Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH

FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM

PEMIKIRAN FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM IBNU KHALDUN

DOSEN PENGAMPU : Dr. Suwendi, M.Pd

Kelompok 5 :
Ahmad Thoha Nofa Chakiki 2281130261
Latifatul Ainiyah 2281130270
Ayu Rizki Fauziah 2281130283
Ahmad Tajudin 2281130258
Didah Fauziah 2281130254
Ahmad Solihin 2281130281
Asep Mulyana -

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN


PENDIDIKAN JARAK JAUH PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PJJ PAI)
IAIN SYEKH NURJATI CIREBON
2023
KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur kami panjatkan selalu kepada Dzat Sang Pencipta yang Maha
Gafur karena berkat Rahmat_NYA penyusunan makalah ini bisa terselesaikan.

Sholawat dan salam semoga terlimpahcurahkan selalu kepada sang penerang


alam, Yakni Nabi Muhammad SAW, kepada keluarganya, sahabatnya, Tabi’in dan
tabi’atnya, atbauttabi’in, Semoga syafa’atnya sampai kepada kita sebagai ummatnya.

Penyusunan makalah ini bertujuan untuk membahas Pemikiran Filsafat


Pendidikan Islam Ibnu Khaldun untuk memenuhi tugas mata kuliah Filsafat Pendidikan
Islam dengan menggunakan Bahasa penulisan yang mudah di mengerti oleh
Pembaca.

Kami menyadari bahwa karena keterbatasan kami dalam Menyusun makalah ini
banyak sekali kekurangan. Oleh karena itu, kritik dan saran sangat kami harapkan
demi menyempurnakan makalah ini agar lebih baik dan dapat bermanfaat di kemudian
hari.

Akhir kata, Terimakasih yang tak terhingga kami ucapkan kepada semua pihak
yang terlibat dalam terselesainya penyusunan makalah ini.

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................... i

DAFTAR ISI................................................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN ..............................................................................1

A. Latar Belakang ................................................................................1


B. Rumusan Masalah ..........................................................................2
C. Tujuan dan Manfaat ........................................................................2

BAB II PEMBAHASAN ...............................................................................4

A. Biografi Ibnu Khaldun ......................................................................3


B. Karya-karya Ibnu Khaldun ...............................................................7
C. Dasar filsafat Pendidikan Ibnu Khaldun ..........................................9
D. Konsep Pemikiran Pendidikan Islam menurut Ibnu Khaldun ..........10

BAB III PENUTUP ......................................................................................20

A. Kesimpulan ....................................................................................20
B. Saran .............................................................................................21

DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................22

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sejarah kebudayaan Islam telah berjalan dalam kurun waktu 15
abad. Sejarah yang terukir dalam kegiatan pemikiran filsafat terjadi
pada 5 abad dalam perjalanannya, yaitu abad 7 hingga abad 12. Dilihat
dari perspektif cara berpikir, mereka berfikir secara sistematis dan
realistis serta kritis, sehingga lahirlah para filosof Islam yang
mempunyai kemampuan yang diatas rata-rata dalam kebijaksanaanya
terkait pendidikan.
Dalam setiap ruang dan waktu, pendidikan selalu mendapatkan
perhatian dari setiap tokoh-tokohnya. Perbincangan tentang pendidikan
seolah-olah tak pernah mati. Dalam kondisi apapun pendidikan tetap
selalu dibicarakan. Baik dalam kondisi berkembang dan maju maupun
dalam kondisi stagnan atau bahkan dalam kondisi terpuruk sekalipun.
Belum pernah didengar ada suatu masa yang disitu pendidikan tidak
dibicarakan. Ini berlaku disemua negara dan disemua waktu.
Pendidikan merupakan suatu proses dimana manusia belajar untuk
memanusiakan manusia, mengenal drinya sendiri bahwa ia juga
manusia. Dengan adanya pendidikan manusia dapat mengembangkan
potensi yang terdapat dalam dirinya, mengembangkan akalnya
sehingga dalam melakukan suatu proses tidaklah secara acak-acakan.
Tetapi pendidikan juga menjadi masalah yang tidak pernah selesai
(unfinished agenda). Pendidikan selalu terasa tidak pernah
memuaskan. Pendidikan selalu dibicarakan. Pendidikan bahkan selalu
menjadi bahan perdebatan.
Berbicara tentang pendidikan Islam, maka mau tidak mau harus
berbenturan dengan tokoh-tokoh yang berkecimpung di dalamnya.
Diantara tokoh pendidikan Islam yang tidak kecil kontribusinya adalah
Ibnu Khaldun. Ibn Khaldun, atau nama lengkapnya Abu Zayd 'Abd ar-
Rahman bin Muhammad bin Khaldun al-Hadrami, adalah seorang

1
cendekiawan Islam terkenal yang hidup pada abad ke-14. Ia dikenal
bukan hanya sebagai sejarawan dan ahli sosiologi, tetapi juga sebagai
seorang pemikir pendidikan yang berpengaruh. Pemikirannya yang
mendalam tentang pendidikan tidak hanya memengaruhi dunia Islam
pada masanya, tetapi juga memberikan landasan yang relevan bagi
pemikiran pendidikan Islam hingga saat ini. Sedemikian besar
kontribusi dalam dunia pendidikan, pemikirannya tidak hanya di
konsumsi oleh para praktisi pendidikan Islam tetapi juga banyak
sarjana-sarjana barat yang menjadikannya sebagai rujukan dalam
penelitian-penelitian yang dikembangkannya.
Konsep pemikirannya tidak hanya menarik pada zamannya saja
tetapi juga sangat urgen untuk dijadikan sebagai rujukan dalam dunia
pendidikan modern. Apalagi bila berbicara tentang dunia pendidikan
Islam di Indonesia yang saat ini masih mencari jati dirinya, maka
merujuk kepada tokoh pemikiran masa lalu termasuk Ibnu Khaldun di
dalamnya adalah suatu keniscayaan. Hal ini sangatlah wajar,
mengingat masa keemasan pendidikan Islam telah mereka torehkan
dengan gemilang. Dan sejatinya, umat ini tidak akan pernah
berkembang dan maju melainkan dengan mengikuti apa yang telah
diaplikasikan oleh para pendahulunya. Dari latar belakang diatas, maka
penulis tertarik untuk mengkaji pemikiran-pemikirannya. Terutama yang
berkaitan dengan masalah-masalah seputar pendidikan.
B. Rumusan Masalah.
1. Bagaimana Biografi Ibnu Khaldun?
2. Apa saja Karya-karya Ibnu Khalsun?
3. Bagaimana Dasar Filsafat Pendidikan Ibn Khaldun ?
4. Bagaimana Konsep Pemikiran Pendidikan Islam Menurut Tokoh
Ibnu Khaldun?
C. Tujuan dan manfaat.
1. Mengetahui biografi Ibnu Khaldun.
2. Mengetahui karya-karya Ibnu Khaldun.

2
3. Mengetahui konsep pemikiran Ibnu Khaldun.
4. Untuk memenuhi Tugas mata kuliah Filsafat Pendidikan Islam

3
BAB II
PEMBAHASAN

A. Biografi Tokoh Ibnu Khaldun


Ibnu khaldun adalah seorang filsuf sejarah yang berbakat dan
cendekiawan terbesar pada zamannya, salah seorang pemikir
terkemuka yang pernah dilahirkan. Beliau adalah seorang pendiri ilmu
pengetahuan sosiologi yang secara khas membedakan cara
memperlakukan sejarah sebagai ilmu serta memberikan alasan-alasan
untuk mendukung kejadian-kejadian yang nyata.1
Nama lengkap Ibnu Khaldun adalah Abu Zayd ‘Abd al-Rahman ibn
Muhammad ibn Khaldun al-Hadrami. Beliau dilahirkan di Tunisia pada 1
Ramadhan 732 H. / 27 Mei 1332 M, wafat 19 Maret 1406/808H. Beliau
dikenal sebagai sejarawan dan bapak sosiologi Islam yang hafal Alqur’an
sejak usia dini, selain itu beliau juga membahas tentang pendidikan
islam. Karyanya yang terkenal adalah Muqaddimah (Pendahuluan).2
Beliau masih memiliki garis keturunan dengan Wail bin Hajar, salah
seorang sahabat Nabi Saw. Wail bin Hajar pernah meriwayatkan
sejumlah hadits serta pernah dikirim nabi untuk mengajarkan agama
Islam kepada para penduduk daerah itu. Pada abad ke-8 M Khalid bin
Utsman datang ke Andalusia bersama pasukan arab penakluk wilayah
bagian selatan Spanyol. Khalid kemudian lebih dikenal panggilan
Khaldun sesuai dengan kebiasaan orang Andalusia dan Afrika Barat Laut
yakni dengan penambahan pada akhir nama dengan “uns” sebagai
pernyataan penghargaan kepada keluarga penyandangnya. Dengan
demikian Khalid menjadi Khaldun.
Guru pertama ibnu Khaldun adalah ayahnya sendiri. Dia belajar
membaca dan menghafal al-Qur’an. Dia fasih dalam qira’at sab’ah (tujuh
cara membaca al-Qur’an), dia memperlihatkan caranya yang seimbang

1
Amil Ahmad, Seratus Muslim Terkemuka, Pustaka firdaus, 2003, hlm. 503.
2
http://id.wikipedia.org/wiki/Ibnu_khaldun

4
dan merata antara mata pelajaran tafsir, hadith, fiqih dan gramatika
bahasa arab yang diambilnya dari sejumlah guru yang ada di Tunisia).

1. Guru-Guru Ibnu Khaldun


Dibalik keberhasilan yang dicapai oleh Ibnu Khaldun tidak luput dari
jasa guru-gurunya yang memberikan berbagai pelajaran dan
mengajarkan pengalaman mereka kepada beliau. Di bawah ini akan
dipaparkan beberapa guru-guru yang ada dibalik keberhasilan Ibnu
Khladun. Antara lain:
1) Abu Abdullah Muhammad yaitu ayahnya yang menjadi guru pertama
Ibnu Khaldun. Dari ayahnya beliau belajar membaca, menulis dan
bahasa Arab.
2) Abu Abdullah Muhammad Ibn Sa’ad Ibn Burral al-Anshari, ia
termasuk pendidik Ibnu Khaldun dalam bidang al-Qur’an dan
Qira’atul Sab’ah.
3) Syeikh AbdullahIbn al-‘Arabi al-Hasayiri, Muhammad al-SAwwas al-
Zarazli Ahmad Ibn al-Qassar, Syekh Syams al-Din Abu Abdullah
Muhammad al-Wadisyasyi, mereka adalah pendidik /guru dalam
bidang ilmu hadist, bahasa Arab dan Fiqh.
4) Abdullah Muhammad Ibn Abd al- Salam, ia adalah pendidik khusus
kitab al-Muwattha’ karya imam Malik.
5) Muhammad Ibn Sulaiman al-Satti Abd al-Muhaimin al-Hadrami dan
Muhammad Ibn Ibrahim al- Abili, mereka adalah pendidik ilmu pasti,
logika dan seluruh ilmu tehnik, kebijakan dan pengajaran dan ilmu
pokok al-Qur’an hadist.
6) Syekh Syamsuddin Abu Abdullah Muhammad al-Wadiyasyi, ia
mengajarkan ilmu hadis dan fiqih serta bahasa Arab pada Ibnu
Khaldun.
Namun sebagaimana yang dikatakan Ramayulis dan Samsul Nizar
dalam buku” ensiklopedi tokoh pendidikan” bahwa ada dua guru Ibnu
Khaldun yang sangat berjasa kepada beliau yaitu Muhammad Ibnu

5
Ibrahim al-Abili dalam bidang ilmu filsafat dan syekh Abd al-Muhaimin Ibn
al-Hadramani dalam ilmu-ilmu agama. Dari kedua guru inilah beliau
belajar al-Kutubu Sittah dan al-Muwattha’.

2. Murid-Murid Ibnu Khaldun


Keilmuan Ibnu Khaldun memberikan bias menjadi guru yang diakui
keilmuan yang dimilikinya, hal ini terbukti dengan banyaknya murid-murid
Ibnu Khaldun yang berhasil dalam keilmuannya. Para murid beliau
belajar bersama beliau ketika di al-Azhar selain menjadi seorang
pengajar beliau juga diangkat sebagai hakim tinggi. Ada dua orang murid
Ibnu Khaldun yang terkenal dengan keilmuannya dan telah mengarang
beberapa buku. Mereka adalah:
1) Taqiyuddin Ahmad Ibnu Ali al-Maqrizi, ia adalah sejarawan dan telah
mengarang buku al-Suluk li Ma’rifah Duwal al-mulk. Buku tentang
sejarah yang dikarang oleh Al-Maqrizi sampai sekarang menjadi
rujukan para sejarawan modern.
2) Ibnu Hajar al- ‘Asqalani, ia adalah murid Ibnu Khaldun yang terkenal
sebagai ahli hadis dan sejarawan terkemuka.
Ibnu Khaldun mulai berkarir dalam bidang pemerintahan dan politik
di kawasan Afrika Barat Laut dan Andalusia selama hampir seperempat
Abad. Dalam kurun waktu itu dari sepuluh kali dia pindah jabatan dari
satu dinasti ke dinasti yang lain. Jabatan pertaman Ibnu Khaldun pertama
adalah sebagai anggota Majlis keilmuwan Sultan Abu Inal dari Bani Marin
di ibu kota Fez. Kemudian dia diangkat menjadi sekertaris Sultan pada
Tahun 1354.
Selain di dunia politik, Ibnu Khaldun juga mengajarkan ilmunya di
masjid. Kemudian dia pindah ke Biskarah. Dari Biskarah kembali ke
Andalusia baru dan menuju Tilimsan tahun 1374 M. Di Tilimsan ini ibnu
Khaldun menemukan tempat untuk menulis dan membaca di rumah bani
Arif di dekat benteng Qal’at Ibn Salamah sebagai tempat tinggal dan

6
tinggal di Istana Ibnu Salamah. Di tempat inilah selama empat tahun dia
memulai karnya yang terkenal dengan Kitab al-Ibar (sejarah Universal).
Ibnu Khaldun meninggal pada usia 76 Tahun. Untuk menghormati
nama besarnya dia dimakamkan di pemakaman sufi di Bab al-Nashr
Kairo, yang merupakan makam para ulama dan orang-orang penting.
Sebagai pelopor sosiologi, sejarah-filsafat, dan ekonomi-politik, karya-
karyanya memiliki keaslian yang menajubkan. “Kitab al-I’bar” termasuk
al-Taarif adalah buku sejarahnya yang monumental, berisi Muqaddimah
serta otobiografinya. Bukunya dibagi menjadi tiga bagian. Bagian
pertama terkenal dengan muqaddimah, dalam bagian ini membicarakan
tentang masyarakat, asal-usulnya,kedaulatan, lahirnya kota-kota dan
desa-desa, perdagangan, cara orang mencari nafkah, dan ilmu
pengetahuan. Bagian kedua kitab al-I’bar, terdiri dalam empat jilid,
membicarakan tentang sejarah bangsa arab dan orang-orang muslim
lainnya dan juga dinasti-dinasti pada masa itu, termasuk dinasti syiria,
persia, seljuk, turki, yahudi, romawi, dan prancis. Dan bagian
ketiga terdiri dari dua jilid, membicarakan bangsa barbar dan suku
tetangga, otobiografi yaitu Al-Taarfi.3
Untuk mempelajari Ibnu Khaldun, perjalanan panjang hidupnya
dapat dipetakan dalam 4 fase:
1. Fase pertama, dimulai sejak awal kelahiran, menuntut ilmu sampai
terjadinya wabah besar di sebagian wilayah dunia Pada masa ini talenta
keulamaannya sangat terlatih. Waktunya habis untuk menghafal Al-
Qur’an beserta tajwid dan qiraatnya. Juga digunakan untuk mendalami
berbagai disiplin ilmu agama, termasuk fikih bermadzhab maliki. Fase
ini berlangsung sekitar 20 tahun, mulai tahun 732 H sampai 751 H.
2. Fase kedua, berlasung sekitar 15 tahun dimulai tahun 751 H – 776 H.
Pada fase ini kehidupannya habis dalam berbagai aktivitas politik. Beliau
berhijrah dari satu daerah ke daerah lainnya, seperti Maghrib Al-Adna,

3
Ibid, hlm. 505.

7
Al-Ausath, dan Al-Aqsa juga sebagian wilayah Andalusia. Sifat oportunis
Ibnu Khaldun muncul pada masa ini. Selain itu, ketajaman analisa politik
dan sosiologi pun juga terasah.
3. Fase ketiga, berlangsung sekitar 8 tahun, mulai tahun 776 H – 784 H.
Fase ini adalah fase kontemplasi. Setengahnya habis di Qal’ah Ibnu
Salamah, dan setengah selanjutnya dihabiskan di Tunis. Pada masa
inilah magnum opus-nya yang berjudul “Kitâb Al-Ibar wa Dîwân Al-
Mubtada’ wa Al-Khabar, fi Ayyâm Al-Arab wa Al-Ajam wa Al-Barbar, Wa
Man Âsharahum min dzi Al-Sulthân Al-Akbar ” ditulis. Kitab ini terdiri dari
7 jilid, jilid pertama dari kitab inilah yang disebut sebagai Kitab
Mukaddimah Ibnu Khaldun.
4. Fase keempat, adalah masa mengajar dan menjadi Qadhi di Mesir.
Masa ini berlangsung selama 24 tahun. Sejak tahun 784 H – akhir 808
H.

B. Karya-Karya Ibnu Khaldun


Adapun hasil karya-karyanya yang terkenal di antaranya adalah4
a. Kitab Muqaddimah
Merupakan buku pertama dari kitab al-‘Ibar, yang terdiri dari bagian
muqaddimah (pengantar). Buku pengantar yang panjang inilah yang
merupakan inti dari seluruh persoalan, dan buku tersebut pulalah yang
mengangkat nama Ibnu Khaldun menjadi begitu harum. Adapun tema
muqaddimah ini adalah gejala-gejala sosial dan sejarahnya.
b. Kitab al-‘Ibar, wa Diwan al-Mubtada’ wa al-Khabar, fi Ayyam al-‘Arab wa
al-‘Ajam wa al-Barbar, wa man Asharuhum min dzawi as-Sulthani al-
‘Akbar atau “Kitab Pelajaran dan Arsip Sejarah Zaman Permulaan dan
Zaman Akhir yang mencakup Peristiwa Politik Mengenai Orang-orang
Arab, Non-Arab, dan Barbar, serta Raja-raja Besar yang Semasa

4
Fuad Baali dan Ali Wardi, Ibn Khaldun dan Pola Pemikiran Islam, ( Jakarta: Pustaka Firdaus,
2003), hlm. 20

8
dengan Mereka”, yang kemudian terkenal dengan kitab ‘Ibar, yang
terdiri dari tiga buku dan beberapa jilid.
c. Kitab al-Ta’rif bi Ibnu Khaldun wa Rihlatuhu Syarqon wa Ghorban (al-
Ta’rif). Oleh orang-orang Barat disebut dengan Autobiografi,
merupakan bagian terakhir dari kitab al-‘Ibar yang berisi tentang
beberapa bab mengenai kehidupan Ibnu Khaldun. Dia menulis
autobiografinya secara sistematis dengan menggunakan metode
ilmiah, karena terpisah dalam bab-bab, tapi saling berhubungan
antara satu dengan yang lain.
d. Lubab al-Muhashshal fi Ushuluddin
e. Syifa ‘al syail li Tahdz.

C. Dasar Filsafat Pendidikan Ibn Khaldun


Pemikiran pendidikan Ibn Khaldun sangat dipengaruhi oleh
pandangannya tentang masyarakat, sejarah, dan peradaban. Dalam
karyanya yang terkenal, "Al-Muqaddimah," Ibn Khaldun
mengembangkan konsep dasar penting yang relevan dalam konteks
pendidikan Islam.
1. Pendidikan sebagai Bagian dari Pembangunan Masyarakat
Ibn Khaldun percaya bahwa pendidikan adalah faktor kunci dalam
pembangunan masyarakat. Ia berpendapat bahwa masyarakat yang
berkembang memiliki sistem pendidikan yang kuat yang membentuk
karakter individu dan memperkuat jalinan sosial. Pendidikan, baginya,
adalah fondasi peradaban.
2. Pengaruh Lingkungan Sosial dalam Pendidikan
Dalam pandangannya, Ibn Khaldun menekankan peran
lingkungan sosial dalam pendidikan. Ia berpendapat bahwa individu
dipengaruhi oleh budaya dan nilai-nilai sosial yang ada di sekitarnya.
Oleh karena itu, untuk menciptakan individu yang baik, penting untuk
menciptakan lingkungan yang baik.
3. Peranan Guru dalam Pembentukan Individu

9
Ibn Khaldun juga memberikan perhatian khusus kepada peran
guru dalam pendidikan. Ia menekankan bahwa guru memiliki peran
penting dalam membentuk karakter dan pemahaman siswa.
Pendidikan yang efektif memerlukan guru yang kompeten dan
berintegritas.

D. Konsep Pemikiran Pendidikan Islam Menurut Tokoh Ibnu Khaldun


Menurut Ibnu Khaldun ilmu pendidikan bukanlah suatu aktivitas
yang semata-semata bersifat pemikiran dan perenungan yang jauh dari
aspek-aspek pragmatis di dalam kehidupan, akan tetapi ilmu dan
pendidikan tidak lain merupakan gejala sosial yang menjadi ciri khas
jenis insani.
Tradisi penyeledikan ilmiah yang dilakukan oleh ibnu khaldun
dimulai dengan menggunakan tradisi berfikir ilmiah dengan melakukan
kritik atas cara berfikir “model lama” dan karya-karya ilmuwan
sebelumnya, dari hasil penyelidikan mengenai karya-karya sebelumnya,
telah memberikan kontribusi akademik bagi pengembangan ilmu
pengetahuan yang sahih, pengetahuan ilmia memuat pengetahuan yang
otentik.5
a. Tujuan Pendidikan
Pendidikan bukan hanya merupakan proses belajar mengajar yang
dibatasi oleh ruang dan waktu, tetapi pendidikan adalah suatu proses,
di mana manusia secara sadar menangkap, menyerap, dan menghayati
peristiwa-peristiwa alam sepanjang zaman. .Menurut Ibnu Khaldun
bahwa manusia itu secara esensial bodoh (jahil) layaknya seperti
binatang, manusia hanya berupa setetes sperma, segumpal darah,
sekerat daging dan masih ditentukan rupa mentalnya. Artinya manusia
itu adalah jenis hewan, namun Allah SWT telah membedakan manusia
dan hewan dengan memberi akal pikiran kepada manusia. Pada

5
Syarifudin Jurdi, Sosiologi Islam Elaborasi Pemikiran Sosial Ibn Khaldun, (POKJA :’UIN Sunan
Kalijaga, 2008) hlm.17

10
mulanya manusia menggunakan akal pemilah, kemudian akal
eksperimental dan akhirnya menggunakan akal kritis. Melalui akal
pikiran inilah, manusia mampu bertindak secara teratur dan terencana.
Menurut Ibnu Khaldun Ada Enam Tujuan Pendidikan, yaitu :
a. menyiapkan seseorang dari segi keagamaan dengan memperkuat
potensi iman, sebagaimana dengan potensi-potensi lain
b. menyiapkan seseorang dari segi akhlak
c. menyiapkan seseorang dari segi kemasyarakatan atau sosial
d. menyiapkan seseorang dari segi vokasional atau pekerjaan
e. menyiapkan seseorang dari segi pemikiran, sebab dengan
pemikiran seseorang dapat memegang berbagai pekerjaan atau
ketrampilan tertentu dan
f. menyiapkan seseorang dari segi kesenian.
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa pendidikan bukan
hanya bertujuan untuk mendapatkan ilmu pengetahuan akan tetapi juga
untuk mendapatkan keahlian.
Ibnu Khaldun telah memberikan porsi yang sama antara tujuan apa
yang akan dicapai dalam urusan ukhrowi dan duniawi, karena baginya
pendidikan adalah jalan untuk memperoleh rizki. Atas dasar itulah Ibnu
Khaldun beranggapan bahwa target pendidikan adalah memberikan
kesempatan kepada pikiran untuk aktif dan bekerja, karena dia
memandang aktivitas ini sangat penting bagi terbukanya pikiran dan
kematangan individu dan kematangan berfikir adalah alat bagi
kemajuan ilmu industri dan sistem sosial.
Pandangan Ibnu Khaldun tentang Pendidikan Islam berpijak pada
konsep dan pendekatan filosofis-empiris. Menurutnya ada tiga
tingkatan tujuan yang hendak dicapai dalam proses pendidikan yaitu:
1) Pengembangan kemahiran (al-malakah atau skill) dalam bidang
tertentu.
2) Penguasaan keterampilan professional sesuai dengan tuntutan
zaman

11
3) Pembinaan pemikiran yang baik
b. Materi Pendidikan
Adapun pandangannya mengenai materi pendidikan, karena
materi adalah merupakan salah satu komponen operasional
pendidikan, maka dalam hal ini Ibnu Khaldun telah mengklasifikasikan
ilmu pengetahuan yang banyak dipelajari manusia pada waktu itu
menjadi dua macam yaitu:
1) Ilmu-ilmu tradisional (Naqliyah)
Ilmu naqliyah adalah yang bersumber dari al-Qur’an dan Hadits
yang dalam hal ini peran akal hanyalah menghubungkan cabang
permasalahan dengan cabang utama, karena informasi ilmu ini
berdasarkan kepada otoritas syari’at yang diambil dari al-Qur’an dan
Hadits.
Adapun yang termasuk ke dalam ilmu-ilmu naqliyah itu antara lain:
ilmu tafsir, ilmu qiraat, ilmu hadits, ilmu ushul fiqh, ilmu fiqh, ilmu
kalam, ilmu bahasa Arab, ilmu tasawuf, dan ilmu ta’bir mimpi.
2) Ilmu-ilmu filsafat atau rasional (Aqliyah)
Ilmu ini bersifat alami bagi manusia, yang diperolehnya melalui
kemampuannya untuk berfikir. Ilmu ini dimiliki semua anggota
masyarakat di dunia, dan sudah ada sejak mula kehidupan
peradaban umat manusia di dunia.
Menurut Ibnu Khaldun ilmu-ilmu filsafat (aqliyah) ini dibagi
menjadi empat macam ilmu yaitu:
a. Ilmu logika,
b. Ilmu fisika,
c. Ilmu metafisika dan
d. Ilmu matematika termasuk didalamnya ilmu, geografi,
aritmatika dan al-jabar, ilmu music, ilmu astromi, dan ilmu
nujuum.
Walaupun Ibnu Khaldun banyak membicarakan tentang ilmu
geografi, sejarah dan sosiologi, namun ia tidak memasukkan ilmu-ilmu

12
tersebut ke dalam klasifikasi ilmunya. Setelah mengadakan penelitian,
maka Ibnu Khaldun membagi ilmu berdasarkan kepentingannya bagi
anak didik menjadi empat macam, yang masing-masing bagian
diletakkan berdasarkan kegunaan dan prioritas mempelajarinya. Empat
macam pembagian itu adalah:
1) Ilmu agama (syari’at), yang terdiri dari tafsir, hadits, fiqh dan
ilmu kalam.
2) Ilmu ‘aqliyah, yang terdiri dari ilmu kalam, (fisika), dan ilmu
Ketuhanan (metafisika)
3) Ilmu alat yang membantu mempelajari ilmu agama (syari’at),
yang terdiri dari ilmu bahasa Arab, ilmu hitung dan ilmu-ilmu lain yang
membantu mempelajari agama.
4) Ilmu alat yang membantu mempelajari ilmu filsafat, yaitu
logika.
Menurut Ibnu Khaldun, kedua kelompok ilmu yang pertama itu
adalah merupakan ilmu pengetahuan yang dipelajari karena faidah dari
ilmu itu sendiri. Sedangkan kedua ilmu pengetahuan yang terakhir (ilmu
alat) adalah merupakan alat untuk mempelajari ilmu pengetahuan
golongan pertama. Demikian pandangan Ibnu Khaldun tentang materi
ilmu pengetahuan yang menunjukkan keseimbangan antara ilmu
syari’at (agama) dan ilmu ‘Aqliyah (filsafat).
Meskipun dia meletakkan ilmu agama pada tempat yang pertama,
hal itu ditinjau dari segi kegunaannya bagi anak didik, karena
membantunya untuk hidup dengan seimbang namun dia juga
meletakkan ilmu aqliyah (filsafat) di tempat yang mulia sejajar dengan
ilmu agama.
c. Metode Pendidikan
Metode pendidikan adalah segala segi kegiatan yang terarah yang
dikerjakan oleh guru dalam rangka kemestian-kemestian mata
pelajaran yang diajarkannya. Ciri-ciri perkembangan peserta didik dan
suasana alam di sekitarnya dan tujuan membimbing peserta didik untuk

13
mencapai proses belajar yang diinginkan dan perubahan yang
dikehendaki pada tingkah laku mereka.
Metode pendidikan sama halnya dengan metode pembelajaran
(pengajaran), yang mana pemikiran Ibnu Khaldun tentang metode
pendidikan terungkap lewat empat sikap reaktifnya terhadap gaya para
pendidik (guru) dimasanya dalam dasar empat dasar persoalan
pendidikan.
1. kebiasaan mendidik dengan metode “indoktrinasi” terhadap
anak-anak didik, para pendidik memulai dengan masalah-masalah
pokok yang ilmiah untuk diajarkan kepada anak-anak didik tanpa
mempertimbangkan kesiapan mereka untuk menerima dan
menguasainya. Maka Ibnu Khaldun lebih memilih metode secara
gradual sedikit demi sedikit, pertama-tama disampaikan permasalahan
pokok tiap bab, lalu dijelaskan secara global dengan
mempertimbangkan tingkat kecerdasan dan kesiapan anak didik,
hingga selesai materi per-bab.
2. memilah-milah antara ilmu-ilmu yang mempunyai nilai
instrinsik, semisal ilmu-ilmu keagamaan, kealaman, dan ketuhanan,
dengan ilmu-ilmu yang instrumental, semisal ilmu-ilmu kebahasa-
Araban, dan ilmu hitung yang dibutuhkan oleh ilmu keagamaan, serta
logika yang dibutuhkan oleh filsafat.
3. Ibnu Khaldun tidak menyukai metode pendidikan yang terkait
dengan strategi berinteraksi dengan anak yang “militeristik” dan keras,
anak didik harus seperti ini dan seperti itu, karena berdampak buruk
bagi anak didik berupa munculnya kelainan-kelainan psikologis dan
perilaku nakal.
4. Ibnu Khaldun mengajarkan agar pendidik bersikap sopan dan
halus pada muridnya. Hal ini termasuk juga sikap orang tua terhadap
anaknya, karena orang tua adalah pendidik yang utama. Selanjutnya
jika keadaan memaksa harus memukul si anak, maka pemukulan tidak
boleh lebih dari tiga kali.

14
Ibnu Khaldun memberikan sedikitnya ada dua bentuk pembelajaran
yaitu:
a) Tahapan pembelajaran
Pembelajaran yang efektif dan efisien terhadap peserta
dpembelajaran yang efektif dan efisien terhadap peserta didik
apabila dilakukan secara berangsur-angsur, setapak-demi setapak
dan apabila dilakukan secara berangsur-angsur.
Berkaitan dengan itu semua ibnu khaldun menganjurkan agar
para guru dan orang tua sebagai pendidik seharusnya berlaku sopan
dan adil dalam mengingatkan siswa, lain dari itu ibnu khaldun
membolehkan memukul siswa apabila dalam keadaan memaksa
akan tetapi pukulan tersebut tidak lebih tiga kali.
Dalam literatur yang lainnya lagi dengan metode pengajaran ini
ibnu khaldun menjelaskan bahwa tiap-tiap pemikiran dan ilmu akan
mengembangkan pada akal yang cerdas, lebih lnjut beliau
menjelaskan ilmu berhitung tidak sama dengan metode problem-
problem kemasyarakatan dan falsafah atau sejarah, dari sini seorang
pendidik harus mampu mengklasifikasi mata pelajaran dan metode
pengajaran.
b) Concertie method (metode pemusatan)
Dalam kaitan ini komponin pendidikan sama-sama dituntut untuk
lebih fokus pada satu atau dua pilihan bidang pendidikan saja, baik
guru, para orang tua dan siswa. Dalam beberapa referensi yang ada
sepertinya sosok ibnu khaldun adalah seorang yang menjunjung
tinggi metode itu (specialisasi pelajaran) dan telaten.
Selain metode diatas Ibnu Khaldun dalam buku Muqaddimahnya
menjelaskan bahwa didalam memberikan pengetahuan kepada anak
didik, pendidik hendaknya:
• memberikan problem-problem pokok yang bersifat umum dan
menyeluruh, dengan memperhatikan kemampuan akal anak didik.

15
• Setelah pendidik memberikan problem-problem yang umum
dari pengetahuan tadi baru pendidik membahasnya secara lebih
detail dan terperinci.
• Pada langkah ketiga ini pendidik menyampaikan
pengetahuan kepada anak didik secara lebih terperinci dan
menyeluruh, dan berusaha membahas semua persoalan
bagaimapaun sulitnya agar anak didik memperoleh pemahaman
yang sempurna.
Ibnu Khaldun juga menyebutkan keutamaan metode diskusi,
karena dengan metode ini anak didik telah terlibat dalam mendidik
dirinya sendiri dan mengasah otak, melatih untuk berbicara,
disamping mereka mempunyai kebebasan berfikir dan percaya diri.
Atau dengan kata lain metode ini dapat membuat anak didik berfikir
reflektif dan inovatif. Lain halnya dengan metode hafalan, yang
menurutnya metode ini membuat anak didik kurang mendapatkan
pemahaman yang benar.
Disamping metode diskusi Isbnu Khaldun juga
menganjurkan metode peragaan, karena dengan metode ini proses
pengajaran akan lebih efektif dan materi pelajaran akan lebih cepat
ditangkap anak didik. Satu hal yang menunjukkan kematangan
berfikir Ibnu Khaldun, adalah prinsipnya bahwa belajar bukan
penghafalan di luar kepala, melainkan pemahaman, pembahasan
dan kemampuan berdiskusi. Karena menurutnya belajar dengan
berdiskusi akan menghidupkan kreativitas pikir anak, dapat
memecahkan masalah dan pandai menghargai pendapat orang lain,
disamping dengan berdiskusi anak akan benar-benar mengerti dan
paham terhadap apa yang dipelajarinya.
d. Pendidik
Seorang pendidik hendaknya memiliki pengetahuan yang memadai
tentang perkembangan psikologis peserta didik. Pengetahuan ini akan
sangat membantunya untuk mengenal setiap individu peserta didik dan

16
mempermudah dalam melaksanakan proses belajar mengajar. Para
pendidik hendaknya mengetahui kemampuan dan daya serap peserta
didik.
Kemampuan ini akan bermanfaat bagi menetapkan materi
pendidikan yang sesuai dengan tingkat kemampuan peserta didik. Bila
pendidik memaksakan materi di luar kemampuan peserta didiknya,
maka akan menyebabkan kelesuan mental dan bahkan kebencian
terhadap ilmu pengetahuan yang diajarkan. Bila ini terjadi, maka akan
menghambat proses pencapaian tujuan pendidikan. Oleh karena itu,
diperlukan keseimbangan antara materi pelajaran yang sulit dan mudah
dalam cakupan pendidikan.
Ibnu Kholdun menganjurkan agar para guru bersikap dan
berperilaku penuh kasih sayang kepada peserta didiknya, mengajar
mereka dengan sikap lembut dan saling pengertian, tidak menerapkan
perilaku keras dan kasar, sebab sikap demikian dapat membahayakan
peserta didik, bahkan dapat merusak mental mereka, peserta didik bisa
menjadi berlaku bohong, malas dan bicara kotor, serta berpura-pura,
karena didorong rasa takut dimarahi guru atau takut dipukuli.
Dalam hal ini, keteladanan guru yang merupakan keniscayaan
dalam pendidikan, sebab para peserta didik menurut Ibnu Kholdun lebih
mudah dipengaruhi dengan cara peniruan dan peneladanan serta nilai-
nilai luhur yang mereka saksikan, dari pada yang dapat dipengaruhi
oleh nasehat, pengajaran atau perintah-perintah.
Dalam melaksanakan tugasnya, seorang pendidik hendaknya
mampu menggunakan smetode mengajar yang efektif dan efisien. Ibnu
Khaldun mengemukakan 6 (enam) prinsip utama yang perlu
diperhatikan pendidik, yaitu:
1) Prinsip pembiasaan
2) Prinsip tadrij (berangsur-angsur)
3) Prinsip pengenalan umum (generalistik)
4) Prinsip kontinuitass

17
5) Memperhatikan bakat dan kemampuan peserta didik
6) Menghindari kekerasan dalam mengajar.
e. Peserta Didik
Peserta didik merupakan orang yang belum dewasa dan memiliki
sejumlah potensi (kemampuan) dasar yang masih perlu dikembangkan.
Di sini peserta didik merupakan makhluk Allah yang memiliki fitrah
jasmani maupun rohani yang belum mencapai taraf kematangan baik
bentuk, ukuran, maupun perimbangan pada bagian- bagian lainnya.
Dari segi rohaniah, ia memiliki bakat, kehendak, perasaan, dan pikiran
yang dinamis dan perlu dikembangkan.
Pada dasarnya peserta didik adalah:
a) Peserta didik bukan merupakan miniatur orang dewasa, akan tetapi
memiliki dunianya sendiri. Hal ini sangat penting untuk dipahami
agar perlakuan terhadap mereka dalam proses kependidikan tidak
disamakan dengan pendidikan orang dewasa, bahkan dalam aspek
metode, mengajar, materi yang akan diajarkan, sumber bahan yang
digunakan dan sebagainya.
b) Peserta didik adalah manusia yang memiliki diferensiasi
periodesasi perkembangan dan pertumbuhan. Aktivitas
kependidikan Islam disesuaikan dengan tingkat pertumbuhan dan
perkembangan yang pada umumnya dilalui oleh setiap peserta
didik. Karena kadar kemampuan peserta didik ditentukan oleh
faktor-faktor usia dan periode perkembangan atau pertumbuhan
potensi yang dimilikinya.
c) Peserta didik adalah manusia yang memiliki kebutuhan, baik
menyangkut kebutuhan jasmani maupun kebutuhan rohani yang
harus dipenuhi.
d) Peserta didik adalah makhluk Allah yang memiliki perbedaan
individual (diferensiasi individual), baik yang disebabkan oleh faktor
pembawaan maupun lingkungan di mana ia berada.

18
e) Peserta didik merupakan resultan dari dua unsur alam, yaitu
jasmani dan rohani. Unsur jasmani memiliki daya fisik yang
menghendaki latihan dan pembiasaan yang dilakukan melalui
proses pendidikan. Sementara unsur rohani memiliki dua daya,
yaitu daya akal dan daya rasa. Untuk mempertajam daya akal maka
proses pendidikan hendaknya melalui ilmu-ilmu rasional. Adapun
untuk mempertajam daya rasa dapat dilakukan melalui pendidikan
akhlak dan ibadah.
f) Peserta didik adalah manusia yang memiliki potensi (fitrah) yang
dapat dikembangkan dan berkembang secara dinamis.

19
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Ibn Khaldun, atau nama lengkapnya Abu Zayd 'Abd ar-Rahman bin
Muhammad bin Khaldun al-Hadrami, adalah seorang cendekiawan Islam
terkenal yang hidup pada abad ke-14. Ia dikenal bukan hanya sebagai
sejarawan dan ahli sosiologi, tetapi juga sebagai seorang pemikir
pendidikan yang berpengaruh. Pemikirannya yang mendalam tentang
pendidikan tidak hanya memengaruhi dunia Islam pada masanya, tetapi
juga memberikan landasan yang relevan bagi pemikiran pendidikan
Islam hingga saat ini. Adapun karya-karyanya yang terkenal yaitu :
pertama, Kitab Muqaddimah, yang merupakan buku pertama dari kitab
Al ibar, yang terdiri dari bagian muqadimah (pengantar). Kedua, KitabAl
‘Ibar wa diwan al mubtada wa al khabar, fi ayyam al a’rab wa al ‘ajam wa
al barbar, wa man asharuhum min dzawi as sulthani al akbar, yang
kemudian terkenal dengan kitab Al ‘Ibar. Dan Ketiga, Kitab At Ta’rif Ibnu
Khaldun wa Rihlatuhu Syarqan wa Gharban oleh orang-orang barat
disebut dengan otobiografi.
Pandangan Ibnu Khaldun tentang pendidikan berpijak dari
statementnya yang menegaskan bahwa manusia adalah makhluk yang
sempurna. Kesempurnaan manusia dicirikan oleh akhlaknya yang
berfungsi memikirkan segala sesuatu, merekayasa sesuatu, dan bahkan
meningkatkan rasa iman kepada Allah. Pendidikan mempunyai
pengertian yang cukup luas. Pendidikan bukan hanya merupakan proses
belajar mengajar yang dibatasi oleh empat dinding, tetapi pendidikan
adalah suatu proses dimana manusia secara sadar menangkap,
menyerap dan menghayati peristiwa-peristiwa alam sepanjang zaman.
Ilmu pengetahuan hanya tumbuh dalam peradaban dan kebudayaan
yang berkembang pesat. Oleh karena itu, jika menginginkan kemajuan
imu pengetahuan, manusia harus mengembangkan pendidikan sebaik
mungkin.

20
Ibnu Khaldun sebagai pendidik yang berkemampuan mengajar
berpendapat bahwa kedayagunaan metode yang dapat digunakan untuk
menyampaikan pengetahuan kepada murid bergantung pada sejauh
mana kematangan persiapan guru dalam mempelajari hidup kejiwaan
anak-anak didiknya. Sehingga diketahui sejauh mana kematangan
kesiapan mereka dan bakat-bakat ilmiahnya.

B. Saran
Pemikiran filsafat pendidikan Islam Ibn Khaldun adalah harta yang
tak ternilai. Meskipun dikembangkan pada abad pertengahan,
relevansinya dalam membentuk pendidikan Islam saat ini tidak bisa
diremehkan. Dengan merenungkan dan menerapkan konsep-konsep ini,
kita dapat memainkan peran dalam membentuk individu Muslim yang
memiliki pengetahuan yang kuat, karakter yang baik, dan kontribusi yang
berarti terhadap masyarakat dan dunia pada umumnya.

21
DAFTAR PUSTAKA

• Amil Ahmad.2003.Seratus Muslim Terkemuka, Pustaka firdaus,


• Fuad Baali dan Ali Wardi.2003.Ibn Khaldun dan Pola Pemikiran
Islam.Jakarta: Pustaka Firdaus,
• Syarifudin Jurdi.2008. Sosiologi Islam Elaborasi Pemikiran Sosial Ibn
Khaldun, (POKJA :’UIN Sunan Kalijaga
• Biografi Ibnu Khaldun, (http://id.wikipedia.org/wiki/Ibnu_khaldun, diakses
4 oktober 2023)

22

Anda mungkin juga menyukai