Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

KELOMPOK 15

ILMU KALAM

STUDI KRITIS ALIARAN KALAM

DI SUSUN OLEH :
1. AMMARSAN F. M.S 1611320015
2. ELIZA P. SARI 1611320021

DOSEN PEMBIMBING :
Drs. H. HENDERI KUSMIDI, M.H.I

PRODI BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM


JURUSAN DAKWAH
FAKULTAS USHULUDDIN ADAB DAN DAKWAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI BENGKULU
TAHUN AKADEMIK 2016/2017

KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat,
karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah tentang Studi Kritis
Aliran Kalam ini dengan baik meskipun banyak kekurangan di dalamnya. Dan juga kami
berterima kasih kepada Dosen mata kuliah yang telah memberikan tugas ini kepada kami.
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan
serta pengetahuan kita mengenai Studi Kritis Aliran Kalam khususnya mengenai Ilmu Kalam
umumnya. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat
kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik, saran
dan usulan demi perbaikan makalah yang telah kami buat di masa yang akan datang,
mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.
Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya.
Sekiranya laporan yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun orang yang
membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang
kurang berkenan dan kami memohon kritik dan saran yang membangun demi perbaikan di
masa depan.

Bengkulu, Oktober 2016

Penyusun

DAFTAR ISI
Halaman Cover ........................................................................................... i

2
Kata Pengantar ........................................................................................... ii
Daftar Isi ...................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG ....................................................................... 1
B. RUMUSAN MASALAH .................................................................. 1
C. TUJUAN PENULISAN .................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN
A. ASPEK ESTIMOLOGI ILMU KALAM ......................................... 2
B. ASPEK ONTOLOGI ILMU KALAM ............................................. 6
C. ASPEK ASKIOLOGI ILMU KALAM ............................................ 8
D. ILMU KALAM MASA KINI ........................................................... 9

BAB III PENUTUP


A. KESIMPULAN ................................................................................. 12
B. SARAN ............................................................................................. 12

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 13

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Ilmu kalam merupakan ilmu yang membahas tentang keesaan ALLAH, yang
berisi keyakinan-keyakinan kebenaran agama yang diperintahkan melalui Ilmu kalam
atau metodologi termasuk salah satu bidang studi Islam yang amat dikenal baik oleh
kalangan akademis maupun oleh masyarakat pada umumnya. Hal ini antara lain
terlihat dari keterlibatan ilmu tersebut dalam menjelaskan berbagai masalah yang
muncul di masyarakat.
Keberuntungan atau kegagalan seseorang dalam kehidupannya sering dilihat
dari sisi teologi. Dengan kata lain, berbagai masalah yang terjadi di masyarakat
seringkali dilihat dari sudut teologi. Hal tersebut diatas merupakan fenomena yang
cukup menarik untuk diteliti secara leebih seksama. Itulah sebabnya telah banyak
karya ilmiah yang ditulis para ahli dengan mengambil tema kajian masalah teologi,
dan itu pula yang selanjutnya teologi menjadi salah satu bidang kajian Islam mulai
dari tingkat pendidikan dasar, sampai dengan pendidikan tinggi. Pada bagian ini,
pembaca akan diajak untuk mengkaji secara saksama model Studi Kritis Aliran
Kalam.

B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakaang di atas permasalahan yang didapat adalah :
1. Apa aspek epistimologi ilmu kalam?
2. Apa aspek ontologi ilmu kalam?
3. Apa aspek aksiologi ilmu kalam?
4. Apa ilmu kalam masa kini?
C. TUJUAN PENULISAN
1. Agar mahasiswa mampu memahami aspek estimologi ilmu kalam.
2. Agar mahasiswa mampu memahami aspek ontologi ilmu kalam.
3. Agar mahasiswa mampu memahami aspek aksiologi ilmu kalam.
4. Agar mahasiswa mampu memahami ilmu kalam masa kini.

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. ASPEK EPISTIMOLOGI ILMU KALAM


Epistimologi adalah cara yang digunakan oleh para pemuka aliran kalam
dalam menyelesaikan persoalan kalam, terutama ketika menafsirkan Al-Quran.
Diantara kritik dalam aspek epistimologi ilmu kalam, adalah:
1. Aduan Amal dan Samsu Rizal Panggabean
Mereka melihat bahwa penafsiran kalangan Asyariyah pada kenyataannya
merupakan tanggapan terhadap kebutuhan sejarah, yakni untuk membela sudut
pandang golongan Ahlussunnah. Demi membela sudut pandang tertentu, penfsiran-
penafsiran teologis tentunya telah mendekati Al-Quran secara atomistik dan
parsial serta terlepas dari konteks kesejarahan dan kesustraannya. Pemaksaan
gagasan asing kedalam Al-Quran juga merupakan gejala yang mewabah.
Contoh penafsiran semacam ini, terlihat jelas dalam pandangan golongan
Asyariyah mengenai kehabsahan Al-Quran. Sebagaimana telah diketahui
pandangan mereka tentang ini merupakan tanggapan atas pandangan golongan
Muktazilah. Penekanan Muktazilah pada ke-Esaan Tuhan yang membuat mereka
di gelari Ahl al- Adl al Tauhid telah menyebabkan mereka menolak doktrin
keabadian Al-Quran sebagaimana yang telah diyakini golongan Ahlu Sunnah.
Menurut Muktazilah, Al-Quran adalah makhluk (ciptaan). Jika tidak demikian
tentulah ada yang abadi selain Allah, dan ini bertentangan dengan keesaan Allah.
Golongan Asyariyah percaya bahwa Al-Quran atau kalam Allah itu abadi
(qadim), Al-Quran merupakan perintah Tuhan. Kata kreatif kun (ada), merupakan
seluruh bentuk sifat kata yang abadi.
2. Muhammad Husein Adz Dzahabi
Ia melihat bahwa ada kecenderunagn para pemuka aliran kalam untuk
mencocok-cocokkan Al-Quran dengan pandangan madzhabnya. Aliran kalam
yang banyak mendapat sorotan Adz-Dzahabi adalah khawarij, muktazilah, dan
syiaah. Yang dipandang banyak menakwilkan ayat-ayat Al-Quran secara tidak
profesional dan penyimpangan makna teks-teks Al-Quran dari makna sebenarnya
dengan tujuan untuk mendukung prinsip-prinsip yang diyakininya.
Tanpa mnyebutkan alasannya Adz-Dzahabi menjelaskan bahwa para pemuka
khawarij berusaha menafsirkan ayat di atas sesuai denga pendapat madzhabnya,
yakni bahwa setiap orang yang melakukan dosa besar berarti telah mengambil
keputusan hukum dengan hukuman selain yang diturunkan Allah. Adz-Dzahabi
2
mengatakan demikian: Pertanyaannya apakah pemahaman-pemahaman dan
pendapat-pendapat mereka mengenai ayat di atas dapat di terima ? kami katakan
tidak.... Kelompok khawarij itu bersifat fanatik dan sangat terikat dengan
keyakinan madzhabnya.
3. Amin Abdullah
Ia melihat bahwa dimensi pemikiran teologi atau kalam sebenarnya lebih
subtil, tidak clear-cut, lebih kaya nuansa, daripada semata-mata hanya diwarnai
konspirasi politik. Jika dilihat dari karyanya yang ada, setidaknya ada
dua pemikiran besar Amin Abdullah yang pada dasarnya
keduanya merupakan respon dari konteks dan persoalan yang
sedang dihadapi oleh kaum muslimin. Pertama adalah persoalan
pemahaman terhadap keislaman yang selama ini dipahami
sebagai dogma yang baku, hal ini karena pada umumnya
normativitas ajaran wahyu ditelaah lewat pendekatan doktrinal
teologis. Pendekatan ini berangkat dari teks kitab suci yang pada
akhirnya membuat corak pemahaman yang tekstualis dan
skripturalis.
Sedangkan disisi lain untuk melihat historisitas
keberagamaan manusia, pendekatan sosial keagamaan digunakan
melalui pendekatan historis, sosiologis, antropologis dan lain
sebagainya, yang bagi kelompok pertama dianggap reduksionis,
sementara pendapat Ben Agger tentang historisitas mengacu
kepada hubungan historis pola-pola sosial. Historisitas masyarakat
mengandaikan pola-pola masa lalu dan masa kini.
Kedua pendekatan ini bagi Amin Abdullah merupakan
hubungan yang seharusnya tidak dapat dipisahkan satu sama
lain. Kedua jenis pendekatan ini merupakan pendekatan yang
bersifat teologis-normatif dan pendekatan yang bersifat historis-
empiris ini sangat diperlukan dalam melihat keberagamaan
masyarakat pluralistik. Kedua pendekatan ini akan saling
mengoreksi, menegur dan memperbaiki kekurangan yang ada
pada kedua pendekatan tersebut. Karena pada dasarnya
pendekatan apapun yang digunakan dalam studi agama tidak

3
akan mampu menyelesaikan persoalan kemanusiaan secara
sempurna.
4. M. Iqbal

Berkaitan dengan kritik yang ditujukan kepada epistimologi ilmu kalam, M.


Iqbal melihat adanya anomali (penyimpangan) lain yang melekat dalam literature
ilmu kalam klasik. Teologi Asyariyah, umpamanya menggunakan cara dan pola
berfikir Yunani untuk mempertahankan dan mendefinisikan pemahaman ortodoksi
Islam, adapun muktazilah justru sebaliknya. Mereka terlalu jauh bersandar pada
akal. Akibatnya mereka tidak menyadari bahwa dalam wilayah pengetahuan agama,
pemisahan anatara pemikiran keagamaan dari pemikiran konkrit merupakan
kesalahan yang besar.
Sari Nusibeh dalam History of Islamic Philosophy memetakan aliran-aliran
epistemologi dalam Islam kepada empat varian1.
1. Pendekatan Konservatif
Model pendekatan terhadap epistemologi ini mengasumsikan adanya dua
domain kebenararn yaitu kebenaran melalui teks-teks wahyu dan kebenaran
melalui nalar logika terhadap teks tersebut.
a. Kebenaran Melalui Teks-Teks Wahyu
Kebenaran pertama ini merupakan kebenaran absolut karena bertolak
dari anggapan bahwa ada kebenaran-kebanaran yang tak mungkin
terjangkau (elevated truths) yang hanya menjadi wilayah keyakinan.
b. kebenaran melalui nalar logika
kebenaran ini hanya kebenaran pinggiran. Produk keilmuan dengan
menerapkan pendekatan ini oleh Ibn Khaldun, dalam al-muqaddimah,
dikategorikan sebagai kelompok ilmu-ilmu yang ditransmisikan (al-ulum
an-naqliyyah), seperti tafsir, fiqh, ushul al-fiqh, dan bahasa. Pendekatan
model ini menjadi mainstream pemikiran epistemologi didunia Islam dan
dalam ketegangan dengan disiplin lain merupakan kekuatan yang
mendominasi.

1. Wardani.2003.EPISTEMOLOGI KALAM ABAD PERTENGAHAN. Jakarta : LKiS hal 35


2. Pendekatan Dialektis
4
Pendekatan dialektis yang diterapkan oleh mutakallimun. Meski masih
terpusat pada teks sebagai kerangka rujukan (frame of reference), nalar deduktif
kalam mampu mengajukan persoalan-persoalan sekitar teks yang sudah
meramba pada diskusi teologis dan filosofis (yang tidak dilakukan oleh
pendekatan pertama). Dialektika kalam dalam mendekati isu-isu epistemologi
mendasarkan diri atas logika yang unik berupa hubungan logis (interpretasi
distingtif atas hubungan kausal) dan dunia wacana yang unik (terminologi-
terminologi khusus yang secara umum tidak ditemukan pada disiplin lain,
seperti mana ,hal, mawdhui ,sukun an-nafs). Penyamaan kalam dengan logika
(meski dikritik oleh guru kedua logika, al-Farabi) oleh asy-Syarastani harus
dipahami dalam pengertian ini. Pendekatan dialektika merupakan pergeseran
secara perlahan dari teks ke nalar. Namun, teks ditempatkan pada posisi
fundamental sehingga produk pendekatan ini masih bersifat eksplanatif, bukan
eksploratif dan berada dalam wilayah naqliayyah, dalam kategori Ibn Khaldun.
Sungguhpun demikian, pengkaji kontemporer merasa perlu untuk
memposisikan kalam dalam multi-perspektif (misaalnya epistemologi, persepsi,
kebahasaan, kebebasan berkehendak, dan sebagainya).
3. Pendakatan filsafat atau falsafah

Pendekatan epistemologi ini berdasarkan bangunan pengetahuannya


(body of knowledge) atau sejumlah ide-ide filsafat sebagai kerangka rujukan.
Oleh karena itu, ilnnu merupakan objek pertualangan rasio sehingga
aktivitasnya bersifat eksploratif.

Dikalngan filsuf Islam terdapat perbedaan konsep epistemologi, tapi


secara umum, ada dua arus pertama pemikiran epistemologi yang
dipersentasikan oleh Ibn Sina dan al-Farabi. Epistemologi Ibn Sina lebih dekat
dengan epistemologi kalam, sedangkan epistemologi al-Farabi lebih dekat
dengan sistem neoplatonik.
4. Pendekatan Mistis
Pendekatan epistemologi ini berdasarkan pada pengalaman intuitif yang
individual, yang menghasilkan ilmu hudhuri (pengetahuan-diri yang presensial)
sebagaimana menjadi konsep a-suhrawardi dan mullasarda, bukan al-Ilm al-
hushuli al irtisami, yaitu pengetahuan yang diupayakan melalui pengalaman
5
tentang dunia eksternal yang representasional melalui nalar diskursip.
Asumsinya adalah bahwa pengalaman intuitif akan mampu menyerapkan
secara holistik objek pengetahuan yang dengan pendekatan lain hanya bisa
ditangkap secara fragmental. Karena tidak dapat didiskripsikan atau diverifikasi
secara ilmiah Nuseibeh menganggap pendekatan ini sebagai penyimpangan
dilihat dari konspektif umumnya (epistemologi positivis yang melihat
reguleritas, interpretative yang melihat makna, atau konstruktivis yang melihat
dialektika materi dalam pikiran). Meski demikian, pendekatan mistis ingin
menjembatani ketengan klasik filsafat-ortodoksi karena kehadiran
epistemologis tersebut menunjukan dimensi rasionalitas2.

B. ASPEK ONTOLOGI ILMU KALAM


Dalam kata khalifah terkandung makna pergantian generasi sebelumnya,
kepemimpinan dan pergantian arah untuk menegakkan hukum-hukum-Nya di bumi.
Tugas manusia sebagai khalifah untuk menggantikan generasi sebelumnya
yaitu manusia yang dituntut untuk mengubah dan mengoreksi tradisi dan kebiasaan
generasi sebelumnya dan mengganti dengan ajaran Allah. Dalam kepemimpinan,
terkandung pula tugas mengurus dan mengelola potensi bumi dan seisinya untuk
dijadikan sarana taqwa kepada Allah SWT. Konsep kemimpinan yang diambil dari
kata khalifah tidak mesti diartikan bahwa seluruh manusia harus menjadi pemimpin
politik. Pada dasarnya semua manusia itulah pemimpin.
Maka khalifah sebagai pengganti Allah dan melaksanakn aturan-autran Nya
diambil secara implisit dari konsekuensi logis tugas manusia sebagai pemimpin.
Artinya, manusia telah diberi mandat oleh Allah untuk memimpin bumi dan langit
serta isinya. Tentunya dalam melaksanakan mandatnya itu harus sesusai dengan
syariat.
1. Aplikasi Khalifah dalam Bidang Politik
Dalam hal ini, ada beberapa etika yang harus dijalankan oleh setiap pemimpin
politik, diantaranya :

2. Wardani.2003.EPISTEMOLOGI KALAM ABAD PERTENGAHAN. Jakarta : LKiS hal 38


1. Pengenalan diri dan kesiapan menjadi pemimpin
2. Beragama dan bertaqwa kepada Tuhan
3. Berlaku adil
4. Berlaku jujur
5. Amanah
6
6. Menepati janji
7. Berilmu pengetahuan
8. Memiliki keberanian
9. Dermawan
10. Kasih sayang
11. Memiliki kesabaran
12. Menegndallikan diri dan memiliki masa lalu
13. Memiliki kekuatan
14. Memiliki kemampuan manajeria
2. Aplikasi Khilafah dalam Bidang Hukum
Aplikasi khilafah dalam bidang hukum berarti pula menegakkan hukum
dengan adil, termasuk didalamnya adalah memberi keputusan yang adil. Nur
Kholis Madjid mengemukakan interpretasi dalam kaitannya dengan surat Al-
Baqarah ayat 30 :









Artinya : Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat:
"Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi". Mereka
berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang
akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami
senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?" Tuhan
berfirman: "Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui"

. Berikut adalah interpretasi yang dikemukakan Nur Kholis Madjid :


a. Kisah ini menunjukkan martabat manusia yang sangat tinggi yaitu sebagai
khalifah atau wakil.
b. Martabat itu bersangkutan dengan konsep bahwa alam dengan segala
isinya diciptakan untuk manusia serta menjadi bidang garapan dan tempat
pelaksanaa tugasnya.
c. Martabat itu juga berkaitan dengan nilai kemanusiaan universal.
d. Untuk menjalankan tugasnya sebagai khalifah Allah di muka bumi,
manusia dilengkapi dengan ilmu pengetahuan.
e. Kelengkapan martabat manusia adalah kebebasan yang mengenal batas.
f. Pelanggaran terhadap batas membuat manusia jatuh, tidak terhormat.
g. Dorongan untuk melanggar batas adalah nafsu serakah yaitu perasaan
yang tidak pernah puas dengan anugerah Tuhan.

7
h. Karena kelengkapan ilmu saja tidak menjamin manusia terhindar dari
kejatuhan. Manusia memerlukan petunjuk Allah.

C. ASPEK AKSIOLOGI ILMU KALAM


Kritikan yang dialamatkan pada aspek aksiologi ilmu kalam menyangkut pada
kegunaan ilmu itu sendiri dalam menyingkap hakikat kebenaran.
1. M. Abduh
Beranggapan bahwa objek penelaahan dan penelitian akal pikiran manusia pada
dasarnya adalah sifat-sifat dasar dari segala macam fenomena yang ditemui
dalam kehidupannya.
2. Ahmad Hanafi
Ia melihat perlunya pergeseran paradigma dari yang bercorak tradisional, yang
bersandar pada paradigma logicometafisika (dialektika kata-kata) ke arah teologi
yang mendasarkan pada paradigma empiris (dialektika sospol).

Kritikan yang dialamatkan pada aspek aksiologi ilmu kalam juga


menyentuh persoalan - persoalan kehidupan manusia masa kini. Dengan demikian,
ilmu kalam tidak dapat diandalkan untuk memecahkan persoalan-persoalan. Al-
Ghazali, sebagai seorang tokoh ahli kalam klasik, dapat disebut sebagai cendekiawan
muslim yang mempermasalahkan hal ini. Ia tidak serta menolak ilmu kalam, tetapi
menggaris bawahi keterbatasan-keterbatasan ilmu ini sehingga berkesimpulan bahwa
ilmu ini tidak dapat mengantarkan manusia untuk mendekati tuhan. Hanya kehidupan
sufi-lah yang dapat mengantarkan seseorang dekat dengan tuhan. Mungkin karena
diantara alasan ini pula, Ibnu Taimiyah dengan penuh semangat menganjurkan kaum
muslimin untuk menjahui ilmu kalam.
Bertolak dari kelemahan-kelemahan ilmu alam diatas, tampaknya dekontruksi
untuk ilmu ini merupakan sebuah keniscayaan. Dekontruksi tidak hanya berarti
membongkar yang sudah ada. Didalam dekontruksi tetap diperlukan usaha-usaha yang
mengiringinya yang merekontruksi apa yang seharusnya merupakan tuntutan baru.
Tujuan dekontruksi adalah melakukan demitologisasi konsep atau
pandangan-pandangan yang ada, yang telah menjadi teks yang sakral dan mitos
keilmuan dalam dunia Islam. Untuk mencapai semua itu, perlu dilakukan
pembongkaran melalui gagasan kritis dan mendasarkan tipe rasionalitas yang
seharusnya menjadi alas ilmu tersebut, serta secara modern menilai kembali wahyu
sebagai gejala budaya dan sejarah yang kompleks.

8
D. ILMU KALAM MASA KINI
1. ISMAIL AL-FARUQI
Pemikiran Al-Faruqi menjelaskan hakikat tauhid sebagai berikut:
a. Tauhid sebagai pengalaman agama
b. Tauhid sebagai pandangan dunia
c. Tauhid sebagai inti sari Islam
d. Tauhid sebagai prinsip sejarah
e. Tauhid sebagai prinsip pengetahuan
f. Tauhid sebagai prinsip metafisika
g. Tauhid sebagai prinsipetika
h. Tauhid sebagai prinsip tata sosial
2. HASAN HANAFI
Pemikiran kalam Hasan Hanafi :
a. Kritik terhadap teologi tradisional
1. Teologi tradisional tidak dapat menjadi sebuah pandangan yang benar
benar hidup, dan memberi motivasi tindakan dalam kehidupan konkret
ummat manusia.
2. Kegagalan para teolog tradisional disebabkan oleh sikap para penyusun
teologi yang tidak mengaitkannya dengan kesadaran murni dan nilai-nilai
perbuatan manusia.
b. Rekontruksi teologi
Tujuan rekontruksi teolgi Hanafi adalah menjadikan teologi menjelma
sebagai ilmu tentang pejuang sosial yang menjadikan keimanan-keimanan
tradisional memiliki fungsi secara actual sebagai landasan etik dan motivasi
manusia.
3. H. M. RASYIDI
a. Pemikiran kalam H. M. Rasyidi.
Tentang perbedaan ilmu kalam dan teologi Ilmu kalam adalah teologi Islam
dan teologi adalah ilmu kalam Kristen Kata teologi kemudian mengandung
beberapa aspek agama Kristen, yang di luar kepercayaan (yang benar),
sehingga teologi dalam Kristen tidak sama dengan tauhid atau ilmu kalam.
b. Tema-tema ilmu kalam

9
1. Deskripsi aliran-aliran kalam yang sudah tidak relevan lagi dengan
kondisi umat Islam sekarang, khususnya di Indonesia.
2. Menonjolkan perbedaan pendapat antara Asyariyah dan Mutazilah akan
melemahkan iman para mahasiswa.
c. Hakikat Iman
Iman bukan sekedar menuju bersatunya manusia dengan Tuhan, tetapi dapat
dilihat dalam dimensi kontekstual atau hubungan manusia dengan manusia,
yaitu hidup dalam masyarakat.
4. HARUN NASUTION
Pemikiran kalam Harun Nasution
a. Peranan kalam
Akal melambangkan kekuatan manusia, karena akal manusia mempunyai
kesanggupan untuk menaklukkan kekuatan makhluk lain sekitarnya.
Bertambah tinggi akal manusia, bertambah tinggi pulalah kesanggupannya
untuk mengalahkan makhluk lainnya.
b. Hubungan akal dan wahyu
1. Akal mempunyai kedudukan yang tinggi dalam Al Quran. Orang yang
beriman tidak perlu menerima bahwa wahyu sudah mengandung segala-
galanya.
2. Akal hanya memberi interpretasi terhadap teks wahyu sesuai dengan
kecenderungan dan kesanggupan pemberi interpretasi.

10
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Dari uraian di atas pemakalah menyimpulkan studi kritis aliran kalam
dibagi 3 aspek. Aspek tersebut yaitu pertama aspek epistemologi, yang kedua
aspek ontologi, dan yang ketiga aspek aksiologi.
Diantara kritik ilmu kalam aspek epistemology adalah Aduan Amal dan
Samsu Rizal Panggabean, Muhammad Husein Adz Dzahabi, Amin Abdullah, M.
Iqbal.
Khalifah sebagai pengganti Allah dan melaksanakn aturan-autran Nya
diambil secara implisit dari konsekuensi logis tugas manusia sebagai pemimpin.
Artinya, manusia telah diberi mandat oleh Allah untuk memimpin bumi dan langit
serta isinya. Tentunya dalam melaksanakan mandatnya itu harus sesusai dengan
syariat.
Kritikan yang dialamatkan pada aspek aksiollogi ilmu kalam menyangkut
pada kegunaan ilmu itu sendiri dalam menyingkap hakikat kebenaran. Tokohnya
adalah M. Abduh dan Ahmad Hanafi.
Pemikiran-pemikiran ilmu kalam telah sampai pada masa sekarang.
Pemikiran tersebut dipelopori oleh tokoh-tokoh sebagai berikut Ismail Al-Faruqi,
Hasan Hanfi, H. M. Rasyidi, dan Harun Nasution.
B. SARAN
1. Saran Bagi Penulis
Sebagai kami. kami berharap semoga makalah yang kami buat ini dapat
bermanfaat bagi kami, dapat menambah wawasan dan meningkatkan ilmu
bagi kami dalam Ilmu Kalam.
2. Saran Bagi Pembaca
Kami juga berharap semoga makalah yang kami buat ini juga bermanfaat bagi
para pembaca dan menambah wawasan pembaca terkhusus tentang Studi
Kritis Aliran Kalam. Kami juga berharap jika terdapat banyak kesalahan kami
mohon untuk kritikan dan masukannya agar karya karya ilmiah kami dan
para pembaca kedepannya menjadi lebih baik dan dapat mendekati sempurna.

11
DAFTAR PUSTAKA

Wardani.2003.EPISTEMOLOGI KALAM ABAD PERTENGAHAN. Jakarta : LKiS

http://studikritisilmukalam.blogspot.co.id/2013/03/aspek-epistemologi-ilmu-
kalam.html, diakses tanggal 02 Oktober 2016

https://www.scribd.com/document_downloads/direct/92471022?
extension=pdf&ft=1475291989&lt=1475295599&user_id=136689525&uahk=/oX
WGVjJT3jxr7Qkqqq8Yb/5BBg, diakses tanggal 01 Oktober 2016

https://www.scribd.com/document_downloads/direct/194603711?
extension=pdf&ft=1475291831&1t=1475295441&user_id=136689525&uahk=zW
WZkgWmJZd2JRYOsR6UY46RG6I, diakses tanggal 01 Oktober 2016

12

Anda mungkin juga menyukai