2
1. Wajib Menuntut Ilmu:
Rasulullah SAW menegaskan bahwa menuntut ilmu adalah kewajiban bagi setiap Muslim
yang sudah baligh. Ilmu yang dimaksud melibatkan pemahaman tentang aqidah (keyakinan),
ibadah, hukum halal dan haram, akhlak, serta aspek-aspek lainnya yang terkait dengan
kehidupan sehari-hari.
2. Doa untuk Ilmu yang Bermanfaat:
Rasulullah SAW dalam doanya memohon kepada Allah ilmu yang bermanfaat dan
perlindungan dari ilmu yang tidak bermanfaat. Ini menekankan bahwa kualitas ilmu yang
diperoleh juga sangat penting, tidak hanya sebatas kuantitas.
Keutamaan-keutamaan ilmu ini menjadi dasar bagi pengembangan diri dalam ajaran
Islam. Menuntut ilmu bukan hanya sebagai kewajiban formal, tetapi juga sebagai cara untuk
mendekatkan diri kepada Allah dan memahami tata cara hidup yang Islami. Selain itu, doa
untuk ilmu yang bermanfaat menggarisbawahi pentingnya mengarahkan upaya pembelajaran
ke arah yang positif dan memberikan manfaat nyata.
Syekhul Islam Ibnu Taimiyah memberikan pandangan yang sangat mendalam mengenai
risalah Nabi Muhammad SAW. Ia menggambarkan bahwa risalah Nabi melibatkan dua aspek
utama, yaitu ilmu yang bermanfaat dan amal shalih. Ilmu yang bermanfaat dijelaskan sebagai
al Huda, sedangkan amal shalih disebut sebagai Dienul Haq. Dengan kombinasi ilmu yang
bermanfaat dan amal shalih, din Islam dapat tegak secara keseluruhan, termasuk dalam
keyakinan, perkataan, dan perbuatan.
Poin-poin utama dari pandangan Ibnu Taimiyah adalah:
1. Ilmu yang Bermanfaat dan Amal Shalih:
Ilmu yang bermanfaat dan amal shalih merupakan inti dari risalah Nabi Muhammad SAW,
sebagaimana tercantum dalam Al-Qur'an. Ilmu yang bermanfaat membawa petunjuk,
sementara amal shalih melibatkan ikhlas kepada Allah dan mengikuti ajaran Rasulullah.
2. Menuntut Ilmu sebagai Ibadah:
Menuntut ilmu dianggap sebagai ibadah yang agung dan utama. Allah menjadikannya
sebagai bagian dari jihad fisabilillah, seperti yang diungkapkan dalam surat At Taubah ayat
122. Hadits yang disampaikan oleh Rasulullah juga menekankan bahwa orang yang keluar
untuk mencari ilmu berada dalam sabilillah hingga kembali.
3. Ilmu sebagai Bekal:
Penuntut ilmu harus memiliki bekal/modal untuk mencapai keberhasilan dalam menuntut
ilmu. Imam Asy-Syafi'i menyatakan bahwa bekal tersebut melibatkan kecerdasan, semangat,
usaha sungguh-sungguh, biaya, petunjuk dari guru, dan waktu yang cukup. Ibnu Taimiyah
menekankan bahwa ilmu bagaikan cahaya yang menerangi, dan persiapannya harus serius
sebagaimana halnya cahaya matahari yang menyinari seluruh alam.
3
Pandangan ini memberikan pemahaman mendalam tentang pentingnya ilmu dalam Islam dan
betapa ilmu bukan hanya menjadi sarana untuk mendapatkan pengetahuan, tetapi juga sebagai
bekal untuk mengarungi kehidupan dengan penuh makna dan tujuan yang baik.
Sebagai penutup, marilah kita merangkum esensi dari materi di atas dengan mengambil
inspirasi dari pandangan Syekhul Islam Ibnu Taimiyah, kita memahami bahwa menuntut ilmu
bukan sekadar kewajiban, melainkan suatu bentuk jihad untuk meningkatkan pemahaman
tentang agama dan menciptakan amal shalih. Ilmu menjadi penerang dalam kehidupan, dan
dengan bekal yang cukup, kita dapat mencapai keberhasilan dan berkontribusi positif kepada
masyarakat, semoga kita senantiasa merajut perjalanan menuju ilmu dengan semangat yang
penuh keikhlasan, cerdas dalam penelusuran, dan sungguh-sungguh dalam usaha. Ilmu bukan
hanya sekadar pengetahuan, tetapi menjadi panduan hidup yang membawa kita mendekat
kepada Allah dan menciptakan dampak positif dalam masyarakat.
Terima kasih atas perhatian dan semangat untuk terus menuntut ilmu. Semoga setiap
langkah yang diambil dalam perjalanan ilmu menjadi langkah yang mendekatkan diri kepada
kebijaksanaan-Nya dan membawa manfaat bagi diri sendiri serta sekitar. Wassalamu'alaikum
wa rahmatullahi wa barakatuh.