Anda di halaman 1dari 18

HADIS KELEBIHAN MENUNTUT ILMU: KEMUDAHAN MENGGAPAI SYURGA

STUDI AL-QUR’AN DAN HADIS TEMATIK PENDIDIKAN ISLAM

Oleh :
Asriati Aulia Malik
NIM. 230401027

Dosen Pengampu:
Dr. Fathurrahman Muhtar, M.Ag.
NIP. 197403132001121001

PROGRAM MAGISTER PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

PASCASARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MATARAM

2023
Kelebihan Menuntut Ilmu : Kemudahan Menggapai Syurga

Asriati Aulia Malik

Email: 230401027.mhs@uinmataram.ac.id

Abstrak

Tulisan ini bertujuan untuk mengetahui kelebihan menuntut ilmu, yang dimulai dari
pengertian menuntut ilmu, kewajiban menuntut ilmu, serta kelebihan menuntut ilmu yang
memudahkan manusia menuju Syurga. Metode penelitian yang diterapkan dalam penelitian ini
adalah metode kepustakaan. Menuntut ilmu memiliki kedudukan yang istimewa dalam Islam,
yang diwajibkan oleh agama Islam. Menuntut ilmu bukan hanya kewajiban, tetapi juga memiliki
banyak kelebihan, seperti kemudahan menuju Syurga, mendapatkan ridha Allah serta
malaikatnya, dan dekat dengan para nabi di Syurga. Tulisan ini menguraikan makna dan
kewajiban menuntut ilmu dalam Islam, serta menjelaskan beberapa kelebihan yang ditekankan
dalam hadis. Menuntut ilmu bukan hanya tentang pengetahuan, tetapi juga tentang perjalanan
menuju pemahaman yang benar tentang agama dan kehidupan. Menuntut ilmu adalah jalan yang
harus diikuti oleh setiap Muslim dan Muslimah untuk mencapai kedekatan dengan Allah dan
keberhasilan dalam kehidupan dunia dan akhirat.

Keyword: Menuntut Ilmu, Kelebihan, Menggapai Syurga

Abstract

This writing aims to explore the benefits of seeking knowledge, beginning with an
understanding of seeking knowledge, the obligation of seeking knowledge, and the advantages of
seeking knowledge that ease one's path toward Paradise. The research method employed in this
study is the literature review method. Seeking knowledge holds a special position in Islam,
mandated by the Islamic faith. Seeking knowledge is not only an obligation but also carries
numerous advantages, such as facilitating the path to Paradise, earning Allah's pleasure and the
favor of His angels, and drawing closer to the prophets in Paradise. This article elucidates the
significance and obligation of seeking knowledge in Islam, as well as elucidates some of the
advantages emphasized in hadiths. Seeking knowledge is not merely about acquiring knowledge
but is also a journey toward a true understanding of religion and life. It is a path that every
Muslim and Muslimah should tread upon to attain closeness to Allah and success in both this
world and the hereafter.

Keywords: Seeking Knowledge, Advantages, Attaining Paradise

Pendahuluan

Pada hakikatnya manusia memerlukan ilmu dalam berkehidupan. Tidak ada keraguan
tentang signifikansi ilmu pengetahuan dalam kehidupan manusia. Dalam segala aspek, dari
tugas-tugas yang remeh hingga yang besar dan kompleks, pengetahuan menjadi kunci utama. Al-
Qur'an juga menggambarkan bahwa setelah Allah menunjuk Adam sebagai khalifah di dunia ini,
Adam diberikan ilmu pengetahuan sebagai persiapan untuk memenuhi perannya yang mulia. Hal
ini bertujuan agar Adam dapat dengan cakap melaksanakan tanggung jawabnya sebagai
khalifah.1 Untuk menjalankan peran sebagai khalifah di dunia ini, kita memerlukan ilmu
pengetahuan dan keterampilan. Dengan ilmu pengetahuan, kehidupan kita menjadi lebih mudah,
sementara keterampilan memungkinkan kita untuk berkontribusi dan berintegrasi dengan baik
dalam masyarakat di sekitar kita.2

Ilmu digunakan manusia sebagai pedomannya hidup di dunia, manusia tidak mampu jika
hanya mengandalkan instingnya saja, walaupun terkadang instingnya dapat dikatakan kuat.
Namun insting tetap terbatas, sehingga manusia membutuhkan ilmu. Karena kebutuhan tersebut,
sehingga secara naluri manusia mencari ilmu. Dalam mencari ilmu ini manusia akan menemukan
tantangan, baik dalam bentuk biaya, waktu, kesehatan, dan kecerdasan. Hal tersebut
membutuhkan kesabaran juga yang tak hingga. Manusia yang mampu menghadapi tantangan itu
merupakan orang-orang yang memiliki keikhlasan, semangat dan rasa rela berkorban. Ada

1
Abd Karim Amrullah, “Keutamaan Ilmu Dan Adab Dalam Perspektif Islam,” At-Ta’lim: Jurnal Kajian
Pendidikan Agama Islam, 1, 2 (April 2020): 34.
2
Aisyah Anggraeni, “Menegaskan Manusia Sebagai Objek Dan Subjek Ilmu Pendidikan,” Jurnal PPKn &
Hukum, 1, 15 (April 2020): 65.
manusia yang tidak berhasil dalam menuntut ilmu karena kurangnya rasa sabar yang dimiliki
dalam menghadapi tantangan.

Dalam perjalanan mencari ilmu, seseorang seringkali menemui kenyataan bahwa


dominasi dalam ranah ilmiah tidak selalu sejalan dengan keuntungan finansial yang segera dapat
diraih. Bahkan, mungkin saja individu tersebut harus menghadapi situasi di mana pengeluaran
uangnya melebihi pendapatan yang diperoleh. Semua ini dapat dianggap sebagai ujian yang
menguji tekad dan ketekunan. Namun, bagi mereka yang memandang hidup dengan dasar
keyakinan, tantangan-tantangan semacam itu tidak dianggap sebagai hambatan tak teratasi.
Motivasi utama mereka terletak pada iman kepada Allah, yang dianggap sebagai pendorong
utama yang memberikan bantuan, mempermudah jalannya, dan membimbing melalui setiap
rintangan dalam perjalanan mencapai pengetahuan. Karena itu dalam tulisan ini penulis akan
membahas mengenai kelebihan menuntut ilmu, yang dimulai dari pengertian menuntut ilmu,
kewajiban menuntut ilmu, serta kelebihan menuntut ilmu yang memudahkan manusia menuju
Syurga.

Metode

Metode penelitian yang di gunakan peneliti adalah metode penelitian kepustakaan


(library research), dengan objek penelitian jurnal tentang hadis kelebihan menuntut ilmu serta
didukung oleh beberapa jurnal dan buku lainnya.Penelitian ini fokus kepada hadiskemudahan
menggapai syurga. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kelebihan menuntut ilmu itu cukup
beragam dan salah satu atau hal yang ganjarannya paling tinggi menurut penulis adalah
kemudahan menggapai syurga.

Menurut Noeng Muhadjir, istilah penelitian kepustakaan atau penelitian literatur


merujuk pada suatu pendekatan penelitian yang lebih menekankan pengolahan secara filosofis
dan teoritis dibandingkan dengan uji empiris di lapangan. Dalam konteks ini, penelitian
kepustakaan mengandalkan analisis mendalam terhadap berbagai literatur, sumber tulisan, dan
referensi teoretis untuk mendapatkan pemahaman yang lebih mendalam tentang suatu topik atau
konsep. Dengan demikian, pendekatan ini menekankan pada pengembangan wawasan filosofis
dan kerangka teoritis sebagai landasan untuk pemahaman yang lebih komprehensif terhadap
subjek penelitian.3 Karena sifatnya teoritis dan filosofis , penelitian kepustakaan ini sering
menggunakan pendekatan filosofis (philosophical approach) daripada pendekatan yang lain.4

Pembahasan

A. Pengertian Menuntut Ilmu

Dalam kamus besar bahasa Indonesia menuntut berarti meminta dengan keras,
menagih, menggugat, berusaha keras untuk mendapatkan, berdaya upaya mencapai suatu
tujuan, dan menuju.5 Ilmu dalam kamus besar bahasa Indonesia berarti pengetahuan tentang
suatu bidang yang disusun secara bersistem menurut metode tertentu serta dapat digunakan
untuk menerangkan gejala tertentu dibidang itu. 6 Secara bahasa ilmu artinya mengetahui
sesuatu dengan benar.7 Dalam konteks yang lebih luas, tindakan menuntut ilmu dapat
diinterpretasikan sebagai sebuah proses yang melibatkan usaha aktif individu untuk menggali
dan memperoleh pemahaman yang akurat, komprehensif, dan mendalam mengenai berbagai
bidang pengetahuan. Tindakan ini tidak hanya mencakup penerimaan informasi secara pasif,
tetapi juga melibatkan keterlibatan aktif, analisis kritis, serta dedikasi terhadap pembelajaran
yang berkelanjutan. Dengan demikian, menuntut ilmu bukan sekadar merujuk pada akuisisi
fakta semata, melainkan merupakan suatu perjalanan intelektual yang mencakup eksplorasi
mendalam untuk memahami esensi dari pengetahuan itu sendiri.

Kata ilmu (‫ )ِع ْلم‬terdiri dari 3 huruf yakni ain, lam, dan mim. Dalam hal ini ‘ain yang
bentuknya terbuka memiliki makna bahwa ilmu tidak akan pernah habis, yang juga bermakna
seseorang yang mendapatkan ilmu harus memiliki pemikiran yang terbuka. Huruf ‘ain juga
berasal dari kata ‘illiyin yang berarti tempat yang tinggi, dengan makna seseorang yang

3
Taufik Mukmin, “Hubungan Pendidikan Dan Stratifikasi Sosial,” El-Ghiroh 15, no. 2 (September 2018).
30
4
Adurrahman, “Meningkatkan Nilai-Nilai Agama Pada Anak Usia Dini Melalui Pembinaan Akhlak,”
Jurnal Penelitian Keislaman 14, no. 1 (2018): 66.
5
David Moeljadi dkk, “Kamus Besar Bahasa Indoensia Jilid V” (Badan Pengembangan Bahasa dan
Pembukuan, Kementeian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, 2016), https://github.com/yukuku/kbbi4.
6
David Moeljadi dkk.
7
Yulian Purnama, Bagaimana Menuntut Ilmu? (Yogyakarta: Kangaswad Wordpres, 2020). Hlm. 5.
berilmu akan memiliki derajat yang tinggi sesuai dengan firman Allah dalam QS. Al
Mujadalah ayat 11:

‫۟ا ُك َّل ُأ ُت ۟ا ْل ْل َٰج‬ ‫َف َّل َّل‬


....... ....‫َي ْر ِع ٱل ُه ٱ ِذ يَن َء اَم ُن و ِم ن ْم َو ٱ ِذ يَن و و ٱ ِع َم َد َر ت‬

Artinya : “...Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-
orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat....” (QS. Al Mujadalah: 11).8

Kemudian huruf lam memiliki bentuk yang menjulang tinggi, yang bermakna orang
yang berilmu pasti Allah angkat derajatnya. Huruf lam ini berasal dari kata al-lutfhu yang
artinya lembut. Dimana hal tersebut juga dapat bermakna bahwa orang yeng berilmu pasti
memiliki jiwa yang lembut, sehingga tidak ada padanya sifat kasar yang suka mencaci maki.

Huruf mim dalam hal ini berada setelah huruf lam, dari atas ke bawah
mengisyaratkan makna bahwa walaupun seseorang memiliki ilmu yang tinggi hendaknya dia
bersikap tawaddhu’, dan tidak sombong. Karena ilmu adalah musuh bagi orang yang
sombong, layaknya air memusuhi tempat yang tinggi. Huruf mim ini berasal dari kata al
mulk yang berarti penguasa. Orang yang berilmu akan manjadi penguasa, serta pemimpin. 9
Ilmu adalah rangkaian pengetahuan yang menjadi penuntun bagi manusia untuk mencapai
tujuan hidup agar mendapat Ridla Allah SWT. Keberadaan ilmu mutlak harus dimiliki oleh
umat Islam, karena upaya untuk mendapatkannya adalah wajib.10

Kata ilmu memiliki akar kata dari bahasa Arab, yaitu ‘alama, yang memiliki arti
pengetahuan. Dalam konteks bahasa Indonesia, istilah ilmu seringkali diidentikkan dengan
istilah sains, yang berasal dari bahasa Inggris science. Kata science sendiri berasal dari
bahasa Yunani, yaitu scio dan scire, yang artinya pengetahuan. Secara etimologis, istilah
science melalui bahasa Latin scientia, memiliki makna dasar pengetahuan. Menurut definisi
Oxford Dictionary, ilmu diartikan sebagai suatu kegiatan intelektual dan praktis yang
mencakup studi sistematis tentang struktur dan perilaku dunia fisik dan alam melalui
pengamatan serta eksperimen. Dengan demikian, ilmu dapat dianggap sebagai suatu usaha

8
Abu Junda, Al-Qur’anul Karim Tajwid Triple Kode (Jakarta: Qultummedia, 2023). Hlm. 543
9
Dedi Kurniadi, Ilmu Itu Pelit (Suralaga: Pena Creative Institute, 2023). 7-8.
10
Agus Subairi, “Perintah Menuntut Ilmu Menurut Hadits,” Iqra’: Jurnal Ilmiah Keislaman 1, no. 1 (June
8, 2022). 86
sistematis untuk memahami dan menjelaskan fenomena alam dengan menggunakan metode
observasi dan uji coba, dengan tujuan membangun pengetahuan yang terorganisir dan dapat
dijelaskan secara logis.11

B. Kewajiban menuntut ilmu

Menuntut ilmu merupakan kewajiban, sebagaimana sabda nabi Muhammad saw.

‫َطَل ُب اْل ْل َف ْي َض ٌة َع َل ى ُك ُم ْس‬


‫ِل ٍم‬ ‫ِّل‬ ‫ِع ِم ِر‬

Artinya: "Menuntut ilmu itu diwajibkan atas diri setiap Muslim". (HR Ibnu Majah: 224).12

Menuntut ilmu itu wajib baik itu melalui jalur formal, non-formal, atau informal. Di
era saat ini, mengejar pengetahuan telah menjadi keharusan, termasuk di Indonesia, 13 yang
menerapkan program wajib belajar dua belas tahun. Oleh karena itu, saat ini mengejar
pengetahuan merupakan hal yang umum dilakukan oleh setiap orang, terutama mereka yang
berada dalam tahap (usia) pendidikan. Dalam Islam, kewajiban menuntut ilmu juga
ditekankan. Oleh karena itu, seorang Muslim atau Muslimah akan selalu mempertimbangkan
bagaimana cara dan di mana mereka dapat menuntut ilmu dengan baik.14

Menuntut ilmu tidak hanya dianggap sebagai kewajiban, tetapi juga sebagai
kebutuhan esensial bagi umat manusia. Terdidiknya manusia melalui pembelajaran
memainkan peran penting dalam memudahkan individu untuk menghadapi dan memenuhi
kebutuhan hidupnya. Proses belajar dipandang sebagai suatu makna pendewasaan yang
mendorong terwujudnya kehidupan yang lebih maju dan sejahtera, baik secara fisik maupun
spiritual. Dengan demikian, pemahaman dan penerapan ilmu dianggap sebagai fondasi untuk
meningkatkan kualitas hidup secara holistik. Dalam ajaran Islam, menuntut ilmu diwajibkan
bagi umatnya, seiring dengan pemahaman bahwa ilmu merupakan sarana terbaik untuk

11
Ivan Eldes, “Ilmu Dan Hakekat Ilmu Pengetahuan Dalam Nilai Agama,” Jurnal Al-Hikmah: Jurnal
Dakwah 9, no. 2 (December 1, 2015). 160
12
Ibnu Ibrahim Ba’adillah, Terjemahan Ihya’ Ulumiddin 1 : Ilmu Dan Keyakinan/Imam Al-Ghazali
(Jakarta: Gramedia, 2018).21
13
Muhammad Ghozali, “Menuntut Ilmu Sarana Pengembangan Diri Dalam Persepektif Islam,” Jurnal
Ilmiah Promis 2, no. 1 (April 12, 2021): 61–75. 62
14
Yeni Angelia and In’amul Hasan, “Merantau Dalam Menuntut Ilmu: Studi Living Hadis Oleh
Masyarakat Minangkabau,” Jurnal Living Hadis, 1, 2, no. 1 (Mei 2017). Hlm. 68
mencerdaskan umat dan membangun peradaban dunia. Keutamaan ini menjadi lebih
signifikan ketika ilmu tersebut diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, memberikan
kontribusi nyata terhadap kemajuan dan perbaikan masyarakat. Faktanya, wahyu pertama
yang diturunkan dalam ajaran Islam sangat berkaitan dengan perintah untuk menuntut ilmu,
memberikan dasar yang kuat untuk menghargai dan mencari pengetahuan dalam rangka
meningkatkan kualitas hidup dan mengembangkan peradaban.15

Adanya kewajiban tersebut juga timbul karena ilmu memiliki peran dan kedudukan
yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Seharusnya memberikan perhatian serius
dalam hal ini, yakni menuntut ilmu dan selalu berupaya memperolehnya, baik itu dalam ilmu
agama maupun ilmu dunia, karena akan berguna bagi masa depan terutama dalam persiapan
untuk akhirat.16

C. Kelebihan menuntut ilmu


Menuntut ilmu adalah salah satu nilai mendasar yang telah dipuji dan dijunjung tinggi
dalam berbagai budaya dan agama terutama agama Islam sepanjang sejarah manusia.
Keutamaan mengejar pengetahuan telah menjadi landasan penting bagi perkembangan
pribadi, kemajuan sosial, dan peradaban manusia. Ilmu dalam kerangka Ihya’ berkedudukan
sangat penting, secara jelas dikatakan oleh Imam al-Ghazali, ilmu itu sebagai asas kepada
segala usaha membangun insan, dengan adanya ilmu kita dapat mengenal dengan pasti
masalah, dapat merancang penyelesaiannya, dengan ilmu juga kita melaksanakan langkah
penyelesaiannya dengan sebaik mungkin.17 Dalam hal ini, penulis akan menyebutkan
beberapa saja kelebihan menuntut ilmu dalam Hadis.

15
Nurlia Putri Darani, “Kewajiban Menuntut Ilmu Dalam Perspektif Hadis,” Jurnal Riset Agama 1, no. 1
(2021): 133–44. 135
16
Rustina Nurdin, “Pemaknaan Hadis Anjuran Menuntut Ilmu Riwayat Muslim Dari Abu Hurairah Di
Kalangan Akademisi Kota Ambon,” Aqlam: Journal of Islam and Plurality 6, no. 2 (November 15, 2021).108.
17
Wan Suhaimi and Wan Abdullah, Khulasah Faham Ilmu: Kitab Al-’Ilm Imam Al-Ghazali (Kuala
Lumpur: Pertubuhan Pendidikan Futuwwah, 2019). 13.
1. Allah mudahkan menuju syurga
‫َو َم ْن َس َل َك َط يًق ا َي ْل َت ُس ي ْل ًم ا َس َّه َل الَّل ُه َل ُه َط ًق َل ْل َج َّن‬
‫ِب ِه ِر ي ا ِإ ى ا ِة‬ ‫ِم ِف ِه ِع‬ ‫ِر‬
Artinya: “siapa yang menempuh jalan untuk menuntut ilmu , Allah akan mudahkan jalan
menuju Syurga untuknya.” (HR. Muslim: 2699).18
Kalimat ‫ سلك من‬bermakna barang siapa yang masuk atau berjalan ‫ طرىقا‬pada suatu
jalan dekat atau pun jauh dengan tujuan untuk menambah ilmu pengetahuan akan
mendapatkan balasan tidak ternilai (surga). Dalam hal ini terdapat interkoneksitas antara
‫ طرىقا‬dengan ‫ا‬ZZ‫ علم‬, bahwa usaha pencarian ilmu harus melalui upaya yang sungguh-
sungguh, walaupun harus menempuh jarak yang jauh dari satu daerah ke daerah yang
lain. Fenomena ini ini telah diperlihatkan dalam sejarah Islam, dimana para murid turun
ke jalan pencarian ilmu (syadd al-rikal) kepada para tokoh-tokoh sentral dan menjadi ciri
khas pengetahuan tradisional. Kemudian kalimat ‫ سهل‬merupakan penegasan dari hadis
tersebut bahwa dalam kegiatan mencari ilmu, secara aksidental akan memberi manfaat,
yang secara normatif di dalam hadis ini, manfaat terbesarnya adalah balasan di akherat
kelak dengan term surga.19
Dari hadis di atas, dapat disimpulkan bahwa esensi atau substansi dari teks hadis
tersebut memberikan hikmah yang dapat dijadikan motivasi bagi kita. Hikmah tersebut
memberikan dorongan untuk mengapresiasi pentingnya pencarian pengetahuan.
Harapannya adalah bahwa pengetahuan yang diperoleh akan menginspirasi perubahan
positif pada individu, mengubahnya dari ketidaktahuan menjadi pengetahuan, dari
ketidakmampuan menjadi kemampuan, dan dari sifat tidak arif menjadi bijaksana. Lebih
lanjut, pengetahuan atau ilmu yang diperoleh dianggap sebagai petunjuk menuju
perubahan positif yang dapat membawa seseorang mendekati kebaikan. Dalam konteks
ini, pengetahuan diharapkan dapat menjadi landasan bagi individu untuk memahami jalan
menuju surga sebagai imbalan dari amal perbuatan baik yang dihasilkan. Selain itu, ilmu
juga diakui sebagai sarana untuk mengenali diri sendiri, memahami tujuan hidup,
mengetahui tugas, dan memahami kewajiban. Dengan demikian, pencarian ilmu tidak
hanya dianggap sebagai upaya untuk mendapatkan pengetahuan, tetapi juga sebagai

18
Ba’adillah, Terjemahan Ihya’ Ulumiddin 1 : Ilmu Dan Keyakinan/Imam Al-Ghazali. 20
19
Al Musthmainnah and Aan Setiawan, “Keutamaan Dan Kedudukan Menuntut Ilmu Dalam Islam (Majelis
Taklim),” El-FAKHRU 1, no. 1 (June 2022). 133
sarana untuk mengarahkan individu menuju perubahan positif dan pemahaman yang lebih
dalam tentang makna hidup serta tanggung jawab mereka.20
Ilmu merupakan jalur menuju surga, dicapai dengan niat ikhlas dan harapan ridho
Allah. Kesungguhan dalam menuntut ilmu, didasari oleh ketulusan dan harapan akan
ridho Allah, membuka jalan dekat dan mudah ke surga. Dengan ilmu bermanfaat dan
amal salih, seseorang dapat mencapai Allah dan surga, menggambarkan hubungan erat
antara pengetahuan, integritas, dan pahala rohaniah.21
Ilmu juga dianggap sebagai sumber pengetahuan yang membimbing manusia
menuju kebenaran, dipercayai sebagai pemandu yang dapat membantu setiap individu
mencapai kebahagiaan surga. Melalui penguasaan pengetahuan tentang kebenaran,
manusia memperoleh kemampuan untuk secara optimal mengambil tindakan yang sesuai
dengan nilai-nilai moral dan etika yang dianut. Lebih dari sekadar pemahaman konsep,
pengetahuan ini juga memberikan dorongan bagi mereka untuk menjauhi perbuatan atau
tindakan yang dianggap melanggar prinsip-prinsip moral yang diterima. Dengan konsep
ini, ilmu dilihat bukan hanya sebagai alat untuk memahami kebenaran, tetapi juga sebagai
panduan moral yang membimbing perilaku manusia menuju tindakan yang benar dan
menjauhi perilaku yang dianggap tidak benar.22

2. Diridhoi oleh Malaikat

‫ْل ْل‬ ‫َو َّن َمْلَال َك َة َل َتَض ُع َأ ْج َح َت َه ًض َط‬


‫ِم‬ ‫ِع‬ ‫ا‬ ‫ِن ا ِر ا ِل ِب‬
‫ِل‬‫ا‬ ‫ِإ ا ِئ‬

Artinya: “Sesungguhnya malaikat meletakkan sayapnya sebagai tanda ridha pada


penuntut ilmu.” (HR. Abu Daud: 3641; Ibnu Majah: 223).23

Hadis diatas menggambarkan mengenai kemuliaan serta kedudukan penuntut ilmu


dihadapan malaikat. Hadis tersebut juga memberikan kita pelajaran agar menaruh hormat

20
M. Fadholi Noer, “MENUNTUT ILMU SEBAGAI TRANSFORMASI PERUBAHAN PARADIGMA:
Studi Matan Hadis Nabi Saw. Dalam Sunan al-Tarmidzi, Kitab al Ilm an Rasulullah,Bab Fadhl Thallab al-Ilm. No.
Hadis 2572,” QATHRUNÂ 1, no. 01 (2014): 1–22. 11
21
Ahmad Darlis, “MOTIVASI PENGEMBANGAN ILMU PENGETAHUAN DALAM PERSPEKTIF
HADIS NABI,” POTENSIA: Jurnal Kependidikan Islam 3, no. 1 (June 13, 2017): 1–28. 10
22
Al Musthmainnah and Aan Setiawan, “Keutamaan Dan Kedudukan Menuntut Ilmu Dalam Islam (Majelis
Taklim).” 124
23
Ba’adillah, Terjemahan Ihya’ Ulumiddin 1 : Ilmu Dan Keyakinan/Imam Al-Ghazali. 20.
kepada seseorang yang menuntut ilmu, seperti penghafal al-Qur’an, pelajar hadis nabawi,
serta ilmu lainnya.

Disebutkan dalam hadis lain juga, kemuliaan orang berilmu didoakan oleh Allah
dan seluruh makhluk yang ada di langit ataupun di bumi. Dimana makhluk tersebut mulai
dari makhluk yang paling agung (malaikat) hingga makhluk yang paling kecil seperti
semut dan ikan.24 Berikut bunyi hadis tersebut.

‫َلَة‬ ‫َأْل‬ ‫َّل اَل َك َأ‬


‫ال َه َو َم ِئ َتُه َو ْه َل الَّس َم َو اِت َو ا َر ِض يَن َح َّت ى الَّن ْم ِف ي‬ ‫ (( َّن‬:‫قال رسول هللا صلى هللا عليه وسلم‬
‫ِإ‬
‫الَّن اِس ا ْي َر )) (رواه الترمذي عن أبي أمامة الباهلي‬
‫ْل َخ‬ ‫ُج ْح َه ا َو َح َّت ى اْل ُح وَت َل ُيَص ُّل َن َع َل ُم َع‬.
‫و ى ِّل ِم‬ ‫ِر‬

Artinya: Rasulullah saw bersabda: “Sesungguhnya Allah memberi banyak kebaikan, para
malaikat-Nya, penghuni langit dan bumi, sampai semut-semut di lubangnya dan ikan-ikan
selalu mendoakan orang-orang yang mengajarkan kebaikan kepada orang lain.” (HR.
Tirmidzi dari Abu Umamah Al-Bahili).

Al-Qariy menginterpretasikan bahwa dalam hadis tersebut, para malaikat Allah


yang disebutkan merujuk kepada para malaikat pembawa Arasy. Sementara itu, istilah
penghuni langit dikaitkan dengan para malaikat secara umum, dan frasa kata bumi
diartikan sebagai merujuk kepada manusia, jin, dan seluruh makhluk hidup di bumi.
Seluruhnya membaca sholawat atau mendoakan kepada orang alim yang mengajarkan
kebaikan, di mana kebaikan dalam konteks ini merujuk pada ilmu. Dalam konteks
spiritual yang mendalam, perlu dicatat bahwa istilah shalawat memiliki dimensi makna
yang kaya dan beragam, shalawat dari Allah yang menyiratkan anugerah dan rahmat,
shalawat dari malaikat yang bermakna sebagai doa memohonkan ampunan, dan shalawat
dari seluruh makhluk yang mencakup doa untuk pengampunan dan memohonkan rahmat
yang tak terhingga.25

Ibnu Qayyim mengemukakan pemikirannya mengenai keutamaan ilmu dengan


mengatakan bahwa jika kita melihat keunggulan ilmu hanya dari perspektif kedekatan
dengan Tuhan yang menciptakan alam semesta, hubungan dengan malaikat, dan
24
Abdul Majid Khon, Hadis Tarbawi: Hadis-Hadis Pendidikan (Jakarta: Kencana, 2014). 138
25
Khon. 137
pergaulan dengan penghuni langit, hal tersebut seharusnya sudah cukup untuk
menjelaskan keutamaan ilmu. Namun, ia menambahkan dimensi lain dengan mengatakan
bahwa prestise atau kemuliaan, baik di dunia maupun akhirat, selalu menyertai mereka
yang memiliki ilmu. Keagungan tersebut menjadi milik individu yang tekun menuntut
ilmu, dan hanya melalui ilmu, syarat untuk mencapai kemuliaan di dunia dan akhirat
dapat terpenuhi secara optimal. Oleh karena itu, Ibnu Qayyim menekankan peran sentral
ilmu sebagai kunci pembuka menuju keberhasilan dunia dan kebahagiaan akhirat.26

3. Lebih Baik Nilainya daripada Dunia dan Isinya

‫َم ا ِف ْيَه ا‬
‫َب اٌب َن اْل ْل َي َت َع َّل ُم ُه الَّر ُج ُل َخ ْي ٌر َل ُه َن الُّد ْن َي ا َو‬
‫ِم‬ ‫ِم ِع ِم‬

Artinya: “Seseorang yang mempelajari satu bab dari suatu ilmu masih jauh lebih baik
nilainya daripada dunia dan isinya.”27
Hadis diatas merupakan hadis hasan mengenai kelebihan menuntut ilmu yaitu
lenih baik dari dunia dan seisinya. Menuntut ilmu tidak hanya berkontribusi pada aspek
kehidupan dunia, tetapi juga menjadi jalan untuk mencapai kebahagiaan di dunia dan
akhirat. Tanpa ilmu, manusia tidak dapat melaksanakan berbagai aktivitas, mulai dari
mencari nafkah, beribadah, hingga memenuhi kebutuhan sehari-hari seperti makan dan
minum. Oleh karena itu, menuntut ilmu dianggap sebagai suatu keharusan yang tak dapat
diabaikan, terutama karena berkaitan dengan kewajiban seseorang sebagai hamba Allah
SWT.
Pemahaman akan kewajiban sebagai hamba Allah menjadi kunci penting, karena
tanpa pemahaman tersebut, seseorang mungkin kesulitan meraih kebahagiaan dan
keselamatan baik di dunia maupun di akhirat. Menyadari peran ilmu sebagai pondasi
untuk memahami dan melaksanakan kewajiban sebagai hamba Allah, seseorang dapat
mencapai kebahagiaan dan keselamatan yang sejati dalam hidupnya.28

26
Wikhdatun Khasanah, “Kewajiban Menuntut Ilmu Dalam Islam,” Jurnal Riset Agama 1, no. 2 (October
17, 2021): 296–307. 302
27
Ba’adillah, Terjemahan Ihya’ Ulumiddin 1 : Ilmu Dan Keyakinan/Imam Al-Ghazali. 20
28
Ika Ika et al., “Kewajiban Menuntut Ilmu Mengembangkan Dan Mengamalkannya,” Al-Tarbiyah : Jurnal
Ilmu Pendidikan Islam 1, no. 3 (July 31, 2023). 110.
Orang yang tidak sabar menghadapi kesulitan dalam proses belajar dihadapkan
pada risiko merasakan kebodohan dan kebutaan, seperti hidup tanpa mata. Namun, bagi
mereka yang memiliki kesabaran dalam menghadapi tantangan belajar, mereka akan
mengalami kemuliaan dalam kehidupan dunia maupun akhirat. Sahabat Ali menegaskan
bahwa ilmu memiliki nilai lebih tinggi dibandingkan dengan harta benda. Oleh karena
itu, kesabaran dalam proses pembelajaran tidak hanya membuka pintu menuju
pengetahuan, tetapi juga membawa keberkahan dan kemuliaan bagi individu dalam
kehidupan sekarang dan di masa depan.29

4. Dekat dengan Nabi di Syurga

‫ْس اَل َم َف َب ْي َنُه َو َبْي َن َأْل ْن َي َء ْل َج َّن َد َر َج ًة َو َد ًة‬ ‫َم ْن َج اَء ُه اَمْلْو َت َو ُه َو َي ْطُل ُب اْل ِع ْل َم ِل ُي ْح َي‬
‫اِح‬ ‫ا ِب ا ِف ي ا ِة‬ ‫ا‬ ‫ِه‬
‫ِي ِب ِإْل‬

Artinya: “Siapapun yang meninggal ketika ia sedang menuntut ilmu untuk tujuan
menyiarkan Islam, maka jaraknya dengan para Nabi di Syurga nanti hanya sekitar satu
tingkatan.” (HR. Imam Al-Darimi).30
Hadis diatas menyampaikan bahwa menuntut ilmu itu sangat mulia, serta
memiliki posisi yang sangat istimewa dari yang lain. Keistimewaan tersebut dirasakan di
dunia bagi semua manusia yang berakal sehat, karena itu pula berbagai belahan dunia
berpacu memajukan pendidikan. Dalam Islam juga begitu, menuntut ilmu masuk pada
kategori sangat istimewa, sehingga jika seseorang meninggal dunia saat sedang dalam
proses menuntut ilmu, maka dikatakan jaraknya dengan para Nabi di Syurga hanya satu
tingkatan (satu derajat).

29
Irham Irham, “Hadis Populer Tentang Ilmu dan Relevansinya dengan Masalah Pendidikan Islam,” AL
QUDS : Jurnal Studi Alquran dan Hadis 4, no. 2 (November 12, 2020): 235–58. 243.
30
Ba’adillah, Terjemahan Ihya’ Ulumiddin 1 : Ilmu Dan Keyakinan/Imam Al-Ghazali. 22
D. Kelebihan Menuntut Ilmu yang Memudahkan Manusia Menuju Syurga

Dalam hadis Rasullullah saw. Bersabda:

‫َو َم ْن َس َل َك َط يًق ا َي ْل َت ُس ي ْل ًم ا َس َّه َل الَّل ُه َل ُه َط ًق َل ْل َج َّن‬


‫ِب ِه ِر ي ا ِإ ى ا ِة‬ ‫ِم ِف ِه ِع‬ ‫ِر‬
Artinya: “siapa yang menempuh jalan untuk menuntut ilmu , Allah akan mudahkan jalan
menuju Syurga untuknya.” (HR. Muslim: 2699).
Hadis diatas menunjukkan kelebihan menuntut ilmu agama, serta Allah akan
memberikan kemudahan bagi orang yang menuntut ilmu, kemudahan apa? Kemudahan
untuk menempuh jalan menuju Syurga.31 Menurut Ibnu Hajar kata ‫ ِر ي ا‬diungkapkan
‫َط ًق‬

dalam bahasa yang lebih sederhana, begitu pula dengan kata ilmu yang berarti mencakup
jalan atau cara untuk mendapatkan ilmu agama sedikit ataupun banyak. Makna dari Allah
akan memudahkan jalan yaitu Allah akan memudahkan jalan baginya di dunia dan
akhirat nanti, atau memudahkan jalan baginya di dunia dengan cara memberikan hidayah
agar berbuat baik yang akan mengantarkannya menuju Syurga.
Dalam hadis di atas Rasulullah menggunakan pendekatan yang bersifat
fungsional. Rasulullah memberikan motivasi kepada umatnya untuk belajar dengan
menyampaikan keuntungan, manfaat, serta kemudahan yang akan didapatkan oleh
seseorang yang berusaha menuntut ilmu. Meskipun beliau tidak secara eksplisit
menggunakan kata-kata perintah (fi'il amr), namun pesannya bisa dianggap sebagai
sebuah perintah atau instruksi yang tersirat. Dalam hal ini memang seringkali
penyampaian motivasi seperti ini lebih efektif dibandingkan dengan perintah.. Karena
tidak ada orang beriman yang tidak ingin mendapatkan jalan menuju Syurga, semua
orang beriman akan ingin mendapatkan kemudahan tersebut, sehingga caranya adalah
dengan menempuh jalan menuntut ilmu dengan ikhlas karena Allah.32
Seseorang yang menuntut ilmu dapat dimudahkan dalam menuju Syurga karena
dengan bekal ilmu tersebut ia dapat mengetahui apa yang akan membawanya menuju
Syurga. Ilmu merupakan sesuatu hal yang sangat krusial bagi manusia, karena
melalui ilmu semua keperluan dan kebutuhan manusia dapat dipenuhi secara lebih efisien

31
Faishal bin Abdul Aziz Alu Mubarak, Riyadus Shalihin Dan Penjelasannya (Jakarta Timur: Ummul
Qura, 2014). 804.
32
Bukhari Umar, Hadis Tarbawi: Pendidikan Dalam Perspektif Hadis (Jakarta: Amzah, 2014). 13
dan mudah.33 Seseorang yang berilmu, mengetahui akidah dengan benar, cara beribadah
dengan benar, memiliki akhlak mulia, mengetahui akhlak yang dapat merusak akidah
tauhid, merusak pahala ibadah, serta memahami sifat dan perilaku buruk yang mestinya
dihindari. Maka ia akan terjaga dan membawanya menuju Syurga.34
Jalan menuntut ilmu ini merupakan salah satu jalan yang Allah berikan dan
tunjukkan bahwa sesungguhnya Syurga itu mudah didapatkan. Ikuti jalannya, lakukan
upayanya sesuai perintah dan petunjuk yang Allah berikan.

33
Ika et al., “Kewajiban Menuntut Ilmu Mengembangkan Dan Mengamalkannya.” 110.
34
Umar, Hadis Tarbawi: Pendidikan Dalam Perspektif Hadis.15.
Kesimpulan
Menuntut ilmu tidak hanya dianggap sebagai kewajiban semata, tetapi juga diakui
memiliki berbagai kelebihan yang signifikan. Salah satu kelebihan utama adalah
kemudahan dalam mencapai Syurga, mendapatkan ridho dari malaikat, lebih baik
nilainya daripada dunia seisinya, dan mendekatkan diri kepada para Nabi di Syurga. Ilmu
dianggap sebagai penuntun yang membimbing manusia untuk mencapai tujuan hidupnya
dan memahami ajaran agama dengan benar. Dengan demikian, pencarian ilmu dipandang
sebagai suatu upaya yang membawa manfaat spiritual dan mendekatkan individu kepada
nilai-nilai keagamaan yang benar.
Menuntut ilmu adalah panggilan tugas yang diwajibkan dalam Islam, dan hal ini
memberikan manfaat besar bagi kehidupan di dunia dan akhirat. Dengan mengejar
pengetahuan, manusia dapat memahami ajaran agama, berperilaku baik, dan menjadi
pemimpin dalam masyarakat. Selain itu, Allah akan memudahkan jalan menuju Syurga
bagi mereka yang tekun dalam menuntut ilmu. Oleh karena itu, pendidikan dan
pengetahuan harus menjadi prioritas utama dalam kehidupan setiap Muslim dan
Muslimah.
Refrensi

Adurrahman. “Meningkatkan Nilai-Nilai Agama Pada Anak Usia Dini Melalui Pembinaan
Akhlak.” Jurnal Penelitian Keislaman 14, no. 1 (2018): 66.
Al Musthmainnah, and Aan Setiawan. “Keutamaan Dan Kedudukan Menuntut Ilmu Dalam Islam
(Majelis Taklim).” El-FAKHRU 1, no. 1 (June 2022).
Amrullah, Abd Karim. “Keutamaan Ilmu Dan Adab Dalam Perspektif Islam.” At-Ta’lim: Jurnal
Kajian Pendidikan Agama Islam, 1, 2 (April 2020): 34.
Angelia, Yeni, and In’amul Hasan. “Merantau Dalam Menuntut Ilmu: Studi Living Hadis Oleh
Masyarakat Minangkabau.” Jurnal Living Hadis, 1, 2, no. 1 (Mei 2017).
Anggraeni, Aisyah. “Menegaskan Manusia Sebagai Objek Dan Subjek Ilmu Pendidikan.” Jurnal
PPKn & Hukum, 1, 15 (April 2020): 65.
Ba’adillah, Ibnu Ibrahim. Terjemahan Ihya’ Ulumiddin 1 : Ilmu Dan Keyakinan/Imam Al-
Ghazali. Jakarta: Gramedia, 2018.
Darani, Nurlia Putri. “Kewajiban Menuntut Ilmu Dalam Perspektif Hadis.” Jurnal Riset Agama
1, no. 1 (2021): 133–44.
Darlis, Ahmad. “MOTIVASI PENGEMBANGAN ILMU PENGETAHUAN DALAM
PERSPEKTIF HADIS NABI.” POTENSIA: Jurnal Kependidikan Islam 3, no. 1 (June 13,
2017): 1–28.
David Moeljadi dkk. “Kamus Besar Bahasa Indoensia Jilid V.” Badan Pengembangan Bahasa
dan Pembukuan, Kementeian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, 2016.
https://github.com/yukuku/kbbi4.
Eldes, Ivan. “ILMU DAN HAKEKAT ILMU PENGETAHUAN DALAM NILAI AGAMA.”
Jurnal Al-Hikmah: Jurnal Dakwah 9, no. 2 (December 1, 2015).
Faishal bin Abdul Aziz Alu Mubarak. Riyadus Shalihin Dan Penjelasannya. Jakarta Timur:
Ummul Qura, 2014.
Ghozali, Muhammad. “MENUNTUT ILMU SARANA PENGEMBANGAN DIRI DALAM
PERSEPEKTIF ISLAM.” Jurnal Ilmiah Promis 2, no. 1 (April 12, 2021): 61–75.
Ika, Ika, Asyifa Wasmin, Sastia Oktori, and Siti Nurhalimah. “Kewajiban Menuntut Ilmu
Mengembangkan Dan Mengamalkannya.” Al-Tarbiyah : Jurnal Ilmu Pendidikan Islam 1,
no. 3 (July 31, 2023).
Irham, Irham. “Hadis Populer Tentang Ilmu dan Relevansinya dengan Masalah Pendidikan
Islam.” AL QUDS : Jurnal Studi Alquran dan Hadis 4, no. 2 (November 12, 2020): 235–
58.
Junda, Abu. Al-Qur’anul Karim Tajwid Triple Kode. Jakarta: Qultummedia, 2023.
Khasanah, Wikhdatun. “Kewajiban Menuntut Ilmu Dalam Islam.” Jurnal Riset Agama 1, no. 2
(October 17, 2021): 296–307.
Khon, Abdul Majid. Hadis Tarbawi: Hadis-Hadis Pendidikan. Jakarta: Kencana, 2014.
Kurniadi, Dedi. Ilmu Itu Pelit. Suralaga: Pena Creative Institute, 2023.
Mukmin, Taufik. “HUBUNGAN PENDIDIKAN DAN STRATIFIKASI SOSIAL.” El-Ghiroh
15, no. 2 (September 2018).
Noer, M. Fadholi. “MENUNTUT ILMU SEBAGAI TRANSFORMASI PERUBAHAN
PARADIGMA: Studi Matan Hadis Nabi Saw. Dalam Sunan al-Tarmidzi, Kitab al Ilm an
Rasulullah,Bab Fadhl Thallab al-Ilm. No. Hadis 2572.” QATHRUNÂ 1, no. 01 (2014): 1–
22.
Nurdin, Rustina. “Pemaknaan Hadis Anjuran Menuntut Ilmu Riwayat Muslim Dari Abu
Hurairah Di Kalangan Akademisi Kota Ambon.” Aqlam: Journal of Islam and Plurality
6, no. 2 (November 15, 2021).
Purnama, Yulian. Bagaimana Menuntut Ilmu? Yogyakarta: Kangaswad Wordpres, 2020.
Subairi, Agus. “Perintah Menuntut Ilmu Menurut Hadits.” Iqra’: Jurnal Ilmiah Keislaman 1, no.
1 (June 8, 2022).
Umar, Bukhari. Hadis Tarbawi: Pendidikan Dalam Perspektif Hadis. Jakarta: Amzah, 2014.
Wan Suhaimi, and Wan Abdullah. Khulasah Faham Ilmu: Kitab Al-’Ilm Imam Al-Ghazali.
Kuala Lumpur: Pertubuhan Pendidikan Futuwwah, 2019.

Anda mungkin juga menyukai