Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

KAJIAN ISLAM, DAN ILMU PENGETAHUAN, TEKNOLOGI DAN SENI SERTA


DASAR DASAR DAN PENGERTIANNYA

Dosen Pengampu:
Drs. Muhammad Sarif, M.Ag

Disusun oleh

Nama Kelompok:
1. Naila Zulfaida 202110430311098
2. Gilang Maulana Jauza 202110430311090
3. Sepian Wahyu Y.P 202110430311079

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

2023

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas
rahmat dan hidayah-Nya, penulis bisa menyelesaikan makalah yang berjudul
“Kajian islam, dan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni serta dasar-dasar dan
Pengertiannya” sesuai dengan waktu yang ditentukan.

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Al Islam dan


Kemuhammadiyahan (AIK). Selain itu makalah ini bertujuan menambah wawasan
tentang Kajian islam, dan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni serta dasar-dasar
dan Pengertiannya bagi para pembaca dan juga bagi penulis.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Muhammad Darif, M. Ag


selaku dosen pengampu mata kuliah AIK. Ucapan terima kasih juga disampaikan
kepada semua anggota kelompok yang telah bekerja bersama dalam menyelesaikan
makalah ini.

Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh sebab itu,
saran dan kritik yang membangun diharapkan demi kesempurnaan makalah ini.

Penulis

2
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL...........................................................................................................1

KATA PENGANTAR.........................................................................................................2

DAFTAR ISI.......................................................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................4

1. Latar Belakang.........................................................................................................4
2. Rumusan Masalah....................................................................................................4
3. Tujuan......................................................................................................................5

BAB II PEMBAHASAN....................................................................................................6

A. Pengertian dan Landasan Pembelajaran tematik.....................................................6


B. Prinsip-Prinsip Dasar Pembelajaran Tematik..........................................................7
C. Rambu-Rambu Pelaksanaan Pembelajaran Tematik...............................................9
D. Keunggulan dan Kelemahan Pembelajaran Tematik...............................................9

BAB III PENUTUP............................................................................................................10

A. Kesimpulan..............................................................................................................10
B. Saran........................................................................................................................10

DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................12

BAB I

3
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Di zaman modern yang canggih seperti saat ini kemajuan akan Ilmu
Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) dan seni sangatlah berpengaruh terhadap
segala aspek dalam kehidupan. Tidak dapat dipungkiri, keberadaan IPTEK dan seni
tidak pernah lepas dengan keberadaan manusia. Manusia sebagai subjek dari
berkembangnya ilmu pengetahuan itu sendiri. Dengan berkembangnya ilmu
pengetahuan, maka berkembanglah pula teknologi dan seni.

Peran Islam dalam perkembangan Iptek pada dasarnya ada 2 (dua).


Pertama, menjadikan Aqidah Islam sebagai paradigma ilmu pengetahuan.
Paradigma inilah yang seharusnya dimiliki umat Islam, bukan paradigma sekuler
seperti yang ada sekarang. Paradigma Islam ini menyatakan bahwa Aqidah Islam
wajib dijadikan landasan pemikiran (qa’idah fikriyah) bagi seluruh ilmu
pengetahuan. Ini bukan berarti menjadikan Aqidah Islam sebagai sumber segala
macam ilmu pengetahuan, melainkan menjadi standar bagi segala ilmu
pengetahuan. Maka ilmu pengetahuan yang sesuai dengan Aqidah Islam dapat
diterima dan diamalkan. Sedang yang bertentangan dengannya, wajib ditolak dan
tidak boleh diamalkan. Kedua, menjadikan Syariah Islam (yang lahir dari Aqidah
Islam) sebagai standar bagi pemanfaatan Iptek dalam kehidupan sehari-hari.
Standar atau kriteria inilah yang seharusnya digunakan umat Islam, bukan standar
manfaat (pragmatisme/utilitarianisme) seperti yang ada sekarang. Standar syariah
ini mengatur boleh tidaknya pemanfaatan iptek, didasarkan pada ketentuan halal-
haram (hukum-hukum syariah Islam). Umat Islam boleh memanfaatkan Iptek jika
telah dihalalkan oleh Syariah Islam. Sebaliknya jika suatu aspek Iptek dan telah
diharamkan oleh Syariah, maka tidak boleh umat Islam memanfaatkannya,
walaupun ia menghasilkan manfaat sesaat untuk memenuhi kebutuhan manusia.

Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi dunia yang satu abad terakhir
ini dipimpin oleh perdaban barat mencengangkan bagi banyak orang di berbagai
penjuru dunia (Nahadi, M., Sarimaya, F., & Rosdianti, S. R. 2011). Kesejahteraan
dan kemakmuran material (fisikal) yang dihasilkan oleh perkembangan iptek

4
modern membuat orang lalu mengagumi dan meniru- niru gaya hidup peradaban
barat tanpa dibarengi sikap kritis terhadap segala dampak negatif yang
diakibatkanya (Zahro, 2015). Pada dasarnya kita hidup di dunia ini tidak lain untuk
beribadah kepada Allah SWT. Ada banyak cara untuk beribadah kepada Allah
SWT seperti sholat, puasa, dan menuntut ilmu. Menuntut ilmu ini hukumnya wajib.
Seperti sabda Rasulullah SAW: “menuntut ilmu adalah sebuah kewajiban atas
setiap muslim laki-laki dan perempuan”. Ilmu adalah kehidupanya islam dan
kehidupanya keimanan.

RUMUSAN MASALAH

Dengan latar belakang yang sudah dirumuskan, maka beberapa hal yang ingin
diketahui adalah:

1. Apakah definisi dari IPTEK dan seni?


2. Bagaimana hukum menuntut ilmu dalam Islam?
3. Bagaimana keutamaan orang menuntut ilmu?
4. Bagaimana seni dalam konsep islam?
5. Bagaimanakah seni yang halal dan seni yang haram?

B. TUJUAN
Dari rumusan masalah di atas terdapat beberapa tujuan yang ingin dapatkan di
antaranya adalah:
1. Memahami bagaimana definisi dari IPTEK dan seni.
2. Memahami kewajiban menuntut ilmu.
3. Memahami keutamaan orang menuntut ilmu.
4. Memahami bagaimana seni dalam konsep islam.
5. Memahami bagaimana seni yang halal dan seni yang haram.

BAB II

PEMBAHASAN

5
A. DEFINISI IPTEK DAN SENI
Dalam sudut pandang filsafat ilmu, pengetahuan dengan ilmu sangat
berbeda maknanya. Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui manusia
melalui tangkapan panca indra, intuisi dan firasat, sedangkan ilmu adalah
pengetahuan yang sudah diklasifikasi, diorganisasi, disistematisasi dan diinterpretasi
sehingga menghasilkan kebenaran obyektif, sudah diuji kebenarannya dan dapat
diuji ulang secara ilmiah. Secara etimologis kata ilmu berarti kejelasan, oleh karena
itu segala yang terbentuk dari akar katanya mempunyai ciri kejelasan. Dalam Al-
Qur’an, ilmu digunakan dalam arti proses pencapaian pengetahuan dan obyek
pengetahuan sehingga memperoleh kejelasan. Dalam kajian filsafat, setiap ilmu
membatasi diri pada salah satu bidang kajian. Sebab itu seseorang yang
memperdalam ilmu tertentu disebut sebagai spesialis, sedangkan orang yang banyak
tahu tetapi tidak mendalam disebut generalis.
Pandangan Al-Qur’an tentang ilmu dan teknologi dapat diketahui prinsip-
prinsipnya dari analisis wahyu pertama yang diterima oleh Nabi Muhammad SAW.
“Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang menciptakan, Dia telah
menciptakan manusia dari segumpal darah, Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha
Pemurah, Yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam, Dia mengajar kepada
manusia apa yang tidak diketahuinya” (Q.S. Al-A’laq: 1-5).
Istilah teknologi merupakan produk ilmu pengetahuan. Dalam sudut
pandang budaya, teknologi merupakan salah satu unsur budaya sebagai hasil
penerapan praktis dari ilmu pengetahuan. Meskipun pada dasarnya teknologi juga
memiliki karakteristik obyektif dan netral. Dalam situasi tertentu teknologi tidak
netral lagi karena memiliki potensi untuk merusak dan potensi kekuasaan. Disinilah
letak perbedaan ilmu pengetahuan dengan teknologi. Dalam KBBI (Kamus Besar
Bahasa Indonesia), teknologi diartikan sebagai “kemampuan teknik yang
berlandaskan pengetahuan ilmu eksakta dan berdasarkan proses teknis”.
Ilmu pengetahuan (sains) adalah pengetahuan tentang gejala alam yang
diperoleh melalui proses yang disebut metode ilmiah (scientific method) (Aji, 2017).
Sedang teknologi adalah pengetahuan dan keterampilan yang merupakan penerapan
ilmu pengetahuan dalam kehidupan manusia sehari-hari. Perkembangan Iptek,
adalah hasil dari segala langkah dan pemikiran untuk memperluas, memperdalam,
dan mengembangkan iptek.

6
B. HUKUM MENUNTUT ILMU DALAM ISLAM
Pada dasarnya kita hidup di dunia ini tidak lain adalah untuk beribadah
kepada Allah. Tentunya beribadah dan beramal harus berdasarkan ilmu yang ada di
Al-Qur’an dan Al-Hadis (Wiartha, 2017). Tidak akan tersesat bagi siapa saja yang
berpegang teguh dan sungguh-sungguh perpedoman pada Al-Qur’an dan Al-Hadist.
Disebutkan dalam hadist, bahwasanya ilmu yang wajib dicari seorang muslim ada,
sedangkan yang lainnya akan menjadi fadhlun (keutamaan). Ketiga ilmu tersebut
adalah ayatun muhkamatun (ayat-ayat Al-Qur’an yang menghukumi), sunnatun
qoimatun (sunnah dari Al-hadist yang menegakkan) dan faridhotun adilah (ilmu bagi
waris atau ilmu faroidh yang adil).
Dalam sebuah hadist, rasulullah bersabda, “Mencari ilmu itu wajib bagi
setiap muslim, dan orang yang meletakkan ilmu pada selain yang ahlinya bagaikan
menggantungkan permata dan emas pada babi hutan.” (HR. Ibnu Majah dan lainya).
Juga pada hadist rasulullah yang lain,”carilah ilmu walau sampai ke negeri cina”.
Dalam hadist ini kita tidak dituntut mencari ilmu ke cina, tetapi dalam hadist ini
rasulullah menyuruh kita mencari ilmu dari berbagai penjuru dunia. Walau jauh ilmu
harus tetap dikejar. Kadang-kadang orang lupa dalam mendidik anaknya, sehingga
lebih mengutamakan ilmu-ilmu umum daripada ilmu agama (Kosim, 2015). Maka
anak menjadi orang yang buta agama dan menyepelekan kewajiban-kewajiban
agamanya. Dalam hal ini orang tua perlu sekali memberikan bekal ilmu keagamaan
sebelum anaknya mempelajari ilmu-ilmu umum.
Dalam hadist yang lain Rasulullah bersabda, “sedekah yang paling utama
adalah orang islam yang belajar suatu ilmu kemudian diajarkan ilmu itu kepada
orang lain.” (HR. Ibnu Majah). Maksud hadis diatas adalah lebih utama lagi orang
yang mau menuntut ilmu kemudian ilmu itu diajarkan kepada orang lain. Inilah
sedekah yang paling utama dianding sedekah harta benda. Ini dikarenakan
mengajarkan ilmu, khususnya ilmu agama, berarti menanam amal yang muta’adi
(dapat berkembang) yang manfaatnya bukan hanya dikenyam orang yang diajarkan
itu sendiri, tetapi dapat dinikmati orang lain.
C. KEUTAMAAN ORANG MENUNTUT ILMU
Orang yang berilmu mempunyai kedudukan yang tinggi dan mulia di sisi Allah dan
masyarakat. Al-Quran menggelari golongan ini dengan berbagai gelaran mulia dan

7
terhormat yang menggambarkan kemuliaan dan ketinggian kedudukan mereka di sisi
Allah SWT (Andriani, 2016). Dalam surat ali Imran ayat ke-18, Allah SWT
berfirman: "Allah menyatakan bahwasanya tidak ada Tuhan melainkan Dia (yang
berhak disembah), Yang menegakkan keadilan. Para Malaikat dan orang- orang yang
berilmu (juga menyatakan yang demikian itu). Tak ada Tuhan melainkan Dia (yang
berhak disembah), Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana".
Dalam ayat ini ditegaskan pada golongan orang berilmu bahwa mereka
amat istimewa di sisi Allah SWT. Mereka diangkat sejajar dengan para malaikat
yang menjadi saksi ke-Esaan Allah SWT. Peringatan Allah dan Rasul-Nya sangat
keras terhadap kalangan yang menyembunyikan kebenaran/ilmu, sebagaimana
firman-Nya: "Sesungguhnya orang-orang yang menyembunyikan apa yang telah
Kami turunkan berupa keterangan-keterangan (yang jelas) dan petunjuk, setelah
Kami menerangkannya kepada manusia dalam Al-Kitab, mereka itu dilaknati Allah
dan dilaknati pula oleh semua (mahluk) yang dapat melaknati." (Al-Baqarah: 159).\

D. SENI DALAM KONSEP ISLAM


Pandangan Islam tentang seni. Seni merupakan ekspresi keindahan. Dan keindahan
menjadi salah satu sifat yang dilekatkan Allah pada penciptaan jagat raya ini. Allah
melalui kalamnya di Al-Qur’an mengajak manusia memandang seluruh jagat raya
dengan segala keserasian dan keindahannya. Allah berfirman: “Maka apakah mereka
tidak melihat ke langit yang ada di atas mereka, bagaimana Kami meninggikannya
dan menghiasinya, dan tiada baginya sedikit pun retak-retak?” [QS 50: 6]. Allah itu
indah dan menyukai keindahan. Inilah prinsip yang didoktrinkan Nabi Muhammad
SAW kepada para sahabatnya. Ibnu Mas’ud meriwayatkan bahwa Rasulullah saw.
bersabda: “Tidak masuk surga orang yang di dalam hatinya terbetik sifat sombong
seberat atom.” Ada orang berkata,” Sesungguhnya seseorang senang berpakaian
bagus dan bersandal bagus.” Nabi bersabda,” Sesungguhnya Allah Maha Indah,
menyukai keindahan. Sedangkan sombong adalah sikap menolak kebenaran dan
meremehkan orang lain.” (HR. Muslim). Bahkan salah satu mukjizat Al-Qur’an
adalah bahasanya yang sangat indah, sehingga para sastrawan arab dan bangsa arab
pada umumnya merasa kalah berhadapan dengan keindahan sastranya, keunggulan
pola redaksinya, spesifikasi irama, serta alur bahasanya, hingga sebagian mereka
menyebutnya sebagai sihir. Dalam membacanya, kita dituntut untuk menggabungkan

8
keindahan suara dan akurasi bacaannya dengan irama tilawahnya sekaligus.
Rasulullah bersabda: “Hiasilah Al-Qur’an dengan suaramu.” (HR. Ahmad, Abu
Dawud, Nasa’I, Ibnu Majah, Ibnu Hibban, Darimi). Maka manusia menyukai
kesenian sebagai representasi dari fitrahnya mencintai keindahan. Dan tak bisa
dipisahkan lagi antara kesenian dengan kehidupan manusia. Namun bagaimana
dengan fenomena sekarang yang ternyata dalam kehidupan sehari-hari nyanyian-
nyanyian cinta ataupun gambar-gambar seronok yang diklaim sebagai seni oleh
sebagian orang semakin marak menjadi konsumsi orang-orang bahkan anak-
anak.Sebaiknya di kembalikan kepada Al-Qur’an dan As-Sunnah. Bahwa dalam Al-
Qur’an disebutkan: “Dan diantara manusia (ada) orang yang mempergunakan
perkataan yang tidak berguna untuk menyesatkan (manusia) dari jalan Allah tanpa
pengetahuan dan menjadikan jalan Allah itu sebagai olok-olokan. Mereka itu
memperoleh azab yang menghinakan.” (QS. Luqman: 6) Jikalau kata-kata dalam
nyanyian itu merupakan perkataan-perkataan yang tidak berguna bahkan
menyesatkan manusia dari jalan Allah, maka HARAM nyanyian tersebut. Nyanyian-
nyanyian yang membuat manusia terlena, mengkhayalkan hal-hal yang tidak patut
maka kesenian tersebut haram hukumnya Menurut Seyyed Hossein Nasr, seni Islam
merupakan hasil dari pengejawantahan Keesaan pada bidang keanekaragaman.
Artinya seni Islamsangat terkait dengan karakteristik-karakteristik tertentu dari
tempat penerimaan wahyu al-Qur’an yang dalam hal ini adalah masyarakat Arab.
Jika demikian, bisa jadi seni Islam adalah seni yang terungkap melalui ekspresi
budaya lokal yang senada dengan tujuan Islam. Sementara itu, bila kita merujuk pada
akar makna Islam yang berarti menyelamatkan ataupun menyerahkan diri, maka bisa
jadi yang namanya seni Islam adalah ungkapan ekspresi jiwa setiap manusia yang
termanifestasikan dalam segala macam bentuknya, baik seni ruang maupun seni
suara yang dapat membimbing manusia kejalan atau pada nilai-nilai ajaran Islam. Di
sisi lain, dalam Ensiklopedi Indonesia disebutkan bahwa seni adalah penjelmaan rasa
indah yang terkandung dalam jiwa manusia, dilahirkan dengan perantaraan alat
komunikasi kedalam bentuk yang dapat ditangkap oleh indra pendengaran (seni
suara), penglihatan (seni lukis dan ruang), atau dilahirkan dengan perantaraan gerak
(seni tari dan drama). Dari difinisi yang kedua ini bisa jadi seni Islam adalah
ekspresi jiwa kaum muslim yang terungkap melalui bantuan alat instrumental baik
berupa suara maupun ruang. Hal ini juga bisa kita lihat dalam catatan sejarah bahwa

9
dalam perkembangannya baik seni suara maupun ruang termanifestasikan. Dengan
definisi demikian, maka setiap perkembangan seni baik pada masa lampau maupun
masa kini bisa dikatakan seni Islam asalkan memenuh kerangka dasar dari difinisi-
difinisi di atas. Dengan kata lain, seni bisa kita kategorikan seni Islam bukan terletak
pada dimana dan kapan seni tersebut termanifestasikan, melainkan pada esensi dari
ajaran-ajaran Islam yang terejahwantah dalam karya seni tersebut.

E. SENI YANG HALAL DAN HARAM


Dalam Ensiklopedi Indonesia seni adalah penjelmaan rasa indah yang terkandung
dalam jiwa manusia, yang dilahirkan dengan perantaraan alat komunikasi ke dalam
bentuk yang dapat ditangkap oleh indera pendengar, indera penglihatam, atau
dilahirkan dengan perantaraan gerak.“Hukum asal segala sesuatu adalah boleh”, dan
“tidak ada hukum haram kecuali dengan nash yang qath’i”. Nash yaitu dalil yang
hanya memiliki satu indikasi makna saja, sedangkan qath’i adalah pasti, yang
biasanya harus memenuhi dua persyaratan, baik itu wurudnya (sumbernya) yang
berdasarkan Al-Qur’an dan Hadits Mutawatir, dan qath’i dhalalah-nya (petunjuk
lafazhnya), yaitu muhkam (tidak ada kemungkinan multi penafsiran) dan sharih
(jelas). Contoh seni yang Islam cenderung membolehkan: 1. Seni Membaca Al –
Qur’an (Tilawatil atau Qiro’atil Qur’an) Sebagaimana Nabi Muhammad SAW
melagukan Surat Al Fath ketika Fathul Makkah atau sahabat Abu Musa Al Anshary
yang paling bagus bacaan Qur’annya. Dari Al-Barra’ bin ‘Azib RA, ia berkata: telah
bersabda Rasulullah SAW: “Hiasilah Al-Qur’an dengan suaramu” (HR. Abu Dawud,
An-Nasa’I dan lain-lainnya) 2. Seni Kaligrafi/Tulis
Kaligrafi adalah seni menulis sebuah tulisan, di Jepang menulis huruf kanji dengan
sebutan “Shodo”, “Seoye” di Korea dan di China disebut dengan Shufa/Yi-shu.
Sedangkan seni tulis arab sering disebut dengan khat. Khusus kaligrafi yang baik dan
sesuai dengan Islam adalah seni kaligrafi yang isinya mengambil ayat-ayat Al-
Quran. Bentuknya bermacam-macam, tidak selalu pena diatas kertas, tetapi
seringkali juga ditatahkan di atas logam, bangunan, atau kulit.
3. Seni Arsitektur
Arsitektur selain sebagai ilmu dalam merancang bangunan, aritektur juga adalah
seni. Dalam artian yang lebih luas, arsitektur mencakup merancang dan membangun
keseluruhan lingkungan binaan, mulai dari level makro yaitu perencanaan kota,

10
perancangan perkotaan, arsitektur lansekap, hingga ke level mikro yaitu desain
bangunan, desain perabot dan desain produk. Arsitektur juga merujuk kepada hasil-
hasil proses perancangan tersebut. Banyak manfaatnya dari seni arsitektur ini.
4. Seni Sastra Seni sastra adalah semua jenis tulisan yang memiliki arti atau
keindahan tertentu. Al Qur’an termasuk seni sastra tertinggi yang dimiliki oleh
ummat Islam. Dengan seni sastra seseorang dapat menyampaikan pikiran-pikiran
atau ajaran ajaran tertentu dengan indah. 5. Seni Kriya Kriya adalah kegiatan seni
yang menitik-beratkan kepada keterampilan tangan dan fungsi untuk mengolah
bahan baku yang sering ditemukan di lingkungan menjadi benda-benda yang tidak
hanya bernilai pakai, tetapi juga bernilai estetis. Contohnya mengubah sampah ban
bekas menjadi kursi, sandal, ember, atau tempat sampah. Adapun contoh seni yang
cenderung tidak diperbolehkan oleh islam atara lain, yakni: 1. Seni Rupa
Seni rupa adalah cabang seni yang membentuk karya seni dengan media yang bisa
ditangkap mata dan dirasakan dengan rabaan. Islam membolehkan seni rupa selama
tidak mengarah kepada maksiat dan ingkar kepada Allah Tuhan semesta alam.
Contoh seni rupa yang dilarang adalah, menggambar manusia, apalagi ekspresi yang
dapat menimbulkan syahwat. 2. Menyanyi
Para ulama berbeda pendapat mengenai hukum menyanyi (alghina’/at-taghanni).
Sebagian mengharamkan nyanyian dan sebagian lainnya menghalalkan. Masing-
masing mempunyai dalilnya sendirisendiri. Menyanyi yang diharamkan Islam karena
a. “Dan di antara manusia ada orang yang mempergunakan perkataan yang tidak
berguna (lahwal hadits) untuk menyesatkan manusia dari jalan Allah tanpa
pengetahuan dan menjadikan jalan Allah itu ejekan. Mereka itu akan memperoleh
adzab yang menghinakan.” (Qs. Luqmân [31]: 6) b. Hadits Aisyah ra Rasulullah
Saw bersabda: “Sesungguhnya Allah mengharamkan nyanyian-nyanyian (qoynah)
dan menjualbelikannya, mempelajarinya atau mendengar-kannya.” Kemudian beliau
membacakan ayat di atas. [HR. Ibnu Abi Dunya dan Ibnu Mardawaih].
c. Hadits dari Ibnu Mas’ud ra, Rasulullah Saw bersabda: “Nyanyian itu bisa
menimbulkan nifaq, seperti air menumbuhkan kembang.” [HR. Ibnu Abi Dunya dan
al-Baihaqi, hadits mauquf]. d. Hadits yang diriwayatkan oleh Ibnu ‘Auf ra bahwa
Rasulullah Sawbersabda: “Sesungguhnya aku dilarang dari suara yang hina dan
sesat, yaitu: 1. Alunan suara nyanyian yang melalaikan dengan iringan seruling
syaitan (mazamirus syaithan). 2. Ratapan seorang ketika mendapat musibah sehingga

11
menampar wajahnya sendiri dan merobek pakaiannya dengan ratapan syetan
(rannatus syaithan).”
3. Musik
Begitu juga dengan bermain musik, sebagian ulama berbeda pendapat mengenai
hukum bermain musik. Sebagian mengharamkannya dan sebagian lainnya
menghalalkannya. Hal ini berdasarkan pada hadits dari Abu Malik Al-Asy’ari ra
bahwa Rasulullah saw bersabda: “Sesungguhnya akan ada di kalangan umatku
golongan yang menghalalkan zina, sutera, arak, dan alat-alat musik (al-ma’azif).”
[HR. Bukhari, Shahih Bukhari, hadits no. 5590]. 4. Tarian Tari adalah gerak tubuh
secara berirama yang dilakukan di tempat dan waktu tertentu untuk keperluan
pergaulan, mengungkapkan perasaan, maksud, dan pikiran. Bunyi-bunyian yang
disebut musik pengiring tari mengatur gerakan penari dan memperkuat maksud yang
ingin disampaikan. Gerakan tari berbeda dari gerakan sehari-hari seperti berlari,
berjalan, atau bersenam. Saat tarian tersebut mempertontonkan aurat, dan
mengundang nafsu birahi maka Islam melarang tarian tersebut. Apalagi tarian yang
ditujukan untuk memuja sesuatu selain Allah.
5. Seni Patung
Seni patung adalah cabang seni rupa yang hasil karyanya berwujud tiga
dimensi. Biasanya diciptakan dengan cara memahat, modeling
(misalnya dengan bahan tanah liat) atau kasting (dengan cetakan).
Islam melarang seni patung sebagaimana Hadist Rasulullah saw,
“Manusia yang paling pedih siksanya di hari kiamat ialah yang meniru
ciptaan Allah. Sedangkan para pelukis dan penggambar adalah orangorang yang
meniru ciptaan Allah.” (Muttafaqun ‘alaih).
6. Seni Kontemporer
Seni Kontemporer adalah salah satu cabang seni yang terpengaruh dampak
modernisasi. Kontemporer itu artinya kekinian, modern atau lebih tepatnya adalah
sesuatu yang sama dengan kondisi waktu yang sama atau saat ini; jadi seni
kontemporer adalah seni yang tidak terikat oleh aturan-aturan zaman dulu dan
berkembang sesuai zaman sekarang. Dari ‘Aisyah bahwasannya ia membeli bantal
kecil yang ada gambar-gambarnya. Ketika Rasulullah melihatnya beliau berdiri di
pintu tidak mau masuk. Maka ‘Aisyah mengetahui ada tanda kebencian di muka
Rasulullah. Lalu ia pun berkata: “Ya Rasulullah, aku bertaubat kepada Allah dan

12
Rasul-Nya, dosa apakah yang telah kuperbuat?” Rasulullah menjawab: “Bagaimana
halnya bantal itu?” ‘Aisyah menjawab: “Saya membelinya agar engkau duduk dan
bersandar di atasnya.” Kata Rasulullah: “Sesungguhnya orang-orang yang membuat
gambar-gambar ini akan disiksa pada hari kiamat dan akan dikatakan kepada
mereka: “Hidupkanlah gambar-gambar yang kalian buat itu!” Kemudian beliau
bersabda: “Sesungguhnya rumah yang ada gambargambar (yang bernyawa -pent) di
dalamnya tidak akan dimasuki malaikat.” (Muttafaqun ‘alaih).

BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Perkembangan iptek adalah hasil dari segala langkah dan pemikiran untuk
memperluas, memperdalam, dan mengembangkan iptek.Dari uraian di atas dapat
dipahami, bahwa peran Islam yang utama dalam perkembangan iptek setidaknya
ada 2 (dua). Pertama, menjadikan Aqidah Islam sebagai paradigma pemikiran dan
ilmu pengetahuan. Kedua, menjadikan syariah Islam sebagai standar penggunaan
iptek.

Jadi, syariah Islam-lah, bukannya standar manfaat (utilitarianisme), yang


seharusnya dijadikan tolok ukur umat Islam dalam mengaplikasikan iptek dan
seni.

13
DAFTAR PUSTAKA

Supriatna, E. 2019. Islam dan Ilmu Pengetahuan. JURNAL SOSHUM INSENTIF,


VOL 2 NO 1.

14
Ismail. 2018. PSIKOLOGI KOMUNIKASI DALAM PENERAPAN NILAI-NILAI
KEISLAMAN DI KELUARGA. Jurnal Peurawi. Vol. 1 No. 1 Tahun 2018.

Rakha. 2016. PANDANGAN ISLAM TERHADAP SAINS DAN TEKNOLOGI.


UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Ma'had Al-Jami'ah.

15

Anda mungkin juga menyukai