Sebagai manusia yang akan selalu berusaha untuk bekerja semaksimal
mungkin, menurut ajaran islam etos kerja yang baik akan menghasilkan hal yang baik pula. Doa, usaha dan ikhtiar merupakan konsep kerja dalam islam, jelaskan konsep tersebut! Pengertian Etos kerja dalam ajaran islam Etos kerja merupakan sebuah semangat kerja yang menjadi ciri khas serta juga keyakinan seseorang atau juga sesuatu kelompok. Etos ini juga bisa diartikan ialah sebagai thumuhat yang berkehendak atau juga berkemauan yang dilengkapi dengan semangat yang tinggi guna mencapai cita-cita yang positif. Mempunyai etos kerja yang tinggi merupakan sikap positif yang dimiliki oleh seseorang yang berbudaya akademik. Konsep kerja berdasarkan do'a, usaha dan ikhtiar merupakan hal yang diperlukan. Ikhtiar atau usaha mestilah mendahului dua hal lain, yaitu doa dan tawakal. Jika seseorang hanya berdoa, tetapi belum berusaha, ia berarti tidak sepenuhnya hendak mengubah nasib. Sebaliknya, usaha tanpa doa berarti melupakan hakikat bahwa manusia tidak berkuasa atas apa pun, kecuali atas izin Allah. Setelah melakukan usaha / ikhtiar dengan maksimal, dan berdo'a secara istiqmah, tinggal satu hal yang tersisa, yaitu tawakkal atau berserah diri kepada Alloh atas segala keputusan atau hasil yang akan diterima. Doa ada dua yaitu : Pertama, doa masalah atau doa permintaan. Maksudnya, seseorang berdoa kepada Allah Ta’ala dengan ucapan lisannya, meminta kepada Allah Ta’ala agar mendapatkan kebaikan yang dia inginkan atau agar terhindar dari suatu keburukan (bahaya). Inilah pengertian doa yang banyak dipahami oleh kaum muslimin. Kedua, doa ibadah. Maksudnya, semua jenis ibadah yang kita lakukan pada hakikatnya adalah doa. Buktinya, kalau kita bertanya kepada seseorang yang beribadah kepada Allah Ta’ala, “Apa tujuanmu mendirikan shalat, berpuasa, menunaikan zakat, dan menunaikan hak-hak Allah Ta’ala?” Usaha Ketika orang mencari pertolongan kepada Allah dengan disertai usaha-usaha yang sekiranya dapat menyampaikannya kepada tujuannya, yakni dengan menempuh jalannya. Maka hal itu wajib dilakukan olehnya. Tetapi apabila usaha-usaha manusiawinya ini sudah tidak memungkinkan lagi, maka pada saat yang demikian itu hendaklah, ia menyerahkan diri sebulat-bulatnya dengan menadahkan harapan kepada Allah saja seraya memanjatkan do’a. Ikhtiar Ikhtiar adalah upaya manusia untuk memenuhi berbagai kebutuhan dalam hidupnya, baik material, spiritual, kesehatan, dan masa depannya agar tujuan hidupnya selamat sejahtera dunia dan akhirat terpenuhi. Untuk dapat meningkatkan etos kerja seorang muslim harus terlebih dahulu memahami tugasnya sebagai manusia yaitu sebagai khalifah Allah SWT di muka dan juga sebagai hamba yang berkewajiban untuk beribadah kepada Allah SWT. Beberapa petunjuk Al- quran agar dapat meningkatkan etos kerja antara lain: 1. Mengatur waktu dengan sebaik-baiknya. 2. Bekerja harus sesuai dengan bidangnya dan ini harus diberi catatan bahwa etos kerja yang tinggi tidak boleh menjadikan orang tersebut lupa kepada Allah SWT. Sikap positif selanjutnya adalah sikap terbuka atau jujur; Seseorang tidak mungkin akan dapat meraih keberhasilan dengan cara mempunyai etos kerja yang tinggi kalau tidak memiliki sikap terbuka dan jujur. Islam memotifasi demikian bersemangat supaya setiap pemeluknya rajin beramal atau bekerja. Allah berfirman: “ Barangsiapa membawa amal yang baik, Maka baginya (pahala) sepuluh kali lipat amalnya; dan Barangsiapa yang membawa perbuatan jahat Maka Dia tidak diberi pembalasan melainkan seimbang dengan kejahatannya, sedang mereka sedikitpun tidak dianiaya (dirugikan) “.( QS Al An’am : 160 ). Dalam ayat tersebut menunjukkan bahwa siapa yang beramal baik pahalanya dilipatgandakan 10 kali lipat. Sebelas kali Allah berfirman bahwa orang yang beramal baik itu berakhir dengan keberuntungan (Abd al-Baqi, [t.th.]:668). Satu diantara: ( QS Al Hajj : 77 ). “ Hai orang-orang yang beriman, ruku'lah kamu, sujudlah kamu, sembahlah Tuhanmu dan perbuatlah kebajikan, supaya kamu mendapat kemenangan “. Karena itu Allah juga memerintahkan supaya di dalam mencari kehidupan itu tidak setengah-setengah, dunia saja atau akhirat saja, melainkan keduannya: ( QS. Al Qashash : 77 ). “Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan “.Kemudian, di dalam kerja keras mencari kebahagiaan baik dunia maupun akhirat itu ada kode etiknya, yaitu tidak boleh berbuat kerusakan, kerusakan apapun (diri sendiri, hubungannya dengan orang lain, terhadap tetumbuhan, binatang, maupun alam semesta). 2. Budaya akademik merupakan pengamalan ilmu pengetahuan dalam kehidupan sehari-hari, kehidupan akan berjalan dengan baik jika dilandasi dengan unsur akademik tersebut, dalam Al-Quran dan Hadits pembahasan terkait budaya akademik tertulis jelas, sebutkan dan jelaskan ? Budaya Akademik secara umum dapat dipahami sebagai suatu totalitas dari kehidupan dan kegiatan akademik yang dihayati, dimaknai dan diamalkan oleh warga masyarakat akademik, di lembaga pendidikan tinggi dan lembaga penelitian. Budaya akademik dalam pandangan Islam adalah suatu tradisi atau kebiasaan yang berkembang dalam dunia Islam menyangkut persoalan keilmuan. Atau dalam bahasa yang lebih sederhana adalah tradisi ilmiah yang dikembangkan Islam. Di antara poin- poin pentingnya adalah pertama, tentang penghargaan Al-quran terhadap orang-orang yang berilmu, di antaranya adalah: - Wahyu Al-quran yang turun pada masa awal mendorong manusia untuk memperoleh ilmu pengetahuan. Dalam ayat-ayat yang pertama kali turun Al-'Alaq 96: l-5 tergambar dengan jelas betapa kitab suci Al-quran memberi perhatian yang sangat serius kepada perkembangan ilmu pengetahuan. Sehingga Allah SWT menurunkan petunjuk pertama kali adalah terkait dengan salah satu cara untuk memperoleh ilmu pengetahuan yang dalam redaksi ayat tersebut menggunakan redaksi "iqra" . Makna perintah tersebut bukanlah hanya sebatas membaca dalam arti membaca teks, tetapi makna iqra' adalah membaca dengan melibatkan pemikiran dan pemahaman dan itulah kunci perkembangan ilmu pengetahuan dalam sepanjang sejarah kemanusiaan. Dalam kontek modern sekarang makna iqra' dekat dengan makna reading with understanding (membaca disertai dengan pemahaman). Setelah turunnya surat Al-'Alaq, disusul dengan turunnya surat Al-Qalam (68) : 1-5, yang mengatakan bahwa pentingnya alat yang harus digunakan untuk menunjang aktivitas membaca yaitu qalam (pena) dan hasilnya adalah tulisan. Ilmu pengetahuan akan dapat terus berkembang dengan baik apabila budaya baca-tulis telah menjadi bagian yang tidak terpisahkan dalam kehidupan manusia. - Tugas Manusia sebagai khalifah Allah di Bumi akan sukses kalau memiliki ilmu pengetahuan. Penggalan ayat 3l dari Surat Al-Baqarah yang berbunyi "Dia mengajarkan kepada Adam Nama-nama (benda-benda) seluruhnya", juga mengandung arti bahwa salah satu keistimewaan manusia adalah kemampuannya mengekspresikam apa yang terlintas dalam benaknya serta kemampuannya menangkap bahasa sehingga ini mengantarnya mengetahui. Di sisi lain kemampuan manusia merumuskan ide dan memberikan nama bagi segala sesuatu merupakan langkah menuju terciptanya manusia yang berpengetahuan dan lahirnya ilmu pengetahuan. - Muslim yang baik tidak pernah berhenti untuk menambah ilmu. Etos untuk terus menambah ilmu pengetahuan dapat diterjemahkan bahwa yang disebut belajar atau menuntut ilmu bukan hanya pada musim tertentu atau dalam formalitas satuan pendidikan tertentu, melainkan sepanjang hayat masih dikandung badan maka kewajiban untuk terus menuntut ilmu tetap melekat dalam diri setiap muslim. Salah satu hikmahnya adalah bahwa kehidupan terus mengalami perubahan dan perkembangan menuju kemajuan, maka kalau seorang muslim tidak terus menambah pengetahuannya jelas akan tertinggal oleh perkembangan zaman yang pada gilirannya tidak dapat memberikan kontribusi bagi kehidupan. Al-quran jelas membedakan antara orang yang berpengetahuan dengan orang-orang yang tidak berpengetahuan. Islam mengajarkan menuntut ilmu adalah salah satu bentuk ibadah yang bernilai tinggi dan harus dilakukan oleh setiap muslim sepanjang hidupnya, seperti tertera dalam surat At-Thaha (20) : 114. Belajar atau menuntut ilmu bukan hanya pada usia tertentu atau dalam formalitas satuan pendidikan tertentu, melainkan sepanjang hayat masih dikandung badan maka kewajiban untuk terus menuntut ilmu tetap melekat dalam diri setiap muslim. Al-Qur'an jelas membedakan antara orang yang berpengetahuan dengan orang yang tidak berpengetahuan, dan telah dijelaskan dalam surat Az-Zumar (39) : 9. - Orang yang berilmu akan dimuliakan oleh Allah SWT. Secara garis besar manusia dapat dibedakan ke dalam dua kelompok besar; pertama, orang yang sekedar beriman dan beramal, dan yang kedua adalah orang yang beriman dan beramal shalih serta memiliki pengetahuan. Posisi atau derajat kelompok kedua ini lebih tinggi bukan saja karena nilai ilmu yang dimiliki, tetapi juga amal dan usahanya untuk mengajarkan ilmu yang dimiliki tersebut, baik melalui lisan, tulisan atau bahkan tindakan. Ilmu yang dimaksud tentu saja bukan hanya ilmu agama tetapi ilmu apapun yang rnembawa maslahat bagi kehidupan manusia. Kemuliaan dan kesuksesan hidup hanya milik orang yang berilmu dan beriman. Orang yang beriman tetapi tidak memiliki ilmu pengetahuan maka tidak akan memperoleh kemuliaan di sisi Allah SWT. Dan sebaliknya, jika berilmu saja tanpa disertai dengan iman maka tidak akan membawa manfaat bagi kehidupannya khususnya di akhirat. Kedua hal tersebut tercantum dalam surat Al-Mujaadilah (58) : 11. Ayat tersebut secara garis besar membedakan ke dalam kedua kelompok, yaitu orang yang sekedar beriman dan beramal shalih dan orang yang beriman dan beramal shalih serta memiliki ilmu pengetahuan. Manusia yang lalai dalam arti kata ilmu pengetahuan tersebut tidak menghantarkannya pada sikap semakin dekat kepada Allah SWT, akan berakibat pada kebinasaan bagi kehidupannya terlebih di akhirat nanti. Hal ini sudah tercantum dalam Al-Qur'an surat Al-'Araaf (7) : 179. 3. Menurut anda bagaimana urgensi ilmu pengetahuan bagi kehidupan dunia dan akhirat manusia ? Sebutkan dan jelaskan ! Keutamaan ilmu, belajar dan mengajarkan ilmu sangat penting dalam Islam. Di dalam Al-Qur'an juga disebutkan beberapa keutamaan ilmu. Rasulullah SAW bersabda : "Menuntut ilmu itu wajib bagi setiap Muslim." (HR. Ibnu Majah no. 224, dari sahabat Anas bin Malik radhiyallahu 'anhu, dishahihkan Al Albani dalam Shahiih al-Jaami'ish Shaghiir no. 3913). a. Orang Berilmu Diangkat Derajatnya, Allah SWT berfirman: "...Niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang- orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat..." (QS. Al-Mujadilah [58]: 11). Dan Allah SWT berfirman: "Dan mereka berkata: "Sekiranya kami mendengarkan atau memikirkan (peringatan itu) niscaya tidaklah kami termasuk penghuni-penghuni neraka yang menyala-nyala". (QS. Al-Mulk : 10). Allah SWT sudah memberikan banyak kenikmatan. Jika kita tidak gunakan dengan baik, maka kita akan menjadi salah satu orang yang merugi. Seperti tercantum dalam surat Al-Mulk ayat 10. b. Orang Berilmu Takut Kepada Allah SWT Dalam surat Fatir ayat 28, Allah SWT berfirman: "Dan demikian pula diantara manusia, makhluk bergerak yang bernyawa, dan hewan- hewan ternak ada yang bermacam-macam warnanya dan jenisnya. Di antara hamba- hamba Allah yang takut kepada-Nya hanyalah para ulama. Sungguh, Allah Maha Perkasa, Maha Pengampun." Ayat ini menjelaskan tentang, dengan ilmu, seseorang akan lebih memahami bagaimana kehidupan ini diciptakan dan mendalami pengetahuan tentang kuasa Allah SWT sebagai sang maha pencipta. Orang berilmu akan takut melakukan hal-hal yang mengandung dosa karena ia memiliki pengetahuan akan kekuasaan dan juga kebesaran Allah SWT. c. Orang Berilmu akan Diberi Kebaikan Dunia dan Akhirat Dalam surat Al-Baqarah [2]: 269, Allah SWT berfirman: "Allah menganugerahkan al hikmah (kefahaman yang dalam tentang Al Quran dan As Sunnah) kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Dan barangsiapa yang dianugerahi hikmah, ia benar-benar telah dianugerahi karunia yang banyak. Dan hanya orang-orang yang berakallah yang dapat mengambil pelajaran (dari firman Allah)." d. Orang Berilmu Dimudahkan Jalannya ke Surga Dalam sebuah hadist tentang keutamaan ilmu pengetahuan dalam Islam, Rasulullah SAW bersabda: Artinya: "Siapa yang menempuh jalan untuk mencari ilmu, maka Allah akan mudahkan baginya jalan menuju surga." (HR. Muslim, no. 2699). Makna Allah akan mudahkan baginya jalan menuju surga, ada empat makna sebagaimana disebutkan oleh Ibnu Rajab Al-Hambali: Pertama: Dengan menempuh jalan mencari ilmu, Allah akan memudahkannya masuk surga. Kedua: Menuntut ilmu adalah sebab seseorang mendapatkan hidayah. Hidayah inilah yang mengantarkan seseorang pada surga. Ketiga: Menuntut suatu ilmu akan mengantarkan pada ilmu lainnya yang dengan ilmu tersebut akan mengantarkan pada surga. Keempat: Dengan ilmu, Allah akan memudahkan jalan yang nyata menuju surga yaitu saat melewati shirath (sesuatu yang terbentang di atas neraka menuju surga).