Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

ILMU KALAM
HUBUNGAN ANTARA ILMU KALAM,FILSAFAT,TASAWUF

Dosen Pengampu : Lilik Erliyani, M. Pd

Disusun oleh : Kelompok II

M.SALEH
TENDA

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM (STAI)


AL MA’ARIF WAY KANAN
JURUSAN SYARIAH/TARBIYAH
TAHUN 2022
KATA PENGANTAR

 Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang,
Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan
rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah ilmiah tentang limbah dan manfaatnya untuk masyarakat.
Makalah ilmiah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan
dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu
kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
   Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu
dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami
dapat memperbaiki makalah ilmiah ini.  Akhir kata kami berharap semoga makalah
ilmiah tentang limbah dan manfaatnya untuk masyarakan ini dapat memberikan
manfaat maupun inpirasi terhadap pembaca.
    
Sukabumi, 24 September 2022

     Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR …………………………………………………….....

DAFTAR ISI ………………………………………………………………....

BAB I PENDAHULUAN …………………………………………………....

A. LATAR BELAKANG………………………………………………..........…
B. RUMUSAN MASALAH…………………………………………….…..

BAB II PEMBAHASAN ………………………………………………...…..

A. DEFINISI ILMU KALAM,FILSAFAT DAN TASAWUF


1. Ilmu Qalam ………………………………………………...…..
2. Filsafat ………………………………………………...…..
3. Tasawuf ………………………………………………...…..
B. PERSAMAAN ILMU KALAM,FILSAFAT DAN TASAWUF……………….
C. PERBEDAAN ILMU KALAM,FILSAFAT DAN TASAWUF ………………
D. HUBUNGAN ANTAR ILMU KALAM ,FILSAFAT DAN TASAWUF………….

BAB III PENUTUP …………………………………………………………..

1. KESIMPULAN…………………………………………………………..
2. SARAN…………………………………………………………..
BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Ilmu Kalam lahir setelah Nabi Muhammad SAW wafat. Diawali dengan
permasalahan pengangkatan khalifah yang selanjutnya setelah Rasulullah, hingga
membahas soal jabr (takdir) yang nantinya di namai dengan
kaum Jabariyyah dan ikhtiyar (free will) yang nantinya di namai dengan sebutan
kaum Qadariyyah. Akhirnya terpecahlah beberapa aliran yang membahas antara
kedua itu dengan dalilnya masing-masing.
Seiring berjalannya waktu semakin banyaklah sekte-sekte Islam yang mencoba
menerangkan tentang Sifat Tuhan dan apapun yang berehubungan dengan ketuhanan.
Namun sekte-sekte ini mempunyai metodologi yang berbeda, ada yang menggunakan
Filsafat secara mendominasi ada pula yang tidak memberikan kewenangan berfikir
dalam mendalami ilmu kalam ini.
Kajian agama erat hubungannya dengan kajian filosofis, lantaran agama juga
menyangkut fundamental value dan ethnic values, untuk tidak semata mata bersifat
teologis. Hal demikian dapat dimaklumi, lantaran pendekatan legal-formal  dan lebih-
lebih lagi pendekatan fiqh jauh lebih dominan dari pada pendekatan yang lainnya.
Baik ilmu kalam,filsafat, maupun tasawuf berurusan dengan hal yang sama, yaitu
kebenaran. Ilmu kalam, dengan metodenya berusaha mencari kebenaran tentang
Tuhan dan yang berkaitan dengan-Nya. Perbedaannya terletak pada aspek
metodeloginya. Ilmu kalam, ilmu yang menggunakan logika. Pada dasarnya ilmu ini
menggunakan metode dialektika ( dialog keagamaan ). Sementara itu, filsafat adalah
sebuah ilmu yang digunakan untuk memperoleh kebenaran rasional. Dan metode yang
digunakan adalah rasional. Ilmu tasawuf adalah ilmu yang menekankan rasa dari pada
rasio. Sebagian pakar mengatakan bahwa metode ilmu tasawuf adalah intuisi, atau
ilham, atau inspirasi yang datang dari Tuhan.

B.     Rumusan Masalah
1.      Apa definisi tentang Ilmu Kalam, Filsafat dan Tasawuf?
2.      Dimanakah titik persamaan antara Ilmu Kalam, Filsafat dan Tasawuf?
3.      Dimanakah titik perbedaan antara Ilmu Kalam, Filsafat dan Tasawuf?
BAB II
PEMBAHASAN

A.    Definisi Ilmu Kalam Filsafat dan Tasawuf

1.      Ilmu Kalam
Secara etimologi Kalam berarti “kata-kata”. Kata-kata disini di maksudkan
adalah kata-kata (firman) Allah. Jadi ilmu kalam adalah ilmu yang
mempermasalahkan kalam Allah, tetapi ada juga sekelompok orang yang mengatakan
maksud kalam disini adalah kata-kata manusia, alasannya karena dulu sering terjadi
ajang bersilat lidah untuk mempertahankan persepsi masing-masing, mereka
disebut mutakalimin yaitu orang-orang yang ahli berbicara mengenai ketuhanan yang
berlandaskan kepada kalam Allah. Ilmu Kalam membahas iman dan akidah dari
berbagai aspek dan memaparkan alasan-alasan yang memperkuat pembahasan
tersebut. Ilmu kalam ini merupakan studi tentang doktrin (akidah) dan iman Islam.
Secara sederhana Murtadha Muthahhari mendefinisikan bahwa ilmu kalam adalah
sebuah ilmu yang mengkaji doktrin-doktrin dasar atau akidah-akidah pokok Islam.
Ilmu kalam mengidentifikasi akidah-akidah pokok dan berupaya membuktikan
keabsahannya dan menjawab keraguan terhadap akidah-akidah pokok tersebut. karena
sebagian besar perdebatan tentang akidah-akidah Islam berkisar
seputar huduts (kemakhlukan, keterciptaan, temporalitas) atau qidam (keabadian)
firman atau kalam Allah, maka disiplin yang membahas akidah utama agama Islam
pun mendapat sebutan “ilmu kalam” (secara harfiah, ilmu firman).
2.      Filsafat
Filsafat berasal dari bahasa yunani yang terdiri dari dua kata
yakni philos dan shopia, philos mempunyai makna “mencintai”
dan shopia mempunyai makna ”kebijaksanaan atau kebenaran”. Secara singkat
filsafat adalah mencintai kebijaksanaan (love of wisdom) dalam kebenaran suatu ilmu.
Filsafat berusaha untuk menafsirkan hidup itu sendiri yang menjadi sebab pokok bagi
partikel-partikel itu beserta fungsi-fungsinya. Cakupan filsafat Islam tidak jauh
berbeda dari objek filsafat ini. Hanya dalam proses pencarian itu Filsafat Islam telah
diwarnai oleh nilai-nilai yang Islami. Kebebasan pola pikirannya pun digantungkan
nilai etis yakni sebuah ketergantungan yang didasarkan pada kebenaran ajaran ialah
Islam. Tujuan mempelajari filsafat Islam ialah mencintai kebenaran dan
kebijaksanaan. Sedangkan manfaat mempelajarinya ialah:
a. Dapat menolong dan menididik, menbangun diri sendiri untuk berfikir lebih
mendalam dan menyadari bahwa Ia mahluk Tuhan.
b. Dapat memberikan kebiasaan dan kepandaian untuk melihat dan memecahkan
persoalan.
3.      Tasawuf
Samsul Munir menuliskan dalam bukunya bahwa tasawuf  berasal dari
kata shuf (shad, wawu dan fha) dan di dhomah shadnya, yang mempunyai arti ”kain
bulu domba yang kasar”, alasannya adalah karena dulu orang-orang sufi
selalu  menjauhkan diri untuk memakai  kain sutra, karena waktu itu kain domba
merupakan simbol kesederhanaan. Tasawuf juga berasal dari kata Shafa (shad, fha,
alif dan hamzah) yang berarti suci, jernih dan bersih, maksudnya mereka mensucikan
diri di hadapan Allah SWT melalui latihan kerohania yang amat dalam yaitu melatih
dirinya untuk menjauhi segala sikap dan sifat yang kotor sehingga tercapai kesucian
dan kebersihan pada hatinya.
Tasawuf adalah ilmu yang mempelajari cara dan jalan bagaimana seorang
Muslim berada sedekat mungkin dengan Allah. Ilmu tasawuf adalah ilmu yang lebih
menekankan rasa daripada rasio. Ilmu tasawuf bersifat sangat subjektif, yakni sangat
berkaitan dengan pengalaman seseorang. Para sufi mengembangkan suatu cara
bagaimana bisa mendekatkan diri kepada Tuhan. Tujuan yang hendak dicapainya
adalah kebahagiaan, yakni dengan persatuannya dengan Kekasih. Kesengsaraan yang
memilukan bagi mereka bukanlah masuk Neraka, tetapi apabila Tuhan telah menjauhi
dan tidak mau bicara dengan mereka.  Objek kajian tasawuf adalah Tuhan (Al-Haq),
yakni upaya-upaya pendekatan terhadap-Nya
.
B.     Persamaan Ilmu Kalam, Filsafat dan Tasawuf
Ilmu kalam, filsafat, dan tasawuf mempunyai kemiripan objek kajian.
Objek kajian ilmu kalam adalah ketuhanan  dan  segala sesuatu yang berkaitan
dengannya,  objek kajian  filsafat  adalah masalah ketuhanan di samping masalah
alam, manusia, dan segala sesuatu yang ada. Sementara itu objek kajian tasawuf
adalah tuhan, yakni upaya-upaya pendekatan terhadapnya.Jadi, dilihat dari aspek
objeknya ketiga ilmu itu membahas masalah yang berkaitan dengan ketuhanan.
Bagi ilmu kalam, filsafat, maupun tasawuf berurusan dengan hal yang
sama yaitu kebenaran. Ilmu kalam dengan metodenya sendiri berusaha mencari
kebenaran tentang Tuhan yang berkaitan dengan-Nya. Filsafat dengan wataknya
sendiri pula, berusaha menghampiri kebenaran, baik tentang alam maupun manusia
(yang belum atau tidak dapat dijangkau oleh ilmu pengetahuaan karena berada di luar
atau di atas jangkauanya), atau tentang Tuhan. Sementara itu, tasawuf juga dengan
metodenya yang tipikai berusaha menghampiri kebenaran yang berkaitan dengan
perjalanan spritual menuju Tuhan.
Pada intinya bahwa ilmu kalam, filsafat maupun tasawuf memliki
kesamaan dalam segi bojek kajiannya, yaitu tentang Tuhan dan segala yang berkaitan
dengan-Nya. Namun dalam kajian objek tersebut hanya dibedakan dalam
penamaannya saja. Ilmu kalam dalam objek kajiannya dikenal dengan sebutan kajian
tentang Tuhan, sedangkan dalam filsafat di kenal dengan sebutan kajian tentang
Wujud dan dalam ilmu tasawuf (irfan) dikenal dengan sebutan kajian tentang Al-Haq.
Akan tetapi pada dasarnya ketiga ilmu tersebut mengkaji kajian tentang Tuhan dan
segala sesuatu yang berkaitan dengan-Nya.

C.    Perbedaan Ilmu Kalam, Filsafat dan Tasawuf

1.  Ilmu Kalam
Setelah membahas tentang persamaan dari ketiga ilmu tersebut, yaitu terdapat
persamaan dalam objek kajiannya, maka akan ditemukan juga titik perbedaannya.
Perbedaan di antara ilmu tersebut terletak pada aspek metodologinya. Ilmu kalam,
sebagai ilmu yang menggunakan logika di samping argumentasi-
argumentasi naqliah berfungsi untuk mempertahankan keyakinan ajaran agama, yang
sangat tampak nilai-nilai apologinya. Pada dasarnya ilmu ini menggunakan metode
dialektika (jadaliah) dikenal juga dengan istilah dialog keagamaan. Sebagian ilmuwan
bahkan mengatakan bahwa ilmu ini berisi keyakinan-keyakinan kebenaran, praktek
dan pelaksanaan ajaran agama, serta pengalaman keagamaan yang dijelaskan dengan
pendekatan rasional. Meskipun ilmu kalam merupakan sebuah disiplin ilmu yang
rasional dan logis, namun kalau dilihat adari asas-asas yang dipakai dalam
argumentasinyaterdiri dari dua bagian, yaitu; Aqli dan Naqli. Bagian Aqli ini
terbangun dengan dasar pemikiran yang rasional murni, itupun kalau ada relevansinya
dengan Naqli. Karena naqli tersebut adalah untuk menjelaskan dan menegaskan
pertimbangan rasional supaya memperkuat argumen-argumennya.

2. Ilmu Filsafat
Sementara itu, filsafat adalah sebuah ilmu yang digunakan untuk
memperoleh kebenaran rasional. Metode yang digunakannya pun adalah metode
rasional.Filsafat menghampiri kebenaran dengan cara menuangkan akal budi
secara radikal (mengakar)dan integral(menyeluruh)serta universal (mengalam); tidak
merasa terikatat  oleh apapun, kecuali oleh ikatan tangannya sendiri yang bernama
logika.  Peranan filsafat sebagaimana dikatakan Socrates adalah berpegang teguh pada
ilmu pengetahuan melalui usaha menjelaskan konsep-konsep the gaining of
conceptual clarity.Murthadha muthahari berkata bahwa metode filsafat hanya
bertumpu pada silogisme (qiyas), argumentasi rasional (istidal ‘aqli) dan demonstrasi
rasional (burhan ‘aqli).
3. Ilmu Tasawuf
Adapun ilmu tasawuf adalah ilmu yang lebih menekankan rasa dari pada
rasio. Oleh sebab itu, filsafat dan tasawuf sangat distingtif atau sangat berbeda.
`Sebagai sebuah ilmu yang prosesnya diperoleh dari rasa, ilmu tasawuf  bersifat
subjektif, yakni sangat berkaitan dengan pengalaman seseorang. Itulah sebabnya,
bahasa tasawuf sering tampak aneh bila dilihat dari aspek rasio. Hal ini karena
pengalaman rasa sulit dibahasan. Pengalaman rasa lebih muda dirasakan langsung
oleh orang yang ingin memperoleh kebenaranya dan mudah digambarkan dengan
bahasa lambang, sehingga sangat interpretable dapat (di interpretasikan bermacam-
macam).
Sebagian pakar mengatakan bahwa metode ilmu tasawuf adalah intuisi,
atau  ilham, atau inspirasi yang datang dari tuhan. Kebenaran yang dihasilkan ilmu
tasawuf dikenal dengan istilah kebenaran hudhuri, yaitu suatu kebenaran yang
objeknya datang dari dalam diri subjek sendiri. Itulah sebabnya dalam sains dikenal
istilah objeknya  tidak objektif.

D.    Hubungan antara Ilmu kalam, Filsafat dan Tasawuf


Setelah abad ke-6 Hijriah terjadi percampuran antara filsafat dengan ilmu
kalam, sehingga ilmu kalam menelan filsafat secara mentah-mentah dan dituangkan
dalam berbagai bukti dengan mana Ilmu Tauhid. Yaitu pembahasan problema ilmu
kalam dengan menekankan penggunanaan semantic (logika) Aristoteles sebagai
metode, sama dengan metode yang ditempuh para filosof. Kendatipun Ilmu Kalam
tetap menjadikan nash-nash agama sebagai sumber pokok, tetapi dalam kenyataannya
penggunaan dalil naqli juga tampak pada perbincangan mutakalimin. Atas dasar itulah
sejumlah pakar memasukkan Ilmu Kalam dalam lingkup Filsafat Islam.
Jadi Filsafat Islam bertujuan untuk menyelaraskan antara firman dan akal, ilmu
pengetahuan dengan keyakinan, agama dengan filsafat serta menunjukkan bahwa akal
dan firman tidak bertentangan satu sama lain. Walaupun orientasinya bersifat religius,
namun isu-isu penting dalam filsafat tidak diabaikan, seperti waktu, ruang, materi,
kehidupan dan masalah-masalah kontemporer.
Menurut Hasyimah Nasution Filsafat Islam dan ilmu kalam sangat kuat
pengaruhnya satu sama lain. Kalam mencuatkan masalah-masalah baru bagi filsafat,
dan filsafat membantu memperluas area, bidang, atau jangkauan kalam, dalam
pengertian bahwa pembahasan tentang banyak masalah filsafat jadi dianggap penting
dalam kalam. Filsafat Islam mengandalkan akal dalam mengkaji objeknya-Allah,
Alam dan Manusia-tanpa terikat dengan pendapat yang ada (pemikiran-pemikiran
yang sama sifatnya, hanya berfungsi sebatas masukan dan relative). Nash-nash agama
hanya sebagai bukti untuk membenarkan hasil temuan akal. Sebaliknya, ilmu kalam
mengambil dalil akidah sebagaimana tertera dalam wahyu, yang mutlak kebenarannya
untuk menguji objeknya – Allah dan sifat-sifatnya, serta hubungan dengan Allah
dengan Alam dan Manusia sebagaimana tertuang dalam kitab suci – menjadikan
filsafat sebagai alat untuk  membenarkan nash agama. Seperti keberadaan Allah,
Filsafat Islam mengawali pembuktiannya dengan argumentasi akal, barulah
pembenarannya diberikan oleh wahyu, sementara ilmu kalam mencari wahyu yang
berbicara tentang keberadaan Allah, baru kemudian didukung oleh argumentasi akal.
Walaupun objek dan metode kedua ilmu ini berbeda, tapi saling melengkapi dalam
memahami Islam dan pembentukan akidah Muslim.
Sedangkan Tasawuf sebagai ilmu yang mempelajari cara dan jalan untuk semakin
mendekatkan diri kepada Allah terbagi ke dalam dua bagian, yakni Tasawuf
Amali/Akhlaqi dan Tasawuf  Falsafi (Ibn Arabi dan Al-Hallaj). Dari pengelompokkan
ini tergambar adanya unsur-unsur filsafat dalam ajaran tasawuf, seperti logika dalam
penjelasan maqomat (al-fana-al-baqa, ittihad, hulul, wahdat al-wujud). M.T. Mishbah
Yazdi. Buku Daras Filsafat Islam halaman Tasawuf Falsafi yang biasanya juga
disebut dengan irfan yakni secara teknis diterapkan pada persepsi-persepsi khas yang
ditangkap melalui pemusatan perhatian relung terdalam jiwa dan tidak melalui
pengalaman inderawi dan rasional. Irfan sejati diperoleh semata-mata melalui
keterikatan Allah dan ketaatan kepada segenap perintah-Nya. Keterikatan tanpa
pengetahuan mustahil adanya, dan pengetahuan ini mesti bersandar pada sejumlah
prinsip filsafat.
Penyingkapan dan visi irfan memunculkan masalah-masalah baru untuk diuraikan dan
dikupas tuntas oleh filosof, dan memperluas cakrawala pandang filsafat. Dalam
pemecahan berbagai masalah dalam ilmu-ilmu kefilsafatan, visi-visi irfan bisa
dianggap sebagai pendamping. Banyak hal yang terbukti secara rasional dalam
filsafat, terungkap pula melalui penglihatan kalbu. Kajian-kajian Al-Kindi, Al-Farabi,
Ibnu Sina dan Al-Ghazali tentang jiwa dalam pendekatan kefilsafatan ternyata telah
banyak memberikan sumbangan yang sangat berharga bagi kesempurnaan kajian
tasawuf dalam dunia Islam. Pemahaman tentang jiwa dan roh itu pun menjadi hal
yang esensial dalam tasawuf. Kajian-kajian kefilsafatan tentang jiwa dan roh
kemudian banyak dikembangkan dalam tasawuf.
BAB III
PENUTUP
A.    Simpulan
Secara etimologi Kalam berarti “kata-kata”. Kata-kata disini di maksudkan
adalah kata-kata (firman) Allah. Jadi ilmu kalam adalah ilmu yang
mempermasalahkan kalam Allah, Filsafat berasal dari bahasa yunani yang terdiri dari
dua kata yakni philos dan shopia, philos mempunyai makna “mencintai” dan shopia
mempunyai makna ”kebijaksanaan atau kebenaran” Samsul Munir menuliskan dalam
bukunya bahwa tasawuf  berasal dari kata shuf (shad, wawu dan fha) dan di dhomah
shadnya, yang mempunyai arti ”kain bulu domba yang kasar”, alasannya adalah
karena dulu orang-orang sufi selalu  menjauhkan diri untuk memakai  kain sutra,
karena waktu itu kain domba merupakan simbol kesederhanaan.
Bagi ilmu kalam, filsafat, maupun tasawuf berurusan dengan hal yang sama yaitu
kebenaran. Ilmu kalam dengan metodenya sendiri berusaha mencari kebenaran
tentang Tuhan yang berkaitan dengan-Nya. Filsafat dengan wataknya sendiri pula,
berusaha menghampiri kebenaran, baik tentang alam maupun manusia (yang belum
atau tidak dapat dijangkau oleh ilmu pengetahuaan karena berada di luar atau di atas
jangkauanya), atau tentang Tuhan. Sementara itu, tasawuf juga dengan metodenya
yang tipikai berusaha menghampiri kebenaran yang berkaitan dengan perjalanan
spritual menuju Tuhan.

B.     Saran
Demikian yang dapat kami paparkan mengenai materi ya ng menjadi pokok
bahasan dalam makalah ini, tentunya masih banyak kekurangan dan kelemahannya,
karena keterbatasannya pengetahuan dan kurangnya rujukan atau referensi yang ada
hubungannya dengan makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA

Amin, Samsul Munir. 2009. Ilmu Tasawuf. Jakarta: Amzah.


Hasyim Syah Nasution. 2005. Filsafat Islam. Jakarta: Gaya Media Pratama.
Murtadha, Muthahari. 2003. Pengantar ilmu-ilmu Islam. Jakarta: Zahra Pustaka.
Yazdi, Muhammad Taqi Misbah. 2003.  Buku Daras Filsafat Islam, (Terj. Musa
Kazim & Saleh Bagir). Bandung:Mizan.
Putra, Andi Eka. 2012. Tasawuf, Ilmu Kalam dan Filsafat Islam (Suatu tinjauan
sejarah tentang hubungan ketinganya). Al-AdYaN. Vol. VII, No. 2. Juli-
Desember 2012.

Anda mungkin juga menyukai