Dosen Pengampu:
DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 9
2023
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-
Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “ Ilmu
Pengetahuan dan Teknologi Dalam Islam’’ ini tepat pada waktunya. Adapun tujuan
dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas pada mata kuliah umum
Pendidikan Agama Islam. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah
wawasan tentang ilmu pengetahuan dan teknologi dalam islam.
Kami mengucapkan terima kasih kepada ibu Dr. Zukhaira, S. S., M. Pd. selaku
dosen mata kuliah umum Pendidikan Agama Islam yang telah memberikan tugas ini
dan kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang berkontribusi
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini. Kami menyadari, makalah yang
kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang
membangun sangat kami nantikan demi kesempurnaan makalah ini.
Kelompok 9
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
Sesuai dengan rumusan masalah yang telah diuraikan, maka tujuan dari makalah ini
adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui pengertian ilmu pengetahuan dan teknologi menurut
pandangan Islam.
2. Untuk mengetahui sejarah perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
dalam Islam.
3. Untuk mengetahui bagaimana pengembangan IPTEK dalam tinjauan hukum
Islam.
4. Untuk mengetahui dampak positif dan negatif adanya ilmu pengetahuan dan
teknologi dalam Islam.
1
BAB II
PEMBAHASAN
2
dapat disangkal bahwa Al-Qur’an pun juga mengungkapkan mengenai
pentingnya ilmu pengetahuan dan teknologi dalam perkembangan kehidupan
manusia, kesejahteraan manusia, sekaligus menjadi pembantu manusia dalam
meringankan tugasnya di muka bumi ini. Seperti pada surah Al-Alaq (96): 1-
5, yang membahas mengenai penguasaan ilmu pengetahuan.
Dalam Al-Qur’an, ilmu pengetahuan dan teknologi yang dimaksud
oleh Allah ialah berupa meninggikan derajat orang yang berilmu dan tidak
akan mungkin dapat mencapai keinginannya tanpa adanya pendorong (IPTEK/
sarana belajar). Dari hal tersebut maka dapat disimpulkan bahwa keterpaduan
IPTEK dan agama Islam merupakan suatu sinergi yang tidak dapat dipisahkan,
dimana Al-Qur’an sangat menganjurkan dan memberikan isyarat akan adanya
hukum mengenai kewajiban dalam menuntut ilmu pengetahuan, yang
kedepannya akan memberikan manfaat dan kemudahan bagi manusia untuk
menjalankan tugasnya sebagai khalifah Allah di dunia.
3
institusi kemasyarakatan yang bisa berjalan selaras antara institusi
Negara dengan agama.
Kemudian lahirlah kebijakan-kebijakan baru dari
kepemimpinan setelah wafatnya Nabi Alaihissalam masa khulafâ’
râsyidûn yang mampu membawa kebijakan Islam bisa diterima luas di
seluruh kalangan (Siti Maryam, 2002). Setelah islam mengalami
ekspansi wilayah lebih luas, tentu pemeluk Islam semakin banyak
seiring bertambahnya waktu. Serta kehidupan masyarakat kian pesat
dan meningkat dalam sektor ekonomi. Pun para pemikir yang datang
silih berganti dari seluruh penjuru kota, menjadi faktor utama terhadap
cikal bakal lahirnya ilmu pengetahuan dalam Islam.
Dalam periode ini, perkembangan ilmu pengetahuan Islam
lebih cenderung kearah ilmu-ilmu syari’at (ulûm naqliyyah, ulûm
syar’iyyah) dibanding ilmu-ilmu logika (ulûm aqliyyah). Ilmu syari’at
yang bertumpu pada sumber primer Islam, Al-Qur’an dan Hadis,
mampu menjawab permasalahan-permasalahan seputar ibadah
(‘ubudiyyah) pasca sepeninggal Rasulullah Alaihi Salam.
Munculnya ilmu qirâ’at yang erat kaitannya dengan cara
membaca dan memahami kandungan Al-Qur’an. Dalam rangka
penyebaran ilmu qirâ’at ini, khalifah Umar mengirim beberapa
delegasi untuk menyebarkan bacaan yang benar, antara lain Muadz Ibn
Jabal ke Palestina, Ubadah Ibn Shamit ke kota Hims, Abu Darda’ ke
Damaskus, sementara Ubay Ibn Ka’b dan Abu Ayub tetap di Madinah.
(RI, 1981-1982)
Di samping perkembangan kajian ilmu naqliyyah pada abad ini
berkembang pesat, pemahaman ilmu aqliyyah juga sudah mulai
dipandang serius oleh masyarakat pada masa itu. Ilmu Nahwu (Arabic
grammar) lahir dan berkembang pesat di dua kota besar, yaitu Kufah
dan Basrah. Sebab kota tersebut banyak ditempati orang-orang yang
berbahasa Persia serta kekayaan dialektika (lahjat) setempat.
Dari sini, Ali Ibn Abi Thalib melakukan pembinaan pembinaan
terhadap penduduk setempat tentang kaidah-kaidah dasar Ilmu Nahwu.
Kemudian lahirlah sosok pengumpul kaidah-kaidah dasar ilmu Nahwu
4
pertama, yaitu Abul Aswad Addu’ali yang termasuk generasi pada
masa kepemimpinan umayah. (Hasymi, 1979)
Kemampuan para penyair pra Islam dan awal Islam
(mukhadzram) ikut serta dalam dunia sastra pada periode ini, seperti
Hasan Ibn Tsabit, Ka’b Ibn Zuhair Ibn Abi Sulma, dan Hasan Ibn
Tsabit. Serta pidato-pidato (khithâbah) Ali Ibn Abi Tholib ikut serta
memperkaya khazanah sastra pada masa itu.
Arsitektur juga mengalami kemajuan dalam Islam, dimulai
dengan berdirinya masjid-masjid yang dibangun sejak Rasulullah,
seperti masjid Quba yang didirikan oleh Rasulullah ketika melakukan
perjalanan hijrah sebelum sampai di Madinah.
Pembangunan dalam Islam juga mengalami perkembangan
pesat di luar Mekah, seperti pembangunan kota Basrah pada tahun 14-
15 H. dengan arsiteknya Ubay Ibn Gazwah dan dibantu 800 pekerja
lainnya. Di Mesir, juga terdapat pembangunan sebuah kota yang
bernama Fusthat. Kota ini dibangun pada tahun 21 H. atas
ketidaksetujuan khalifah Umar untuk Iskandariyah sebagai provinsi
Mesir yang telah diusulkan gubernur Amru Ibn Ash. Ketidaksetujuan
Khalifah Umar ini beralaskan adanya sungai Nil yang membatasi kota
tersebut dengan Madinah.
2. Masa Umawiyah
Umawiyah berasal dari Daulah Umayyah berasal dari nama
Umayyah Ibn Abdi Sayms Ibn Abdi Manaf, salah satu seorang
pemimpin suku Quraisy pada zaman Jahiliyah (pra-Islam). Pada masa
ini banyak sekali kemajuan yang terjadi, seperti peran Ali alQali yang
berhasil membumikan bahasa Arab di Andalusia, Cordova.
Pada tahun 330 H/ 941 M. ia memenuhi undangan Al-Nashir
untuk menetap di Cordova dan mengembangkan ajaran Nahwu sampai
akhir hayatnya (358 H/ 969 M). Ali Al-Qali banyak sekali
meninggalkan karya-karyanya yang sangat bermanfaat di Cordova dan
yang menjadi cikal bakal berkembangnya Bahasa Arab di sana.
Karangannya antara lain, al-Amâli dan al-Nawâdlir. (Amin, 1969)
Tokoh lain di bidang Fikih yang tidak kalah terkenal di
Andalusia antara lain, Abu Bakar Muhammad Ibn Marwan Ibn Zuhr
5
(w. 422 H). Ia merupakan sosok sastrawan besar pada masanya yang
pernah ada di Andalusia. Selain itu, Abu Muhammad Ali Ibn Hazm (w.
455 H). yang memiliki karya al-Fashl; fi al-Milâl wa al-Ahwâ’ wa al-
Nihal yang merupakan masterpiece yang fenomenal hingga saat ini.
Semula Ibn Hazm menganut mazhab Syafi’I, namun seiringnya waktu
ia talfiq pada mazhab Daud Azzahiri.
Selain maju di bidang agama, ilmu filsafat juga sudah mulai
berkembang di kota Andalusia. Luthfi Abdul Badi’ mengemukakan,
bahwa Muhammad Ibn Abdillah Ibn Misarrah al-Bathini, ialah orang
pertama kali yang menekuni bidang filsafat di Andalusia. Hal ini
berarti, ilmu filsafat sudah dikenal sebelum al-Jabali. Dan ilmu itu
berkembang pesat pada masa al-Nashir dan sampai pada puncaknya di
masa al-Mustanshir.
Seiring berkembangnya filsafat, berkembang juga ilmu-ilmu
pasti. Ilmu pasti yang digemari bangsa Arab bersumber pada buku
India Sinbad yang di-Arab-kan oleh Ibrahim al Fazari pada tahun 771
M. dengan perantara ini bangsa Arab lebih mengenal dan
menggunakan angka-angka India yang di Eropa angka itu dikenal
dengan angka Arab. (Fakhrudin, 1979)
Di samping maju di di bidang ilmu pasti, Andalusia juga
diperkaya dengan sarjana-sarjana pribumi yang pakar di bidang ilmu
kedokteran. Seperti, Ahmad Ibn Ilyas al-Qurthubi dan al Harrani yang
hidup pada masa kekuasaan Muhammad I Bin Abdurrahman II al-
Ausath.
3. Masa Abbasiyah
Peradaban Islam mengalami puncak kejayaan pada masa
Daulah Abbasiyah. Ilmu pengetahuan pada masa ini sangat maju secara
pesat. Kemajuan ilmu pengetahuan pada masa ini disebabkan adanya
gerakan terjemah besar-besaran terhadap naskah-naskah asing ke
dalam bahasa Arab terutama naskah-naskah Yunani.
Perkembangan yang paling menonjol adalah dengan adanya
perpustakaan dan observatorium Baitul Hikmah. Tempat ini berfungsi
sebagai perpustakaan sekaligus tempat pusat pengembangan ilmu
6
pengetahuan. Institusi ini merupakan lanjutan dari institusi di masa
Imperium Sasania Persia yang bernama Jundisaphur Academy.
Pada masa ini juga, perkembangan mazhab-mazhab Islam juga
sangat banyak bermunculan. Antaranya, Imam Auza’I (w. 774 M).
yang merupakan pendiri mazhab Auza’I di Syiria. Pendiri Mazhab
besar kedua, Malik Ibn Anas (w. 795 M), yang memiliki karya agung
di bidang Hadis kitab al-Muawaththa’.
Dan lahir juga pendiri mazhab islam besar ketiga, Imam Syafi’I
(w. 820 M) yang telah berhasil merapikan kaidah-kaidah Ushul fikih
dalam kitabnya Ar Risalah. Serta pendiri mazhab besar keempat, Imam
Ahmad Ibn Hanbal (w. 855 M), yang memiliki kumpulan-kumpulan
Hadis dalam Musnad Ibn Hanbal yang berisi 30.000 Hadis Nabi.
Pada masa ini juga bidang perekonomian juga berkembang
pesat. Ekonomi imperium Abbasiyah digerakkan oleh perdagangan
barang-barang mewah dan bahan-bahan pokok. Selain melakukan
transaksi sesama imperium, Abbasiyah juga membuka gerbang
perekonomian dengan Dinasti T’ang di China.
4. Masa Modern
Periode modern ini secara umum dimulai dari akhir abad ke delapan
belas hingga saat ini.
Perkembangan pengetahuan Islam di Negara ini tidak bisa lepas
dari peran dua organisasi masyarakat besar, yaitu Muhammadiyah dan
Nahdlatul Ulama. Muhammadiyah yang didirikan Muhammad
Darwisy atau kemudian dikenal dengan KH. Ahmad Dahlan, secara
garis besar membawa misi ingin mengajak umat Islam Indonesia di
samping belajar ilmu-ilmu agama juga mendalami ilmu-ilmu umum.
Kemudian, organisasi besar kedua yaitu Nahdlatul Ulama yang
diprakarsai KH. Hasyim Asy’ari. Secara umum, organisasi ini—dalam
bidang pendidikan—lebih memfokuskan pengajaran-pengajaran
dengan sistem klasik, yaitu mengajarkan kitab-kitab kuning (turats) di
lembaga non-formal atau yang lebih umum disebut pesantren.
Pada saat zaman ini, dunia islam sudah banyak menciptakan
teknologi yang canggih dan berguna bagi kelangsungan hidup manusia.
Manusia sudah mampu memanfaatkan nuklir sebagai sumber energi.
7
Selain itu, tidak mau kalah dengan dunia barat, dunia islam juga
mampu menciptakan pesawat terbang yang canggih. Dilihat dari
teknologi perang, dunia islam juga sangat canggih.
Ini merupakan penyempurnaan dari teknologi masa
lampau.Teknologi dunia islam sudah berkembang dari manusia
pertama dan terus mengalami penyempurnaan di dari zaman ke zaman.
Kemajuan teknologi pada zaman sekarang sangat erat kaitannya
dengan teknologi masa lampau.
8
emosional dan spiritual yang dibarengi dengan kesungguhan untuk
beribadah kepada Allah SWT dalam arti yang seluas-luasnya. Hal ini sesuai
dengan apa yang terjadi dalam sejarah di abad klasik, dimana para ilmuwan
yang mengembangkan ilmu pengetahuan adalah pribadi-pribadi yang
senantiasa taat beribadah kepada Allah SWT.
2.4 Dampak Positif dan Negatif Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Dalam Islam
Pesatnya arus informasi yang masuk membawa dampak bagi
masyarakat. Penggunaan apapun teknologi itu dihukumi berdasarkan tujuannya.
Kalau digunakan untuk tujuan yang buruk maka menjadi haram tetapi jika
digunakan untuk kebaikan maka hukumnya bisa menjadi mubah. Disinilah peran
agama menjadi sangat penting. Sebagai pengatur sikap dan perilaku, tidak lepas
dari perkembangan teknologi. Perkembangan teknologi yang tidak selaras dengan
agama tidak ada gunanya, bahkan bisa menjadi bumerang.
Agama Islam memandang teknologi sebagai sesuatu yang sangat
penting. Dalam surah Al-mujadalah ayat 11 yang artinya “….Allah akan
mengangkat orang-orang yang beriman diantara kamu sekalian dan yang berilmu
beberapa derajat.” Islam menegaskan betapa mulianya orang berilmu atau yang
mengetahui teknologi. Maka merupakan suatu hal yang keliru ketika ada beberapa
golongan yang menuduh Islam adalah agama yang jadul, agama yang ketinggalan
zaman. Karena faktanya, dalam ajarannya Islam memerintahkan umatnya untuk
belajar.
Tapi perkembangan IPTEK di berbagai bidang khususnya agama Islam
tentunya membawa dampak bagi perubahan kehidupan manusia baik dampak
9
positif maupun dampak negatif. Dampak positif yang dapat dilihat dari
perkembangan Iptek dalam bidang agama di kehidupan masyarakat sehari-hari
diantaranya :
1. Peningkatan pendidikan Islam
Pendidikan Islam harus bersikap mengarahkan dan mengendalikan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sehingga tetap berpijak pada
sumber agama Islam, yaitu al-Qur’an dan al-Hadis. Dengan tersebut
diharapkan pendidikan Islam dapat memproduksi para ilmuwan muslim yang
mampu menguasai dan menciptakan Iptek yang berpijak pada nilai-nilai islami
serta berorientasi kepada kesejahteraan dunia dan akhirat.
2. Meningkatkan akses terhadap informasi keagamaan
Teknologi dapat membantu orang mengakses informasi agama dengan lebih
mudah. Misalnya masalah terkait tata cara zakat dengan kehadiran teknologi
maka dapat di diselesaikan dengan mudah, selain itu teknologi dapat
digunakan untuk mengakses Al-Qur’an digital, mengetahui waktu ibadah
melalui aplikasi, dapat mencari informasi seputar kajian ibadah, dsb.
3. Sebagai penyedia konten video ceramah keagamaan
Kemajuan teknologi dapat dijadikan penyebaran dakwah Islamiyah,
khususnya teknologi informasi seperti internet, karena jutaan informasi bisa
ditransfer hanya dalam hitungan detik melalui media televisi dan internet.
Melalui media tersebut konten-konten video ceramah dari para ustadz yang
dilihat di berbagai penjuru dunia.
4. Dapat berbagi ilmu terhadap sesama
Kita dapat berbagai ilmu dengan teman-teman seputar keagamaan. Tentunya
dengan menyebarkan kebaikan.
5. Pemanfaatan teknologi dalam bidang keislaman
Adanya digitalisasi kitab klasik, aplikasi pengingat shalat, Al-Qur’an digital,
doa-doa dan beragam cara penunjang ibadah ubudiyah yang bisa diakses
secara praktis melalui perangkat mobile. Media sosial juga telah dimanfaatkan
untuk melakukan koordinasi pengajian rutin yang dikenal dengan sebutan one
day one juz (ODOJ). Kini juga telah tersedia aplikasi kalkulator zakat,
pengingat sholat, aplikasi halal, dan lainnya.
10
Adapun dampak negatif dari iptek di bidang agama yaitu:
1. Mudahnya tersebar berita tentang perselisihan agama
Penyebaran informasi hoax menimbulkan keresahan, kesalahpahaman dapat
memecah belah islam serta saking mudahnya melakukan pencarian dan
informasi membuat banyak umat yang menyalahgunakannya. Sebaiknya
menjadikan iptek menjadi sarana media dakwah bagi umat Islam. Nilai-nilai
komunikasi islam yang sarat dengan akhlak dan adab dapat menjadi filter
penyebaran informasi yang bermuatan prasangka.
2. Menghilangnya norma dan nilai serta sopan santun
Akibat yang ditimbulkan dari teknologi membuat masyarakat tidak lagi
mengindahkan moral yang ada di Indonesia. Perkembangan dalam hal nilai
agama dan moral tersebut yang harus perlu sangat diperhatikan. Contoh
dampak negatif dari teknologi seperti kurang sopan, berbicara kasar, susah
diatur, tidak mendengarkan nasehat orang tua, melanggar perintah agama,
tidak mau belajar agama, kurang berinteraksi sosial dengan lingkungan sekitar,
dan lain sebagainya Dampak tersebut tergantung bagaimana penggunaan
teknologi berlangsung, apakah digunakan dan diarahkan untuk hal-hal yang
positif atau bahkan diarahkan pada hal-hal yang kurang baik.
3. Adanya pergeseran identitas
Perkembangan IPTEK di bidang agama menyebabkan pergeseran identitas
yang dipengaruhi oleh siaran televisi, radio, media massa, dan internet.
4. Menurunnya budi luhur umat islam atau umat muslimin di kalangan umat yang
beragama lain dikarenakan banyaknya umat muslim yang juga ikut ikutan
budaya barat.
11
4. Adaptif, perlu juga kita sesuaikan dengan dengan jati diri kita sebagai muslim
yang pasti sesuai dengan dasar islam.
5. Transmitif, mengembangkan IPTEK untuk menyiarkan agama islam.
Sebagai contoh dengan adanya alquran seluler, Qur’an digital, dan
sebagainya.
12
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
● IPTEK merupakan singkatan dari ilmu pengetahuan dan teknologi.
● Perkembangan IPTEK dalam Islam terbagi tiga bagian, yaitu:
1. fase klasik dimulai tahun 650-1250 M,
2. fase pertengahan pada tahun 1250-1800 M, dan
3. fase modern mulai 1800 sampai sekarang.
● Fase perkembangan IPTEK dalam Islam secara detail, terbagi dalam beberapa
fase, yaitu:
1. perkembangan ilmu pada periode awal Islam,
2. Umayah,
3. Abbasiyah, dan
4. Modern.
● Konsep ajaran Islam tentang pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
didasarkan kepada beberapa prinsip sebagai berikut.
1. Ilmu pengetahuan dan teknologi dalam Islam dikembangkan dalam
kerangka tauhid atau teologi.
2. Ilmu pengetahuan dan teknologi dalam Islam hendaknya
dikembangkan dalam rangka bertakwa dan beribadah kepada Allah
SWT.
3. Ilmu pengetahuan dan teknologi harus dikembangkan oleh orang-orang
Islam yang memiliki keseimbangan antara kecerdasan akal, kecerdasan
emosional dan spiritual yang dibarengi dengan kesungguhan untuk
beribadah kepada Allah SWT dalam arti yang seluas-luasnya.
4. Ilmu pengetahuan dan teknologi harus dikembangkan dalam kerangka
yang integral, yakni bahwa antara ilmu agama dan ilmu umum
walaupun bentuk formalnya berbeda-beda, namun hakikatnya sama,
yaitu sama- sama sebagai tanda kekuasaan Allah SWT.
● Dampak positif IPTEK di bidang agama yaitu:
1. Peningkatan pendidikan Islam
2. Meningkatkan akses terhadap informasi keagamaan
3. Sebagai penyedia konten video ceramah keagamaan
13
4. Dapat berbagi ilmu terhadap sesama
5. Pemanfaatan teknologi dalam bidang keislaman
● Dampak negatif dari IPTEK di bidang agama yaitu:
1. Mudahnya tersebar berita tentang perselisihan agama,
2. Menghilangnya norma dan nilai serta sopan santun,
3. Adanya pergeseran identitas,
4. Menurunnya budi luhur umat islam atau umat muslimin di kalangan
umat yang beragama lain dikarenakan banyaknya umat muslim yang
juga ikut ikutan budaya barat.
● Setiap muslim menanggapi IPTEK tentunya harus menanggapi dengan bijak.
Cara menanggapi IPTEK yaitu dengan Resesif, Selektif, Digestif, Adaptif, dan
Transmitif.
3.2 Saran
Berkembangnya IPTEK harus diimbangi dengan moralitas spiritual karena
sebagaimana kita ketahui bahwa IPTEK memiliki dampak positif dan negatif
tergantung bagaimana ia digunakan.
14
DAFTAR PUSTAKA
Al Anang, A., 2019. Sejarah Perkembangan Ilmu Pengetahuan dalam Islam. Fajar
Historia: Jurnal Ilmu Sejarah dan Pendidikan, 3(2), pp. 98-108.
Marapaung, IM, 2011. Konsep Ilmu dalam Islam. Journal of Pesantren Education.
6(2), pp. 258-268.
Sapada, IM., Arsyam, A., 2020. Ilmu Pengetahuan dan Teknologi menurut Pandangan
Islam. OSFPREPRINTS.
Syaifullah, MS., 2006. Konsep IPTEK dan Keterpaduannya dalam AlQuran. Jurnal
Hunafa, 3(3), pp. 287-298.
15