Anda di halaman 1dari 5

1.

Sebagai manusia yang akan selalu berusaha untuk bekerja semaksimal


mungkin, menurut ajaran islam etos kerja yang baik akan menghasilkan hal yang
baik pula. Doa, usaha dan ikhtiar merupakan konsep kerja dalam islam, jelaskan
konsep tersebut!
Pengertian Etos kerja dalam ajaran islam
Etos kerja merupakan sebuah semangat kerja yang menjadi ciri khas serta juga
keyakinan seseorang atau juga sesuatu kelompok. Etos ini juga bisa diartikan ialah
sebagai thumuhat yang berkehendak atau juga berkemauan yang dilengkapi dengan
semangat yang tinggi guna mencapai cita-cita yang positif. Mempunyai etos kerja yang
tinggi merupakan sikap positif yang dimiliki oleh seseorang yang berbudaya akademik.
Konsep kerja berdasarkan do'a, usaha dan ikhtiar merupakan hal yang diperlukan.
Ikhtiar atau usaha mestilah mendahului dua hal lain, yaitu doa dan tawakal. Jika
seseorang hanya berdoa, tetapi belum berusaha, ia berarti tidak sepenuhnya hendak
mengubah nasib. Sebaliknya, usaha tanpa doa berarti melupakan hakikat bahwa
manusia tidak berkuasa atas apa pun, kecuali atas izin Allah. Setelah melakukan usaha
/ ikhtiar dengan maksimal, dan berdo'a secara istiqmah, tinggal satu hal yang tersisa,
yaitu tawakkal atau berserah diri kepada Alloh atas segala keputusan atau hasil yang
akan diterima.
Doa ada dua yaitu : Pertama, doa masalah atau doa permintaan. Maksudnya,
seseorang berdoa kepada Allah Ta’ala dengan ucapan lisannya, meminta kepada Allah
Ta’ala agar mendapatkan kebaikan yang dia inginkan atau agar terhindar dari suatu
keburukan (bahaya). Inilah pengertian doa yang banyak dipahami oleh kaum
muslimin. Kedua, doa ibadah. Maksudnya, semua jenis ibadah yang kita lakukan pada
hakikatnya adalah doa. Buktinya, kalau kita bertanya kepada seseorang yang
beribadah kepada Allah Ta’ala, “Apa tujuanmu mendirikan shalat, berpuasa,
menunaikan zakat, dan menunaikan hak-hak Allah Ta’ala?”
Usaha Ketika orang mencari pertolongan kepada Allah dengan disertai usaha-usaha
yang sekiranya dapat menyampaikannya kepada tujuannya, yakni dengan menempuh
jalannya. Maka hal itu wajib dilakukan olehnya. Tetapi apabila usaha-usaha
manusiawinya ini sudah tidak memungkinkan lagi, maka pada saat yang demikian itu
hendaklah, ia menyerahkan diri sebulat-bulatnya dengan menadahkan harapan kepada
Allah saja seraya memanjatkan do’a.
Ikhtiar Ikhtiar adalah upaya manusia untuk memenuhi berbagai kebutuhan dalam
hidupnya, baik material, spiritual, kesehatan, dan masa depannya agar tujuan hidupnya
selamat sejahtera dunia dan akhirat terpenuhi.
Untuk dapat meningkatkan etos kerja seorang muslim harus terlebih dahulu memahami
tugasnya sebagai manusia yaitu sebagai khalifah Allah SWT di muka dan juga sebagai
hamba yang berkewajiban untuk beribadah kepada Allah SWT. Beberapa petunjuk Al-
quran agar dapat meningkatkan etos kerja antara lain:
1. Mengatur waktu dengan sebaik-baiknya.
2. Bekerja harus sesuai dengan bidangnya dan ini harus diberi catatan bahwa etos
kerja yang tinggi tidak boleh menjadikan orang tersebut lupa kepada Allah SWT.
Sikap positif selanjutnya adalah sikap terbuka atau jujur; Seseorang tidak mungkin akan
dapat meraih keberhasilan dengan cara mempunyai etos kerja yang tinggi kalau tidak
memiliki sikap terbuka dan jujur.
Islam memotifasi demikian bersemangat supaya setiap pemeluknya rajin beramal atau
bekerja. Allah berfirman:
“ Barangsiapa membawa amal yang baik, Maka baginya (pahala) sepuluh kali lipat
amalnya; dan Barangsiapa yang membawa perbuatan jahat Maka Dia tidak diberi
pembalasan melainkan seimbang dengan kejahatannya, sedang mereka sedikitpun
tidak dianiaya (dirugikan) “.( QS Al An’am : 160 ).
Dalam ayat tersebut menunjukkan bahwa siapa yang beramal baik pahalanya
dilipatgandakan 10 kali lipat. Sebelas kali Allah berfirman bahwa orang yang beramal
baik itu berakhir dengan keberuntungan (Abd al-Baqi, [t.th.]:668). Satu diantara: ( QS Al
Hajj : 77 ).
 “ Hai orang-orang yang beriman, ruku'lah kamu, sujudlah kamu, sembahlah Tuhanmu
dan perbuatlah kebajikan, supaya kamu mendapat kemenangan “. Karena itu Allah juga
memerintahkan supaya di dalam mencari kehidupan itu tidak setengah-setengah, dunia
saja atau akhirat saja, melainkan keduannya: ( QS. Al Qashash : 77 ).
“Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri
akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan
berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik, kepadamu,
dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak
menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan “.Kemudian, di dalam kerja keras
mencari kebahagiaan baik dunia maupun akhirat itu ada kode etiknya, yaitu tidak boleh
berbuat kerusakan, kerusakan apapun (diri sendiri, hubungannya dengan orang lain,
terhadap tetumbuhan, binatang, maupun alam semesta).
2. Budaya akademik merupakan pengamalan ilmu pengetahuan dalam kehidupan
sehari-hari, kehidupan akan berjalan dengan baik jika dilandasi dengan unsur
akademik tersebut, dalam Al-Quran dan Hadits pembahasan terkait budaya
akademik tertulis jelas, sebutkan dan jelaskan ?
Budaya Akademik secara umum dapat dipahami sebagai suatu totalitas dari
kehidupan dan kegiatan akademik yang dihayati, dimaknai dan diamalkan oleh warga
masyarakat akademik, di lembaga pendidikan tinggi dan lembaga penelitian.
Budaya akademik dalam pandangan Islam adalah suatu tradisi atau kebiasaan yang
berkembang dalam dunia Islam menyangkut persoalan keilmuan. Atau dalam bahasa
yang lebih sederhana adalah tradisi ilmiah yang dikembangkan Islam. Di antara poin-
poin pentingnya adalah pertama, tentang penghargaan Al-quran terhadap orang-orang
yang berilmu, di antaranya adalah:
- Wahyu Al-quran yang turun pada masa awal mendorong manusia untuk
memperoleh ilmu pengetahuan.
Dalam ayat-ayat yang pertama kali turun Al-'Alaq 96: l-5 tergambar dengan jelas betapa
kitab suci Al-quran memberi perhatian yang sangat serius kepada perkembangan ilmu
pengetahuan. Sehingga Allah SWT menurunkan petunjuk pertama kali adalah terkait
dengan salah satu cara untuk memperoleh ilmu pengetahuan yang dalam redaksi ayat
tersebut menggunakan redaksi "iqra" . Makna perintah tersebut bukanlah hanya
sebatas membaca dalam arti membaca teks, tetapi makna iqra' adalah membaca
dengan melibatkan pemikiran dan pemahaman dan itulah kunci perkembangan ilmu
pengetahuan dalam sepanjang sejarah kemanusiaan. Dalam kontek modern sekarang
makna iqra' dekat dengan makna reading with understanding (membaca disertai
dengan pemahaman). Setelah turunnya surat Al-'Alaq, disusul dengan turunnya surat
Al-Qalam (68) : 1-5, yang mengatakan bahwa pentingnya alat yang harus digunakan
untuk menunjang aktivitas membaca yaitu qalam (pena) dan hasilnya adalah tulisan.
Ilmu pengetahuan akan dapat terus berkembang dengan baik apabila budaya baca-tulis
telah menjadi bagian yang tidak terpisahkan dalam kehidupan manusia.
- Tugas Manusia sebagai khalifah Allah di Bumi akan sukses kalau memiliki ilmu
pengetahuan.
Penggalan ayat 3l dari Surat Al-Baqarah yang berbunyi "Dia mengajarkan kepada
Adam Nama-nama (benda-benda) seluruhnya", juga mengandung arti bahwa salah
satu keistimewaan manusia adalah kemampuannya mengekspresikam apa yang
terlintas dalam benaknya serta kemampuannya menangkap bahasa sehingga ini
mengantarnya mengetahui. Di sisi lain kemampuan manusia merumuskan ide dan
memberikan nama bagi segala sesuatu merupakan langkah menuju terciptanya
manusia yang berpengetahuan dan lahirnya ilmu pengetahuan.
- Muslim yang baik tidak pernah berhenti untuk menambah ilmu.
Etos untuk terus menambah ilmu pengetahuan dapat diterjemahkan bahwa yang
disebut belajar atau menuntut ilmu bukan hanya pada musim tertentu atau dalam
formalitas satuan pendidikan tertentu, melainkan sepanjang hayat masih dikandung
badan maka kewajiban untuk terus menuntut ilmu tetap melekat dalam diri setiap
muslim. Salah satu hikmahnya adalah bahwa kehidupan terus mengalami perubahan
dan perkembangan menuju kemajuan, maka kalau seorang muslim tidak terus
menambah pengetahuannya jelas akan tertinggal oleh perkembangan zaman yang
pada gilirannya tidak dapat memberikan kontribusi bagi kehidupan. Al-quran jelas
membedakan antara orang yang berpengetahuan dengan orang-orang yang tidak
berpengetahuan. Islam mengajarkan menuntut ilmu adalah salah satu bentuk ibadah
yang bernilai tinggi dan harus dilakukan oleh setiap muslim sepanjang hidupnya, seperti
tertera dalam surat At-Thaha (20) : 114. Belajar atau menuntut ilmu bukan hanya pada
usia tertentu atau dalam formalitas satuan pendidikan tertentu, melainkan sepanjang
hayat masih dikandung badan maka kewajiban untuk terus menuntut ilmu tetap melekat
dalam diri setiap muslim. Al-Qur'an jelas membedakan antara orang yang
berpengetahuan dengan orang yang tidak berpengetahuan, dan telah dijelaskan dalam
surat Az-Zumar (39) : 9.
- Orang yang berilmu akan dimuliakan oleh Allah SWT.
Secara garis besar manusia dapat dibedakan ke dalam dua kelompok besar; pertama,
orang yang sekedar beriman dan beramal, dan yang kedua adalah orang yang beriman
dan beramal shalih serta memiliki pengetahuan. Posisi atau derajat kelompok kedua ini
lebih tinggi bukan saja karena nilai ilmu yang dimiliki, tetapi juga amal dan usahanya
untuk mengajarkan ilmu yang dimiliki tersebut, baik melalui lisan, tulisan atau bahkan
tindakan. Ilmu yang dimaksud tentu saja bukan hanya ilmu agama tetapi ilmu apapun
yang rnembawa maslahat bagi kehidupan manusia. Kemuliaan dan kesuksesan hidup
hanya milik orang yang berilmu dan beriman. Orang yang beriman tetapi tidak memiliki
ilmu pengetahuan maka tidak akan memperoleh kemuliaan di sisi Allah SWT. Dan
sebaliknya, jika berilmu saja tanpa disertai dengan iman maka tidak akan membawa
manfaat bagi kehidupannya khususnya di akhirat. Kedua hal tersebut tercantum dalam
surat Al-Mujaadilah (58) : 11. Ayat tersebut secara garis besar membedakan ke dalam
kedua kelompok, yaitu orang yang sekedar beriman dan beramal shalih dan orang yang
beriman dan beramal shalih serta memiliki ilmu pengetahuan. Manusia yang lalai dalam
arti kata ilmu pengetahuan tersebut tidak menghantarkannya pada sikap semakin dekat
kepada Allah SWT, akan berakibat pada kebinasaan bagi kehidupannya terlebih di
akhirat nanti. Hal ini sudah tercantum dalam Al-Qur'an surat Al-'Araaf (7) : 179.
3. Menurut anda bagaimana urgensi ilmu pengetahuan bagi kehidupan dunia dan
akhirat manusia ? Sebutkan dan jelaskan !
Keutamaan ilmu, belajar dan mengajarkan ilmu sangat penting dalam Islam. Di dalam
Al-Qur'an juga disebutkan beberapa keutamaan ilmu. Rasulullah SAW bersabda :
"Menuntut ilmu itu wajib bagi setiap Muslim." (HR. Ibnu Majah no. 224, dari sahabat
Anas bin Malik radhiyallahu 'anhu, dishahihkan Al Albani dalam Shahiih al-Jaami'ish
Shaghiir no. 3913).
a. Orang Berilmu Diangkat Derajatnya, Allah SWT berfirman:
"...Niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-
orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat..." (QS. Al-Mujadilah [58]: 11).
Dan Allah SWT berfirman:
"Dan mereka berkata: "Sekiranya kami mendengarkan atau memikirkan (peringatan itu)
niscaya tidaklah kami termasuk penghuni-penghuni neraka yang menyala-nyala". (QS.
Al-Mulk : 10).
Allah SWT sudah memberikan banyak kenikmatan. Jika kita tidak gunakan dengan
baik, maka kita akan menjadi salah satu orang yang merugi. Seperti tercantum dalam
surat Al-Mulk ayat 10.
b. Orang Berilmu Takut Kepada Allah SWT
Dalam surat Fatir ayat 28, Allah SWT berfirman:
"Dan demikian pula diantara manusia, makhluk bergerak yang bernyawa, dan hewan-
hewan ternak ada yang bermacam-macam warnanya dan jenisnya. Di antara hamba-
hamba Allah yang takut kepada-Nya hanyalah para ulama. Sungguh, Allah Maha
Perkasa, Maha Pengampun."
Ayat ini menjelaskan tentang, dengan ilmu, seseorang akan lebih memahami
bagaimana kehidupan ini diciptakan dan mendalami pengetahuan tentang kuasa Allah
SWT sebagai sang maha pencipta. Orang berilmu akan takut melakukan hal-hal yang
mengandung dosa karena ia memiliki pengetahuan akan kekuasaan dan juga
kebesaran Allah SWT.
c. Orang Berilmu akan Diberi Kebaikan Dunia dan Akhirat
Dalam surat Al-Baqarah [2]: 269, Allah SWT berfirman:
"Allah menganugerahkan al hikmah (kefahaman yang dalam tentang Al Quran dan As
Sunnah) kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Dan barangsiapa yang dianugerahi
hikmah, ia benar-benar telah dianugerahi karunia yang banyak. Dan hanya orang-orang
yang berakallah yang dapat mengambil pelajaran (dari firman Allah)."
d. Orang Berilmu Dimudahkan Jalannya ke Surga
Dalam sebuah hadist tentang keutamaan ilmu pengetahuan dalam Islam, Rasulullah
SAW bersabda: Artinya: "Siapa yang menempuh jalan untuk mencari ilmu, maka Allah
akan mudahkan baginya jalan menuju surga." (HR. Muslim, no. 2699).
Makna Allah akan mudahkan baginya jalan menuju surga, ada empat makna
sebagaimana disebutkan oleh Ibnu Rajab Al-Hambali:
Pertama: Dengan menempuh jalan mencari ilmu, Allah akan memudahkannya masuk
surga.
Kedua: Menuntut ilmu adalah sebab seseorang mendapatkan hidayah. Hidayah inilah
yang mengantarkan seseorang pada surga.
Ketiga: Menuntut suatu ilmu akan mengantarkan pada ilmu lainnya yang dengan ilmu
tersebut akan mengantarkan pada surga.
Keempat: Dengan ilmu, Allah akan memudahkan jalan yang nyata menuju surga yaitu
saat melewati shirath (sesuatu yang terbentang di atas neraka menuju surga).
 

Anda mungkin juga menyukai