Anda di halaman 1dari 16

AL KINDI

(Teori Dalam Pertemuan Filsafat Dan Agama)

MAKALAH

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah


Sejarah Pemikiran Dan Peradapan Islam

Dosen Pengampu:
Dr. H. Reza Ahmad Zaini, L.c, MA.
Dr. Binti Mualamah, S.AG, M.Pd.

Oleh:
Eva Rizkiyanti
NIM: 12851221009

PROGRAM STUDI
TADRIS MATEMATIKA
PASCASARJANA UIN SAYYID ALI RAHMATULLAH
TULUNGAGUNG
NOVEMBER 2021
PRAKATA

Segala puji syukur bagi Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah,
dan taufik-Nya kepada seluruh umat manusia, sehingga kita tetap iman dan Islam, serta
komitmen sebagai insan yang haus akan ilmu pengetahuan.
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Sejarah Pemikiran
dan Peradaban Islam yang diampu oleh Dr. H. Reza Ahmad Zaini, L.c, MA. dan Dr.
Binti Mualamah, M.Pd. dan juga merupakan sebagian dari syarat yang harus dipenuhi
oleh penulis guna lulus mata kuliah Sejarah Pemikiran dan Peradaban Islam.
Selesainya penyusunan makalah ini berkat bimbingan dari dosen pengampu, dan juga
berkat bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, sudah sepatutnya penulis
menyampaikan ucapan terima kasih kepada:
1. Prof. Dr. Maftukhin, M.Ag. selaku Rektor UIN Sayyid Ali Rahmatullah
Tulungagung yang telah memberikan izin kepada penulis untuk mengumpulkan
data sebagai bahan penulisan makalah ini.
2. Prof. Dr. H. Akhyak, M.Ag. selaku Direktur Pascasarjana yang selalu memberikan
dorongan semangat dalam mengemban ilmu pengetahuan selama perkuliahan.
3. Dr. H. Reza Ahmad Zaini, L.c, MA. dan Dr. Binti Mualamah, M.Pd. selaku dosen
pengampu mata kuliah Sejarah Perdaban dan Pemikiran Islam yang selalu
memberikan dorongan semangat dalam mengemban ilmu pengetahuan selama
perkuliahan.
4. Segenap Bapak dan Ibu Dosen Pascasarjana UIN Sayyid Ali Rahmatullah
Tulungagung yang telah berjasa mengantarkan penulis untuk mengetahui arti
pentingnya ilmu pengetahuan.
5. Kedua orang tua yang tercinta yang telah memberikan bimbingan, dukungan moral
dan spiritual selama studi, serta senantiasa memberikan kasih sayangnya yang
tidak ternilai harganya.

ii
6. Teman-teman angkatan 2021 program studi Tadris Matematika yang selalu ada
memberikan dukungan dan bantuannya, baik suka maupun duka selama ini, serta
memberikan motivasi.

Dengan penuh harapan, semoga jasa kebaikan mereka diterima Allah swt. dan
tercatat sebagai amal shalih. Jazakumullah khoirul jaza’. Akhirnya, makalah ini penulis
suguhkan kepada segenap pembaca dengan harapan adanya saran dan kritik yang
bersifat konstruktif demi pengembangan dan perbaikan, serta pengembangan lebih
sempurna dalam kajian-kajian pendidikan Islam. Semoga karya ini bermanfaat dan
mendapat Ridha Allah SWT. Amin

Tulungagung, 17 November 2021

Penulis

iii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ..................................................................................................... i


PRAKATA .................................................................................................................... ii
DAFTAR ISI ................................................................................................................. iv
BAB I: PENDAHULUAN .......................................................................................... 1

A. Latar Belakang ...................................................................................1


B. Rumusan Masalah ............................................................................2
C. Tujuan Penelitian .............................................................................2

BAB II: PEMBAHASAN ............................................................................................ 3


A. Biografi Al Kindi .............................................................................3
B. Pemikiran Al Kindi ..........................................................................5
C. Filsafat dan Agama ..........................................................................5
D. Filsafat ketuhanan ...........................................................................7
E. Filsafat Jiwa .....................................................................................8
F. Filsafat Alam ...................................................................................9

BAB III: PENUTUP ................................................................................................... 11

A. Kesimpulan ......................................................................................11
B. Saran ................................................................................................11

DAFTAR RUJUKAN ................................................................................................. 12

iv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Pemikiran-pemikiran filsafat Yunani yang masuk dalam Islam telah


mendorong perkembangan filsafat Islam yang lebih cepat. Pemikiran dalam
Islam merupakan wujud cinta terhadap ilmu pengetahuan sekaligus menggali
dan memahami tentang ciptaan Allah, hal ini dikenal dengan istilah filsafat.
Filsafat adalah proses pencarian kebenaran dengan mengoptimalkan akal atau
logika. Sedangkan umat Islam memahami bahwa segala kebenaran datang dari.
Allah SWT dan tidak bisa dilogikakan, disinilah terjadi kontroversi dalam
kalangan umat Islam tentang adanya filsafat. Namun hal itu tidak berarti bahwa
dalam Islam tidak adanya posisi akal karena dalam al-Qur’an berkali-kali
menyebutkan agar manusia berpikir dan memikirkan akan ciptaan Allah SWT.

Periode kedua yang merupakan masa pertengahan adalah filsafat Islam.


Filsafat Islam klasik mulai berkembang pada masa al-Kindi, yang mana
menurut Sulaiman Hasan menyatakan bahwasanya tidak ada seorangpun
Filosof Islam kecuali al-Kindi, karena baginya ia merupakan seorang Filosof
pertama dalam Islam begitu juga merupakan filosof Arab pertama. Dalam
pengembangan filsafatnya al-Kindi mengikuti falsafah Arestoteles. Hal itu bisa
dibuktikan dari buku-buku filsafat yang dikarang oleh al-Kindi lebih banyak
mengarah pada buku-buku karangan Aristotales. Al-Kindi merupakan Filosuf
muslim pertama di dunia Islam.

Beliau dalam berfilsafat memadukan (talfiq) antara agama dan filsafat.


Menurutnya filsafat merupakan pengetahuan yang benar. Sementara al-Qur’an
membawa argumn-argumen menyakinkan dan tidak bertentangan dengan
filsafat. Dari dasar alasan di atas al-Kindi tidak melarang orang belajar filsafat.
Dalam agama mengenal Theologi, yakni ilmu tentang ke-Tuhanan. Menurut al-

1
2

Kindi Theologi merupakan cabang filsafat yang lebih menitik beratkan pada
Tuhan. Sebagaimana psikologi merupakan cabang filsafat yang lebih mengkaji
jiwa.

Dari pernyataan al-Kindi tersebut, terkesan al-Kindi mewajibkan


belajar filsafat. Agama dan filsafat berusaha untuk mencari kebenaran, karena
itu meruapakan tujuannya. Di sisi lain agama selain wahyu juga menggunakan
akal, di sinilah persamaan keduanya. Filsafat didasarkan akal sementara agama
didasarkan wahyu dan akal. Hal lain yang tidak dapat dipungkiri bisa
melaksanakan wahyu jika memiliki akal. Dalam Islam akal dipandang makhluk
Allah yang terbesar, besarnya tidak terhingga, dan akal bentuknya ghaib, selain
itu juga alam adalah bukti ontentik adanya zat yang menciptakannya. Sehingga
makalah ini mengerucutkan pemikiran al kindi terhadap filsafat dan agama,
ketuhanan, nafs, dan alam.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana biografi singkat Al Kindi?
2. Bagaimana Pemikiran Al Kindi ?
3. Bagaimana Filsafat dan Agama ala Al Kindi?
4. Bagaimana Filsafat ketuhanan ala Al Kindi?
5. Bagaimana Filsafat Jiwa ala Al Kindi?
6. Bagaimana Filsafat Alam ala Al Kindi?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mendeskripsikan biografi singkat Al Kindi
2. Untuk mendeskripsikan Pemikiran Al Kindi
3. Untuk mendeskripsikan Filsafat dan Agama ala Al Kindi
4. Untuk mendeskripsikan Filsafat ketuhanan ala Al Kindi
5. Untuk mendeskripsikan Filsafat Jiwa ala Al Kindi
6. Untuk mendeskripsikan Filsafat Alam ala Al Kindi
BAB II
PEMBAHASAN

A. Biografi Al Kindi
Al-Kindi, alkindus, nama lengkapnya Abu Yusuf Ya’kub Ibn Ishaq Ibn
Shabbah Ibn Imran Ibn Ismail Al-Ash’ats Ibn Qais Al-Kindi, lahir di Kufah,
Iraq sekarang, tahun 801 M, pada masa khalifah harun Al-Rasyid (786-809 M)
dari Dinasti Bani Abbas (750-1258 M).1 Al kindi berasal dari keturunan suku
kindah, salah satu suku besar arab selatan pra-islam. Kakeknya al-Asy’ats Ibn
Qais dianggap sebagai salah seorang sahabat nabi. Kemudian kakeknya pindah
ke kufah dan bermukim disana secara turun-temurun. Kufah lebih semarak
dengan studi-studi ‘aqliah dan didalam lingkungan intelektual inilah al kindi
lahir dan melewati masa kanak-kanak dikufah.

Dimasa kecilnya seperti anak-anak muslim umumnya, al kindi belajar


membaca dan menghafalkan Al-Quran, disamping mempelajari tata bahasa
arab, kesusastraan dan ilmu hitung yang merupakan kurikulum pendidikan
anak-anak muslim kala itu. Ia kemudian mempelajari fiqih dan dan disiplin
ilmu baru yang disebut kalam.2 Setelah dewasa al kindi tampaknya tertarik pada
ilmu pengetahuan dan filsafat yang kepada keduanya ia mengabdikan seluruh
sisa hidupnya, terutama setelah ia pindah ke baghdad.3 Al kindi sering
mengadakan hubungan yang ekstensif dengan sarjanah-sarjanah non muslim
yang semasa dengannya, bahkan tanpa segan ia mendanai usaha penerjemahan
karya-karya yunani kedalam bahasa arab.

1
Abubakar Madani, “Pemikiran Filsafat Al-Kindi”, dalam Lentera 29, no. 2 (2015): 106-117
2
Ria’an Rusli, Filsafat Islam Telaah Tokoh dan Pemikirannya, (Jakarta: KENCANA, 2021),
hal.6
3
Ibid.

3
4

Dengan penguasaan yang memadai terhadap dua bahasa yaitu bahasa


yunani dan siria, al kindi tidak terlalu kesulitan memperoleh ilmu pengetahuan
dan filsafat yunani.4 Pada saat itu telah banyak karya-karya para filsuf yunani
diterjemahkan kedalam bahasa siria, sehingga membuat al kindi tidak begitu
kesulitan menerjemahkannya, bahkan ia menerjemahkan dari bahasa siria ke
dalam bahasa arab atau setidak-tidaknya memperbaiki beberapa terjemahan
bahasa arab. Oleh karenanya, menurut Ahmad Fuad al-Ahlawi sebagaimana
dikutip Sirajuddin Zar al-Kindi termasuk salah seorang dari empat besar
penerjemah terbaik Baghdad bersama Hunain Ibn Ishaq, Sabit Ibn Qurra, dan
Umar ibn al-Farkhan al-Thabari.5 Al-Kindi memperoleh kedudukan terhormat
di sisi dua Khalifah Abbasiyah al-Makmun dan al-Mu'tasim dalam rangka
membangun megah proyek menjadikan Mu’tazilah sebagai mazhab negara dan
al-Kindi diminta ikut sebagai penyokong utama paham tersebut, dan membuat
bantahan-bantahan terhadap paham-paham yang bertentang dengan madzhab
negara tersebut. Bahkan al-Kindi juga diangkat sebagai guru bagi Ahmad putra
al-Mu'tasim.6

Para cendikiawan berbeda pendapat tentang wafatnya al-Kindi,


Mustaffa ‘Abd al-Raziq misalnya mengatakan bahwa wafatnya al-Kindi pada
tahun 252 H, sementara Massignon, Henry Corbin dan Nellino sepakat bahwa
wafatnya al-Kindi terjadi pada tahun 260 H. Sedangkan Yaqut al-Himawi
percaya bahwa al-Kindi Wafat sesudah berusia 80 tahun atau lebih sedikit.
Beberapa karya tulis al-Kindi antara lain yang cukup populer antara lain:7

4
Ibid., hal.7
5
Havis Aravik dan Hoirul Amri, “Menguak Hal-Hal Penting Dalam Pemikiran Filsafat al-
Kindi (Revealing Important Things in Philosophical Thought al-Kindi)”, dalam Jurnal Sosial &
Budaya Syar-i l. 6, no. 2 (2019):191-206
6
Ibid., hal. 193-194
7
Umar Hamdan, Paradigma Penyatuan Filsafat Dan Agama Perspektif Al-Kindi, dalam jurnal
pendidikan 1, no. 1, (2019): 37-46
5

1. fi al-falsafah al-ula
2. kitab al-hassi ‘ala ta’allum al-falsafah
3. risalat ila al-ma’mun fi al-‘illat wa ma’lul
4. risalat fi ta’lif al-A’dad
5. kitab al-falsafat al-dakhilat wa al-masa’il al-mantiqiyyat wa al-mu’tashah
wa ma fauqa al-thabiyyat
6. kammiyat kutub Aristoteles;fi al-nafs.

B. Pemikiran Al-Kindi
1. Filsafat dan Agama
Al-Kindi berusaha memadukan antara filsafat dan agama dengan
jalan memperkenalkan filsafat ini apa adanya dengan mengambil sumber
aslinya, kemudian memberikan ulasan dan menyempurnakannya.
Sedangkan filasafat metafisika lebih dalam lagi katanya ialah sebagai
pengetahuan tentang realitas pertama yang menjadi sebab semua realitas.8
Menurut Al-Kindi filsafat dan agama itu adalah dua buah ilmu pengetahuan
yang sejalan dan tidak bertentangan didalamnya. Bahkan filsafat dapat
menjadi alat yang kuat untuk menunjang pembinaan dan perkembangan
kemajuan agama, terutama dalam memberikan argumentasi-argumentasi
yang bisa diterima oleh akal.
Filsafat adalah satu ilmu, yang berusaha menyelidiki hakikat segala
sesuatu untuk memperoleh kebenaran.9 Filsafat dalam bahasa arab
dikatakah falsafah dan al hikam. Definisi falsafah sebagaimana
diungkapkan oleh al-Kindi adalah pengetahuan tentang realitas wujud
dengan segala kemungkinannya, sebab tujuan akhir dari seorang filsuf

8
Reni Marlena, “Filsafat Dan Agama (Ketuhanan, Al-Nafs, Dan Alam) Dalam Perspektif Al-
Kindi”, dalam Jurnal IAI Al Azar, (tt): 57-65
9
Syarif Hidayatullah, “RELASI FILSAFAT DAN AGAMA (Perspektif Islam)”, dalam
Jurnal Filsafat 40, no. 2, (2006): 128-148
6

dalam pengetahuan teoritisnya adalah untuk mendapatkan kebenaran dan


dalam pengetahuan praktisnya adalah untuk berperilaku sesuai dengan
kebenaran tersebut. Istilah hikmah mempunyai pengertian mendalam serta
struktur Islam dan essensinya. Wahyu Islam memiliki berbagai macam
dimensi di dalamnya dan diwahyukan kepada seluruh umat manusia pada
level dasar yaitu al-islam, al-iman, dan al-ihsan atau dalam perspektif lain
dikenal sebagai al-shari’ah, al-tariqah dan al-haqiqah.10 Dalam upaya
perpaduan agama dan filsafat yang dilakukan Al-Kindi didasari pada
keyakinan bahwa kitab suci al-Qur’an telah mewartakan argumentasi-
argumentasi yang meyakinkan seputar ihwal kebenaran yang tidak akan
pernah bertentangan dengan doktrin yang dihasilkan filsafat. Hanya saja,
proses pemaduan agama dan filsafat tidak mungkin terlaksana tanpa
mengakui keberadaan alat kerja agama dan filsafat yang sama. Bagi Al-
Kindi, fakta bahwa filsafat bersandar pada kemampuan akal (rasionalitas)
tidak berbeda dengan fakta bahwa doktrin agama juga memerlukan akal
sebagai alat untuk memahami ajaranya. Ini berarti, Al-Kindi menaruh
hormat yang tinggi pada anugerah akal dengan cara memaksimalkan kerja
akal dalam mencapai pengetahuan akan kebenaran.
Al-Kindi dalam karyanya Kammiyah Kutub Arsithateles
memaparkan perbedaan antara doktrin agama dan filsafat sebagai berikut:11
a. Filsafat merupakan bagian dari humaniora yang dicapai para filosof
melalui proses panjang pembelajaran, sedangkan agama adalah ilmu
ketuhanan yang menempati tingkatan tertinggi karena diperoleh tanpa
proses pembelajaran dan hanya diterima secara langsung oleh para
Rasul melalui proses pewahyuan.

10
Azis Masang, “Kedudukan Filsafat Dalam Islam”, dalam Jurnal Kajian Islam Kontemporer
11 , no. 1, (2020): 30-55
11
Abubakar Madani, Pemikiran Filsafat Al-Kindi..., hal. 111
7

b. Jawaban filsafat menunjukkan ketidakpastian dan memerlukan


perenungan yang mendalam. Sedangkan agama lewat kitab suci
memberikan jawaban yang pasti dan meyakinkan.
c. Filsafat menggunakan metode Logika, sedangkan agama mendekati
persoalan manusia dengan keimanan.

2. Filsafat ketuhanan
Tulisan Al-Kindi yang membicarakan ketuhanan antara lain: Fi al-
Falsafat al-Ula dan Fi Wahdaniyah Allah wa Tarahi Jirm al-‘Alam. Allah
adalah wujud yang sebenarnya, bukan berasal dari tiada kemudian ada,
Allah adalah wujud yang sempurna, dan tidak didahului oleh wujud lain.12
Wujud Tuhan itu adalah eksklusif, yang berbeda dengan yang lain.
Sifat, Wujud, eksistensi dan keberadaan sama sekali tidak bisa dipahami
secara penuh oleh akal manusia.13 Maka, baginya, untuk memahami itu
semua, maka diturunkanlah Nabi, sebagai utusan Allah, yang akan
menjelaskan hal-hal yang tidak mampu disingkap oleh akal manusia.
Penjelasan Allah yang dibawa oleh Nabi melalui media yang dinamakan
wahyu. Al-Kindi, secara jelas meyakini bahwa rasio manusi memiliki sisi
kelemahan. Karena kelemahan itulah, tidak semua pengetahuan tidak bisa
ditangkap oleh akal. Maka untuk membantu pemahaman yang tidak bisa
dijelaskan akal maka, manusia perlu dibimbing oleh wahyu. Hanya saja,
dalam aspek penjelasan sifat-sifat Tuhan, al-Kindi masih terpengaruh oleh
Mu’tazilah dan Aristoteles. Hal itu misalnya, dilihat dari penjelasannya
bahwa sifat-sifat Tuhan diungkapkan dengan bentuk kalimat negatif, yaitu
dengan ungkapan “tidak” atau “bukan”. Bawa Tuhan itu tidak seperti
manusia.

12
Reni Marlena, Filsafat Dan Agama Ketuhanan, Al-Nafs..., hal. 62
Kholili Hasib, “Al-Kindi Thougt on Philosophy and the Concept of God”, dalam
13

AKADEMIA, (tt): 1-14


8

Dalam ungkapan nya, al kindi membantah bahwa tuhan adalah Tuhan


adalah pencipta, bukan penggerak Pertama. Ia tidak tersusun dari materi dan
bentuk, tidak bertubuh. Tuhan adalah Penyebab dari segala sebab. Setelah
melakukan sebab itu, Tuhan tetap melakukan sesuatu. Disini Tuhan tidak
diposisikan seperti konsep Aristoteles, yang mengatakan Tuhan tidak
bergerak, sehingga ia tidak melakukan sesuatu apapun setelah emanasi.
Sehingga Tuhan dalam pemahaman Aristoteles tidak memahami yang
partikular. Berbeda dengan al-Kindd, menurutnya Tuhan tetap melakukan
sesuatu.

3. Filsafat jiwa (al-nafs)


Kaum filosofis, muslim menggunakan kata nafs (jiwa) pada apa yang
diistilahkan al-Qur’an dengan al-Ruh. Kata ini termasuk ke dalam kamus
bahasa Indonesia dalam bentuk nafsu, nafas, dan roh. Al-Qur’an dan Hadist
nabi Muhamad Saw. Tidak menjelaskan secara tegas tentang roh dan jiwa.
Al-Kindi juga mengatakan bahwa jiwa adalah tunggal, tidak
tersusun, tidak panjang, dalam dan lebar. Jiwa mempunyai arti penting,
sempurna, dan mulia. Subtansinya berasal dari subtansi Allah.
Hubungannya dengan Allah sama dengan hubungannya dengan cahaya dan
matahari. Jiwa mempunyai wujud tersendiri, terpisah, dan berbeda dengan
jasad atau badan.Jiwa bersifat rohani dan illahi sementara badan
mempunyai hawa nafsu dan marah.Dan perbedaannya jiwa menentang
keinginan hawa nafsu.
Al-Kindi, menjelaskan bahwa pada jiwa manusia terdapat tiga daya,
yakni:14
a. daya nafsu (al-quwwat al-syahwaniyyat), yang terdapat diperut,
b. daya marah (al-Quwwat al-Ghadabiyyat) yang terdapat di dada,

14
Reni Marlena, Filsafat Dan Agama Ketuhanan, Al-Nafs..., hal 64
9

c. daya pikir (al-Quwwat al-‘Aqliyyat) yang berpusat di kepala.

Al-Kindi juga membagi akal menjadi empat macam. Ke empat macam akal
itu adalah, sebagai berikut: 15

a. Akal yang selamanya dalam aktualitas atau akal yang selalu bertindak
(al-‘Aql allazi bi al-fi’a abada). Sifat-sifat akal ini adalah sebagai
berikut:
1. Ia adalah Akal Pertama
2. Ia selamanya dalam aktualitas
3. Ia merupakan species dan genus
4. Ia membuat akal potensial menjadi aktual berpikir
5. Ia tidak sama dengan akal potensial, tetapi lain daripadanya.
b. Akal yang bersifat potensial (al-‘Aql bi al-Quwwat) yang berada di
dalam ruh, yakni akal yang murni yang ada dalam diri manusia masih
merupakan potensi dan belum menerima bentuk-bentuk indrawi dan
akal yang asli.
c. Akal yang bersifat perolehan (acquire intellect). Ini adalah akal yang
telah keluar dari potensialitas ke dalam aktualitas, dan mulai
memperlihatkan pemikiran abstrasinya.
d. Akal yang berada dalam keadaan aktual nyata, ketika ia aktual maka ia
disebut akal. Akal dalam bentuk ini merupakan akal yang telah
mencapai tingkat kedua dari kualitas.

4. Filsafat Alam
Di dalam risalahnya yang berjudul al-Ibanat’an al-Illat al-Fa’ilat al-
Qaribat fi Kawn wa al-Fasad, pendapat al-Kindi sejalan dengan Aristoteles

15
Ibid.
10

bahwa benda di alam ini dapat dikatakan wujud yang aktual apabila
terhimpun empat illat, yakni:16
a. Al- Unshurriyyat (materi benda)
b. Al-Shuriyyat (bentuk benda)
c. Al-Fa’ilat (Pembuat benda, agent)
d. Al-Tamamiyat (manfaat benda) Tentang baharunya alam,

al-Kindi mengemukakan tiga argumen, yakni: gerak, zaman dan


benda. Al-Kindi mengemukakan beberapa argumen dalam menetapkan
baharunya alam, sebagai berikut:17

a. Semua benda yang homogen, yang tiada padanya lebih besar


dibandingkan yang lain, ialah sama besar.
b. Jarak antara ujung-ujung dari benda-benda yang sama besar, juga sama
besarnya dalam aktualitas dan potensialitas.
c. Benda-benda yang mempunyai batas, tidak bisa tidak mempunyai batas.
d. Jika salah dari dua benda yang sama besarnya dan homogen ditambah
dengan homogen lainnya, maka keduanya menjadi tidak sama besar.
Atas dasar itulah Al-Kindi berkesimpulan bahwa alam semesta ini
pastilah terbatas dan ia menolak secara tegas pandangan Aristoteles
yang mengatakan bahwa alam semasta tidak terbatas atau Qadim. Akan
tetapi al-Qur’an tidak menginformasikan tentang proses penciptaannya.

16
Ibid., hal. 64
17
Ibid.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Al-Kindi adalah orang pertama yang memberi peluang filsafat di
kalangan kaum muslimin sehingga ia disebut dengan filosof al-Arab yaitu
filosof yang berkebangsaan Arab. Ia menyelaraskan antara filsafat dengan
agama, kerena menurutnya filsafat bagian dari agama, serta al-Qur’an juga
menganjurkan manusia untuk berpikir untuk memancing peran akal terhadap
al-Qur’an yang mustasyabihat.
Filsafat merupakan pengetahuan tentang hakikat segala sesuatu, maka
dalam hal ini termasuk didalamnya masalah ketuhanan, etika dan seluruh ilmu
pengetahuan yang bermanfaat. Begitu juga agama memerintahkan umatnya
untuk menuntut ilmu, kapan dan dimana pun. Tuhan adalah sebab-Pertama
dimana wujud-Nya bukan karena sebab yang lain.
Sesuai dengan paham yang ada dalam Islam, Allah bagi Al-Kindi adalah
pencipta alam semesta dan mengaturnya, yang disebut dengan ibda’. Al-Kindi
menegaskan bahwa ala empiris ini tidak mungkin teratur dan terkendali begitu
saja tanpa ada yang mengatur dan mengendalikannya.

B. Saran
Apabila ada saran dan kritik dari pembaca akan kami terima sebagai
bahan masukkan dalam pembuatan makalah lebih baik lagi. Semoga makalah
ini dapat membantu pembaca dalam memahami mengenai tentang pengertian
masalah kualitatif, fokus penelitian, validitas dan reliabilitas penelitian, definisi
variabel, landasan instrument, akurasi simpulan.

11
DAFTAR RUJUKAN

Aravik, Havis dan Hoirul Amri, “Menguak Hal-Hal Penting Dalam Pemikiran Filsafat
al-Kindi (Revealing Important Things in Philosophical Thought al-Kindi)”.
dalam Jurnal Sosial & Budaya Syar-i l. 6. no. 2 (2019):191-206
Hamdan, Umar “Paradigma Penyatuan Filsafat Dan Agama Perspektif Al-Kindi”,
dalam jurnal pendidikan 1, no. 1, (2019): 37-46
Hasib, Kholili. “Al-Kindi Thougt on Philosophy and the Concept of God”, dalam
AKADEMIA, (tt): 1-14
Hidayatullah, Syarif “Relasi Filsafat Dan Agama (Perspektif Islam)”, dalam Jurnal
Filsafat 40. no. 2, (2006): 128-148
Madani, Abubakar. “Pemikiran Filsafat Al-Kindi”. dalam Lentera 29. no. 2 (2015):
106-117
Marlena, Reni. “Filsafat Dan Agama (Ketuhanan, Al-Nafs, Dan Alam) Dalam
Perspektif Al-Kindi”, dalam Jurnal IAI Al Azar, (tt): 57-65
Masang, Azis. “Kedudukan Filsafat Dalam Islam”, dalam Jurnal Kajian Islam
Kontemporer 11. no. 1, (2020): 30-55
Rusli, Ria’an. 2021. Filsafat Islam Telaah Tokoh dan Pemikirannya. Jakarta:
KENCANA.

12

Anda mungkin juga menyukai