tenang dan mereka benar-benar teguh memeluk agama Islam, mulailah mereka
memikirkan ajaran-ajaran agama mereka sebelumnya dan mengangkat persoalan-persoalannya
lalu memberinya corak baju keislaman.

D. Sejarah Kemunculan Persoalan-Persoalan Ilmu Kalam

Dalam sejarah perkembangan pemikiran Islam, ilmu kalam lahir lebih belakangan
dibanding ilmu keislaman lainnya, seperti ilmu hadis dan ilmu fikih. Ilmu kalam tidak lahir
secara spontan, melainkan telah melalui proses dan melintasi kurun waktu yang cukup panjang,
didahului oleh munculnya berbagai persoalan kalam secara parsial. Setiap suatu persoalan kalam
muncul, pastilah muncul pula pen dapat yang berbeda bahkan saling bertentangan, yang pada
gilirannya melahirkan aliran. Sehingga aliran kalam pun mendahului lahirnya ilmu kalam itu
sendiri.

1. Ilmu Kalam di Awal Sejarah Pemikiran Islam

Pada awal-awal sejarah pemikiran dalam Islam, ilmu kalam, tidak seperti ilmu fikih,
kurang mendapat perhatian bahkan tidak disetujui di kalangan Muslimin. Sikap umat tersebut
tidak lepas dari pengaruh pola pembinaan keiman an di masa-masa awal Islam itu sendiri, yaitu
masa Rasulul lah dan para sahabatnya.

Pada masa Rasulullah SAW, penanaman, pembinaan, dan cara penerimaan keimanan cukup
melalui hati, al-tas hdiq bi al-qalb. Sementara itu, suatu keimanan sudah di pandang cukup
dengan mengimani apa yang harus diimani secara global, tanpa membicarakannya lebih jauh dan

11
mem pertanyakannya secara detail dan mendalam. Para sahabat tidak pernah mempertanyakan
lebih jauh masalah-masalah keimanan. Mereka telah puas mengimani melalui pembe naran hati
terhadap apa yang disampaikan oleh Rasulullah, tanpa mempersoalkan dan
mempertimbangkanya melalui analisis akal. Di masa Rasulullah, tidak seorang sahabat pun
mempertanyakan, misalnya, bagaimana cara Allah beristiwa di 'Arasy, seperti yang dikemukakan
di dalam QS. Thaha(20): 5.

2. Sejarah Lahir dan Definisi Ilmu Kalam

Ketika dunia Islam berada pada era Dinasti Bani Abbas, suasana perkembangan
pemikiran umat mulai memperlihatkan kecenderungan baru. Pada penghujung abad pertama atau
awal abad kedua Hijriah, muncul diskusi sistematis dan silang pendapat di sekitar persoalan
kalam, seperti masalah iman dan kufur, pelaku dosa besar, dan masalah qadha qadr , Diskusi ini
masih diikuti oleh para sahabat generasi akhir. Diskusi ini pula yang pada gilirannya melahirkan
ilmu kalam yang memusatkan materi bahasan pada aspek akidah dengan metode sendiri, metode
nasional.

Dan sebagaimana yang telah disinggung sebelumnya, pada masa awal kelahirannya sebagai ilmu
yang berdiri sen diri, ilmu kalam memang belum dapat diterima oleh seluruh umat Islam.
Mayoritas umat masih mencurigai bahkan memandang ilmu yang baru lahir ini sebagai bid'ah.25
Namun dalam perkembangan selanjutnya, ilmu kalam meng alami perkembangan dan kemajuan
yang lebih pesat dan mulai mendapat sambutan yang lebih baik dari mayoritas umat dengan
lahirnya sistem kalam mazhab Ahl al-Sunnah wa al-Jama'ah, yang dipelopori oleh tokoh Ismail
Abu Ha san al-Asy'ari dan Abu Mansur al-Maturidi. Kedua tokoh ini, terutama al-Asy'ari sangat
berjasa dalam memperkukuh po sisi ilmu kalam di mata umat. Dengan lahirnya mazhab ahl al-
Sunnah wa al-Jamaah, ilmu kalam seakan sudah menjadi barang halal dan diterima oleh seluruh
umat Islam.

Ilmu kalam, seperti ilmu keislaman lainnya, juga mem punyai dasarnya sendiri dari sumber Al-
Qur'an, baik me nyangkut aspek metode maupun materi. Secara metodologis, berpikir rasional
sama sekali bukan hal terlarang. Al-Qur'an menganjurkan Muslimin menggunakan daya pikir
atau na lar dan, sebaliknya, mencela orang-orang yang tidak mau melakukan aktivitas berpikir.
Di dalam Al Qur'an cukup banyak ayat yang dikemukakan dalam bentuk pertanyaan dan
mengisyaratkan pentingnya aktivitas pemikiran dan pe ‫ افال‬dan ‫ افال تعقلون افال تتفكرون‬nalaran,

12
seperti firman Allah , di samping ayat-ayat lain seperti yang terdapat di da lam QS. Ali Imran:
190-91.

Ibrahim a.s, misalnya, beriman dan bertambah kuat keimanannya setelah melakukan perenungan
dan penalaran rasional terhadap fenomena alam (misalnya, QS. al-Anam [6]: 75-79). Terdapat
pula ayat-ayat yang mengemukakan se macam sanggahan logis untuk menumbangkan paham
dan argumen kaum musyrikin (lihat antara lain, QS.al-Anbiyaa' [21]: 22, 23, 91). Berpikir
rasional dan fenomena perdebatan secara dialektis yang lazim digunakan di dalam ilmu kalam
cukup mempunyai dasar yang kuat.

Sementara al-Tahanawi memberikan definisi kalam, sebagai berikut:

‫علم النذر منة على إثبات العقائد الدية على الغير باراد‬

Persyaratan Layanan

‫الشمع واقع الشي‬.

Kalam adalah ilmu yang dengannya akidah agama (Islam) dapat diyakinkan kepada orang lain
dengan cara mengemukakan berbagai argumen dan menangkis berbagai keraguan."

kalam sebagai:

‫علم النذر معة على إثبات العقائد الدين بإيراد الحج ودفع‬

Tidak jauh berbeda, al-Iji mengemukakan definisi ilmu Kalam adalah ilmu yang dengannya
akidah agama dapat ditetap kan dengan mengemukakan argumen-argumen dan menangkis
berbagai kerancuan serta keraguan."

Dari beberapa definisi yang telah dikemukakan terlihat dua karakteristik utama bagi ilmu kalam.

1. Pertama, materi pembahasan ilmu ini terpusat pada masalah akidah, seperti masalah
ketuhanan, kenabian, dan masalah pokok kei manan lainnya.

2. Kedua, ilmu kalam, dalam pembahasannya.

menggunakan argumen rasional dan bukti-bukti yang kuat. Penggunaan argumen rasional dan
bukti-bukti kuat ini merupakan suatu keharusan bagi ilmu kalam, karena tujuan ilmu ini tidak
hanya sekadar memperkukuh dan memperte bal keyakinan, melainkan sekaligus untuk membela

13
akidah Islam dengan mengemukakan argumen dan sanggahan ter hadap orang-orang yang
menyimpang. Al-Farabi, misalnya, mengemukakan bahwa al-kalam adalah disiplin yang de
ngannya seseorang dapat membela pendapat dan tindakan tertentu, sepanjang diperbolehkan oleh
Allah, serta mampu menangkis setiap pernyataan yang menentang," Imam al Ghazali juga
mengemukakan pernyataan senada, bahwa ke tika ilmu kalam lahir dan berbagai diskusi semakin
meluas, para mutakalim semakin bersemangat membela al-Sunnah dengan membahas hakikat
berbagai masalah serta melibat kan diri dalam pembahasan lebih jauh tentang jauhar dan ard."

Dengan demikian, ilmu kalam adalah ilmu keislaman: yang membahas masalah akidah atau
keimanan berdasarkan argumen rasional dan, tentu saja, tanpa mengesampingkan nash Al-Qur'an
dan al-Sunnah. Di dalam pembahasannya,para mutakalim lazim mengetengahkan dalil rasional
terlebih dahulu, lalu kemudian memperkuatnya dengan dalil nash Al-Qur'an dan al-Hadis."paling
tidak, tidak bertentangan dengan Al-Qur'an.

BAB III
PENUTUP

A. Kimpulan
Menurut ahli tata bahasa Arab, kalam adalah kata atau lafaz dengan bentuk majemuk
(ketentuan atau perjanjian). Secara teknis, kalam adalah alasan atau argumen rasional untuk
memperkuat perkataan. Secara tata bahasa, kalam merupakan kata umum tentang perkataan,
sedikit atau banyak, yang dapat digunakan untuk setiap bentuk pembicaraan (likulli ma
yatakallamu bihi);
Nama Lain Ilmu Kalam
Adapun selain nama Ilmu Kalam terdapat beberapa nama lainnya :Ilmu Tauhid, Ilmu
Ushuluddin ,Ilmu Aqaid, Ilmu Ma’rifah, Theology Islam, Nama Lainnya

14
Sumber Ilmu Kalam dapat diklasifikasikan menjadi dua, yakni dalil naqli (al-Qur’an dan Hadis)
dan dalil aqli (akal pemikiran manusia). Al-Qur’an dan Hadis merupakan sumber utama yang
menerangkan mengenai wujud Allah, sifat-sifat-Nya, perbuatan-perbuatan-Nya, dan
permasalahan aqidah Islamiyah lainnya. Para mutakallimun tidak pernah lepas dari nash-nash al-
Qur’an dan Hadis ketika bicara terkait ketuhanan.Ilmu kalam tidak lahir secara spontan,
melainkan telah melalui proses dan melintasi kurun waktu yang cukup panjang, didahului oleh
munculnya berbagai persoalan kalam secara parsial.
B. Saran
Dalam makalah ini penulis berkeinginan memberikan saran kepada pembaca. Dalam
pembuatan makalah ini kami sebagai penulis menyadari bahwa masih banyak terdapat
kekurangan-kekurangan baik dari segi luar maupun isinya. Kami menyarankan kepada pembaca
mempelajari, memahami materi, tentang Ilmu Kalam Semoga makalah ini pembaca dapat
menambah cakrawala ilmu pengetahuan.

DAFTAR PUSTAKA

3Abdul Rozak & Rosihon Anwar, Ilmu Kalam, (Bandung: Pustaka Setia, 2007, h. 3.
https://www.catatanmoeslimah.com/nama-lain-ilmu-kalam/
https://khalik0589.wordpress.com/2008/10/30/nama-nama-ilmu-kalam-dan-sebab-penamaan/
https://www.fikriamiruddin.com/2020/08/sumber-ilmu-kalam.html?m=1
Dr. Suryan A. Jamrah, M.A. (Devisi dari PRENADAMEDIA Group), Ilmu Kalam. Jakarta
132202

12

Anda mungkin juga menyukai