(ANDALUSIA)
MAKALAH
Disusun Untuk Memenuhi Tugas dan Menjadi Bahan Diskusi
Pada Mata Kuliah Filsafat Islam Modern
Dosen Pengampu
Dr. Tien Rohmatin M.A
Oleh:
Muhammad Hakim Muhyiddin 11210331000008
Salsabilla Safitri 11210331000037
Raihan Azaria Kurniawan 11210331000071
Assalamu’alaikum Wr Wb
Puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
penulisan makalah filsafat islam modern yang berjudul “Ibnu Khaldun”. Kami
pembelajaran tentang Tokoh Filsafat Islam yaitu Ibnu Khaldun beserta Pemikiran
Kami menyadari sepenuhnya bahwa dalam penulisan makalah ini jauh dari
kata sempurna. Oleh karena itu, kami mengharapkan segala bentuk saran serta
masukan yang membangun dari berbagai pihak. Kami ucapkan semoga ini dapat
Wassalamualakum Wr Wb
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ........................................................................................... ii
BAB I .......................................................................................................................1
PENDAHULUAN ...................................................................................................1
A. Latar Belakang Masalah ...................................................................................... 1
BAB II .....................................................................................................................3
PEMBAHASAN .....................................................................................................3
A. Biografi Ibnu Khaldun ......................................................................................... 3
iii
BAB I
PENDAHULUAN
secara filosofis, maka pada sisi ini banyak pakar telah memandang Ibnu
Khaldun ini maka tidak heran jika ia diakui sebagai Ilmuan yang hebat baik oleh
B. Rumusan Masalah
1
C. Tujuan Masalah
2
BAB II
PEMBAHASAN
Muhammad bin Muhammad bin Muhammad bin Hasan bin Jabir bin Muhammad
bin Muhammad bin Abdurrahman bin Khaldun.1 Nasab Ibnu Khaldun digolongkan
kepada Muhammad bin Muhammad bin Hasan bin Jabir bin Muhammad bin
Ibrahim bin Abdurrahman bin Khalid.2 Beliau dikenal dengan nama Ibnu Khaldun
Khalid bin Usman. Kakeknya ini merupakan orang pertama yang memasuki negeri
berbeda-beda mengenai nama lengkap dari Ibnu Khaldun. Selain yang telah
menyebutkan bahwa nama asli dan nama yang lebih dikenal untuk Ibnu Khaldun
berasal dari Hadramaut Yaman Selatan, dan bergelar al-Maliki karena ia menganut
1
Enan, Biografi Ibnu Khaldun, terj. Machnun Husein, 14.
2
Ibnu Khaldun, Muqaddimah, terj. Masturi Irham, 1079.
3
Ibnu Khaldun, Muqaddimah, terj. Masturi Irham, 1080
3
Ibnu Khaldun dilahirkan di Tunisia, Afrika Utara, pada 1 Ramadhan 732 H/27 Mei
1332 M, dan wafat di Kairo pada 25 Ramadhan 808 H/19 Maret 1406 M. Beliau
wafat dalam usianya yang ke-76 tahun (menurut perhitungan Hijriyah) di Kairo,
sebuah desa yang terletak di Sungai Nil, sekitar kota Fusthath, tempat keberadaan
Masa pendidikan ini dilalui Ibnu Khaldun di Tunisia dalam jangka waktu
pada masanya, pendidikan Ibnu Khaldun dimulai pada usia yang dini, dengan
pengajaran yang ketat dari guru pertamanya, yaitu orangtuanya sendiri. Kemudian
barulah beliau menimba berbagai ilmu dari guru-guru yang terkenal pada masanya
tauhid, fikih, filsafat dan ilmu berhitung.4 Beberapa gurunya yang berjasa dalam
Burral al-Anshari dan Abu al-'Abbas Ahmad bin Muhammad al-Bathani dalam
ilmu al-Qur’an (qira'at), Abu ‘Abdillah bin al-Qushshar dan Abu ‘Abdillah
Muhammad bin Bahr dalam ilmu gramatika Arab (bahasa Arab), Syamsuddin
Muhammad bin Jabir bin Sulthan al-Wadiyasyi dan Abu Muhammad bin Abdul
Muhaimin bin Abdul Muhaimin al-Hadhramy dalam ilmu hadis, Abu ‘Abdillah
Muhammad al-Jiyani dan Abu al-Qasim Muhammad al-Qashir dalam ilmu fikih,
serta mempelajari kitab al-Muwatta’ karya Imam Malik pada Abdullah Muhammad
4
Dahlan Malik, Pemikiran Politik Ibnu Khaldun, 31
4
bin Abdussalam. Sedangkan ilmu-ilmu rasional seperti filsafat, teologi, mantik,
Muhammad bin Ibrahim al-Abili. Ibnu Khaldun selalu mendapatkan pujian dan
yang sangat besar karena keluasan ilmu kedua gurunya ini, yaitu: Pertama, Abu
merupakan imam para ahli hadis dan ilmu nahwu dalam ilmu-ilmu agama di
Maroko. Ibnu Khaldun sangat menghargai gurunya ini karena keluasan ilmunya
dalam bidang hadis, musthalah hadis, sirah, dan ilmu linguistik/bahasa. Darinya
beliau pun mempelajari kitab-kitab hadis, seperti al-Kutub al-Sittah dan al-
Muwatta’. Kedua, Abu ‘Abdillah Muhammad bin al- Abili, yang banyak
Disini dapat dilihat bahwa jenjang pendidikan yang ketat dengan bimbingan
banyak guru dan sejumlah kitab yang pernah dipelajari oleh Ibnu Khaldun
menggambarkan keluasan ilmu dan kecerdasan otak beliau yang sangat luar biasa,
serta memperlihatkan betapa beliau menjunjung tinggi nilai- nilai moralitas ilmiah.
Hal ini juga menunjukkan bahwa Ibnu Khaldun adalah orang yang memiliki ambisi
tinggi, yang tidak puas dengan satu disiplin ilmu saja. Pengetahuannya begitu luas
5
Ibnu Khaldun, Muqaddimah, terj. Masturi Irham, 1081-1082.
6
Ibid., 1082.
5
dan bervariasi. Dengan luasnya keilmuan Ibnu Khaldun ini tidak heran jika ia
dikenal sebagai ilmuan yang sangat berpengaruh oleh bangsa arab ataupun bangsa
Pada tahun 749 H, Tunisia dilanda wabah pes yang dahsyat. Padahal saat
itu, Tunisia merupakan pusat ulama dan sastrawan besar kota-kota di Timur dan
Barat, karena menjadi tempat berkumpulnya para ulama Andalusia yang tersingkir
dan lari menuju Tunisia akibat dari berbagai peristiwa politik. atau karena negara
mereka sendiri yang tidak ramah kepada mereka. Akibat dari wabah penyakit pes
yang mematikan ini, ketika berusia 18 tahun Ibnu Khaldun kehilangan kedua
yang begitu besar, maka Ibnu Khaldun pun menamakan tragedi penyebaran wabah
pes ini sebagai Tha’un Jaarif (wabah yang membabi buta). 7 Akhirnya pada tahun
1354 M, Ibnu Khaldun ikut serta hijrah mengikuti sebagian besar ulama dan
sastrawan yang selamat dari wabah penyakit tersebut dan telah lebih dulu hijrah
menuju Fez di Maroko pada tahun 1349 M. Selanjutnya beliau kembali memulai
studinya kepada para ulama yang ada di Maroko. Adapun gurunya di Maroko
Muhammad bin Ahmad al-‘Alawi, Muhammad bin Abdul Salam, Muhammad bin
Abdul Razaq, Muhammad bin Yahya al-Barji, Ibnu al-Khatib, Ibrahim bin Zarrar,
7
Dahlan Malik, Pemikiran Politik Ibnu Khaldun, 36
8
Ibid., 37.
6
Ibnu Khaldun terlibat aktif dalam kegiatan ilmiah. Banyak buku dan karya-karya
ilmiah yang beliau hasilkan, namun karya-karya tersebut umumnya sangat sulit
dilacak karena tidak dijelaskan dalam Muqaddimah dan hanya terdiri dari buku-
buku kecil saja. Apalagi karya-karya kecil yang dihasilkan tersebut dinilai kurang
ilmiah oleh Ibnu Khaldun sendiri. Hanya ada tiga dari karya-karyanya yang
dianggap sebagai karya ilmiah oleh Ibnu Khaldun, yaitu: al-‘Ibar, Muqaddimah,
yang belum ditemukan ataupun yang tidak diterbitkan sama sekali. Meskipun Ibnu
Khaldun hidup pada masa dimana peradaban Islam mulai mengalami kehancuran,
akan tetapi beliau mampu tampil sebagai pemikir Muslim yang kreatif dan
tidak terkira dalam warisan intelektual sastra Arab karena pemikiran dan
penelitiannya yang sangat luar biasa serta memuat berbagai metode gejala-
7
gejala sosial dan sejarahnya, memuat berbagai aspek kehidupan dan juga
sepanjang masa.
Pada abad ke-15 ketika historiografi Eropa masih begitu terbelakang dan
dipertahankan Ibnu Khaldun, belum ada muncul sebuah buku pun yang
antara hasil-hasil pemikiran manusia yang paling tinggi dan paling bernilai.9
Al-‘Ibar merupakan karya utama bagi Ibnu Khaldun. Adapun judul asli dari
9
Enan, Biografi Ibnu Khaldun, terj. Machnun Husein,194.
10
Ibnu Khaldun, Muqaddimah, terj. Masturi Irham, 1085.
8
3. Jilid ke-6 dan ke-7 disebut dengan kitab al-Ta’rif Kitab ketiga yang terdiri
dari dua jilid ini berisi tentang sejarah bangsa Barbar dan suku-suku yang
membahas tentang sejarah dinasti yang ada pada masanya, seperti Dinasti
Bani Hafs, Dinasti Bani ‘Abdul Wadd, dan Dinasti Bani Marin (Mariyin).
Pembahasan terakhir dari kitab ini ialah tentang Ibnu Khaldun yang
pada awal tahun 797 H. Kitab ini berjudul al-Ta’rif bi Ibn Khaldun, Mu’allif
Kitab ini kemudian direvisi dan dilengkapi dengan hal-hal baru hingga akhir
tahun 808 H, beberapa bulan sebelum beliau wafat. Dengan demikian, karya
itu menjadi lebih tebal dan berganti judul menjadi al-Ta’rif bi Ibn Khaldun
dengan Ibnu Khaldun, Pengarang Kitab ini dan Perjalanannya ke Timur dan
Barat).11
Selan dikenal sebagai tokoh pemikir islam, Ibnu Khaldun juga dikenal
Ibnu Khaldun membagi akal manusia menjadi tiga tingkatan yaitu; (1) al-'aql
al-tamyiz (pikiran yang membedakan), yaitu tingkat nalar yang paling rendah,
11
Ibid., 1086.
9
12
karena kapasitasnya terbatas hanya untuk mengetahui hal-hal yang bersifat
berbeda untuk tatanan sosial. 3. (al-'aql an nadzari) akal spekulatif adalah akal
yang membekali manusia dengan ilmu ('ilm) atau ilmu hipotetis (dzan) yang
berhubungan dengannya.13
12
Suwito dan Fauzan, Sejarah Pemikiran para Tokoh Pendidikan, (Bandung: Angkasa, 2003),
hlm. 254.
13
bnu Khaldun, Muqaddimah Ibn Khaldun, Ahmadie Thoha (trj.), (Jakarta: Temprint, 1986), hal.
532.
10
cepat jika dilatih berulang-ulang untuk berpikir mandiri selama
11
14
menyepi (menyendiri) dan menyendiri dari keramaian untuk
beribadah.
Kurikulum Pendidikan
jenis; Pertama, kelompok ilmu lisan (linguistik) seperti ilmu nahwu, ilmu bayan,
dan ilmu sastra. Kedua, kelompok ilmu Naql, yaitu ilmu Kitab Suci dan Sunnah
Nabi. Semua pengetahuan yang ditransfer orang dari tempat asalnya dan diwariskan
Semua pengetahuan bersumber dari Tuhan. Ketiga, kelompok ilmu aqli, yaitu hasil
aktivitas berpikir manusia dicapai oleh manusia secara bertahap sejak awal
ilmu-ilmu tersebut perlu ada dalam sistem pendidikan Islam. Hal itu ada beberapa
14
Abuddin Nata, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta, Gaya Media Pratama, 2005)
15
Abuddin Nata, Ilmu Pendidikan Islam . . . hal. 129.
12
urgensi yang menjadi alasan beliau untuk mengelompokkan keilmuan tersebut; (a)
ilmu syari’ah dengan semua jenisnya (b) ilmu filsafat (rasio), ilmu alam (fisika)
dan ilmu ketuhanan (metafisika) (c) ilmu alat yang membantu ilmu agama, ilmu
bahasa, gramatika dan sebagainya. (d) ilmu alat yang membantu ilmu falsafah
Ibnu Khaldun tidak membenarkan tindakan guru yang keras kepada murid-
muridnya, karena hal itu akan merusak akhlak anak didik dan perilaku sosial. Guru
mereka terbuka dan berkembang sendiri. Guru harus membiasakan perilaku yang
baik kepada murid muridnya, memberi contoh, dan tidak mengajari mereka dengan
perkataan saja Mengutip dalam bukunya Prof. Dr. Abd. Rachman Assegaf, yang
menyatakan bahwasanya; “Menurut pendapat Ibn Khaldun, guru atau ibu bapak
tersebut belajar berdusta untuk membela diri dan demi mengelakkan pukulan
tersebut lagi. Oleh karena itu, kekerasan seperti ini tidak boleh digunakan karena
anak-anak akan lebih mendengar nasihat yang baik jika diberikan dengan lemah-
Metode Pendidikan Islam Metode dalam pendidikan Islam adalah aspek yang
penting, sebab metode merupakan faktor penentu keberhasilan dalam usaha dalam
13
diharapkan mampu melakukan aktivitas pembelajaran secara kreatif guna
membangun respon positif dari peserta didik. Sebaik apapun ulasan materi
pembelajaran yang disiapkan, jika tidak didukung dengan metode mengajar yang
baik tentunya tidak akan mencapai target maksimal dalam pencapaian tujuan
pendidikan. Ibnu Khaldun mengkritik para pendidik (guru) yang tidak memahami
metode mengajar dengan baik, misalnya memaksa anak untuk memforsir tanaga
dan pikirannya. Maka beliau menyarankan agar tidak terlalu lama memberikan
Sebab, bila dididik dengan kekerasan maka akan membentuk karakter yang buruk
Khaldun, hukum yang keras di dalam pengajaran dapat berbahaya bagi peserta
bersangkutan.
pemikiran dalam kajian sosial dan humaniora, terutama yang menjadi perhatian
sejarah sebagai suatu objek kajian yang kompleks dan serius. Lebih lanjut,
persoalan yang akan dihadapi pada filsafat sejarahnya adalah otentisitasnya, apakah
sejarah yang dituliskan itu sungguh terjadi [dengan pertimbangan kritis], atau hanya
14
tulisan meleset yang tak tentu arah historinya ke mana, atau justru sebagai
propaganda politis. Dengan cerdik Khaldun berhasil menemukan asal masalah dan
lampau menjadi suatu sejarah yang, tentunya, ilmiah. Maka tak berlebihan pula,
jika Flint menyebutkan bahwa Khaldun merupakan sejarawan kelas atas yang tak
Pengertian Sejarah
sejarah adalah sebuah seni mengenai doktrin yang berharga, memiliki banyak
manfaat dan tujuan yang mulia; sejarah menginformasikan kepada kita tentang
bangsa-bangsa yang telah berlalu dalam konteks kebiasaan mereka, para nabi dalam
konteks kehidupan mereka, dan para raja dalam konteks negara dan politik mereka,
sehingga mereka yang mencari bimbingan (pelajaran) [dari] masa lalu baik dalam
15
hal duniawi maupun keagamaan dapat memperoleh keuntungan tersebut.16
pelbagai peristiwa penting melulu, melainkan rentang kisah masa lalu yang
Metode Historis
semacam Comte, Khaldun jauh berbeda daripadanya. Hal ini dikarenakan Khaldun
beberapa orang mengetahui dan mengenal Vico, filsuf Italia (1668-1744), dan
dua tokoh di atas. Karenanya, temuan Ibn Khaldun patut dianggap sebagai science
of social.
Kendati demikian, bagian ini akan dimulai terlebih dahulu dengan kritikan
Ibn Khaldun atas tradisi penulisan sejarah yang berkembang di dunia dan Arab,
khusunya. Krtiknya akan meliputi dua hal, pertama, soal ‘sejarah yang palsu’; dan
16
Khaldun, Muqaddimah.
16
kritik Khaldun atas sejarah yang palsu. Ia memerikan “penyebab kebohongan dalam
adanya niat tersembunyi, semisal ingin menyanjung penguasa atau membuat cerita
sehat. Misalnya sejarah yang dicatat oleh al-Mas’udi dan sejarawan Arab [buruk]
tahunan atau lebih, yang dibawa oleh Musa. Ibn Khaldun mengajukan keberatan
ketika Yakub dan keluarganya memasuki Mesir, jumlah orang Israel saat itu hanya
70 orang, mengingat 2) jarak Yakub dengan Musa cuma empat generasi. Di sisi
lain, menurut ‘pengakuan’ orang Israel sendiri [saat itu], 3) menyatakan bahwa
kekuatan terbesar pada masanya, yakni milik Raja Salomo, dengan tantara
berjumlah 12.000 personil beserta 1.400 ekor kuda. Belum lagi kondisi tanah yang
diduduki (dikuasai) Israel hari itu sangat terbatas, 4) lantas bagaimanakah tanah
sekecil itu mampu menampung ratusan ribu pasukan?17 Artinya, sangat tidak masuk
kesimpulan bahwa, contoh di atas merupakan kisah bohong yang pernah diwartakan
kepada khalayak
17
Al-Jubouri, Ibn Khaldun and the Philosophy of History, h. 2
17
Selain itu, Khaldun juga mengkritik penulisan sejarah yang dibumbui
dan sastra. Itu artinya sejarah bukan lagi persoalan fakta masa lalu, melainkan
ceritera karangan yang, entah bagaimana, dianggap benar begitu saja. Misalnya,
cerita tentang terdapat seorang pemuda tampan yang, katanya saking tampannya,
ditulis bahwa ia diturunkan dari kayangan. Padahal setelah ditelusuri, pemuda itu
mendapatkan ketampanannya dari ayah dan ibunya secara genital, alih-alih dari
kayangan.
membuat suatu metode tersendiri untuk melacak suatu sejarah secara saintifik.
Metode tersebut ialah kritik, observasi, komparasi, dan pemeriksaan. Kritik, atau
‘membaca secara kritis’ ini diperlukan untuk menelusuri secara elaboratif apakah
yang dicatat oleh sejarah A atau sejarawan B itu masuk akal dan benar adanya.
merupakan bagian dari kenyataan indrawi. Karenanya tidak sah dan memang tidak
18
‘Logika sejarahnya’ membuang jauh-jauh ide-ide supranatural, sehingga penyelidikan historis
harus bersandar pada fakta-fakta indrawi, seperti peninggalan, catatan sejarah, dan sumber-sumber
18
peristiwa yang sama, atau ada peristiwa yang serupa di waktu yang berbeda. Itulah
mengapa membandingkan teks yang satu dengan yang lain dilaksanakan, untuk
mengetahui secara lebih cermat manakah peristiwa yang terjadi dengan tepat secara
catatan historis yang telah orang lain garap atau hasil penelitian kita sendiri.
Sehingga kebenaran suatu sejarah, nantinya, dapat dibuktikan secara ilmiah melalui
Baginya, sejarawan bukan sekadar orang yang meneliti peristiwa masa lalu,
tentang lingkungan alam dan bagaimana perbedaannya terkait ruang dan waktu; 3)
mengenal lingkungan sosial dari pelbagai bangsa dengan ciri khasnya masing-
ideologi—yang dianut, dan gaya hidup; 4) paham dan mampu membedakan serta
mengomparasikan masa lalu dan masa kini; dan 5) mengetahui prinsip fondasional
yang mendasari [berdirinya] suatu negara atau institusi sosial tertentu.19 Sekiranya
menjadi terang kalau menjadi sejarawan yang baik diperlukan kerangka berpikir
yang logis, berparadigma ‘positivistik’, jika memang layak disebut demikian, dan
berpengetahuan luas nun menyeluruh terkait lingkungan atau sejarah yang ingin
dielaborasi.
19
Al-Jubouri, Ibn Khaldun and the Philosophy of History, h. 3
19
Gerak Sejarah
membatasi mereka (manusia), dan 3) adanya peradaban.20 Karena ciri khas manusia
yang demikian, maka teranglah bahwa yang fundamental dalam dunia manusia,
adalah kohesi sosial21, atau yang Khaldun istilahkan sebagai ‘ashabiyyah. Konsep
‘ashabiyyah ini nantinya akan menjadi pusat dari analisanya mengenai teori sejarah
Basis (fondasi) bagi hubungan antarmanusia itu sendiri, adalah agama. Bahwa spirit
religius itu memerlukan pemimpin yang tegas pula. Artinya, pemimpin di sini
ingat ciri dasar manusia nomor dua. Sehingga gerakan sosial tanpa adanya
20
Lakhsassi, “Ibn Khaldun,” h. 448
Kohesi sosial (‘ashabiyyah) yang dimaksud, adalah gerak Tarik menarik atau hubungan
21
20
manajemen atau pengaturan masyarakat yang jelas menyebabkan ketidakjelasan
meliputi seni dan keterampilan, serta ilmu pengetahuan.23 Nah, dalam peradaban
itu terdapat struktur negara atau, seperti yang diistilahkan Gellner, ‘siklus para elite
suku’. Gellner sendiri menjelaskan teori sejarah Khaldun dalam ilustrasi tiga
mana mereka bebas pajak dan memberikan pengaturan serta keamanan bagi
dikenakan pajak oleh pihak lingkaran dalam beserta jaminan atas keamanan
mereka. Dan lapisan terakhir, yakni lingkaran luar, merupakan suku-suku yang
anjing gembala, serigala, dan kawanan domba. Lingkaran dalam menjadi anjing
gembala bagi lingkaran tengah, di satu sisi; dan menjadi serigala bagi lingkaran
22
Gerak di sini berarti perpindahan dari satu masa ke masa lainnya dengan melenyapnya masa
sebelumnya secara bergantian. Namun, Khaldun memahami sejarah itu sendiri sebagai
‘pengulangan tiada henti’, artinya jika tahap pertama dilalui, kemudian tahap selanjutnya, dan
seterusnya, sangat dimungkinkan ‘perputaran’ tahapan itu akan terjadi lagi dan lagi.
23
Lakhsassi, “Ibn Khaldun,” h. 446.
24
Gellner, Words and Things, h. 10.
21
luar. Di sini kawanan yang berada di lingkaran luar akan berseteru dengan serigala.
Perseteruan itu dapat diselesaikan dengan hadirnya ratu adil di dalamnya, dengan
syarat adanya ‘ashabiyyah yang diselipkan misi religius. Lalu, setelah berhasilnya
kudeta oleh kawanan domba terhadap para anjing gembala, kekuasaan sekarang
gembala, dan perselisihan serigala [baru] dan kawanan domba akan terulang
25
Lakhsassi, “Ibn Khaldun,” h. 447.
22
DAFTAR PUSTAKA
Abderrahmane Lakhsassi, “Ibn Khaldun,” dalam Seyyed Hossein Nasr dan Oliver
Leaman, (ed.) Ensikloped Tematis Filsafat Islam, bag. Ketiga (Bandung:
Penerbit Mizan, 2003), h. 440-458.
Abdullah Enan, Muhammad. 2013. Biografi Ibnu Khaldun. Terj. Machnun Husein.
Jakarta: Zaman
Malik, Dahlan. 2007. Pemikiran Politik Ibnu Khaldun. Jambi: Sulthan Thaha Press.
23