Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

KEDUDUKAN ILMU DALAM ISLAM DAN KLASIFIKASINYA

Tugas ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Islam keilmuan

Dosen Pengampuh :

Hendra Eka Saputra SE, M. SEI.

Disusun oleh :

AHMAD QODRI 221010331


REZKY WILLY NAKATA SINAGA 221010330

M. DZAKY AULIA.R 221010318

DARMANSYAH PUTRA

Program studi Sarjana Hukum

UNIVERSITAS ISLAM RIAU


2022/2023

KATA PENGANTAR

Puja dan puji syukur dipanjatkan ke hadapan Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat
rahmat nyalah dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Kedudukan ilmu dalam islam dan
klasifikasinya” tepat pada waktunya.

Makalah ini disusun untuk melengkapi tugas mata kuliah islam keilmuan, selain itu
untuk mengetahui dan memahami Metode Proses Pemecahan Masalah. Penulis mengucapkan
terimakasih bagi yang telah membaca makalah ini sebagai bahan untuk menambah wawasan
pembaca dan sebagai bentuk apresiasi penulis yang telah berhasil menyelesaikan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu setiap pihak
diharapkan dapat memberikan masukan berupa kritik dan saran yang bersifat membangun.
i

DAFTAR ISI

Kata pengantar…………………………………………………………………………….i

Daftar isi……………………………………………………………………………………ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang………………………………………………………………………1
B. Rumusan Masalah…………………………………………………………………..2
C. Tujuan Pembahasan……………………………………………………….………...2

BAB II PEMBAHASAN

A. Apa yang dimaksud ilmu dan Islam………………………………………..……….3


B. Berapa macam-macam sifat ilmu……………………………………………..…….4
C. Bagaimana tujuan pencarian ilmu……………………………………………..……6
D. Bagaimana kedudukan ilmu dalam islam………………………………………..…7
E. Klasifikasi ilmu dalam islam……………………………………………………….8

BAB III PENUTUP

Kesimpulan………………………………………………………………………....9

Daftar pustaka………………………………………………………………………10
ii

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Perkembangan teknologi yang begitu pesat membuat masyarakat di
Indonesia dengan mudah mendapatkan apa yang di inginkan. Selain mudahnya
terpenuhi apa yang diinginkan masyarakat, adalah mudahnya masyarakat mendapatkan
sebuah informasi. Informasi yang disajikan pun beragam yakni dari sumber yang
terpercaya ada pula dari sumber yang diragukan keabsahannya. Mudahnya informasi
yang diperoleh membuat masyarakat harus selektif dan waspada sebab informasi dari
sumber yang tidak dipercaya kadang membuat orang menjadi salah arah.
Hal tersebuat membuat masyarakat harus memiliki dasar dan pondasi ilmu yang
absolut agar keyakinan yang semestinya di jaga tidak keluar dariarah yang telah
ditentukan. Perkembangan ilmu dalam ruang lingkupIslam sendiri, terbangun dari
peradaban Islam dan tidak dapat dilepaskan dari peransejarah Islam itu sendiri.
Kemunculan ilmu tersebut tidak mengalami benturan yang sangat mendasar sehingga
memisahkan antara ilmu pengetahuan dankepercayaan seperti terjadi dikalangan umat
kristiani pada awal perkembangan ilmu pengetahuan di Eropa. Peradaban yang dibangun
dengan mengurung ilmu tersebut tidak menempatkan ilmu berseberangan dengan ajaran
agama Islam. Pada ilmuwan muslim menjadikan Al-Qur’an dan hadis sebagai rambu-
rambu yang sangat penting bagi mempelajari fenomena alamsemesta. Ajaran Islam
menuntut umatnya untuk menguasai ilmu pengetahuan,antara lain pengetahuan tentang
alam semesta. Alam semesta, merupakan “tanda” bagi kebesaran Allah, maka
pengembangan ilmu merupakan suatu keharusan bagiumat muslim agar ia dapat
memahami betapa besar keagungan Allah dalammenciptakan dan memelihara alam ini.
1

B. Rumusan masalah
1. Apa yang dimaksud ilmu dan Islam?
2. Berapa macam-macam sifat ilmu?
3. Bagaimana tujuan pencarian ilmu?
4. Bagaimana kedudukan ilmu dalam islam?
5. Bagaimana klasifikasi ilmu dalam islam?
C. Tujuan pembahasan
1. Mengetahui pengertian ilmu dan Islam
2. Mengetahui macam-macam sifat ilmu
3. Mengetahui tujuan pencarian ilmu
4. Mengetahui kedududkan ilmu dalam islam
5. Mengetahui klasifikasi ilmu dalam islam
2

BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian ilmu dan Islam


Islam adalah adalah ajaran yang berlandaskan ilmu. Segala perintah dan larangan
dalam agama memiliki dasar keilmuan yang jelas dan lengkap. Setiap ibadah yang
dikerjakan memiliki landasan keilmuan yang rahmatan lil ‘alamin. Maka dari itulah,
setiap muslim dituntut untuk mendasarkan segala amalanya pada keilmuan ke-Islaman.

Sementara sebagai istilah, Islam memiliki arti: tunduk dan menerima segala perintah dan
larangan Allah yang terdapat dalam wahyu yang diturunkan Allah kepada para Nabi dan
Rasul yang terhimpun di dalam Alquran dan Sunnah. Manusia yang menerima ajaran
Islam disebut muslim. Seorang muslim mengikuti ajaran Islam secara total dan
perbuatannya membawa perdamaian dan keselamatan bagi manusia. Dia terikat untuk
mengimani, menghayati, dan mengamalkan Alquran dan Sunnah.

Kalimatul Islam (kata Al-Islam) mengandung pengertian dan prinsip-prinsip yang dapat
didefinisikan secara terpisah dan bila dipahami secara menyeluruh merupakan pengertian
yang utuh.

Secara bahasa, ilmu (al-‘Ilm) adalah lawan kata dari bodoh (al-jahl). Sedangkan
secara istilah, para ulama ushul memberikan pengertian ilmu adalah “Memahami sesuatu
secara pasti sesuai dengan faktanya.” Contoh ilmu sesuai pengertian di atas adalah
pertama, bahwa keseluruhan (kullun) lebih besar daripada sebagian (juz’un). Kedua,
bahwa setiap ciptaan (makhluq) pasti ada yang menciptakan (khaliq). dan Ketiga, bahwa
niat merupakan syarat dalam suatu ibadah. Contoh yang pertama dan kedua di atas adalah
contoh ilmu yang diperoleh secara akal, sedangkan contoh yang ketiga diperoleh secara
syara’ (syariah).
3

Dalam ajaran Islam, ilmu tidak dapat dipisahkan dari amal. Artinya, ilmu harus
diamalkan, dan sebaliknya, suatu amalan harus didasarkan kepada ilmu. Karena itu,
Sahabat Ibnu Mas’ud r.a. berkata: “Ilmu bukan dengan banyaknya meriwayatkan.
Sesungguhnya ilmu adalah cahaya yang dipancarkan di dalam hati. Sebagian ulama yang
lainnya berkata: “Sesungguhnyalah ilmu adalah khasyyah (rasa takut kepada Allah).”
Yang dimaksud dengan hakikat ilmu dalam perkataan tersebut adalah buahnya ilmu. Hal
ini sesuai dengan firman Allah swt, “Sesungguhnya yang benar-benar takut kepada Allah
dari hamba-hamba-Nya adalah ulama.” (Q.S. Fathir: 28).
Karena itulah, maka orang yang berilmu (‘alim) tapi perilakunya tidak sesuai
dengan ilmu yang dimilikinya, maka orang tersebut dicap sebagai orang bodoh (jahil).
Nabi Yusuf a.s. berdo’a kepada Allah agar tidak terpedaya rayuan untuk berbuat
maksiyat, karena itu termasuk perilaku orang-orang yang bodoh. Allah swt
mengabadikan perkataannya, “Yusuf berkata, ‘Wahai Tuhanku, penjara bagiku lebih aku
sukai daripada memenuhi ajakan mereka padaku. Jika Engkau tidak memalingkan diriku
dari tipu daya mereka, niscaya aku akan jatuh pada ajakan mereka, dan tentulah aku akan
termasuk orang-orang yang bodoh.” (Q.S. Yusuf: 33)

B. Macam-macam sifat ilmu


1. Bersifat akumulatif
merupakan milik bersama. Ilmu dapat dipergunakan untuk penelitian dan penemuan
hal-hal baru, dan tidak menjadi monopoli bagi yang menemukannya saja. Setiap orang
dapat menggunakan atau memanfaatkan hasil penemuan orang lain.
Contoh : Penggunaan metode yang digunakan dalam pembelajaran tidak hanya
ceramah, tetapi ada metode lain misalnya diskusi yang bisa digunakan di kelas dalam
rangka mengaktifkan mahasiswa.
4

2. Kebenarannya tidak mutlak


Kebenaran suatu ilmu tidak selamanya mutlak, hal ini terjadi karena yang
menyelidiki/menemukannya adalah manusia. Kekeliruan/kesalahan yang mungkin
terjadi bukan karena metode, melainkan terletak pada manusia yang kurang tepat
dalam penggunaan metode tersebut.
Contoh : Pendekatan dalam pembelajaran muncul berbagai nama, misalnya
pembelajaran partisipatif, kontekstual learning, kooperatif learning

3. Bersifat objektif
Prosedur kerja atau cara penggunaan metode dalam menemukan/meneliti sesuatu
harus didasarkan pada metode yang bersifat ilmiah, tidak tergantung pada pemahaman
secara pribadi.
Contoh : Berbagai model pembelajaran muncul dengan diawali penggunaannnya
dalam pembelajaran, kemudian diteliti efektivitas dari masing-masing model tersebut,
kemudian disosialisasikan

4. Bersifat umum
Hasil dari ilmu dapat dipergunakan oleh semua manusia tanpa kecuali. Ilmu tidak
hanya dapat dipergunakan untuk wilayah tertentu, tetapi ilmu dapat dimanfaatkan
secara makro tanpa dibatasi oleh ruang.
Contoh : Penggunaan media dengan memanfaatkan potensi lokal dalam pembelajaran
dapat digunakan pada tempat-tempat tertentu sesuai dengan potensi lokal yang
dimilikinya.
5

C.Tujuan pencarian ilmu

Tujuan pencarian ilmu dalam islam adalah untuk memperoleh kebaikan dankebahagiaan
di dunia dan akhirat. Oleh sebab itu tujuan pencarian ilmu tidak sekedar untu memeperoleh
mnafaat materi atau memenuhi kebutuhan fisik saja,tetapi juga untuk memenuhi kebutuhan
moral dan spiritual yang bersifat ruhani.Tujuan dari pencarian imu selarasa dengan tujuan
penciptaan manusai, yaitu untuk mengetahui, ibadah, dan untuk mncapai ridah dan kedekatan
dengan-nya. Seperti disimpulkan oleh Ibnu Hazm, bahwa tujuan ilmu adalah untuk memeperoleh
ridhadan utuk mendekatkan diri kepada-nya, serta untuk mencapai kesejahteraan duniayang
meiputi manusia secara keseluruhan. Dengan demikian, tujuan dari pencarianilmu adalah untuk
membawa manusia kepada fitrahnya yang asal, yakni menjadi bahwa manusia yang baik. Seperti
dinyatakan oelh Al-Attas, bahwa tujun dari pencarian ilmu adalah untuk menananmkan kebaikan
atau keadilan pada manusiasebagai manusia dan diri pribadi, dan bukan hanya pada mansuai
sebagai warganegara atau bagian integral dari masyarakat.

D. Kedudukan ilmu dalam islam

Ilmu memiliki kedudukan dan keutamaan yang sangat besar dalam Islam. Karena
itulah, maka wahyu yang pertama kali diturunkan oleh Allah kepada Nabi Muhammad
saw adalah al-Quran surah al-Alaq ayat 1-5, yang berisi perintah ‘membaca’. Bahkan
perintah tersebut diulang dua kali untuk menunjukkan pentingnya aktifitas membaca, dan
aktivitas tersebut harus dilakukan secara sungguh-sungguh dan berulang-ulang, karena
iaktifitas membaca adalah sarana utama untuk mendapatkan ilmu.
6

Salah satu ciri yang membedakan islam dengan yang lainnya adalah
penekanannya terhadap masalah ilmu (sains). Al-Qur’an dan As-Sunnah mengajak kaum
Muslim untuk mencari dan mendapatkan ilmu dan kearifan, sertamenempatkan orang-
orang yang berpengetahuan pada derajat yang tinggi. Sebagiandari ayat-ayat Al-Qur’an
dan As-Sunnah yang relevan akan disebutkan di dalam pembahasan masalah ini. Di
dalam Al-Qur’an, kata al-ilm dan kata-kata jadiannyadigunakan lebih dari 780 kali.
Beberapa ayat pertama, yang diwahyukan kepadaRasullah SAW menyebutkan
pentingnya membaca, pena dan ajaran untuk manusia.

Di antara keutamaan ilmu yang disebutkan dalam al-Quran dan Hadits yaitu:
1. Ilmu, bersama-sama dengan iman, merupakan salah satu dari sebab ditinggikannya derajat
seseorang oleh Allah. Allah swt berfirman, “Niscaya Allah akan menaikkan derajat orang-orang
yang beriman dari kalian, serta orang-orang yang diberi ilmu, beberapa derakat.” (Q.S. Al-
Mujadilah: 11).

2. Ilmu adalah warisan para nabi, yang tidak bisa dinilai dengan dunia dan segala isinya.
Sehingga, merupakan keuntungan yang besar dan sempurna bagi manusia, bila mendapatkan
warisan tersebut. Rasulullah bersabda, “Sesungguhnya para nabi tidak mewariskan dinar dan
dirham, tetapi mereka hanyalah mewariskan ilmu. Maka, barangsiapa mengambil warisan
tersebut, berarti ia telah mengambil bagian warisan yang sempurna.” (H.R. Abu Dawud dan at-
Tirmidzi).

3. Ilmu adalah syarat untuk mendapat kebaikan dari Allah swt. Rasulullah bersabda,
“Barangsiapa yang dikehendaki oleh Allah mendapatkan kebaikan, maka Ia akan dipahamkan
oleh Allah terhadap agamanya.” (H.R. Bukhari dan Muslim).

4. Ilmu merupakan syarat untuk diterimanya suatu amalan. Rasulullah bersabda: “Barangsiapa
mengamalkan sesuatu yang tidak ada landasannya dalam urusan kami, maka amalnya tertolak.”
(H.R. Muslim).
7
E. Klasifikasi ilmu dalam islam
Klasifikasi ini terdapat pada buku Clasiification of Knowledge in Islam karya Osman
Bakar yg telah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia dengan judul Hierarki Ilmu,
Membangun Rangka Pikir Islamisasi Ilmu menurut al-Farabi, al-Ghazali dan Quthb al-
Din al Syirazi.

1. Klasifikasi ilmu menurut al-Farabi sbb


I.Ilmu bahasa.
II.Logika
III. Ilmu-ilmu matematis
IV. Ilmu Politik, Ilmu fikih, dan Ilmu kalam Karakteristik klasifikasi ini Dimaksudkan sebagai
petunjuk umum ke arah berbagai ilmu, sehingga para pengkaji dapat memilih subyek-subyek yg
benar2 membawa manfaat bagi dirinya.
Klasifikasi tersebut memungkinkan seorang belajar tentang hierarki (urutan tingkatan) ilmu.

2. klasifikasi Ilmu Menurut al-Ghazali


1.ilmu teoretis adalah ilmu yg menjadikan keadaan2 Yg wujudnya diketahui sebagaimana
adanya. Sedangkan ilmu Praktis berkenaan dengan tindakan2 manusia untuk memperoleh
kesejahteraan didunia maupun akhirat.
2. Ilmu yg dihadirkan dan ilmu yg dicapai Bersifat langsung, serta
merta,suprarasional(diatas/diluar jangkauan akal), intuitif (secara instuisi,berdasar bisikan hati)
dan kontemplatif (bersifat renungan). Al-Ghazali menyebut ilmu ini dengan sebutan ilmu ladunni.
Ilmu yg dicapai ialah ilmu yg dapat dijangkau oleh akal manusia (ilmu insani).
3. Ilmu-ilmu keagamaan dan ilmu-ilmu intelektual
Ilmu keagamaan ialah ilmu2 yg diperoleh dari para nabi,tidak hadir melalui akal manusia biasa.
Ilmu intelektual adalah berbagai ilmu yg dicapaimelalui intelek (kecerdasan berpikir).\

4. Ilmu farduain dan Ilmu fardu kifayah.


Farduain merujuk pada kewajiban agama yg mengikat setiap muslim dan muslimah(perseorang).
Fardukifayah merujuk pada hal hal yg merupakan perintah ilahi yg bersifat mengikat (kelompok
orang) muslim dan muslimat sbg satu kesatuan(bermasyarakat).

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dalam Islam, ilmu pengetahuan memiliki landasan yang kokoh melalui al-Qur'ān dan
Sunnah; bersumber dari alam fisik dan alam metafisik; diperoleh melalui indra, akal, dan
hati/intuitif. Cakupan ilmunya sangat luas, tidak hanya menyangkut persoalan-persoalan
duniawi, namun juga terkait dengan permasalahan ukhrāwi.
Adapun macam-macam sifat ilmu:
1. Bersifat akumulatif
2. Bersifat tidak mutlak
3. Bersifat objektif
4. Bersifat umum
8

DAFTAR PUSTKA

Disadur dari Modul Kaderisasi Sako “Pandu” Hidayatullah – Seri Sohihul Aqidah

Mahdi Ghulsyani, Filsafat-Sains menurut Al-Qur’an (Bandung: Mizan, 1986) hlm. 43

Ali Anwar Yusuf, Islam dan Sains Modern (Jakarta Barat, CV Pustaka Setia, 2006) hlm. 290

Bungin, B. (2005). Metodologi Penelitian Kuantitatif. Jakarta: Fajar Interpratama Grafika


9

Anda mungkin juga menyukai