Anda di halaman 1dari 8

Nama : Nur Ainun

NIM : 0301202264

Kelas : PAI / sem. II

Matkul : Ilmu Pendidikan Islam

Dosen : Dr. Mahariah, M. Ag

V. Batas, Kewajiban Menuntut Ilmu dan Mengajarkannya serta Tahapan-Tahapan


Pendidikan dalam Presfektif Islam

A. Pendidikan Sepanjang Hayat


Dalam arti luas pendidikan sepanjang hayat (Lifelong Education) adalah bahwa
pendidikan tidak berhenti hingga individu menjadi dewasa, tetapi tetap berlanjut
sepanjang hidupnya. Pendidikan sepanjang hayat menjadi lebih tinggi urgensinya
pada saat ini karena manusia perlu terus menerus menyesuaikan diri supaya dapat
tetap hidup secara wajar dalam lingkungan masyarakatnya yang selalu berubah.
Pendidikan sepanjang hayat mulai menjadi aktual saat topik itu dilontarkan oleh
UNESCO sebagai pandangan tentang pendidikan yang mengantisipasi perubahan-
perubahan yang ada di masyarakat seluruh dunia dan negara berkembang pada
khususnya. UNESCO dan lembaga internasional lainnya mulai melihat problem-
problem tertinggalan dan kemiskinan hanya dapat diatasi dengan pendidikan dalam
format yang menyesuaikan kebutuhan dan dikenakan pada berbagai kelompok umur
termasuk orang dewasa.
Ada beberapa cara untuk meninjau dasar pikiran mengenai pendidikan sepanjang
hayat, di antaranya, yaitu tinjauan ideologis, tinjauan ekonomis, tinjauan sosiologis,
tinjauan politis, tinjauan teknologis, tinjauan psikologis dan pedagogis.

Berikut ciri-ciri manusia yang menjadi pelajar sepanjang hayat :

1. Memiliki kesadaran bahwa dirinya harus belajar sepanjang hayat.


2. Memiliki pandangan bahwa belajar hal-hal yang baru merupakan cara logis untuk
mengatasi masalah.
3. Bersemangat tinggi untuk belajar pada semua level.
4. Menyambut baik perubahan.
5. Percaya bahwa tantangan sepanjang hidup adalah peluang untuk belajar hal baru.
6. Memiliki rasa ingin tahu yang tinggi.
7. Memiliki sifat kepercayaan diri atau optimisme yang tinggi.
8. Memiliki sifat ikhlas dan kesabaran dalam mencari ilmu pengetahuan sebanyak-
banyaknya.
9. Memiliki sifat konsistensi yang tinggi dan tidak putus asa untuk terus belajar.
10. Memiliki visi dan misi yang jelas dalam hidupnya.
11. Tuntutan pekerjaan.

Adapun karakteristik pendidikan sepanjang hayat yaitu:

1. Hidup, seumur hidup, dan pendidikan merupakan tiga istilah pokok yang
menentukan lingkup dan makna pendidikan seumur hidup.
2. Pendidikan tidaklah selesai setelah berakhirnya masa sekolah, tetapi merupakan
sebuah proses yang berlangsung sepanjang hidup.
3. Pendidikan seumur hidup tidak diartikan sebagai pendidikan orang dewasa, tetapi
pendidikan seumur hidup mencakup dan memadukan semua tahap pendidikan
(pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan sebagainya).
4. Pendidikan seumur hidup mencakup pola-pola pendidikan formal maupun pola-
pola pendidikan non-formal.
5. Pendidikan sepanjang hayat mampu menghilangkan tembok pemisahan antara
sekolah dengan lingkungan kehidupan nyata di luar sekolah.
6. Pendidikan sepanjang hayat mampu menempatkan kegiatan belajar sebagai bagian
dari proses hidup yang berkesinambungan.
7. Pendidikan sepanjang hayat lebih mengutamakan pembekalan sikap danmetode
dari pada isi pendidikan.
8. Pendidikan sepanjang hayat mampu menempatkan peserta didik sebagai individu
yang menjadi pelaku utama dalam proses pendidikan.
9. Pendidikan seumur hidup memiliki dua macam komponen besar yaitu pendidikan
umum dan pendidikan professional. Komponen tersebut tidaklah berpisah sama
sekali antara yang satu dengan yang lainnya dan saling berhubungan dan dengan
sendirinya bersifat interaktif.
10. Tujuan akhir pendidikan seumur hidup adalah mempertahankan dan
meningkatkan mutu hidup.
Adapun tujuan pendidikan sepanjang hayat ialah sebagai berikut:

1. Mengembangkan potensi kepribadian manusia sesuai dengan kodrat dan


hakikatnya, yakni seluruh aspek pembawaannya seoptimal mungkin.
2. Mengembangkan proses pertumbuhan dan perkembangan kepribadian manusia
bersifat hidup dan dinamis maka pendidikan wajar berlangsung selama manusia
hidup.
3. Menciptakan belajar untuk hidup (Learning to be) dan membentuk masyarakat
belajar (Learning society).
4. Sebagai pembelajaran mandiri (Self learning) yaitu menyesuaikan diri dengan
perubahan positif yang terus menerus dan berkembang dalam sepanjang
kehidupan manusia dan masyarakat serta menyiapkan diri guna mencapai
kehidupan yang lebih baik dimasa yang akan datang.
5. Membangun seseorang untuk meningkatkan produktivitas individu, organisasi,
tempat kerja, dan negara.
6. Mampu mengembangkan potensi, pengetahuan dan ketrampilan yang dimilikinya.

Dalam upaya meningkatkan kualitas suatu bangsa tidak ada cara lain kecuali melalui
peningkatan mutu pendidikan. Dari pemikiran itu UNESCO mencanangkan empat
pilar pendidikan sekarang dan masa depan yaitu learning to know, learning to do,
learning to be, dan learning to live together.

B. Kewajiban Menuntut Ilmu


Kewajiban menuntut ilmu telah diterangkan dalam al-Quran dan hadits. Belajar
merupakan sebuah kewajiban bagi setiap manusia, karena dengan belajar manusia
bisa meningkatkan kemampuan dirinya. Dengan belajar, manusia juga dapat
mengetahui hal-hal yang sebelumnya tidak ia ketahui. Selanjutnya, kita khususnya
sebagai umat muslim haruslah lebih memperhatikan lagi dalam hal belajar, karena di
dalam agama Islam sudah dijelaskan keutamaan bagi para penuntut ilmu. Allah
menerangkan anjuran untuk menuntut ilmu di dalam Al-Quran Q.S. Al-Mujadalah
ayat 11, yang artinya: “Hai orang-orang beriman apabila dikatakan kepadamu:
“Berlapang-lapanglah dalam majelis”, maka lapangkanlah niscaya Allah akan
memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan: “Berdirilah kamu”, maka
berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu
dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha
Mengetahui apa yang kamu kerjakan.”. Ayat tersebut menerangkan bahwa betapa
Allah akan mengangkat derajat mereka yang menuntut ilmu beberapa kali lebih tinggi
daripada yang tidak menuntut ilmu. Isyarat ini menandakan bahwa dengan ilmulah
manusia bisa menjadi lebih mulia, tidak dengan hartanya apalagi nasabnya. Dalam
sebuah hadits pun disebutkan tentang keutamaan mempelajari ilmu pengetahuan
dalam Islam, Rasulullah SAW bersabda yang artinya: “Siapa yang menempuh jalan
untuk mencari ilmu, maka Allah akan mudahkan baginya jalan menuju surga.” (HR.
Muslim, no. 2699). Dari kedua dalil di atas menerangkan bahwa umat Islam
diwajibkan untuk menuntut ilmu, karena Allah telah berjanji di dalam al-Qur’an
bahwa barang siapa yang pergi untuk menuntut ilmu maka Allah akan mengangkat
derajatnya, dan Rasulullah juga menjelaskan bahwa dengan belajar atau berjalan
untuk mencari ilmu maka Allah akan memudahkan jalannya menuju surga. Dan di
dalam kata-kata mutiara orang Arab juga menjelaskan tentang belajar, yang artinya:
“Tuntutlah ilmu dari buaian (bayi) hingga liang lahat.”. Bahwa kewajiban menuntut
ilmu itu sepanjang hidup kita dimulai dari kita dilahirkan sampai akhir hayat kita.
Kewajiban ini akan terus ada dan tidak akan terlepas hingga akhir hayat.

C. Pendidikan Pranatal (Tarbiyah Qobla al-Wiladah)


Pendidikan pranatal adalah pendidikan sebelum masa melahirkan. Masa ini ditandai
dengan fase pemilihan jodoh, pernikahan, dan kehamilan.
1. Fase Pemilihan Jodoh. Fase ini adalah fase persiapan bagi seorang yang sudah
dewasa untuk menghadapi hidup baru yaitu berkeluarga. Salah satu
pendidikan yang harus dimiliki oleh seorang yang sudah dewasa itu adalah
masalah pemilihan jodoh yang tepat. Sebab masalah ini sangat mempengaruhi
terhadap kebahagiaan rumah tangga nantinya.
2. Fase Pernikahan / Perkawinan. Menurut Abdullah Nasih Ulwan, masalah
perkawinan terdiri dari 2 aspek yakni perkawinan sebagai fitrah insani,
perkawinan sebagai kemaslahatan sosial. Ada beberapa aspek yang dijelaskan
oleh syariat Islam yang berhubungan dengan anjuran pernikahan/perkawinan
di antaranya adalah perkawinan merupakan sunnah Rasulullah, perkawinan
untuk ketentraman dan kasih sayang, perkawinan untuk mendapatkan
keturunan, dan perkawinan untuk memelihara pandangan dan menjaga
kemaluan dari kemaksiatan. Dalam khutbah nikah terkandung nilai-nilai
pendidikan yaitu: (1) peningkatan iman dan amal, (2) pergaulan baik antara
suami dengan istri, (3) kerukunan rumah tangga, (4) memelihara silaturahmi,
(5) mawas diri dalam segala tindak dan perilaku. Setelah pernikahan selesai,
maka suami istri sudah mulai bergaul dengan melakukan persetubuhan.
Sebelum bersetubuh disunatkan membaca do’a sebagai berikut: “Dengan
nama Allah, ya Allah jauhkanlah syetan dari kami dan jauhkanlah syetan itu
dari anak yang (mungkin) Engkau karuniakan kepada kami”(H.R
Muttafaq’alaih). Dalam do’a tersebut terkandung unsur pedagogis bahwa
lewat do’a ini para calon-calon orang tua telah mendidik dirinya dan cikal
bakal anaknya untuk senantiasa dekat kepada Allah dengan harapan yang
besar anaknya kelak menjadi hamba Allah yang sholeh.
3. Fase Kehamilan. Salah satu tujuan berumah tangga adalah untuk mendapatkan
keturunan, karena itu seorang istri sangat mengharapkan ia dapat melahirkan
seorang anak. Sebagai tanda seorang istri akan memiliki seorang anak adalah
melalui proses kehamilan selama kurang lebih 9 bulan. Agar dapat
memperoleh anak, Islam mengajarkan agar selalu bermohon kepada Allah
dengan membaca do’a seperti nabi Ibrahim, sebagai mana firman Allah SWT
yang artinya: “Ya tuhanku berilah aku anak yang shaleh” (QS. As-Shafat:
100). Menurut sabda Nabi masa kehamilan itu mempunyai beberapa tahapan.
Pertama:tahap nuthfah, tahap ini calon anak masih berbentuk cairan sperma
dan sel telur, keadaan ini berlangsung selama 40 hari. Kedua:tahap ‘alaqah,
setelah berumur 80 hari, nuthfah berkembang bagaikan segumpal darah kental
dan bergantung pada dinding rahim ibu. Ketiga:tahap mudghah, sesudah kira-
kira berusia 120 hari, segumpal darah tadi berkembang menjadi segumpal
daging. Pada saat itulah si janin sudah siap menerima hembusan ruh dari
Malaikat utusan Allah.

Pendidikan Islam masa pranatal, masa ini berlangsung sejak pertemuan sel telur
seorang ibu dengan spermatozoid seorang ayah sampai seorang bayi lahir secara
sempurna. Masa pranatal ini sangat penting artinya karena ia merupakan awal dari
kehidupan.

D. Pendidikan Pasca Natal (Tarbiyah Ba’da al Wiladah)


Pendidikan pasca natal adalah pendidikan setelah kelahiran anak. Pendidikan ini
terbagi menjadi lima fase, yaitu fase bayi, fase kanak-kanak, fase anak-anak (6-12
tahun), fase remaja, dan fase dewasa.
1. Fase Bayi. Masa bayi disebut juga masa mulut (oral phase). Fase bayi ialah
fase kehidupan manusia terhitung dari saat kelahiran sampai kira-kira berumur
dua tahun. Proses pendidikan pada masa pranatal bersifat tidak langsung,
maka pada masa bayi sudah mulai masuk ke dalam pendidikan yang langsung.
Di antara perkembangannya yang menonjol pada saat itu adalah indera
pendengaran. Indera pendengaran yang berfungsi cepat harus dimanfaatkan
untuk mendengarkan kata-kata suci. Pada bulan-bulan berikutnya hingga usia
dua tahun, si bayi sudah mengalami perkembangan yang pesat dari segi fisik
dan psikisnya. Kelima inderanya sudah berfungsi, si bayi sudah dapat
mengucapkan kata-kata, menangkap isyarat, berjalan dan sebagainya.
Perkembangan-perkembangan yang sedang dialaminya itu dapat digunakan
untuk menanamkan nilai-nilai agama. Demikian kira-kira pola pendidikan
bayi, walaupun pola masih sederhana, namun justru merupakan momen yang
menentukan bagi pendidikan berikutnya.
2. Fase Kanak – kanak
Masa kanak-kanak adalah masa selepas usia dua tahun hingga anak berusia 6
tahun. Masa kanak-kanak sering disebut sebagai masa estetika (karena pada
masa itu merupakan saat terciptanya perasaan keindahan), masa indera (karena
pada masa ini indera anak berkembang pesat dan merupakan kelanjutan dari
perkembangan berikutnya), masa menentang orang tua (karena dipengaruhi
oleh menonjolnya perkembangan berbagai aspek fisik dan psikis di suatu
pihak, disisi lain, belum berfungsinya kontrol akal dan moral).
Masa ini dibagi pula kepada dua fase yaitu:
a. Fase anal (1 – 3 tahun). Pada masa ini, menurut para ahli psikolog
kecerdasan anak dapat ditingkatkan dengan cara memberikan makanan
yang baik terutama zat putih telur dan anak selalu diajak
berkomunikasi dan bermain dengan macam-macam permainan yang
cocok dengan usianya.
b. Fase pra sekolah (3 – 6 tahun). Dalam mendidik anak usia ini, orang
tua harus mengambil jalan tengah, jangan terlalu lunak dan jangan
terlalu ekstrim. Orang tua harus memahami potensi-potensi yang
dimiliki oleh anak semasa itu. Fitrah merupakan modal bagi seorang
bayi, sebagai mana yang telah dijelaskan untuk menerima agama
tauhid dan tidak akan berbeda antara bayi yang satu dengan bayi yang
lainnya.
3. Fase Anak-Anak (6 – 12 tahun). Periode anak-anak dimulai sejak anak berusia
enam tahun sampai tiba saatnya individu menjadi matang. Pada masa ini anak
sudah mengenal Tuhan melalui bahasa, perasaan terhadap Tuhan sudah mulai
mengarah keadaan yang lebih positif bahkan hubungannya dengan Tuhan
telah dipenuhi oleh rasa aman dan percaya. Menurut Zakiah Daradjat,
memperkenalkan sifat-sifat Allah kepada anak-anak pada umur ini hendaknya
memiliki sifat-sifat Allah yang menyenangkan baginya seperti Allah Maha
Pengasih. Sifat-sifat Allah yang menakutkan seperti menghukum, mengazab,
janganlah diajarkan dulu karena hal tersebut dapat menimbulkan anak takut
dan benci kepada Allah, akibatnya anak menjauhkan diri dari Allah. Adapun
materi yang dapat diberikan pada anak ialah masalah keimanan, membaca Al
Quran, melaksanakan shalat, puasa, dan akhlak dengan metode pendidikan
agama yaitu metode keteladanan, pembiasaan, dan latihan, kemudian secara
berangsur-angsur diberikan penjelasan secara logis maknawi.
4. Fase Remaja. Masa ini berlangsung dari umur 12 sampai 21 tahun. Awal
remaja ditandai dengan dimulainya keguncangan, baik bagi laki-laki maupun
perempuan. Masa remaja ini ditandai dengan adanya perubahan gender.
Menurut Hurlock selain perubahan gender dan fisik terjadi pula perubahan
psikis, secara umum dapat dibedakan empat macam yaitu meningginya emosi,
perubahan minat dan peran yang diharapkan oleh lingkungan sosial,
perubahan minat dan pola tingkah laku, dan munculnya sikap ambivalen.
Remaja pada fase ini semakin mampu dan memahami nilai-nilai norma-norma
yang berlaku dalam kehidupan. Untuk itulah periode ini terjadi sangat baik
untuk membantu remaja guna menumbuhkan sikap bertanggung jawab dan
memahami nilai-nilai terutama yang bersumber dari agama islam. Dalam
konsep sederhana mereka perlu dikenalakan konsep agama tentang sikap yang
baik, rasa bertanggung jawab didalam kehidupan untuk mencapai keselamatan
di dunia dan akhirat.
5. Fase Dewasa. Usia dewasa dimulai sejak berakhirnya kegoncangan-
kegoncangan kejiwaan yang menimpa masa remaja. Dengan demikian usia
dewasa bisa dikatakan masa ketenangan jiwa, ketetapan hati dan keimanan
yang tegas. Pada umumnya ketika seseorang telah mencapai usia dewasa, dia
sudah mempunyai banyak ilmu pengetahuan dan pengalaman. Sedangkan
selainnya mereka langsung berhadapan dengan masalah pekerjaan, masalah
kemasyarakatan dan perkawinan. Atas dasar itu, pendidikan yang diberikan
pada mereka harus sesuai dengan situasi dan kondisinya. Pendidikan agama
islam bagi mereka masih dibutuhkan. Pendidikan pada masa orang dewasa
dengan melalui majelis taklim karena majelis ini dapat membina kedekatan
dan ikatan hamba dengan penciptanya akan semakin erat serta para pengikut
akan memperoleh ketenangan.

Anda mungkin juga menyukai