Disusun Oleh :
Oktaviani Rizka Asih. P 19122229
Ridwan Muhammad F 19122233
Rindi Meiantika 19122237
Extention 5B
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................................ii
BAB I.......................................................................................................................1
PENDAHULUAN...................................................................................................1
A. Latar Belakang..............................................................................................1
B. Rumusan Masalah.........................................................................................1
C. Tujuan...........................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................2
A. Al-Kindi........................................................................................................2
B. Al-Farabi.......................................................................................................5
C. Ibnu Sina.......................................................................................................9
D. Al-Razi........................................................................................................10
E. Ibnu Miskawaih...........................................................................................14
F. Ibnu Rusyd..................................................................................................15
G. Imam Al Ghazali.........................................................................................19
BAB III..................................................................................................................24
PENUTUP.............................................................................................................24
A. Simpulan........................................................................................................24
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sebagaimana kita ketahui bersama tentang pembahasan kami ini bertema “
Tokoh- tokoh Filsafat Islam dan Pemikirannya”. Tentu hal ini sangat menarik
untuk kita bahas dan pengupas dengan seksama guna menambah wawasan dan
pengetahuan kita tentang filsafat, terutama filsafat Islam. Filsafat merupakan
bagian dari hasil kerja berpikir dalam mencari hakikat segala sesuatu secara
sistematis, radikal dan universal. Sedangkan filsafat Islam itu sendiri adalah hasil
pemikiran filosof tentang ketuhanan, kenabian, manusia dan alam yang disinari
ajaran Islam dalam suatu aturan pemikiran yang logis dan sistematis serta dasar-
dasar atau pokok-pokok pemikirannya dikemukakan oleh para filosof Islam.
B. Rumusan Masalah
1. Siapa saja tokoh filsuf islam dan apa saja pemikirannya ?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui tokoh filsuf islam dan apa saja pemikirannya
1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Al-Kindi
1. Sejarah Hidup
Al-Kindi, nama lengkapnya adalah Abu Yusuf Ya’kub ibnu Ishaq ibnu al-
Shabbah ibnu ‘Imron ibnu Muhammad ibnu al-Asy’as ibnu Qais al-Kindi.
Kindah merupakan suatu nama kabilah terkemuka pra-Islam yang merupakan
cabang dari Bani Kahlan yang menetap di Yaman. Kabilah ini pulalah yang
melahirkan seorang tokoh sastrawan yang terbesar kesusasteraan Arab, sang
penyair pangeran Imr Al-Qais, yang gagal untuk memulihkan tahta kerajaan
Kindah setelah pembunuhan ayahnya.
Al-Kindi dilahirkan di Kufah sekitar tahun 185 H dari keluarga kaya dan
terhormat. Ayahnya, Ishaq ibnu Al- Shabbah, adalah gubernur Kufah pada
masa pemerintahan Al-Mahdi dan Ar-Rasyid. Al-kindi sendiri mengalami
masa pemerintahan lima khalifah Bani Abbas, yakni Al-Amin, Al-Ma’mun,
Al-Mu’tasim, Al- Wasiq, dan Al-Mutawakkil
Dalam hal pendidikan Al-Kindi pindah dari Kufah ke Basrah, sebuah
pusat studi bahasa dan teologi Islam. Dan ia pernah menetap di Baghdad,
ibukota kerajaan Bani Abbas, yang juga sebagai jantung kehidupan intelektual
pada masa itu. Ia sangat tekun mempelajari berbagai disiplin ilmu. Oleh
karena itu tidak heran jika ia dapat menguasai ilmu astronomi,ilmu ukur, ilmu
alam, astrologi, ilmu pasti, ilmu seni musik meteorologi,, optika, kedokteran,
matematika, filsafat, dan politik. Penguasaannya terhadap filsafat dan ilmu
lainnya telah menempatkan ia menjadi orang Islam pertama yang
berkebangsaan Arab dalam jajaran filosof terkemuka. Karena itu pulalah ia
dinilai pantas menyandang gelar Faiasuf al-‘Arab ( filosof berkebangsaan
Arab).
2. Filsafat atau Pemikirannya
a. Talfiq
2
3
alasan untuk menolak filsafat, karena hal itu dapat dilakukan ta’wil.
Namun demikian, tidak bisa dipungkiri perbedaaan antara keduanya, yaitu:
Filsafat termasuk humaniora yang dicapai filosof dengan berpikir,
belajar, sedangkan agama adalah ilmu ketuhanan yang menempati
tingkat tertinggi karena diperoleh tanpa melalui proses belajar, dan
hanya diterima secara langsung oleh para Rasul dalam bentuk wahyu.
Jawaban filsafat menunjukan ketidakpastian ( semu ) dan memerlukan
berpikir atau perenungan. Sedangkan agama lewat dalil-dalilnya yang
dibawa Al-Qur’an memberi jawaban secara pasti dan menyakinkan
dengan mutlak.
Filsafat mempergunakan metode logika, sedangkan agama
mendekatinya dengan keimanan.
Walaupun Al-Kindi termasuk pengikut rasionalisme dalam arti umum,
tetapi ia tidak mendewa-dewakan akal.
b. Jiwa
Tentang jiwa, menurut Al-Kindi, tidak tersusun, mempunyai arti
penting, sempurna dan mulia. Substansi ruh berasal dari substansi Tuhan.
Hubungan ruh dengan Tuhan sama dengan hubungan cahaya dengan
matahari. Selain itu jiwa bersifat spiritual, ilahiah, terpisah dan berbeda
dari tubuh. Sedangkan jisim mempunyai sifat hawa nafsu dan pemarah.
Antara jiwa dan jisim, kendatipun berbeda tetapi saling berhubungan dan
saling memberi bimbingan. Argumen yang diajukan Al-Kindi tentang
perlainan ruh dari badan ialah ruh menentang keinginan hawa nafsu dan
pemarah. Sudah jelas bahwa yang melarang tidak sama dengan yang
dilarang.
Dengan pendapat Al-Kindi tersebut, ia lebih dekat kepada pemikiran
Plato ketimbang pendapat Aristoteles. Aristoteles mengatakan bahwa jiwa
adalah baharu, karena jiwa adalah bentuk bagi badan. Bentuk tidak bisa
tinggal tanpa materi, keduanya membentuk kesatuan isensial, dan
kemusnahan badan membawa kepada kemusnahan jiwa. Sedangkan Plato
berpendapat bahwa kesatuan antara jiwa dan badan adalah kesatuan
5
2. Karyanya
Mengenai karyanya, tentu berkaitan dengan siapa dia belajar, dan siapa
yang mengajarkan ilmu pengetahuan kepadanya. Menurut Al-Nadim,
beliau belajar filsafat kepada Al-Bakhli yang menguasai filsafat dan ilmu-
ilmu kuno. Ia sangat rajin dalam menulis dan membaca, mungkin inilah
yang menyebabkan penglihatannya secara berangsur-angsur melemah dan
akhirnya buta total. Ia menolak akan untuk di obati dengan mengatakan
bahwa pengobatan untuknya itu sia-sia karena tak sebentar lagi dia akan
meninggal.
Tak heran jika karya-karyanya sangat banyak sekali bahkan dia
menuliskan pada salah satu kitabnya, bahwasanya dia menulis tidak
kurang sari 200 karya tulis dalam berbagai ilmu pengetahuan. Karya-
karyanya yang meliputi:
Ilmu Falak,
Matematika,
Bidang kimia, yang terkenal dengan Kitab As-rar
Bidang kedoteran, yang terkenal dengan al-mansuri Liber al-
Almansoris
Bidang Medis, yang terkenal dengan kitab Al-Hawi,
Mengenai penyakit cacar dan pencegahannya, yakni Kitab al-Judar
wa al-Hasbah
Sebagian dari karyanya telah dikumpulkan menjadi satu kitab yang
bernama al-Rasa’il Falsafiyyat dan buku-buku yang lainnya seperti Thib
al-Ruhani, al-Sirah al-Falsafah dan lain sebagainya. Dia terkenal sebagai
ahli kimia dan ahli kedokteran dibanding dengan sebagai filosof.
3. Filsafatnya
Lima Kekal ( Al-Qadiim )
Karena filsafatnya terkenal dengan 5 yang kekal, maka kami sebagai
pemakal memasukannya dalam makalah kami. Sebenarnya pemikirannya
sangat banyak, akan tetapi yang akan kami bahas disini hanya pada
pemikirannya mengenai 5 hal yang kekal.
13
5 hal yang kekal itu antara lain; Al-Baary Ta’ala (Allah Ta’ala), Al-
Nafs Al-Kulliyyat (jiwa universal), Al-Hayuula al-Uula (materi pertama),
al-Makaan al-Muthlaq (tampat/ruang absolut), dan al-Zamaan al-Muthlaq
(masa absolut). Dan dia juga mengklasifikasinya pada yang hidup dan
aktif. Yang hidup dan aktif itu Allah dan jiwa, yang tidak
hidup dan pasif itu materi, yang tidak hidup, tidak aktif, dan tidak pula
pasif itu ruang dan waktu.
Al-Baary Ta’ala (Allah Ta’ala), menurutnya Allah itu kekal karena
Dia-lah yang menciptakan alam ini dari bahan yang telah ada dan tidak
mungkin dia menciptakan ala mini dari ketiadaan (creatio ex nihilo). Al-
Nafs Al-Kulliyyat (jiwa universal), menurutnya jiwa merupakan sesuatu
yang kekal selain Allah, akan tetapi kekekalannya tidak sama dengan
kekekalan Allah. Al-Hayuula al-Uula (materi pertama), disebut juga
materi mutlak yang tidak lain adalah atom-atom yang tidak bisa dibagi
lagi, dan menurutnya mengenai materi pertama, bahwasanya ia juga kekal
karena diciptakan oleh Pencipta yang kekal.
Sebelumnya dia berpendat bahwa materi bersifat kekal dank arena
materi ini menempati ruang, maka Al-Makaan al-Muthlaq (tampat/ruang
absolute) juga kekal. Ruang dalam pandangannya dibedakan menjadi dua
kategori, yakni ruang pertikular yang terbatas dab terikat dengan sesuatu
wujud yang menempatinya, dan ruang universal yang tidak terikat dengan
maujud dan tidak terbatas.
Seperti ruang, dia membedakan pula Al-Zamaan al-Muthlaq (masa
absolut) padad dua kategori yakni; waktu yang absolut/mutlak yang
bersifat qadiim dan substansi yang bergerak atau yang mengalir (jauhar
yajri), pembagian yang kedua yaitu waktu mahsur. Waktu mahsur adalah
waktu yang berlandaskan pada pergerakan planet-planet, perjalanan
bintang-bintang, dan mentari. Waktu yang kedua ini tidak kekal.
Menurutnya, bahwasanya waktu yang kekal sudah ada terlebih dahulu
sebelum adanya waktu yang terbatas.
14
E. Ibnu Miskawaih
1. Sejarah lahir
Nama lengkap Ibnu Miskawaih adalah Abu Ali Ahmad ibnu Muhammad
ibnu Ya’kub ibnu Miskawaih. Ia dilahirkan di kota Rayy, Iran pada tahun 330
H/ 941 M dan wafat di asfahan pada tanggal 9 Shafar 421 H/ 16 Februari 1030
M. Dari buku yang kami dapatkan, tidak ada penjelasan yang sangat rinci
mengungkapkan biograpinya. Namun, ada beberapa hal yang perlu dijelaskan,
bahwa ibnu miskawaih belajar sejarah terutama Taarikh al-Thabari kepada
Abu Bakar Ibnu Kamil Al-Qadhi dan belajar filsafat kepada Ibnu Al-
Khammar, mufasir kenamaan karya-karya aristoteles.
Ibnu Miskawaih adalah seorang penganut syi’ah. Hal ini didasarkan pada
pengabdiannya kepada sultan dan wazir-wazir syi’ah pada masa pemerintahan
Bani Buwaihi ( 320 – 448 M ). Dan ketika sultan Ahmad ‘Adhud Al-Daulah
menjabat sebagai kepala pemerintahan, ibnu Miskawaih menduduki jabatan
yang penting, seperti pengangkatannya sebagai Khazin, penjaga perpustakaan
Negara dan bendarahara negara.
2. Karyanya
Dalam karyanya dalam disiplin ilmu meliputi kedokteran, sejarah dan
filsafat. Akan tetapi, dia lebih terkenal sebagai seorang filosof akhlak, ( al-
falsafat al-‘amaliyat ) ketimbang dengan seorang filosof ketuhanan ( al-
falsafat al-nazhariyyat al-Illahiyat ).
Dalam buku The History of the Muslim Philoshopy disebutkan bahwa
karya tulisannya itu; Al-Fauz al-Akbar, al-Fauz al-Asghar, Tajaarib al-
Umaan ( sebuah sejarah tentang banjir besar yana ditulis pada tahun 369 H/
979 M), Uns al-Fariid ( yakni koleksi anekdot, syair, peribahasa, dan kata-
kata hikmah ), Tartiib al-Sa’adat ( isinya ahlak dan politik ), al-Mustaufa
( isinya syair-syair pilihan ), al-Jaami’, al-Siyaab, On the Simple Drugs
( tentang kedokteran ), On the composition of the Bajats ( tentang
kedokteran ), Kitaab al-Ashribah ( tentang minuman ), Tahziib al-Akhlak
( tentang akhlak ), Risaalat fi al-Lazza wa al-Aalam fil jauhar al-Nafs,
ajwibaat wa As’ilat fi al-Nafs wa al-‘Aql, Al-Jawaab fi Al-Masaa’il al-Salas,
15
1
Zaky Mubarak, al-akhlaq ‘ind Al-Ghazali, (Mesir: Dar al-Kitab al-araby al-thaba’at al-nasyr, 168),
hal 47
2
Thawil Akhyar Dasoeki, Sebuah Kompilasi Filasafat Islam (Semarang: Dina Utama Semarang,
1933), Cet.1 hal 55
20
4
Muhammad Yusuf Musa, Flasafat al-akhlaq fi al-islam, (Kairo: Dar al-ma’arif, 1963), hal 129
5
Nurcholis Majid, Khasanah Intelektual Islam, (Jakarta: Bulan Bintang, 1984), Hal 31
21
Al-Ghazali adalah Fakih, Mutakallim, dan Sufi. Ia mahir bicara dan sangat
produktif dalam mengarang. Karya tulisannya lebih dari 228 buku/risalah.
Dibawah ini hanya akan disebutkan beberapa warisan dari karya ilmiahnya
yang paling besar pengaruhnya terhadap pemikiran umat Islam :
Ihya’ Ulum Al-Din, berisikan kumpulan pokok-pokok agama dan
akidah, ibadah, akhlak, dan kaidah-kaidah suluk.
Al-Iqtishad fi al-i’tiqad, diuraikan didalamnya akidah menurut aliaran
al-asy’ariyah
Maqasid al-falasifat, berisikan ilmu mantiq, alam, dan ketuhanan
Taqafut al-falasafiyah, berisikan kritikan terhadap para Filosof.
Al-Munqiz min al-Dhalal, dipaparkan didalamnya seperangkat ilmu
yang mewarnai zamannya dan berrbagai aliran yang penting. Ilmu dan
aliran-aliran tersebut dikajinya secara kritis, kemudian dijelaskan
kelebihan dan kesalahan-kesalahnya.
Mizan al-‘amal, didalamnya berisikan penjelasan tentang akhlak.
2. Filsafat
a. Masalah keqadiman Alam
Pada umumnya para filosof bependapat bahwa alam ini qadim, artinya
wujud alam bersamaan wujud Allah. Keqadiman Allah dari alam hanya
dari segi zatnya dan tidak dari segi zaman. Bagi Al-Ghazali, bila alam
dikatakan Qadim (tidak pernah tidak ada), maka mustahil dapat
dibayangkan bahwa alam itu diciptakan oleh Tuhan. Jadi paham qadimnya
alam, menurut Al-Ghazali membawa pada kesimpulan bahwa alam itu ada
dengan sendirinya, tidak diciptakan oleh Tuhan, dan ini bertentangan
dengan ajaran Al-Qur’an.
Bagi Al-Ghazali, alam haruslah tidak qadim dan ini berarti pada
awalnya tuhan ada, sedang alam tidak ada, kemudian Tuhan menciptakan
Alam, maka alam ada disamping adanya Tuhan. Sebaliknya pagi para
filosof muslim yang berpaham bahwa alam itu qadim, seperti bagi Al-
farabi dan Ibnu Sina, bahwa alam itu qadim sedikitpun tidak dipahami
mereka dengan pengertian bahwa alam ada dengan sendirinya.
22
6
Al- Ghazali, Tahafut, op.cit ; hal 206-207
23
PENUTUP
A. Simpulan
Dapat disimpulkan, dari lahirnya para tokoh di atas tadi yang menjadi
sebab adanya karya-karya mereka yang banyak, merupakan hal yang
membanggakan bagi khazanah keilmuan islam. Sayangnya saja, karya-karya
mereka yang banyak itu tidak kita temui secara keseluruhan pada saat ini,
karena terjadinya keadaan-keadaan yang menyulitkan para filosof, seperti
halnya kejadian yang menimpa ibnu rusyd yang karya-karyanya di bakar.
Tapi, bukan berarti kita tidak dapat mempelajari karya-karya mereka yang
tersisa saat ini, kita juga dapat mempelajari karya-karya filosof yang lahir
setelah mereka dan dengan sebab ini pula banyak karya-karya baru yang
mereka tuliskan sehingga kita sebagai orang muslim tidak kehilangan akan
khazanah keilmuan berkat jerih payah mereka.
24
25
DAFTAR PUSTAKA
https://menantikau.wordpress.com/kumpulan-makalah/metodologi-studi-islam/
tokoh-tokoh-filsafat-islam-dan-pemikirannya/
Muhammad Yusuf Musa, falsafat al-Ahklaq fi al-Islam, kairo: Dar al-A’raf, 1945
Prof. Dr. H. Sirajuddin Zar, M.A., filsafat islam, filosof dan filsafatnya, jakarta:
rajawali pers, 2004
Nurcholis Madjid, Kaki Langit Peradaban Islam, Jakarta, Paramadina, 1997
Nasution Hasyimsyah, filsafat islam, jakarta, Gaya media Pratama, 1998.
26