Anda di halaman 1dari 18

ILMU DALAM PERSPEKTIF ISLAM

Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Sejarah Peradaban Islam

Dosen Pengampu :

Dr. Ahmad Mulyadi Kosim, M.A

Disusun Oleh :

Kelompok I

Fatimah Azzahro (221105010883)

Ridha Fathina Zahra (221105011359)

Kelas : Reguler A

Semester : Dua

Program Studi Pendidikan Agama Islam

Fakultas Agama Islam

Universitas Ibn Khaldun Bogor

2022
KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim.

Segala puji bagi Allah Subhanahu Wa Ta’ala Tuhan Yang Maha Esa dan Kuasa atas
segala limpahan rahmat, taufik dan hidayah-Nya beserta shalawat dan salam bagi junjungan
kita Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi Wasallam, sehingga kami dapat menyelesaikan
penyusunan makalah ini dalam bentuk maupun isinya yang sangat sederhana. Adapun judul
dari makalah ini adalah ”Ilmu Dalam Perspektif Islam”.

Pada kesempatan ini kami mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada


dosen mata kuliah Islamic Word View yang telah memberikan tugas kepada kami. Kami juga
ingin mengucapkan terimakasih kepada teman-teman yang turut membantu dalam
penyusunan makalah ini.

Dalam penyusunan makalah ini kami merasa masih banyak kekurangan, baik pada
teknik penulisan ataupun materi. Oleh karena itu dengan kemampuan yang kami miliki, kritik
dan saran dari semua pihak sangat kami harapkan untuk penyempurnaan makalah ini.

Saya berharap Allah Subhanahu Wa Ta’ala memberikan imbalan yang setimpal pada
teman-teman yang memberikan bantuan dan dapat menjadikan semua bantuan ini sebagai
ibadah, Aamiin Yaa Rabbal ‘alaamiin.
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Pada hakikatnya ilmu pengetahuan bertujuan untuk mencari kebenaran ilmiah yang
sesuai dengan kaidah-kaidah ilmiah. Dengan ilmu pengetahuan maka setiap manusia akan
bisa mendapatkan sebuah kebenaran melalui proses-proses tertentu baik dengan melakukan
penelitian ilmiah maupun dengan bebagai cara lainnya. Ilmu pengetahuan dalam Islam
dipandang sebagai kebutuhan manusia dalam mencapai kesejahteraan hidup didunia dan
memberi kemudahan dalam mengenal Tuhan. Oleh karena itu Islam memandang bahwa ilmu
pengetahuan merupakan bagian dari pelaksanaan kewajiban manusia sebagai mahluk Allah
SWT. yang berakal. Islam adalah agama universal yang berlaku sepanjang zaman, Islam
bukan hanya terbuka terhadap pembaharuan yang dilakukan ilmu pengetahuan, tetapi juga
mendorong dicapainya kemajuan tersebut. Dengan demikian melalui penelitian ilmiah
manusia dapat menyusun teori-teori yang merupakan deskripsi dari fenomena alam.

Ilmu merupakan sebuah kunci akan segala kebaikan serta pengetahuan. Ilmu menjadi
sebuah sarana untuk bisa menjalankan apa yang menjadi perintah Allah kepada kita. Tidak
akan sempurna akan keimanan serta tak sempurna pula amal kecuali dengan keutamaan
sebuah ilmu. Dengan ilmu Allah disembah, dengannya juga hak Allah dijalankan, serta
dengan ilmu pula agama-Nyadisebarkan.Orang yang mempunyai ilmu akan mendapatkan
kehormatan sisi Allah dan Rasul-Nya.Banyak ayat Al-Qur’an yang mengarah
agar umatnya mau menuntut ilmuSelain itu banyak hadits Nabi Saw yangmendorong agar um
at Islam bersungguh-sungguh dalam menuntut ilmu, Ilmu merupakan cahaya yang menerangi
dalam kehidupan, juga merupakan kuncipembuka rahasia alam yang dapatdimanfa’atkan dala
m kehidupan sehari-hari

B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana pengertian ilmu?
2. Bagaimana struktur ilmu?
3. Apa landasan ilmu?
4. Bagaimana pembagian ilmu?
5. Apa manfaat ilmu?
C. TUJUAN
1. Memahami apa itu pengertian ilmu.
2. Unruk mengetahui struktur ilmu.
3. Untuk mengetahui landasan-landasan ilmu.
4. Untuk mengetahui pembagian ilmu.
5. Untuk mengetahui manfaat ilmu.
DAFTAS ISI

Table of Contents
KATA PENGANTAR.................................................................................................................................2
BAB I......................................................................................................................................................3
PENDAHULUAN.....................................................................................................................................3
A. LATAR BELAKANG.................................................................................................................3
B. RUMUSAN MASALAH.............................................................................................................3
C. TUJUAN......................................................................................................................................3
DAFTAS ISI.............................................................................................................................................5
BAB II....................................................................................................................................................6
PEMBAHASAN.......................................................................................................................................6
A. Pengertian ilmu dalam perspektif islam...................................................................................6
B. Landasan Ilmu Perspektif Islam..............................................................................................10
C. Pembagian ilmu dalam perspektif islam.................................................................................12
D. Ciri-ciri ilmu dalam perspektif islam......................................................................................13
E Manfaat ilmu..............................................................................................................................14
BAB III..................................................................................................................................................17
PENUTUP.............................................................................................................................................17
A. Kesimpulan...............................................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................................18
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian ilmu dalam perspektif islam


Kata ilmu berasal dari bahasa Arab ‘ilm (‘alima-ya’lamu-‘ilm), yang berarti
pengetahuan (al-ma’rifah) kemudian berkembang menjadi pengetahuan tentang hakikat
sesuatu yang dipahami secara mendalam. Dari asal kata ‘ilm ini selanjutnya di-Indonesia-kan
menjadi ‘ilmu’ atau ‘ilmu pengetahuan. Dalam perspektif Islam, ilmu merupakan
pengetahuan mendalam hasil usaha yang sungguh-sungguh (ijtihād) dari para ilmuwan
muslim (‘ulamā’/mujtahīd) atas persoalan-persoalan duniawi dan ukhrawi dengan bersumber
kepada wahyu Allah. Al-Qur’an dan al-Hadīts merupakan wahyu Allah yang berfungsi
sebagai petunjuk (hudan) bagi umat manusia, termasuk dalam hal ini adalah petunjuk tentang
ilmu dan aktivitas ilmiah. Al-Qur’an memberikan perhatian yang sangat istimewa terhadap
aktivitas ilmiah. Terbukti, ayat yang pertama kali turun berbunyi ; “Bacalah, dengan
[menyebut] nama Tuhanmu yang telah menciptakan”. Membaca, dalam artinya yang
luasmerupakan aktivitas utama dalam kegiatan ilmiah. Di samping itu, kata ilmu yang telah
menjadi bahasa Indonesia bukan sekedar berasal dari bahasa Arab, tetapi juga tercantum
dalam al-Qur’ān. Kata ilmu disebut sebanyak 105 kali dalam al-Qur’an. Di samping al-
Qur’ān, dalam Hadīts Nabi banyak disebut tentang aktivitas ilmiah, keutamaan penuntut
ilmu/ilmuwan, dan etika dalam menuntut ilmu. Misalnya, hadits-hadits yang berbunyi;

‫َطَلُب اْلِع ْلِم َفِر ْيَض ٌة َع َلى ُك ِّل ُم ْس ِلٍم‬

“Menuntut ilmu merupakan kewajiban setiap muslim dan muslimah” (HR. Bukhari-Muslim).

‫َم ْن َخ َر َج ِفى َطَلِب ْالِع ْلِم َفُهَو ِفى َس ِبْيِل ِهللا َح َّتى َيْر ِج َع‬

“Barang siapa keluar rumah dalam rangka menuntut ilmu, maka ia selalu dalam jalan Allah
sampai ia kembali” (HR. Muslim).

Secara bahasa, ilmu (al-‘Ilm) adalah lawan kata dari bodoh (al-jahl). Sedangkan
secara istilah, para ulama ushul memberikan pengertian ilmu adalah “Memahami sesuatu
secara pasti sesuai dengan faktanya.”
Contoh ilmu sesuai pengertian di atas adalah pertama, bahwa keseluruhan (kullun) lebih
besar daripada sebagian (juz’un). Kedua, bahwa setiap ciptaan (makhluq) pasti ada yang
menciptakan (khaliq). dan Ketiga, bahwa niat merupakan syarat dalam suatu ibadah. Contoh
yang pertama dan kedua di atas adalah contoh ilmu yang diperoleh secara akal, sedangkan
contoh yang ketiga diperoleh secara syara’ (syariah).

Dalam ajaran Islam, ilmu tidak dapat dipisahkan dari amal. Artinya, ilmu harus diamalkan,
dan sebaliknya, suatu amalan harus didasarkan kepada ilmu. Karena itu, Sahabat Ibnu
Mas’ud r.a. berkata: “Ilmu bukan dengan banyaknya meriwayatkan. Sesungguhnya ilmu
adalah cahaya yang dipancarkan di dalam hati. Sebagian ulama yang lainnya
berkata: “Sesungguhnyalah ilmu adalah khasyyah (rasa takut kepada Allah).” Yang dimaksud
dengan hakikat ilmu dalam perkataan tersebut adalah buahnya ilmu. Hal ini sesuai dengan
firman Allah swt,

‫َوِم َن ٱلَّناِس َو ٱلَّد َو ٓاِّب َو ٱَأْلْنَٰع ِم ُم ْخ َتِلٌف َأْلَٰو ُن ۥُه َك َٰذ ِلَك ۗ ِإَّنَم ا َيْخ َش ى ٱَهَّلل ِم ْن ِعَباِدِه ٱْلُع َلَٰٓم ُؤ ۟ا ۗ ِإَّن ٱَهَّلل َع ِز يٌز َغ ُفوٌر‬

“Sesungguhnya yang benar-benar takut kepada Allah dari hamba-hamba-Nya adalah ulama.”
(Q.S. Fathir: 28).

Ilmu memiliki kedudukan dan keutamaan yang sangat besar dalam Islam. Karena
itulah, maka wahyu yang pertama kali diturunkan oleh Allah kepada Nabi Muhammad saw
adalah al-Quran surah al-Alaq ayat 1-5, yang berisi perintah ‘membaca’. Bahkan perintah
tersebut diulang dua kali untuk menunjukkan pentingnya aktifitas membaca, dan aktivitas
tersebut harus dilakukan secara sungguh-sungguh dan berulang-ulang, karena iaktifitas
membaca adalah sarana utama untuk mendapatkan ilmu.

Di antara keutamaan ilmu yang disebutkan dalam al-Quran dan Hadits yaitu:

1. Ilmu, bersama-sama dengan iman, merupakan salah satu dari sebab ditinggikannya derajat
seseorang oleh Allah. Allah swt berfirman,

‫َفٱنُشُز و۟ا َيْر َفِع ٱُهَّلل ٱَّلِذ يَن َء اَم ُنو۟ا ِم نُك ْم َو ٱَّلِذ يَن ُأوُتو۟ا ٱْلِع ْلَم َد َر َٰج ٍتۚ َو ٱُهَّلل ِبَم ا َتْع َم ُلوَن َخ ِبيٌر‬

“Niscaya Allah akan menaikkan derajat orang-orang yang beriman dari kalian, serta orang-
orang yang diberi ilmu, beberapa derakat.” (Q.S. Al-Mujadilah: 11).

2. Ilmu adalah warisan para nabi, yang tidak bisa dinilai dengan dunia dan segala isinya.
Sehingga, merupakan keuntungan yang besar dan sempurna bagi manusia, bila mendapatkan
warisan tersebut. Rasulullah bersabda, “Sesungguhnya para nabi tidak mewariskan dinar dan
dirham, tetapi mereka hanyalah mewariskan ilmu. Maka, barangsiapa mengambil warisan
tersebut, berarti ia telah mengambil bagian warisan yang sempurna.” (H.R. Abu Dawud dan
at-Tirmidzi).

3. Ilmu adalah syarat untuk mendapat kebaikan dari Allah swt. Rasulullah bersabda,
“Barangsiapa yang dikehendaki oleh Allah mendapatkan kebaikan, maka Ia akan dipahamkan
oleh Allah terhadap agamanya.” (H.R. Bukhari dan Muslim).

4. Ilmu merupakan syarat untuk diterimanya suatu amalan. Rasulullah bersabda:


“Barangsiapa mengamalkan sesuatu yang tidak ada landasannya dalam urusan kami, maka
amalnya tertolak.” (H.R. Muslim).

Islam adalah suatu agama yang ajaran-ajarannya diwahyukan Tuhan kepada


masyarakat manusia melalui Nabi Muhammad SAW, sebagai Rasul, yang didalamnya
membawa ajaran-ajaran yang bukan mengenal satu segi, tetapi berbagai segi kehidupan,
karena didalam ajaran tersebut menyangkut masalah aqidah, syari’ah dan akhlak yang
bersumber kepada Al-Qur’an hadist. Selain itu juga terdapat komponen dalam al-Qur’an
perkataan ilmu yakni pengetahuan tentang sesuatu yang mengandung kejelasan. Ilmu
merupakan salah satu hasil usaha manusia untuk memperadab dirinya dan setiap ilmu
tersebut dapat dianggap suatu sistem yang menghasilkan kebenaran. Yang kebenaran tersebut
hendaklah kita cari dan tidak mengenal waktu karena ini merupakan kewajiban kita. Yang
sumbernya bisa dari akal, terlebih lagi yang bersumber lagi dari wahyu berupa al-Qur’an dan
al-Hadist. Al-Qur’an dan Al-hadist merupakan pedoman kehidupan bagi manusia begitu juga
dasar seorang ilmuwan dalam melaksanakan apa yang telah ia miliki karena di dalam al-
Qur;’an sangat jelas sekali tentang pedoman umat manusia dan sebagai seorang ilmuwan
hendaklah bertanggung jawab terhadap lingkungannya yang dilandasi dengan iman dan
takwa.

Menurut kamus besar bahasa Indonesia memiliki dua pengertian ; yaitu:

1) Ilmu pengetahuan diartikan sebagai pengetahuan tentang suatu bidang yang disusun
secara bersisitem menurut metode-meotde tertentu yang dapat digunakan menerapkan gejala-
gejala tertentu dibidang (pengetahuan)tersebut, seperti ilmu hukum, pendidikan, ekonomi dan
sebagainya
2) Ilmu pengetahuan diartikan sebagai suatu pengetahuan atau kepandaian, tentang soal
dunia,akhirat, lahir, bathin,dan sebagainya seperti ilmu akhirat, ilmu batin, ilmu akhlak, ilmu
sihir dan sebagainya.

Dalam menuntut ilmu pengetahuan tersebut ada dua sumber yaitu wahyu dan akal
Yang antara keduanya tidak bisa dipisahkan dan tidak boleh bertentangan karena manusia
yang dikaruniai akal fikiran di beri kebebasan untuk mengembangkan akalnya selama dalam
pelaksanaannya tetap mengikuti tuntutan wahyu dan tidak bertentangan dengan syari’at
Islam. Walaupun pada prinsipnya Allah SWT merupakan sumber pengetahuan utama yang
memberikan pengetahuan kepada manusia. Oleh karena itulah munculnya sifat ilmu
pengetahuan, ada yang bersifat abadi (Perenial knowledge) yang mana tingkat kebenaraanya
bersifat absolut (mutlak), karena sumbernya dari Allah berupa ayat-ayat Quraniyah yang
menghasilkan pengetahuan keagamaan (religious sciences), misalnya berupa al-qur;an,
sunnah, siroh nabi, tauhid, hukum Islam, bahasa arab dan ada yang bersifat perolehan yang
mana tingkat kebenaraanya bersifat nisbi (relative) karrena sumbernya dari akal fikiran
manusia berupa ayat-ayat kauniyah, yang menghasilkan pengetahuan rasional (rational
sciences) Misalnya ilmu seni sastra, bahasa, ilmu filsafat, pendidikan, ekonomi, politik,
sejarah dan lain-lain.1

Kedudukan akal dalam Islam sangat penting karena akal merupakan wadah yang
menampung akidah, syari’ah, serta akhlak. Dengan menggunakan akal secara baik dan benar,
sesuai dengan petunjuk Allah, maka manusia akan merasa selalu terikat dan dengan sukarela
mengikatkan diri pada Allah serta dapat mewujudkan sesuatu karena akal adalah kehidupan
dan hilang akal adalah kematian. Namun, kedudukan dan peranan akal dalam ajaran Islam
tidak boleh bergerak dan berjalan tanpa bimbingan wahyu yang fungsinya untuk meluruskan
akal.

Agama mempunyai ajaran-ajaran yang diyakini turun kepada masyarakat manusia


melalui wahyu. Artinya ajaran tersebut berasal dari Tuhan karena itu bersifat benar dan tidak
akan berubah-rubah sekalipun manusia merubahnya menurut perkembangan zaman. Ia
merupakan dogma tidak akan dirubah menurut peredaran masa. Wahyu merupakan sabda
Allah kepada pilihank-Nya untuk disampaikan kepada kepada manusia sehigga menjadi
pedoman kehidupan baik didunia maupun di akhirat. Sebaliknya ilmu pengetahuan, tidak

1
Rahman Assegaf: 2005:94
kenal dan tidak terikat pada waktu karena ilmu pengetahuan berpijak dan terikat pada
pemikiran rasional.

Dengan demikian akal dan wahyu merupakan sokoguru ajaran Islam, namun perlu di
tegaskan bahwa wahyu yang pertama dan utama sedangkan akal adalah yang kedua.
Wahyulah, baik yang langsung dibaca dalam kitab suci al-Qur’an maupun yang tidak langsug
melalui sunnah Rasulullah yang kini dapat dibaca dalam hadist yang sahih, yang memberi
tuntunan, arah dan bimbingan pada akal\ manusia. Begitu pula akal manusia hendaknya
dimanfaatkan dan dikembangkan secara baik dan benar untuk memahami wahyu dan berjalan
sepanjang garis-garis yang telah ditetapkan Allah dalam wahyu-Nya.

B. Landasan Ilmu Perspektif Islam


Dari perspektif agama Islam, semua ilmu pengetahuan bersumber pada Allah SWT,
yang diketahui oleh manusia melalui wahyuNya yang tercantum dalam kitab suci AlQur‟an.
Sebagai sumber pengetahuan yang utama sesungguhnya Al-Qur‟an telah memberikan banyak
informasi dan petunjuk mengenai cara manusia memperoleh ilmu pengetahuan. Beberapa
ayat Al-Qur‟an mengisyaratkan agar AlQur‟an dijadikan sebagai sumber ilmu dengan
memakai katakata antara lain: ya‟qilun (memikirkan),dan yudabbirun (memperhatikan).
Adapun petunjuk-petunjuk Al-Qur‟an tentang cara-cara memperoleh pengetahuan atau
kebenaran pada dasarnya ada 3 macam, yaitu melalui panca indera, melalui akal, dan melalui
wahyu.

Sumber ilmu adalah Al-Quran dan Sunnah Rasulullah SAW. Al-Quran adalah kitab
suci yang diwahyukan oleh Allah SWT kepada Nabi Muhammad SAW sebagai pedoman
hidup umat manusia. Sedangkan Sunnah Rasulullah SAW adalah tuntunan dan contoh
teladan yang ditinggalkan oleh Nabi Muhammad SAW dalam berbagai aspek kehidupan.
Selain itu, sumber ilmu dalam perspektif Islam juga mencakup pemikiran dan pandangan
para ulama dan cendekiawan Islam yang dihasilkan melalui proses ijtihad (upaya untuk
menemukan hukum Islam berdasarkan Al-Quran dan Sunnah) dan tarjih (penyelesaian
perbedaan pendapat). Oleh karena itu, untuk memperoleh pengetahuan yang benar dan tepat
dalam perspektif Islam, sumber-sumber tersebut harus menjadi acuan utama. Selain itu,
penting juga untuk mempelajari dan memahami konteks sejarah dan budaya di mana ajaran
Islam muncul dan berkembang, sehingga dapat dipahami secara lebih utuh dan mendalam.

Berikut ini adalah beberapa dalil dan hadis yang terkait dengan sumber ilmu dalam perspektif
Islam:
Al-Quran

‫َش ۡه ُر َر َم َض اَن ٱَّلِذ ۤی ُأنِز َل ِفیِه ٱۡل ُقۡر َء اُن ُه ࣰدى ِّللَّناِس َو َبِّیَنٰـ ࣲت ِّم َن ٱۡل ُهَد ٰى َو ٱۡل ُفۡر َقاِۚن َفَم ن َش ِهَد ِم نُك ُم ٱلَّشۡه َر َفۡل َیُصۡم ُۖه َو َم ن َك اَن‬
‫َم ِریًضا َأۡو َع َلٰى َس َف ࣲر َفِع َّد ࣱة ِّم ۡن َأَّیاٍم ُأَخ َۗر ُیِریُد ٱُهَّلل ِبُك ُم ٱۡل ُیۡس َر َو اَل ُیِر یُد ِبُك ُم ٱۡل ُع ۡس َر َو ِلُتۡك ِم ُلو۟ا ٱۡل ِع َّدَة َوِلُتَك ِّبُرو۟ا ٱَهَّلل َع َلٰى َم ا َهَد ٰى ُك ۡم‬
‫َو َلَع َّلُك ۡم َتۡش ُك ُروَن‬

"Allah menurunkan Al-Quran itu dengan sebenarnya dan sebagai petunjuk bagi manusia dan
sebagai penjelasan dari petunjuk-petunjuk yang ada dalam Al-Quran itu dan sebagai pemisah
antara yang hak dan yang bathil." (QS. Al Baqarah: 185)

‫َو َك َتْبَنا َع َلْيِهْم ِفْيَهٓا َاَّن الَّنْفَس ِبالَّنْفِس َو اْلَع ْيَن ِباْلَع ْيِن َو اَاْلْنَف ِباَاْلْنِف َو اُاْلُذ َن ِباُاْلُذ ِن َو الِّس َّن ِبالِّس ِّۙن َو اْلُجُرْو َح ِقَص اٌۗص َفَم ْن َتَص َّد َق‬
‫ٰۤل‬
‫ِبٖه َفُهَو َك َّفاَر ٌة َّلٗه ۗ َو َم ْن َّلْم َيْح ُك ْم ِبَم ٓا َاْنَز َل ُهّٰللا َفُاو ِٕىَك ُهُم الّٰظ ِلُم ْو َن‬

"Dan Kami turunkan kepadamu (Muhammad) Al-Quran dengan membawa kebenaran,


membenarkan apa yang sebelumnya dan sebagai penjelas kitab-kitab yang ada sebelumnya
serta sebagai petunjuk dan rahmat bagi orang-orang yang beriman." (QS. Al-Maidah: 48)

Hadis

Dari Abdullah bin Mas'ud RA, Rasulullah SAW bersabda: "Cari lah ilmu dari ayunan sampai
ke liang kubur." (HR. Al-Bukhari)

‫َم ْن َس َلَك َطريقا َيْبَتغي فيه ِع ْلما َس َّهل هللا له طريقا إلى الجنة‬

Dari Abu Darda' RA, Rasulullah SAW bersabda: "Siapa yang menempuh jalan untuk mencari
ilmu, maka Allah SWT akan mudahkan jalan baginya menuju surga." (HR. Muslim)

Dari Anas bin Malik RA, Rasulullah SAW bersabda: "Tidaklah Allah SWT menurunkan
suatu penyakit kecuali Dia menurunkan pula obatnya." (HR. Muslim)

Dalam Al-Qur‟an ada beberapa ayat yang menyuruh manusia menggunakan


inderanya dalam mencari ilmu pengetahuan, yaitu dengan penggunaan kata-kata seperti: qala
(menimbang), qadara (ukuran/ketentuan), dan lain-lain. Katakata itu menisyaratkan bahwa
pengetahuan itu dapat diperoleh melalui observasi terhadap segala sesuatu yang merupakan
dasar dari pemikiran, perhitungan, dan pengukuran. Terlepas dari kelemahan-kelemahan yang
dimiliki oleh indera manusia, adalah diakui bahwa indera memilki kemampuan yang kuat 137
dalam memperoleh pengetahuan. Dengan indera dapat dilakukan observasi dan ekperimen.
Di dalam Al-Qur‟an terdapat metodologi pengetahuan yang memperkuat adanya
pengetahuan indera itu, namun Al-Qur‟an juga menerangkan keterbatasan indera manusia
sebagai alat untuk memperoleh pengetahuan yang benar. Al-Qur‟an mengecam orang-orang
yang hanya mengandalkan inderanya untuk memperoleh kebenaran, misalnya yang
dikisahkan oleh Al-Qur‟an tentang kaum Nabi Musa yang ingin melihat Tuhan secara
langsung. Al-Qur‟an juga menyebutkan adanya realitas yang tidak bisa diamati dengan
indera, yang menunjukkan bahwa indera itu terbatas jangkauannya dalam mencapai
kebenaran (lihat Mehdi Ghulsyani, 2003).

Di atas pengetahuan indera masih ada pengetahuan yang lebih tinggi yaitu
pengetahuan akal. Adanya pengetahuan itu dapat dipahami dari beberapa kata yang dipakai
dalam AlQur‟an seperti: tafakkur (merenungkan), ta‟aqqul (memikirkan), tafaqquh
(memahami), dan lain-lain. Kata-kata itu menunjukkan kepada akal sebagai metode bagi
manusia untuk memperoleh ilmu. Meskipun hampir semua ulama dan ahli filsafat Islam
mengakui akal sebagai sumber pengetahuan, namun pendapat mereka tentang tingkat
kepentingannya berbeda-beda. Sebagian ahli filsafat sangat melebihkan pentingnya akal,
yaitu oleh ahli-ahli filsafat rasionalis atau golongan Muktazilah dan pengikut-pengikut
Syi‟ah, yang mengatakan bahwa dengan akal kita akan dapat menanggapi segala sesuatu
termasuk wujud Allah, kebaikan, keburukan dan hal-hal yang ghaib.2

C. Pembagian ilmu dalam perspektif islam


1. Islam membagi ilmu yang wajib dipelajari ke dalam 2 kelompok, yaitu
a. Fardhu 'ain : Yaitu ilmu yang wajib dipelajari oleh setiap muslim tanpa kecuali,
dimana didalamnya termasuk aqidah, ibadah, tazkiyyah-nafs, akhlaq, dan lain lain.
Jika seorang muslim tidak mengetahui dan mempelajarinya maka ia berdosa.
Mengapa demikian? Hal ini dikarenakan ilmu ini harus dimiliki oleh setiap orang agar
kehidupan pribadinya selamat di dunia dan di akhirat, dan agar kehidupan
bermasyarakat juga menjadi terjaga dan berjalan denganbaik.
Pada masa kini, dimana ilmu jenis ini dilalaikan oleh sebagian besar kaum muslimin,
maka yang terjadi adalah kekacauan, baik dalam kehidupan individual maupun dalam
kehidupan bermasyarakat dan bernegara. Terjadinya tawuran pelajar, meningkatnya
kriminalitas, penyalahgunaan Narkoba, meningkatnya penderita AIDS, dan lain lain
menunjukkan hal ini.
b. Fardhu kifayah : Yaitu ilmu yang diwajibkan untuk dipelajari oleh sebagian kaum
muslimin sehingga terpenuhinya kecukupan atau kebutuhan akan ilmu tersebut.
Tetapi apabila kecukupan itu tidak tercapai, maka kaum muslimin menjadi berdosa
semuanya. Contohnya adalah ilmu-ilmu alam, sosial, hadits, tafsir, bahasa Arab, dan
lain lain. Hal ini sangat sesuai dengan kondisi kebutuhan manusia, karena ilmu jenis
ini tidak harus dipelajari oleh semua orang (berbeda dengan kelompok ilmu pertama

2
Mehdi Ghulsyani (2003). Filsafat Sains Menurut Al-Quran. Penerbit Mizan, Bandung
diatas), melainkan Islam menghargai spesialisasi sesuai dengan disiplin ilmu yang
diminati oleh masing-masing orang.
2.Pembagian ilmu menurut ulama
Di antara ulama ada yang membagi ilmu pada dua persoalan pokok, Yaitu ilmu yang
terpuji dan ilmu yang tercela.
Yang termasuk ilmu yang terpuji adalah:
1. Ilmu Ushul (dasar), yaitu kitabullah, sunnah Rasulullah s.a.w, ijma umat dan
perkataan para sahabat.
2. Ilmu Furu' (cabang) yaitu apa yang difahami dari dasar-dasar ini, berupa berbagai
pengertian yang memberikan tanda kepada akal, sehingga akal dapat memahaminya.
3. Ilmu Pengantar, yaitu ilmu yang berfungsi sebagai alat, seperti ilmu bahu, sorof, ilmu
balaghah yang fungsinya untuk memahami kitabullah dan sunnah Rasulullah.
4. Ilmu Pelengkap, seperti ilmu qira'ah, makhraj huruf, ilmu rujalul hadis dll.

Sedangkan, yang termasuk ilmu tercela adalah:


1. Ilmu yang memudhoratkan dan tidak bermanfaat, seperti ilmu sihir dan ilmu nujum
(perhitungan)
2. Ilmu materialisme yang bertentangan dengan ilmu kenabian, yang kesemuanya
ditujukan untuk kesombongan dan menunjukkan kekuatan.
3. Ilmu dunia yang melalaikan akhirat.
4. Ilmu yang tidak diamalkan dan disembunyikan oleh pemiliknya.
5. Ilmu yang menimbulkan perselisihan dan kedengkian dan lain-lain.

Rasulullah Sallallahu Alaihi Wasallam bersabda: "Adapun untuk urusan kalian, maka kalian
lebih mengetahui sedangkan untuk urusan dien ini, maka kembalikanlah kepadaku"

1. Bahwa ilmu pengetahuan yang dipelajari tersebut haruslah tidak ada


pemisahan/sekularisasi ilmu yang bertujuan mengkotak-kotakkan antara
ilmu dengan agama. Sehingga dalam Islam tidak dikenal adanya ilmu
untuk ilmu, atau seni untuk seni, sehingga bebas dari aturan-aturan dan
norma-norma agama. Semua ilmu, seni, politik, hukum dan semua aspek
kehidupan seorang muslim tidak bisa dan tidak boleh lepas dari tatanan
yang telah digariskan oleh Allah SWT dan Rasul-Nya. Kalau tidak
demikian maka keislamannya dipertanyakan (QS 4 : 65).

D. Ciri-ciri ilmu dalam perspektif islam


Dalam perspektif Islam, terdapat beberapa ciri-ciri yang dapat digunakan untuk
mengidentifikasi ilmu. Berikut adalah beberapa ciri-ciri ilmu dalam perspektif Islam:
1. Keilmuan didasarkan pada Al-Quran dan As-Sunnah

Ilmu dalam perspektif Islam haruslah didasarkan pada sumber-sumber utama agama Islam,
yaitu Al-Quran dan As-Sunnah. Setiap ilmu harus dapat dihubungkan dengan ajaran agama
Islam dan tidak bertentangan dengan nilai-nilai agama.

2. Keilmuan didasarkan pada akal sehat

Selain didasarkan pada Al-Quran dan As-Sunnah, ilmu dalam perspektif Islam juga haruslah
didasarkan pada akal sehat. Oleh karena itu, dalam Islam, akal dan agama tidak dipisahkan,
melainkan dianggap sebagai satu kesatuan yang harmonis.

3. Keilmuan dapat digunakan untuk meningkatkan kualitas hidup

Ilmu dalam perspektif Islam tidak hanya dipandang sebagai suatu pengetahuan yang bersifat
akademis, namun juga dapat digunakan untuk meningkatkan kualitas hidup. Dalam Islam,
ilmu digunakan untuk mengembangkan keahlian dan kemampuan, serta memecahkan
masalah yang dihadapi oleh manusia.

4. Keilmuan harus dijadikan sarana untuk mengenal Allah

Ilmu dalam perspektif Islam haruslah dijadikan sarana untuk mengenal Allah dan
memperoleh kebenaran yang diterima oleh agama Islam. Oleh karena itu, ilmu harus diambil
dari sumber-sumber yang benar dan diarahkan untuk mengarahkan manusia kepada Tuhan.

5. Keilmuan harus memberikan manfaat kepada umat manusia

Ilmu dalam perspektif Islam haruslah memberikan manfaat bagi umat manusia. Oleh karena
itu, ilmu harus diterapkan dalam kehidupan sehari-hari untuk meningkatkan kesejahteraan
manusia dan memajukan peradaban umat manusia.

6. Keilmuan harus diambil dengan niat yang benar

Dalam Islam, niat sangat penting dalam setiap tindakan, termasuk dalam mengambil ilmu.
Oleh karena itu, ilmu harus diambil dengan niat yang benar, yaitu untuk memperoleh
keberkahan dari Allah dan meningkatkan kualitas hidup manusia.

E Manfaat ilmu
Kewajiban Menuntut Ilmu Salah satu keistimewaan yang memiliki manusia adalah
manusia memiliki akal karena dengan akal bisa mencari ilmu pengetahuan dan dengan ilmu
pengetahuan tersebut manusia bisa dibedakan dengan makhluk yang lain. Hal ini sangat jelas
tersirat dalam al-Qur’an tentang kisah Nabi Adam ketika ditanya oleh Allah tentang nama-
nama benda. Dalam surah al-baqoroh ayat 38 Allah berfirman memerintahkan kepada Adam
“Hai Adam beritahukanlah kepada mereka (malaikat dan iblis) nama-nama benda”, Adam
pun memberitahukan (dengan menyebut nama-nama benda) kepada malaikat dan Iblis di
depan Tuhan. Dari kisah ini semenjak manusia diciptakan maka manusia itu mempunyai
potensi ilmu dan mengembangkan ilmunya dengan izin Allah. dengan arti kata manusia
dituntut untuk mencari ilmu pengetahuan karena dengan pengetahuan dapat membedakan
antara manusia dengan malaikat dan makhluk lainnya dan melalui pengetahuan kita dapat
mencapai kebenaran dan kebenaran adalah nama lain dari Yang Nyata dan Yang Hakiki
(Allah).

Allah memerintahkan kepada manusia untuk berdo’a agar ilmunya bertambah namun
hendaknya juga harus diiringi dengan ikhtiar dengan belajar. Bahkan ada tuntunan Rasulullah
Saw untuk memerintahkan kepada kita untuk mencari ilmu sampai ke negeri cina sekalipun,
Hal tersebut ditujukan baik untuk laki-laki maupun perempuan, mulai dari ayunan sampai ke
liang lahat (kematian). Artinya ilmu tersebut hendaknya wajib di cari, dituntut oleh setiap
orang, selama hayat masih dikandung badan di mana ilmu itupun berada, karena mencari
ilmu juga merupakan nilai ibadah. Walaupun ilmu yang dituntut bukan hanya ilmu agama,
tetapi semua ilmu yang bermanfaat untuk manusia baik di dunia maupun di akhirat karena
barangsiapa menghendaki kebaikan untuk dunia maupun akhirat hendaklah dengan mencari
ilmu.

Begitu pentingnya mencari ilmu tersebut maka al-Qur’an menyebutkan perbedaan


yang jelas antara orang yang berilmu dengan orang yang tidak berilmu. Karena menurut al-
Qur’an hanya orang-orang yang berakal (yang berilmu) yang dapat menerima pelajaran
(QS.39:9). Dan hanya orang yang berilmu yang takut kepada Allah (QS.35:28). Hanya orang-
orang yang berilmu yang mampu memahami hakikat sesuatu yang disampaikan Allah melalui
perumpamaan-perumpamaan (missal) (QS.29:43). Karena itu, para nabi sebagai manusia
terbaik, dikaruniai pengetahuan. Allah mengajarkan kepada Adam nama-nama semua benda
(QS.2:31,33), dan menunjukkan kepada Ibrahim kerajaan langit dan bumi (QS.6:75),
mengajarkan kepada Isa Al-Kitab, hikmah, taurat, 5 dan Injil (QS.3:48). Di samping itu juga,
kepada nabi-nabi tertentu, Allah memberi ilmu khusus sehingga ia mempunyai kemampuan
yang unik. Misalnya kepada nabi Yusuf, Allah memberikan ilmu untuk menjelaskan arti
sebuah mimpi (QS. 12:6), kepada Daud diajarkan-Nya ilmu membuat baju besi, supaya ia
terlindung dari bahaya peperangan (QS.21:80), sedang kepada Sulaiman diberi pengetahuan
tentang bahasa burung (QS.27:16).3

Allah memberikan spirit atau dorongan agar seseorang itu berilmu pengetahuan
karena dalam surah Al-Mujadalah ayat 11 disebutkan bahwa “Niscaya Allah akan
meninggihkan orang-orang yang beriman di antara kamu dan orang-orang yang diberi ilmu
pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan”. Ayat ini
jelas sekali posisi terhormat bagi seorang ilmuwan. Namun sebelum kata “orang-orang yang
diberi ilmu pengetahuan” ayat tersebut di dahului dengan kata órang-orang yang beriman.
Hal ini dimaknai bahwa tidak semua orang yang beriman itu identik dengan berilmu, ada juga
sementara orang yang menyatakan diri sebagai muslim yang beriman tetapi tidak berupaya
menuntut ilmu pengetahuan. Begitu juga sebaliknya, seorang ilmuwan belum tentu beriman
kepada Allah. Namun heyndaknya prediket sebagai orang beriman dan berilmu hendaknya
dapat menyatu dalam kepribadiannya. Orang yang berilmu pengetahuan atau berpendidikan
tentulah tidak sama dengan orang yang tidak berilmu pengetahuan dan berpendidikan.

Pentingnya menuntut ilmu menurut agama Islam, dorongan serta kewajiban mencari
dan menuntut ilmu telah menjadikan dunia Islam pada masa lampau menjadi pusat
pengembangan ilmu dan kebudayaan dan di masa akan datang kejayaan tersebut akan
terulang karena adanya firman Allah : Kuntum khaira ummatin ukhrijat lin nas (kalian adalah
umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia), jika kita mau mempelajari dan mengamalkan
ajaran agama Islam secara menyuluruh.

3
Moh. Nor Wan Daud, 1977:36,37.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Dapat kami simpulkan bahwa, pembagian ilmu itu ada dua, yang pertama fardu a’in yaitu
ilmu yang wajib dipelajari oleh semua ummat muslim dan yang kedua fardu kifayah yaitu
ilmu yang wajib dipelajari untuk kelangsungan hidup kita di dunia. Maka dari itu pembagian
ilmu pengetahuan sangatlah penting agar kita mengetahui bagian-bagian yang lebih penting
untuk dipelajari dengan ilmu yang tidak bermanfaat, karena ilmu juga dibagi menjadi dua
yaitu ilmu terpuji dan ilmu tercela.
DAFTAR PUSTAKA

Syihabuddin. 2010. Pendidikan dan Bahasa dalam Perspektif Islam. Bandung: Rizqi.

Al-Ahwani, A.F. 1967. At-Tarbiyyah Fil Islam. Mesir: Dar Al-Ma’arif. Al-Hazimi, K.B.H. 2000. Ushulut
Tarbiyyah Al-Islamiyyah. Al-Mamlakah Al-Arabiyah As-Sa’udiyah: Dar ‘Alamil Kutub

Jurnal Soshum Insentif ISSN 2655-268X | 2655-2698 DOI : https://doi.org/10.36787/jsi.v2i1.106

Mehdi Ghulsyani (2003). Filsafat Sains Menurut Al-Quran. Penerbit Mizan, Bandung

https://www.academia.edu/21549667/makalah_pembagian_ilmu

Anda mungkin juga menyukai