Anda di halaman 1dari 13

TOKOH PADA MASA KEJAYAAN ISLAM

AL-KINDI

(XI MIPA 1)

KELOMPOK 3:
 RESSA DANA
 SURYA GUSTI PERMANA
 M.RAKKA
 LINDA MARYAN
 WINA NOVA
 SITI ALIFAH
 BAGAS PUTRANTO

SMA NEGERI 1 SUKARAJA


ANGKATAN 2022-2023
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas limpahan rahmat dan
karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah dengan judul Al-Kindi dan Pemikirannya
yang merupakan salah tugas PAI (Pendidikan Agama Islam).
Dalam penyusunan tugas atau materi ini, tidak sedikit hambatan yang penulis hadapi.
Namun kami menyadari bahwa kelancaran dalam penyusunan materi ini tidak lain berkat
bantuan, sehingga kendala-kendala yang penulis hadapi teratasi
Penulis sadari masih terdapat kesalahan dalam penyusunan makalah ini. Oleh karena itu,
kritik dan saran yang membangun penulis harap untuk perbaikan dimasa yang akan datang.
Semoga materi ini dapat bermanfaat untuk semua teman-teman, khususnya bagi kami
sehingga tujuan yang diharapkan dapat tercapai dalam penyusunan tugas ini.
DAFTAR ISI

Kata Pengantar....................................................................................................... 2

Daftar Isi................................................................................................................ 3

BAB 1 : PENDAHULUAN
1. Latar Belakang...................................................................................................4
2. Rumusan Masalah..............................................................................................5
3. Tujuan Penulisan................................................................................................5

BAB 2 : PEMBAHASAN
1.Biografi dan Pendidikannya............................................................................... 6
2. Karya-karyanya……………………………......................................................7
3. Pokok Pemikirannya………………………………………….………………..9
4. Hubungan Agama dan Filsafat Menurut A_Kindi…………………………….12

BAB 3 : PENUTUP
1. Kesimpulan.......................................................................................................13
2. Penutup……………….………………………………………………………13
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Falsafat atau filsafat adalah merupakan kata yang berasal dari bahasa yunani yaitu
philosophia sebagai gabungan dari philein yang berarti “cinta“ dan shoppos yang berarti
“hikmah“. Kemudian philosophia masuk kedalam bahasa arab menjadi Falsafat yang berarti
cara berfikir menurut kogika dengan bebas, sedalam-dalamnya sampai kepada dasar
persoalan.
Dari segi praktisnya berfilsafat berarti “berfikir“ .filsafat berarti “alam fikiran“ atau “alam
berfikir”. Namun demikian tidak semua berfikir berarti berfilsafat.Sidi Gazalba mengartikan
“berfilsafat“ berarti mencari kebenaran untuk kebenaran tentang segala sesuatu yang
dimasalahkan,berfikir secara radikal, sistematis,dan universal. Dapatlah dikatakan bahwa
intisari filsafat ialah berfikir secara logika dengan bebas ( tidak terikat pada tradisi, dogma
dan agama ) dan dengan sedalam-dalamnya sehingga sampai ke dasar-dasar persoalan.
Agama yang berarti menguasai diri seorang dan membuat ia tunduk dan patuh kepada tuhan
dengan menjalankan ajaran agama. intisari yang terkandung didalamnya adalah “ ikatan “.
Agama mengandung arti ikatan-ikatan yanag harus dipegang dan dipatuhi manusia.Karena
mempunyai pengaruh dalam aktivitas manusia. Dan ikatan itu, mempunyai kekuatan gaib
yang tak dapat ditangkap dengan panca indra.
Filsafat bagi al-kindi ialah pengetahuan tentang yang benar. Disinilah terdapat persamaan
filsafat dan agama. Tujuan agama ialah menerangkan apa yang benar apa yang baik.
Demikian halnya filsafat. Agama, disamping wahyu, mempergunakan akal, dan filsafat juga
menggunakan akal. Yang benar pertama bagi al-kindi ialah Tuhan dan filsafat yang paling
tinggi ialah filsafat tentang Tuhan. Bahkan al-kindi berani mengatakan bagi orang yang
menolak filsafat, telah mengingkari kebenaran, dan menggolongkannya kepada “kafir”,
karena orang-orang tersebut telah jauh dari kebenaran, walaupun menganggap dirinya paling
benar. Karena keselarasan antara filsafat dan agama didasarkan pada tiga alasan:(1) ilmu
agama merupakan bagian dari filsafat, (2) wahyu yang diturunkan kepada nabi dan kebenaran
filsafat saling bersesuaian dan,(3) menurut ilmu, secara logika, diperintahkan dalam Agama.
Adanya jurang pemisah yang dalam antara islam dengan filsafat Aristoteles dalam berbagai
persoalan, kemudian adanya serangan yang banyak dilancarkan oleh kalangan agama
terhadap setiap pembahasan pikiran yang tidak membawa hasil yang sesuai dengan kaidah
agama yang ditetapkan sebelumnya, serta hasrat para filsuf sendiri untuk dapat
menyelamatkan diri dari tekanan-tekanan tersebut agar mereka bisa bekerja dengan tenang,
itulah hal-hal yang mendorong filsuf-filsuf untuk mempertemukan agama dengan filsafat.
Sebagaimana Al-Kindi, ia mempertemukan agama dengan filsafat atas dasar pertimbangan
bahwa keduanya sama-sama merupakan ilmu tentang kebenarann, sehingga diantara
keduanya tidak ada perbedaan. Pengaruh golongan Mu’tazilah Nampak jelas pada jalan
pemikirannya, ketia ia menetapkan kesanggupan akal manusia untuk mengetahui rahasia-
rahasia apa yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW. Ilmu filsafat pertama yang meliputi
ketuhanan, keesaan, keutamaan, dan ilmu-ilmu lain yang mengajarkan bagaimana cara
memperoleh hal-hal yang berguna dan menjauhkan hal-hal yang merugikan, dibawa kuga
oleh rasul Tuhan.
Menurut Al-Kindi, kita tidak boleh malu untuk mengakui kebenaran dan mengambilnya,
dari manapun datangnya, meskipun dari bangsa-bangsa lain yang jauh letaknya dari kita.
Tidak ada yang lebih utama bagi orang yang mencari kebenaran dari pada kebenaran itu
sendiri. Orang yang mengingkari filsafat berarti mengingkari kebenaran, dan karenanya maka
ia menjadi kafir. Bahkan lawan-lawan filsafat sangat memerlukan filsafat untuk memperkuat
alas an-alasannya.
Terkadang terdapat perlawanan dalam lahiriyah antara hasil pemikiran filsafat dengan ayat-
ayat Al-Qur’an.Pemecahan Al-kindi terhadap masalah ini adalah bahwa kata-kata dalam
bahasa Arab bisa mempunyai arti sebenarnya (hakiki) dan arti majazi (kiasan, bukan arti
sebenarnya). Arti majazi ini hanya dinyatakan dengan jalan takwil ( penafsiran), dengan
syarat harus dilakukan oleh orang-orang ahli agama dan ahli pikir.
Kalau ada perbedaan antara afilsafat dengan agama, maka perbedaan itu hanya dalam cara,
sumber, dan cirri-cirinya, sebab ilmu nabi-nabi (agama) diterima oleh mereka sesudah
jiwanya dibersihkan oleh Tuhan dan disiapkan untuk menerima pengetahuan (ilmu) dengan
cara luar biasa diluar hokum alam.
Sesuai dengan pendirian Al-Kindi, bahwa filsafat harus memilih, maka ia sendiri berusaha
dengan sungguh-sungguh untuk mencarinya dengan jalan mengikuti pendapat orang-orang
yang sebelumnya dan menguraikan sebaik-baiknya.

2. Rumusan Masalah
1. Siapakah al-Kindi itu dan apa saja karya-karyanya?
2. Bagaimana pokok-pokok pemikiran filsafat Al-Kindi ?
3. Apa saja hasil pemikirannya?
4. Bagaimana keselarasan agama dan filsafat menurut Al-Kindi?

3. Tujuan
1. Mengetahui bagaimana biografi Al-Kindi.
2. Mengetahui bagaimana pokok pemikiran Al-Kindi.
3. Mengetahui hasil pemikirannya Al-Kindi.
4. Mengetahui bagaimana keselarasan agama dan filsafat menurut Al-Kindi
BAB III
PEMBAHASAN

1. Biografi dan Pendidikannya

Nama lengkap beliau adalah Abu Yusuf Ya'kub bin Ishaq As-Shabbah bin 'Imran bin Ismail
bin Muhammad Al-Asy'ats bin Qays Al-Kindi. Ia dilahirkan di Kufah sekitar tahun 185 H
(801 M). Ia termasuk keluarga yang kaya dan terhormat. Kakek buyutnya bernama Al-
Asy’ats ibnu Qays yakni seorang sahabat Nabi Muhammad SAW yang gugur sebagai
Syuhada bersama sa’ad ibnu Abi Waqqas dalam peperangan antara kaum muslimin dengan
Persia di Irak. Sedangkan ayahnya bernama Ishaq ibnu As-Shabbah yakni seorang Gubernur
di Kufah pada masa pemerintahan Al-Mahdi (tahun 775-785 M) dan Al-Rasyid (tahun 786-
809 M).namun ayahnya meninggal ketika ia masih usia anak-anak.
Al-kindi berasal dari Klan Kindah yakni salah satu Kabilah Arab. Selain dari itu, karena ia
merupakan keturunan Arab, ia dimasukkan dalam kelompok filosof Arab. Nama Al-Kindi
dinisbatkan pada sukunya yakni Banu Kindah. Banu Kindah adalah suku yang dikenal
memiliki apresiasi kebudayaan yang cukup tinggi dan banyak dikagumi orang dikala itu.
“Suku ini pulalah yang melahirkan seorang tokoh sastrawan yang terbesar dan tersebar para
kesustraan Arab, sang penyair pangeran Imr Al-Qays yang gagal untuk memulihkan tahta
kerajaan Kindah setelah pembunuhan ayahnya”.
Kalau diperhatikan dari tahun kelahiran al-Kindi, kita dapat membuat sebuah kesimpulan
bahwa ia hidup pada masa kekuasaan Bani ‘Abbas. Pada masa kecil ia telah merasakan masa
pemerintahan Khalifah Harun Al-Rasyid. Al Kindi sudah menjadi Yatim sejak ia masih
berusia kanak-kanak, namun ia tetap memperoleh kesempatan untuk menuntut ilmu dengan
baik. Al Kindi sendiri mengalami masa pemerintahan lima Khalifah Bani Abbas, yakni Al-
Amin (809-813 M), Al-Ma’mun (813-833 M), Al- Mu’tasim (833-842 M), Al-Wasiq (842-
847 M), dan Al-Mutawakkil (847-861 M).
Al-Kindi adalah seorang yang aktif dalam segala aktivitas dilakukannya. Salah satu bentuk
dalam kesibukannya ia menyibukkan dirinya untuk menerjemahkan karya-karya tulisan
Yunani ke dalam Bahasa Arab, juga mengkoreksi hasil terjemahan orang lain atas karya-
karya tersebut dan ia pun bekerja di Istana Khalifah Abbasiyah. Tidak hanya itu, karena ia
dipercaya oleh pihak Istana dengan kemampuannya untuk mengajar, maka iapun diangkat
menjadi guru pribadi pendidik anak Khalifah di kala itu yang bernama Mu’tashim.
Mu’tashim adalah Khalifah yang menggantikan Al-Makmun, sedangkan anak yang dididik
oleh al-Kindi bernama Ahmad bin Mu’tashim. Namun di masa terakhir kehidupannya, ia
diusir dari istana. Akhirnya ia meninggal di Baghdad pada Tahun 252 H/866 M.
Al-Kindi mulai belajar sejak ia kecil, dan ia mempelajari ilmu-ilmu sesuai dengan
kurikulum pada masanya. Ia mempelajari al-Qur’an serta belajar membaca, menulis,
menghitung yang diperolehnya sewaktu ia masih Sekolah Dasar di Bashrah. Kemudian ia
melanjutkan ke Baghdad hingga tamat, sehingga ia mahir dalam berbagai cabang ilmu yang
ada pada waktu itu, seperti ilmu ketabiban (kedokteran), filsafat, ilmu hitung, mantigh
(logika), geometri, astronomi, seni musik, ilmu ukur dan lain sebagainya. Penguasaanya
terhadap filsafat telah menempatkan ia menjadi orang Islam pertama yang berkebangsaan
Arab dalam jajarannya para filosof terkemuka. Karena itulah ia dinilai pantas menyandang
gelar Failasuf al-‘Arab (filosof berkebangsaan Arab). Ia juga mempelajari ilmu-ilmu yang
berasal dari Yunani, hingga sekurang-kurangnya memahami salah satu bahasa yang menjadi
bahasa ilmu pengetahuan di kala itu yakni bahasa Suryani. Dari buku-buku Yunani yang telah
diterjemahkan kedalam bahasa Suryani inilah Al-Kindi menerjemahkannya kedalam bahasa
Arab.

2. Karya-Karyanya
Sebagai seorang ilmuwan ia sendiri mengarang buku-buku dan menurut keterangan Ibn Al-
Nadim buku-buku yang ditulisnya berjumlah 241 berupa filsafat, logika, ilmu hitung,
astronomi, kedokteran, ilmu jiwa, politik, optika, music, matematika, dan sebagainya. Dalam
The Legacy of Islam kit abaca bahwa bukunya tentang optika diterjemahkan ke dalam bahasa
Latin dan banyak mempengaruhi Roger Bacon. Al-Kindi meninggal pada tahun 973 M.
Unsur-unsur filsafat yang kita dapati pada pemikiran Al-Kindi ialah :
a) Aliran Pytagoras tentang matematika sebagai jalan kea rah flsafat.
b) Pemikiran-pemikiran Aristoles dalam soal-soal fisika dan metafisika. Meskipun Al-
Kindi tidak sependapat dengan Aristoteles tentang qodim-nya alam.
c) Pemikiran-pemikiran Plato dalam hal-hal kejiwaan.
d) Pemikiran-pemikiran Plato dan Aristoteles bersama-sama dalam soal estetika.
e) Wahyu dan iman (ajaran-ajaran agama) dalam hal-hal yang berhubungan dengan
Tuhan dan sifat-Nya.
f) Aliran Mu’tazialah dalam memuja kekuatan akal manusia dan dalam menakwilkan
ayat-ayat Al-Qur’an.
Beberapa hasil tulisan yang dibuat oleh Al Kindi, yakni sebagai berikut:
a. Bidang Filsafat
1. Fi al-falsafat al-‘Ula.
2. Kitab al-Hassi’ala Ta’allum al-Falsafat,
3. Risalat ila al-Ma’mun fi al-illat wa Ma’lul,
4. Risalat fi Ta’lif al-A’dad,
5. Kitab al-Falsafat al-Dakhilat wa al-Masa’il al-Manthiqiyyat wa al-Mu’tashah wa ma
Fauqa al-Thabi’iyyat,
6. Kammiyat Kutub Aristoteles,
7. Fi al-Nafs
b. Bidang Astronomi
1) Risalah fi Masa’il Su’ila anha min Ahwal al-Kawatib (jawaban dari pertanyaan
tentang planet),
2) Risalah fi Jawab Masa’il Thabi’iyah fi Kayfiyyat Nujumiah (pemecahan soal-soal
fisik tentang sifat-sifat perbintangan),
3) Risalah fi anna Ru’yat al Hilal la Tudhbathu bi al-Haqiqoh wa innama al-Qowl fiha bi
at-Taqrib (bahwa pengamatan astronomi bulan baru tidak dapat ditentukan dengan
ketetapan,
4) Risalah fi Mathrah asy-Syu’a (tentang projeksi sinar),
5) Risalah fi Fashlayn (tentang dua musim yakni; musim panas dan musim dingin),
6) Risalah fi Idhah ‘illat Ruju’ al-Kawakib (tentang penjelasan sebab gerak kebelakang
planet-planet),
7) Fi asy-Syu’at (tentang sinar bintang).
c. Meteorologi
1) Risalah fi ’illat Kawnu adh-Dhabasb (tentang sebab asal mula kabut),
2) Risalah fi Atshar alladzi Yazhharu fi al-laww Yusamma Kawkaban (tentang tanda
yang tampak di langit dan disebut sebuah planet),
3) Risalah fi ’illat Ikhtilaf Anwa’us Sanah (tentang sebab perbedaan dalam tahun-tahun),
4) Risalah fi al-Bard al-Musamma ”Bard al-Ajuz” (tentang dingin),
d. Ramalan
1) Risalah fi Taqdimat al-Khabar (tentang Prediksi),
2) Risalah fi Taqdimat al-Ma’rifat fi al-Ahdats (tentang ramalan dengan mengamati
gejala meteorolgi).
e. Ilmu Pengobatan
1) Risalah fi’illat Naftcad-Damm (tentang hemoptesis yakni; batuk darah dari saluran
pernapasan),
2) Risalah fi Adhat al-Kalb al-Kalib (tentang rabies).
f. Ilmu Hitung
1) Risalah fi al-Kammiyat al-Mudhafah (tentang jumlah relatif),
2) Risalah fi at-Tajhid min Jihat al-’Adad (tentang keesaan dari segi angka-angka).
g. Logika
1) Risalatun fi Madhkal al-Mantiq bi Istifa al-Qawl fihi (tentang sebuah pengantar
lengkap logika),
2) Ikhtisar Kitab Isaghuji li Farfuris (sebuah ikhtisar Eisagoge Porphyry).
Karya-karya yang disebutkan di atas merupakan sebagian terkecil dari sekian banyak karya
Al-Kindi. Karya Al-Kindi di susun oleh Ibnu An-Nadim yang menyebutkan tidak kurang dari
242 buah karya Al-Kindi, sedangkan sumber lain menyebutkan 265 buah, dan membaginya
menurut pokok persoalannya menjadi filsafat, logika, ilmu hitung, sferika, ilmu kedokteran,
astrologi, polemik, psikologi, politik, meteorologi, dan ramalan.

3. Pokok Pemikirannya
Dari dasar pemikiran al-kindi akhirnya timbullah pemikiran Filsafatnya antara lain :
1. Filsafat Ketuhanan
Selain seorang filosof, Al-kindi adalah seorang ahli ilmu pengetahuan. Ia membagi ilmu
pengetahuan menjadi dua, yaitu :
1) Pengetahuan Ilahi (Divine Science) sebagaimana tercantum dalam Al-Qur’an yaitu Nabi
dari Tuhan. Dasar pengetahuan ini adalah keyakinan.
2) Pengetahuan Manusiawi (Human Science), atau falsafat. Dasarnya adalah pemikiran
(ratio-reason).
Filsafat baginya ialah pengetahuan tentang yang benar (knowledfe of truth).Di sinilah
terlihat persamaan filsafat dengan agama. Tujuan agama ialah menerangkan apa yang benar
dan apa yang baik, begitu pula tujuan tujuan filsafat. Disamping wahyu, agama menggunakan
akal, dan filsafat juga menggunakan akal.Yang benar pertama (the fisrt truth) bagi Al-kindi
ialah Tuhan.Dengan demikian, pada dasarnya filsafat membahas soal Tuhan dan agama.Dan
filsafat yang paling tinggi ialah filsafat tentang Tuhan. Sebagaimana yang dikatakan Al-Kindi
:
“Filsafat yang tekemuka dan tertinggi derajatnya adalah filsafat utama, yaitu tentang yang
Benar Pertama, yang menjadi sebab bagi segala yang benar”
Tuhan dalam filsafat Al-kindi tidak mempunyai hakikat dalam arti aniahatau mahiah. Tidak
aniah karena Tuhan tidak termasuk dalam benda-benda yang ada dalam alam, bahkan Ia
adalah Pencipta alam. Ia tidak tersusun materi dan bentuk. Juga Tuhan tidak mempunyai
hakikat dalam bentuk mahiah, karena Tuhan tidak merupakan genus atau species.Tuhan
hanya satu, dan tidak serupa dengan Tuhan.Tuhan itu unik.Ia adalah Yang Benar Pertama dan
Yang Benar Tunggal. Ia semata-mata satu, hanya ialah yang satu, selain Tuhan semuanya
mengandung arti banyak.
Sesuai dengan paham yang ada dalam islam, Tuhan bagi Al-Kindi adalah Pencipta dan
bukan penggerak pertama seperti pendapat Aristoteles. Alam bagi Al-Kindi bukan kekal di
zaman lampau, tetapi mempunyai permulaan. Karena itu dalam hal ini ia lebih dekat pada
filsafat Platonius yang mengatakan bahwa Yang Maha Satu adalah sumber dari ala mini dan
sumber dari segala yang ada. Alam ini adalah emanasi dari Yang Maha Satu.Namun paham
emanasi ini kurang kentara dalam filsafat Al-Kindi, sehingga kemudian Al-Farabi-lah yang
menuliskan tentang paham tersebut dengan jelas.

2. Filsafat Alam
Mengenai alam, al-Kindi berbeda pendapat juga dengan para filosof seperti Aristoteles
Plato, dan lainnya yang sebelum dia dengan mengatakan ”alam ini kekal”, sedangkan al-
Kindi mengatakan ”alam ini tak kekal”. Dalam hal ini ia memberikan pemecahan yang
radikal, dengan membahas gagasan tentang ketakterhinggaan secara matematik. Dengan
ketentuan ini, setiap benda yang terdiri atas materi dan bentuk yang tak terbatas ruang dan
bergerak di dalam waktu, adalah terbatas, meskipun benda tersebut adalah wujud dunia.
Karena terbatas, ia tak kekal.Hanya Allah-lah yang kekal.
Al-Kindi juga mengatakan alam bukan kekal di zaman lampau (qadim) tetapi mempunyai
permulaan. Karena itu ia lebih dekat dalam hal ini pada falsafat Plotinus yang mengatakan
bahwa Yang Maha Satu adalah sumber dari alam ini dan sumber dari segala yang ada. Alam
ini adalah emanasi dari Yang Maha Satu.Tetapi paham emanasi ini kelihatannya tidak jelas
dalam falsafat al-Kindi.Al-Farabiyah yang dengan jelas menulis tentang hal itu.
Menurut al-kindi alam ini termasuk makhluk yang sifatnya baharu, sebagai bukti dari
baharunya alam ia mengemukakan beberapa argumen, antara lain: pertama, semua benda
yang homogen, yang tiada padanya lebih besar ketimbang yang lain, adalah sama besar.
Kedua, jarak antara ujung-ujung dari benda-benda yang sama besar, juga sama besarnya
dalam aktualitas dan potensialitas. Ketiga, benda-benda yang mempunyai batas tidak bisa
tidak mempunyai batas. Keempat, jika salah satu dari dua benda yang sama besarnya dan
homogen ditambah dengan homogen lainnya, maka keduanya menjadi tidak sama besar.
Kelima, jika sebuah benda dikurangi, maka besar sisanya lebih kecil daripada benda semula.
Keenam, jika satu bagian diambil dari sebuah benda, lalu dipulihkan kembali kepadanya,
maka hasilnya adalah benda yang sama seperti semula. Ketujuh, tiada dari dua benda
homogen yang besarnya tidak mempunyai batas. Kedelapan, jika benda-benda yang homogen
yang semuanya mempunyai batas ditambahkan ber sama, maka jumlahnya juga akan terbatas.
Kesimpulan dari ungkapan al-Kindi atas ungkapannya di atas adalah alam semesta ini
pastilah terbatas, oleh sebab itu ia menolak pandangan Aristoteles yang mengatakan bahwa
alam semesta tidak terbatas atau qadim. Mengenai keteraturan alam dan perdaran alam ini
sebagai bukti adanya Tuhan, sedangkan alam adalah buatan Tuhan.
3. Filsafat Jiwa
Menurut Al-kindi roh tidak tersusun tetapi mempunyai arti penting, sempurna dan
mulia.Subtansinya berasal dari subtansi Tuhan. Hubungannya dengan Tuhan sama dengan
hubungan cahaya dengan matahari.
Jiwa mempunyai 3 daya, yaitu daya bernafsu, daya pemarah dan daya berfikir.Daya
berpikir itu yang disebut akal. Menurut Al-Kindi ada tiga macam akal : akal yang bersifat
potensil, akal yang telah keluar dari sifat potensil menjadi aktuil. Dan akal yang telah
mencapai tingkat kedua dari aktualitas disebut Yang Kedua.
Akal yang potensil tidak bisa mempunyai sifat aktuil jika tidak ada kekuatan yang
menggerakkannya dari luar. Oleh karena itu, bagi Al-Kindi ada lagi satu macam akal yang
mempunyai wujud di luar roh manusia, dan bernama akal yang selamanya dalam aktualitas.
Akal ini, karena selamanya dalam aktualitas, ialah yang membuat akal yang bersifat potensil
dalam roh manusia menjadi aktuil. Sifat-sifat akal ini :
1) Ia merupakan Akal Pertama
2) Ia selamanya dalam aktualitas
3) Ia merupakan species dan genus
4) Ia membuat akal potensil menjadi aktuil berpikir
5) Ia tidak sama dengan akal potensil tetapi lain dari padanya
Akal pertama ini bagi Al-Kindi, mengandung arti banyak, karena dia adalah universal.Dalam
limpahan dari Yang Maha Satu, akal inilah yang pertama-tama merupakan yang banyak.
Dalam al-Qur’an telah menginformasikan bahwa manusia tidak akan mengetahui akan
hakikat roh, roh adalah urusan Allah bukan urusan manusia. Allah menyatakan akan hakikat
roh dalam Q.S. Al-Isra’ 17 : 85.

‫وحقُاِل لرُّ و ُح ِم ْنَأ ْم ِر َربِّي َو َماُأوتِيتُ ْم ِمن َْال ِع ْل ِمِإالقَلِيال‬


ِ ُّ‫َويَ ْسَألُونَ َك َعنِالر‬

”Dan mereka bertanya kepadamu tentang roh. Katakanlah: "Roh itu termasuk urusan Tuhan-
ku, dan tidaklah kamu diberi pengetahuan melainkan sedikit".
4. Hubungan Agama dan Filsafat Menurut Al-Kindi
Masalah hubungan agama dengan falsafah merupakan suatu masalah yang di perdebatkan
dalam zaman al-Kindi. Ahli-ahli agama pada umumnya menolak keabsahan ilmu falsafah
karena diantara produk pemikiran falsafi jelas menunjukkan pertentangan dengan ajaran Al-
Qur’an. Sebagai seorang filsuf Islam al-Kindi telah mengangkat dirinya sebagai pembela
ilmu falsafah terhadap serangan yang datang dari berbagai pihak yang tidak setuju. Baginya,
agama dan falsafah tidaklah harus dipertentangkan karena keduanya membawa kebenaran
yang serupa.
Selanjutnya ia menegaskan bahwa ilmu ketuhanan dan cabang-cabang ilmu falsafah yang
lain adalah sesuai dengan yang dibawa Nabi dan Rasul. Mereka semua membawa ajaran
tentang ketuhanan, akhlak mulia, serta menjauhkan diri dari sifat dan perbuatan tercela.
Dengan demikian, agama dan filsafat mengandung ilmu dan kebenaran yang serupa. Tidak
mungkin kedua ilmu yang sejenis ini saling bertentangan dalam kebenaran.
Sekiranya memang ada perbedaan ilmu falsafah dengan agama, maka itu tidak terletak pada
isi kandungannya, tapi pada cara, sumber, dan ciri yang khas. Ajaran Agama yang dibawa
Nabi dan Rosul tidak berasal dari dirinya sendiri, tapi berasal dari Allah. Selain itu, ilmu para
Nabi itu ringkas, jelas serta mudah untuk dimengerti, lagi memenuhi segala keperluan hidup
manusia. Sedangkan ilmu falsafah dan berbagai ilmu manusia lainnya hanya merupakan
produk usaha keras manusia dalam membahas dan meneliti dalam waktu yang lama, dan
dengan menggunakan metode ilmiah dan falsafi. Selain itu, Argumen-argumen yang dibawa
Al-Qur’an lebih meyakinkan daripada argumen-argumen yang ditimbulkan filsafat. Tetapi
filsafat dan Al-Qur’an tidak bertentangan dengan kebenaran yang dibawa filsafat.
Ringkasnya, mempelajari filsafat dan berfalsafat tidak dilarang, karena teologi adalah bagian
dari filsafat, dan umat Islam diwajibkan belajar teologi.
BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan
Al-Kindi merupakan filsuf pertama yang lahir dari kalangan umat Islam, meskipun lahir di
zaman kejayaan Mu’tazilah, dimana pada zaman itu banyak ulama-ulama Islam yang
mengharamkan filsafat, dan menfatwakan filsafat sebagai ilmu kafir dan apabila dipelajari
oleh umat Islam dapat menimbulkan kesesatan. Namun ditengah arus mu’tazilah, Al-Kindi
tetap berpikiran terbuka dan terus mempelajari dan mencari titik temu antara filsafat dan
Islam akhirnya mampu menemukan titik temu atau jalan tengah antara ilmu filsafat dan
Islam, tanpa mengesampingkan nilai-nilai Islam itu sendiri.
Dalam merumuskan hal-hal yang berkaitan dengan filsafat , pemikiran Al-Kindi
dipengaruhi oleh filsuf-filsuf Yunani kuno, yaitu Aristoteles, Plato dan Pitagoras. Terlihat
dalam paparan berikut Al-Kindi sepakat dengan salah satu paham Aristoteles, kemudian
paham ini ia modifikasi dan sesuaikan dengan ajaran Islam yaitu pendapat tentang
“Penggerak yang Tak Tergerakkan (Unmovable mover)” yang kemudian oleh Al-Kindi
disebut sebagai “Sang Pencipta. Kemudian Al-Kindi sepakat dengan pendapat Plato
mengenai inti falsafah adalah mencintai, mengatur dan mengagungkan kekuatan akal dan
hati. Jika hal ini terjadi, maka seseorang akan dapat menangkap dan menerima pengetahuan
yang dengan pengetahuan itu seseorang akan dapat menjalankan tugasnya. Pengetahuan itu
adalah ilmu hisab (aritmatik), handasah (geometri), falak (astronomi) dan ilmu Jadal
(berdebat). Pitagoras menyatakan bahwa matematika dapat mengantarkan seseorang ke dalam
ilmu falsafah dan untuk pembuatan obat-obatan (aqoqir thibbiyah).
Dari sekian banyak pemikiran Al-Kindi, yang paling berpengaruh adalah pemikiran tentang
penyelarasan ilmu filsafat dengan Islam yang tertuang dalam poin-poin sebagai berikut :
(1) ilmu agama merupakan bagian dari falsafat
(2) wahyu yang diturunkan kepada Nabi dan kebenaran filsafat sebenarnya saling bersesuaian
(3) menuntut ilmu, secara logika, diperintahkan oleh agama Islam. Pemikiran inilah yang
menandai dimulainya persesuaian dan penyelarasan antara ilmu filsafat dan Islam.

2. Penutup
Dengan keterbatasan pengetahuan, kami memohon maaf apabila dalam pembuatan makalah
ini masih banyak kekungan, baik dalam segi penulisan maupun isinya. Namun kami berharap
semoga makalah ini bermanfaat bagi teman-teman dan terlebih dalam menyelesaikan tugas
kelompok ini.

Anda mungkin juga menyukai