Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

Tokoh-Tokoh Taladan Dalam Semangat Mencari Ilmu

( Ibnu Khaldun dan KH. Akhmad Dalan )

Oleh:

KELOMPOK 4
Nur Amalia Rizki
Agrayanti
Intan Nursuhaila Sardi
Iksan Maulan

SMA NEGERI 2 BONE

TAHUN PELAJARAN 2023\2024

1
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT Tuhan semesta alam yang telah
menganugerahkan rahmat serta hidayahnya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan sebuah makalah dengan baik yang berjudul “ Pofil Tokoh-Tokoh
Taladan Dalam Semangat Mencari Ilmu ( Ibnu Khaldun dan KH. Akhmad
Dalan )”.

Sholawat serta salam kita ucapkan terhadap Nabi besar kita Nabi
Muhammad SAW yang telah menyampaikan petunjuk dari Allah SWT kepada
kita menuju jalan yang benar. Tidak lupa kami ucapkan banyak terimakasih
terhadap pihak-pihak yang telah membantu kami dalam proses menyelesaikan
makalah ini.

Demikian yang dapat kami sampaikan, semoga kedepannya makalah ini


dapat bermanfaat dan menambah wawasan pengetahuan bagi para pembacanya.
Selain itu kami juga sadar masih banyak sekali kekurangan dalam makalah ini.
Oleh karena itu, kami menerima setiap kritikan dan saran dari para pembaca
sekalian terimakasih.

Mare 20 Januari 2023

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................. 2

DAFTAR ISI ................................................................................................. 3

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................. 4

A. Latar Belakang .................................................................................. 4


B. Rumusan masalah............................................................................... 4
C. Tujuan Penulisan ................................................................................ 4

BAB II PEMBAHASAN .............................................................................. 5

A. Biografi Tokoh .................................................................................... 5

B. Riwayat Hidup Ibnu Khaldun dan KH. Akhmad Dalan ..................... 7

C. Pemikiran Pendidikan Ibnu Khaldun dan KH. Akhmad Dalan .......... 11

D. Karya-karya Yang Terkenal ............................................................... 17

BAB III PENUTUP ..................................................................................... 19

A. Kesimpulan....................................................................................... 19

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 21

3
BAB 1
PENDAHULUAN

A. LatarBelakang
Pendidikan merupakan proses membimbing, membina, mengajarkan
manusia agar manusia dapat mengetahui berbagai hal, dan dapat mengetahui apa
yang seharusnya dilakukan olehnya sebagai mahluk yang disebut manusia, oleh
karena itu pendidikan merupakan kebutuhan setiap manusia, dengan adanya
pendidikan manusia akan mampu melakukan apapun yang dia inginkan, dengan
pendidikan manusia dapat mengembangkan potensi dalam dirinya serta
mengembangkan akal pikirannya sehingga dalam melakukan segala sesuatu
manusia tidak mengalami kesalahan yang fatal
B. RumusanMasalah
1. Bagai mana biografi Ibnu Khaldun dan KH. Akhmad Dalan?
2. Bagaimana Riwayat Hidup Ibnu Khaldun dan KH. Akhmad Dalan?
3. Bagaimana Pemikiran Pendidikan Ibnu Khaldun dan KH. Akhmad Dalan?
4. Apa saja Karya-karya Ibnu Khaldun dan KH. Akhmad Dalan?
TujuanPenulisan
1. Agar biografi Ibnu Khaldun dan KH. Akhmad Dalan.
2. Agar kita mengetahui Riwayat Hidup Ibnu Khaldun dan KH. Akhmad
Dalan.
3. Agar kita mengetahui Pemikiran Pendidikan Ibnu Khaldun dan KH.
Akhmad Dalan.
4. Agar kita mengetahui Karya-karya Ibnu Khaldun dan KH. Akhmad
Dalan.

4
BAB II
PEMBAHASAN

Pofil Tokoh-Tokoh Taladan Dalam Semangat Mencari Ilmu

A. Biografi Tokoh
a. Ibnu Khaldun

Nama dalam
(ar) ‫عبد الرحمٰ ن بن ُمح َّمد بن خلدون الحضرمي‬
bahasa asli
Biografi
27 Mei 1332
Kelahiran
Tunis
17 Maret 1406 (73 tahun)
Kematian
Kairo

Data pribadi
Agama Islam
Pendidikan Universitas Zaitunah
Kegiatan
Bidang ilmu Ekonomi, sosiologi, filsafat, antropologi dan politikus
Antropolog, sejarawan, hakim, otobiografer, sosiolog,
Pekerjaan
ekonom, filsuf, politikus, penulis dan penyair
Karya kreatif
Karya terkenal

• (1363) Book of Lessons

5
Ibnu Khaldun, nama lengkap: Abu Zaid 'Abdurrahman bin Muhammad bin
Khaldun al-Hadhrami (bahasa Arab: ‫( )عبد الرحمن بن محمد بن خلدون الحضرمي‬27 Mei
1332 – 19 Maret 1406) adalah seorang sejarawan muslim dari Tunisia dan sering
disebut sebagai bapak pendiri ilmu historiografi, sosiologi dan ekonomi.
Karyanya yang terkenal adalah Muqaddimah (Pendahuluan/Pengantar).

Lelaki yang lahir di Tunisia pada 1 Ramadan 732 H/27 Mei 1332 M ini
dikenal sebagai sejarawan dan bapak sosiologi Islam yang hafal Al-Qur'an sejak
usia dini. Sebagai ahli politik Islam, ia pun dikenal sebagai bapak Ekonomi Islam,
karena pemikiran-pemikirannya tentang teori ekonomi yang logis dan realistis
telah dikemukakannya jauh sebelum Adam Smith (1723-1790) dan David Ricardo
(1772-1823) mengemukakan teori-teori ekonominya. Bahkan ketika memasuki
usia remaja, tulisan-tulisannya sudah menyebar ke mana-mana. Tulisan-tulisan
dan pemikiran Ibnu Khaldun terlahir karena studinya yang sangat dalam,
pengamatan terhadap berbagai masyarakat yang dikenalnya dengan ilmu dan
pengetahuan yang luas, serta ia hidup di tengah-tengah mereka dalam
pengembaraannya yang luas pula.

b. KH. Ahmad Dalan

Nama dalam bahasa


(ar) ‫أحمد دحالن‬
asli
Biografi
Muhammad Darwis
1 Agustus 1868 Kauman, Yogyakarta, Kesultanan
Kelahiran
Yogyakarta, Hindia Belanda

6
23 Februari 1923 (umur 54)Yogyakarta, Kesultanan
Kematian
Yogyakarta, Hindia Belanda

Data pribadi
Agama Islam
Denominaasi Sunni
Kegiatan
Ekonomi, sosiologi, filsafat, antropologi dan
Bidang ilmu
politikus
Pekerjaan Kyai
Karya kreatif
Dikenal sebagai

• Pendiri Muhammadiyah

Kyai Haji Ahmad Dahlan (bahasa Arab: 1 ;‫ أحمد دحالن‬Agustus 1868 – 23


Februari 1923, lahir dengan nama Muhammad Darwis) adalah seorang Ulama
Besar bergelar Pahlawan Nasional Indonesia yang merupakan pendiri
Muhammadiyah. Beliau adalah putra keempat dari tujuh bersaudara dari keluarga
K.H. Abu Bakar. KH Abu Bakar adalah seorang ulama dan khatib terkemuka di
Masjid Besar Kasultanan Yogyakarta pada masa itu, dan ibu dari K.H. Ahmad
Dahlan adalah putra dari H. Ibrahim yang juga menjabat penghulu Kesultanan
Ngayogyakarta Hadiningrat pada masa itu

B. Riwayat Hidup
a. Ibnu Khaldun
Kehidupan Ibn Khaldun didokumentasikan dengan baik, saat dia menulis
sebuah otobiografi (‫التعريف بابن خلدون ورحلته غربا وشرقا‬, at-Ta'rīf bi-ibn Khaldūn
wa-Riḥlatih Gharban wa-Sharqan di mana banyak dokumen mengenai
hidupnya dikutip kata per kata.

7
Abdurahman bin Muhammad bin Muhammad bin Muhammad bin bin
Abdurahman bin Ibnu Khaldun, yang dikenal sebagai "Ibnu Khaldun", lahir
di Tunisia pada tahun 1332 M (732 H) berasal dari keluarga Andalusia kelas
atas keturunan Arab. Leluhur keluarga tersebut memiliki hubungan
kekerabatan dengan Waíl ibn Hujr, seorang teman Nabi Muhammad.
Keluarga Ibnu Khaldun memiliki banyak kantor di Andalusia, Spanyol,
kemudian beremigrasi ke Tunisia setelah jatuhnya Sevilla ke Reconquista
pada tahun 1248. Di bawah pemerintahan dinasti Hafsiyun beberapa
keluarganya memegang jabatan politik. Namun, Ayah dan kakek Ibnu
Khaldun menarik diri dari kehidupan politik dan bergabung dalam tatanan
mistis. Saudaranya, Yahya Khaldun, juga seorang sejarawan yang menulis
sebuah buku tentang dinasti Abdalwadid, dan ia dibunuh oleh saingannya
yakni seorang ahli historiografi.

Dalam otobiografinya, Ibnu Khaldun menelusuri keturunannya hingga


masa Nabi Muhammad melalui suku Arab dari Yaman, khususnya
Hadramaut yang datang ke Semenanjung Iberia pada abad ke-8 pada awal
penaklukan Islam. Dengan kata-katanya sendiri: "Dan keturunan kita berasal
dari Hadramaut, dari orang-orang Arab Yaman, melalui Wa'il ibn Hujr yang
juga dikenal sebagai Hujr bin Adi, dari orang-orang Arab terbaik, terkenal
dan dihormati." (Halaman 2429, edisi Al-Waraq). Namun, penulis biografi
Mohammad Enan mempertanyakan klaim tersebut, dengan menunjukkan
bahwa keluarganya adalah seorang Muladi yang berpura-pura berasal dari
Arab untuk mendapatkan status sosial. Enan juga menyebutkan tradisi masa
lalu terdokumentasi dengan baik, mengenai kelompok-kelompok Berber
tertentu, di mana mereka secara hati-hati "menambah" diri mereka menjadi
beberapa keturunan Arab. Motif semacam ini adalah demi keinginan untuk
meraih kekuasaan politik dan kemasyarakatan. Beberapa pihak berspekulasi
tentang keluarga Khaldun ini. Di antaranya menjelaskan bahwa Ibnu Khaldun
sendiri adalah produk dari keturunan Berber yang sama dengan mayoritas
penduduk asli tempat kelahirannya. Sarjana Islam Muhammad Hozien

8
berpendapat bahwa "Identitas palsu [Berber] akan berlaku namun pada saat
nenek moyang Ibnu Khaldun meninggalkan Andalusia dan pindah ke Tunisia
mereka tidak mengubah klaim mereka terhadap keturunan Arab. Bahkan di
saat Berber berkuasa, Pemerintahan Al-Marabats dan al-Mowahid, dan Ibnu
Khaldun tidak merebut kembali warisan Berber mereka". Penelusuran Ibu
Khaldun dari silsilah dan nama keluarganya sendiri dianggap sebagai indikasi
paling kuat dari keturunan Arab Yaman.

b. KH. Ahmad Dahlan


Profil Ahmad Dahlan, nama kecilnya adalah “Raden Ngabei Ngabdul
Darwis” kemudian dikenal dengan namaMuhammad Darwisy.1K.H Ahmad
Dahlan lahir di Kauman, Yogyakarta pada 1868.Kauman adalah suatu
pemukiman yang ditunjuk bagi para pejabat keagamaan dalam pemerintahan
pribumi.2 Ayahnya adalah seorang ulama bernama K.H. Abu Bakar bin K.H.
Sulaiman, yaitu seorang pejabat khatib diMasjid Besar Kesultanan
Yogyakarta. Ibunya adalah putri dari H. Ibrahim bin K.H. Hassan, yaitu
seorang pejabat penghulu kesultanan.3 Ia merupakan anak keempat dari tujuh
orang bersaudara yang semua saudaranya permpuan, kecuali adik bungsunya.

Dalam silsilah ia termasuk keturunan kedua belas dari Maulana Malik


Ibrahim, seorang wali besar dan seorang yang terkemuka di antara Wali
Songo, yang merupakan pelopor pertama dari penyebaran Islam dan
pengembangan Islam di Tanah Jawa. Adapun silsilanya ialah: Muhammad
Darwisy ( Ahmad Dahlan) bin Abu Bakar bin Muhammad Sulaiman bin Kyai
Murtadla bin Kyai Ilyas bin Demang Djurung Djuru Kapindo bin Demang
Djurung Djuru Sapisan bin Maulana Sulaiman Ki Ageng Gribig (Djatinom)
bin Maulana Muhammad Fadlullah (Prapen) bin Maulana ‘Ainul Yaqin bin
Maulana Ishaq bin Maulana Malik Ibrahim.

Sejak kecil, K.H. Ahmad Dahlan sudah mempunyai sifat yang baik, budi
pekerti yang halus, dan hati yang lunak serta berwatak cerdas. Berkat

9
kecerdasannya itu, pada usia 8 tahun ia sudah bisa membaca al-Qur’an
dengan lancar. Tidak hanya itu, kecerdasannya juga dibuktikan dengan
kepiawainnya dalam mempengaruhi teman-teman sepermainannya dan dapat
mengatasi segala permasalahan yang terjadi di antara mereka.5 Kelebihan
itulah yang menjadikan ia sering tampil sebagai pemimpin bagi teman-
temannya. Nama Muhammad Darwis telah diganti dengan Ahmad Dahlan
setelah pulang dari tanah suci.Tidak berapa lama kemudian ia menikah
dengan Siti Walidah Puteri Kyai Penghulu Haji Fadhil,6 yang kelak dikenal
dengan Nyai Ahmad Dahlan, seorang Pahlawan Nasional dan ketua Aisyiyah.
Dari perkawinannya dengan Siti Walidah, Ahmad Dahlan mendapat enam
orang anak, yaitu Djohanah, Siradj Dahlan, Siti Busyro, Irfan Dahlan, Siti
Aisyah, Siti Zaharah. Disamping itu, Ahmad Dahlan pernah pula menikahi
Nyai Abdullah, janda Abdullah.Ia juga pernah menikahi Nyai Rum, adik
Munawwir Krapyak. Ahmad Dahlan juga mempunyai putra dari
perkawinannya dengan Ibu Nyai Aisyah (adik Adjengan Penghulu Cianjur
yang bernama Dandanah).Beliau pernah pula menikah dengan Nyai Yasin
Pakualaman Yogyakarta.

Sepulang dari haji yang pertama, Ahmad Dahlan memulai hidup berumah
tangga dengan berdagang (berniaga) yang diberi modal oleh ayahnya, selain
aktif mengajar mengaji.Pada tahun 1890 ibunya meninggal, menyusul pada
1896 ayah yang dicintainya juga meninggal dunia. Karena ayanhnya, K.H.
Abu Bakar adalah Khatib Amin Kraton dan Penghulu Masjid Besar
Yogyakarta, maka masyarakat Yogyakarta dan tentu saja keluarga termasuk
Ahmad Dahlan benar-benar merasa kehilangan tokoh panutan.Tanggung
jawab Dahlan semakin bertambah, sebab sepeninggalan ayahnya, jabatan
Khatib Amin diserahkan oleh pihak Keraton Yogyakarta kepada Ahmad
Dahlan selaku penerusnya.Sejak tahun 1896 itulah Ahmad Dahlan resmi
menjadi Khatib Amin dengan sebutan lengkap Khatib Amin Haji Ahmad
Dahlan. Menjadi Khatib Amin bagi Ahmad Dahlan semakin mengukuhkan

10
sosoknnya sebagai ulama atau kyai yang memperoleh legitimasi Kraton
sebagai simbol kekuasaan yang kuat dalam masyarakat Yogyakarta.

C. Pemikiran pendidikan
a. Ibnu Khaldun
Ibnu Khaldun telah menuangkan pemikirannya tentang pendidikan dalam
karyanya yaitu Muqaddimah. Dalam buku tersebut beliau mengatakan bahwa
:“barang siapa tidak terdidik oleh orangtuanya, maka akan terdidik oleh
zaman, maksudnya barangsiapa yang tidak memperoleh tatak karma yang
dibutuhkannya sehubungan pergaulan bersama melalui orangtua mereka
yang mencakup guru-guru dan para sesepuh, dan tidak mempelajari hal itu
dari mereka, maka ia akan mempelajarinya dengan bantuan alam dari
peristiwa-peristiwa yang terjadi sepanjang zaman, zaman akan
mengajarkannya”(al alamah Abdurrahman:11).

Pendidikan merupakan aktifitas yang bersifat perenungan dan pemikiran


agar jauh dari aspek pragmatis dalam kehidupan. Akal mendorong manusia
agar memiliki pengetahuan untuk kepentingan diri manusia. Pendidikan
harus disandarkan pada pengamatan dan pengalaman agar mencapai
keberhasilan kemandirian dan keberanian dalam menghadapi kenyataan.
Maka dari itu Ibnu Khaldun berpendapat bahwa tujuan pendidikan islam
yang ideal serta praktis yang mencapai 3 unsur diantaranya: Pertama,
Pengembangan Kemahiran dalam bidang tertentu. Potensi pada setiap
manusia tidak dapat diraih kecuali ia telah memahami dan mendalami satu
ilmu tertentu. Ibnu Khaldun mengatakan bahwa “ sebabnya karena
ketrampilan dalam ilmu pengetahuan akan aspeknya yang beragam serta
penguasaan atasnya merupakan hasl dari kemahiran”. Kedua, penguasaan
ketrampilan profesional sesuai dengan tuntutan zaman. Pendidikan ditujukan
untuk mendapatkan ketrampilan yang kreatif pada profesi tertentu untuk

11
menunjang kemajuan dan kontinuitas kebudayaan serta peradaban umat
manusia. Ketiga, pembinaan pemikiran yang baik

Menurut Ibnu Khaldun menjadi pendidik harus mempunyai pengetahuan


yang luas sekaligus pribadi yang baik. Sebab menjadi pendidik tidak hanya
sebagai pengajar dalam kelas akan tetapi pendidik sebagai contoh atau
teladan untuk peserta didik. Ibnu Khaldun berharap agar para pendidik
mempunyai sikap dan prilaku yang penuh dengan kasih saying kepada
peserta didik, mengajar dengan sikap lembut sekaligus pengertian dan tidak
menerapkan perilaku yang keras dan kasar. Sebab dengan sikap demikian,
akan menjadi impek negative kepada peserta didik bisa jadi membahayakan
mental para peserta didik. Outputnya besar kemungkinan para peserta didik
kedepan dapat berprilaku bohong, bermalas-malasan dan lain
sebagainya.Dengan uraian diatas, Ibnu Khaldun berpendapat bahwa peserta
didik lebih mudah dipengaruhi dengan cara peniruan dan keteladanan serta
nilai-nilai luhur yang para peserta didik saksikan daripada nasehat,
pengajaran dan perintah-perintah yang diberikan kepada peserta didik
Ibnu Khaldun berpandangan bahwa peserta didik sebagai mutaalim atau
sebagai manusia yang membutuhkan bimbingan (wildan). Hal ini peserta
didik dituntut mengembangkan segala potensi yang Allah SWT anugerahkan
kepadanya. Peserta didik sebagai seorang manusia sangat memerlukan
bantuan orang lain untuk dibimbing dalam kedewasaan. Maka dalam konteks
ini, Ibnu Khaldun berpendapat bahwa peserta didik sebagai objek dalam
pendidikan yang sangat memerlukan pendidik untuk proses belajar mengajar.
Hal ini menunjukkan adanya perkembangan belajar pada manusia yang
dipengaruhi oleh perkembangan kepribadian manusia. Ibnu Khaldun juga
mengatakan “bahwa gejala hakekat menjadi suatu kemahiran bagi peserta
didik, ketika itu ilmunya menjadi sesuatu yang special dan jiwa generasi
sedang tumbuhpun tertarik untuk mendapatkan ilmu tersebut, mereka pun
meminta bantuan para ahli ilmu pengetahuan. Maka dari sinilah timbul
dengan istilah pengajaran”. Pernyataan diatas, Ibnu Khaldun menyatakan

12
bahwa ada unsur psikologi peserta didik, sehingga harus menempatkan
bimbingan kepada peserta didik sesuai dengan keadaan perkembangannya.
Sebagai makhluk sosial, peserta didik dianjurkan untuk dibimbing oleh para
ahli yaitu pendidik. Hal ini, sesuai dengan karakteristik pendidikan sosio-
progresif yang berpandangan bahwa subjek pendidik harus aktif, sekolah
merupakan dunia yang kecil untuk masyarakat besar, aktifitas ruang kelas
harus mampu memecahkan masalah, serta suasana sekolah harus diarahkan
yang kooperatif dan demokratis
Ibnu Khaldun berpendapat bahwa “wahai pendidik, ketahuilah bahwa saya
disini akan memberikan petunjuk yang bermanfaat bagi belajarmu, apabila
kamu menerima dan mengikutinya dengan baik, kamu akan mendapatkan
sesuatu yang bermanfaat yang besar serta mulia”. Metode Penguasaan Satu
Bidang, Ibnu Khaldu mengatakan bahwa “salah satu madzhab yang baik
dengan metode yang harus diikuti dalam pengajaran ta’lim adalah
meniadakan cara yang membingungkan murid, contohnya mengajarkan dua
cabang ilmu pengetahuan sekaligus”. Maksud dari beliau ialah pendidik agar
tidak mengajarkan dua ilmu dalam satu waktu. Akan tetapi, pendidik
mengajarkan satu ilmu pengetahuan pada peserta didik, setelah ia kuasai
maka boleh diajarkan ilmu pengetahuan lainnya.disamping itu, Ibnu Khaldun
juga menganjurkan kepada para pendidik untuk mengajarkan ilmu
pengetahuan kepada peserta didik dengan mengaitkan ilmu lainnya
(integral).

b. KH. Ahmad Dahlan


Pemikiran K.H Ahmad Dahlan dalam berbagai bidang baik itu sosial
pendidikan maupun dakwah banyak melihat dari berbagai kejadian atau
fenomena yang dianggapnya tidak sesuai dengan ajaran Agama
Islam.Sehingga fenomena tersebut mempengaruhi pola pikir K.H Ahmad
Dahlan, beliau bertekat untuk melakukan pemurnian ajaran Islam kembali.
Pemikiran atau ide-ide K.H. Ahmad Dahlan tidak terlepas dari hasil
petualangannya dalam rangka menimba ilmu di berbagai tempat seperti

13
Mekah dan Kairo.Maka saat K.H. Ahmad Dahlan menimba ilmu inilah dia
banyak bertemu dengan tkoh-tokoh pembaru Islam.15 Yang nantinya
menjadi pendorong munculnya ide-ide dan gagasan pembaruan Islam yang
dilakukan oleh K.H Ahmad Dahlan. Hampir seluruh pemikiran K.K Ahmad
Dahlan berangkat dari keprihatinan terhadap situasi dan kondisi global umat
Islam waktu itu yang tenggelam dalam kejumudan, kebodohan, dan
keterbelakangan.Kondisi ini semakin di perparah dengan politik kolonial
belanda yang sangat merugikan bangsa Indonesia.
Dengan realitas yang seperti itu, maka tidak heran bila Muhammadiyah
yang mengusung seluruh pemikiran dan ide menitik tekankan pada
pemurnian ajaran Islam dan bidang pendidikan. Pemikiran Ahmad Dahlan
dalam bidang pendidikian, “bahwa pendidikan Islam hendaknya diarahkan
pada usaha membentuk manusia muslim yang berbudi pekerti luhur, alim
dalam agama,luas pandangan dan paham masalah ilmu ilmu keduniaan, serta
bersedia berjuang untuk kemajuan masyarakatnya”. K.H. Ahmad Dahlan
adalah pembaharu di bidang pendidikan, yang saat itu ada dualisme yang
terjadi di dunia pendidikan, yaitu pendidikan pesantren dan pendidikan
sekolah model Belanda.
Menurut Dahlan, upaya strategis untuk menyelamatkan umat Islam dari
pola berpikir yang statis menuju pada pemikiran yang dinamis adalah
melalui pendidikan. Oleh karena itu, pendidikan hendaknya ditempatkan
pada skala proritas utama dalam proses pembangunan umat. Mereka
hendaknya dididik agar cerdas,kritis dan memiliki daya analisis yang tajam
dalam memetadinamika kehidupannya pada masa depan.17Maka dari itu
K.H Ahmad Dahlan sangat memfokuskan pembaruannya dalam bidang
pendidikan dan agama agar dapat menghasilkan anak bangsa yang memiliki
daya juang yang tinggi untuk bangsanya. Salah satu usaha yang dilakukan
K.H Ahmad Dahlan untuk memajukan masyarakat Islam pada saat itu, ialah
berusaha memasukkan pendidikan agama kedalam pendidikan umum.Dan
dialah tokoh yang telah berhasil mengembangkan dan menyebarluaskan
gagasan pendidikan modern ke seluruh pelosok tanah air. Pandangan K.H

14
Ahmad Dahlan dalam bidang pendidikan, memiliki pandangan yang sama
dengan Ahmad Khan (tokoh pembaru Islam di India) mengenai pentingnya
pembentukan kepribadian. Ahmad Khan sangat bangga dengan pendidikan
para pendahulunya dan mengakui bahwa meniru metode pendidikan para
pendahulunya tidak akan membuahkan hasil yang diinginkan. Ahmad Khan
berpandangan bahwa pendidikan sanga penting dalam pembentukan
kepribadian18. Setidaknya pemikiran Ahmad Khan memiliki kemiripan
dengan K.H Ahmad Dahlan, dimana K.H Ahmad Dahlan tidak meniru
metode pendidikan pendahulunya, tetapi ia berusaha membuat metode
pendidikan sesuai dengan apa yang ia inginkan. K.H Ahmad Dahlan
memberikan rumusan metode mengajar yang ideal.Ia menawarkan sebuah
metode sintesis antara metode pendidikan Barat dengan metode pendidikan
pesantren. Dengan metode ini K.H Ahmad Dahlan berharap dapat
melahirkan kader yang memiliki wawasan luas bukan hanya dalam segi
keagamaan namun juga dalam pendidikan umum, yang nantinya bisa
menjadi pemimpin yang shalih dan berwawasan luas dimasa depan.
Pembaharuan yang dilakukan K.H. Ahmad Dahlan dalam hal pendidikan
pada masa itu, banyak mendapat tantangan dari masyarakat sekitar, namun
karena kegigihannya ia tetap berusaha mempertahankan ide pembaharuannya
hingga bisa terkenal sampai saat ini.
Dalam hal ini, K.H. Ahmad Dahlan menginginkan umat Islam tidak
menutup diri terhadap segala bentuk kemajuan yang datangnya dari pihak
luar “bangsa Barat”.Benteng diri kita justru dengan adanya keimanan,
disinilah letak keimanan kita sedang diuji, mampukah kita membedakan
yang mana yang baik dan yang buruk.Seperti halnya dengan K.H Ahmad
Dahlan yang tetap mempertahankan dan menanamkan agama yang kuat pada
setiap santrisantrinya.
Munir Mulkhan menyimpulkan garis besar pokok pikiran K.H. Ahmad
Dahlan sebagai berikut:
1. Persatuan umat manusia adalah prinsip utama kebahagiaan

15
2. Perpecahan umat manusia disebabkan, sempitnya wawasan pemikiran
yang disebabkan rendahnya pengetahuan, terjebak pada perdebatan lisan
dan mengabaikan tindakan nyata, ekslusifisme atau wawasan fanatisme
golongan yang sempit
3. Persatuan umat manusia akan diperoleh dengan jalan, memahami kondisi
obyektif umat, bekerja atas kemampuan sendiri, tidak tergesa-gesa
menolak atau menerima sesuatu sebelum memahami
4. Kebenaran diperoleh melalui, bersikap terbuka terhadap penemuan baru,
berfikir kritis, luas dan dalam.
5. Penolakan kebenaran sebagai akibat, kebodohan, sikap ekslusif,
fanatisme pada tradisi dan kebiasaan, takut kehilangan teman, harta dan
kehormatan
6. Keputusan yang benar adalah keputusan menurut akal-pikiran dengan
hati yang suci.
7. Manusia wajib memajukan ilmu pengetahuan dan berbuat berdasarkan
pengetahuan.
8. Akal sehat adalah jalan mencapai tujuan manusia danpengetahuan adalah
kebutuhan akal.
9. Pendidikan akal adalah kebutuhan pokok manusia lebih dari kebutuhan
makan dan minum.
10. Ilmu mantiq atau logika (filsafat) merupakan pendidikan tertinggi bagi
akal.
11. Orang paling baik adalah orang menghidup-hidupkan perkataan orang
yang bijaksana dan ilmuan.
12. Kebahagiaan dunia dan akhirat harus dicapai secara profesional (tidak
sembarangan).
13. Tidak benci kepada orang yang berbeda pendapat.
14. Orang yang cerdas adalah orang kreatif, selalu berusaha mencari jalan
keluar dari penderitaan, dan selalu ingat kepada Allah.
Garis pokok pemikiran K.H. Ahmad Dahlan diatas merupakan bukti bahwa,
begitu banyak pokok pemikiran dari Ahmad Dahlan, namun pokok

16
pemikirannya bukan hanya sebuah teori tetapi dipraktikkan dalam kehidupan
sehari-hari.

D. Karya-karya yang Terkenal


a. Ibnu Khaldun
Salah satu karya terbesar Ibnu Khaldun adalah Kitab Al-'Ibar wa Diwan
al-Mubtada'wa al-Khabar fi Ayyam al-'Arab wa al-'Ajam wa al-Barbar atau yang
biasa dikenal Kitab Al-'Ibar. Kitab tersebut terdiri atas tujuh jilid, di mana Kitab
Muqqadimmah menjadi pengantar, Al-'ibar sebagai isi, dan Al-Ta'rif menjadi
bagian penutup dari kitab karangan Ibnu Khaldun. Muqadimmah merupakan
rujukan terkait historiografi atau periodesasi sejarah saat Eropa masih dalam
kegelapan dan terbelakang dalam hal ilmu pengetahuan. Karena kitab ini sangat
tebal, pada bagian Muqadimmah pun terdapat pokok-pokok pembahasan. Adapun
pokok-pokok dari Kitab Muqadimmah adalah terkait peradabaan dan kebudayaan
manusia, kehidupan sosial ekonomi Suku Badui, dan bangsa pengembara. Selain
itu, dibahas pula terkait tata negara dan pemerintahan, serta sebab muncul dan
runtuhnya suatu negara. Lalu, pembahasan terkait kehidupan sosial ekonomi
wilayah perkotaan dan pedesaan, serta pembahasan perekonomian suatu negara.
Baca juga: Perkembangan Ilmu Pengetahuan pada Masa Bani Umayyah
Pembahasan ilmu pengetahuan, pengajaran dan metodenya juga dibahas dalam
kitab Muqadimmah ini. Sedangkan dalam Kitab Al-'Ibar, menguraikan tentang
sejarah bangsa Arab, generasi, dan dinastinya sejak kelahiran Ibnu Khaldun.
Dalam kitab tersebut juga di bahas beberapa bangsa yang terkenal beserta
tokohnya, seperti bangsa Pontian, Syria, Peris, Yahudi, Mesir, Yunani, Romawi,
Turki dan Eropa. Lalu, Kitab Al-Ta'rif berisi tentang sejarah bangsa Barbar dan
suku-suku yang termasuk di dalamnya, seperti Nawatah, Mashmudah, Baranis,
dan Zanata. Dalam kitab tersebut, Ibnu Khaldun juga membahas terkait sejarah
dinasti pada masanya, seperti Dinasti Bani Hafs, Dinasti Bani Abdul Wadd, dan
Dinasti Bani Marin. Ibnu Khaldun juga menuliskan tentang biografinya sendiri
dalamKitabAl-Ta'rif

17
b. KH. Ahmad Dahlan
Ia hanya meninggalkan karya keumatan kolektif: organisasi pembaruan
Islam bernama Muhammadiyah (berdiri 1912). Banyak pengamat maupun
peneliti, baik dari dalam maupun luar negeri, lebih menempatkan sosok Kiai
Ahmad Dahlan sebagai aktor sejarah yang pragmatis (man in action)

18
BAB III
PENUTUP

KESIMPULAN

1. Ibnu Khaldun yang biasa dikenal sebagai salah seorang pakar sains Islam,
bapak ilmu sejarah atau sejarawan muslim, sebagai filosof, ekomon,
politisi sekaligus pendidik. Ia dikenal sebagai bapak sosiolog. Pendidikan
bukan hanya proses belajar mengajar yang dibatasi oleh ruang dan waktu,
akan tetapi pendidikan merupakan proses dimana para peserta didik
mampu menghayati, menyerap bahkan menangkap dari pristiwa-peristiwa
alam sepanjang zaman. Maka dari itu, beliau menegaskan bahwa ilmu dan
pendidikan merupakan gejala sosial yang menjadi ciri khas jenis insani.
Ada 10 metode yang ditawarkan beliau diantaranya Metode Pentahapan,
kasih saying, peninjauan kematangan, penyesuaian, perkembangan potensi
peserta didik, penguasaan satu bidang, widya-wisata, praktek dan
menghindari peringkasan buku. Tujuan pendidikan menurut beliau yaitu
Pengembangan Kemahiran dalam bidang tertentu dan pembinaan
pemikiran yang baik. Materi pembelajaran menurut beliau harus bersifat
aqliyah dan naqliyah. metode yang ditawarkan Ibnu Khaldun sangat
relevan dalam pendidikan dunia modern. Pemikiran Ibnu Khaldun
terhadap pendidikan bisa menjadi acuan dalam pendidikan dunia modern.
Sebab apa yang ditawarkan beliau sangat mengutamakan teori dan praktek
dalam dunia pendidikan harus diterapkan dengan baik khususnya
pendidikan islam. Sebab pendidikan yang ditawarkan beliau bersumber
dari alquran yang mana ajaran-ajaran islam harus diterapkan terhadap
realitas kehidupan.
2. K.H Ahmad Dahlan adalah tokoh pendidri Muhammadiyah, yang
merupakan sosok visioner dibidang pendidikan. Pemikiran dan
pandangannya yang brilliant terbukti mampu menciptakan suatu model
pendidikan yang tetap eksis dan relevan untuk diterapkan pada dunia
pendidikan di zaman modern sekarang Hasil Analisis data diperoleh

19
bahwa K.H.Ahmad Dahlan telah berhasil menyelenggarakan model
pendidikan baru pada masanya, dimana pada saat itu berkembang
dualisme pendidikan yaitu pendidikan umum modern yang
diselenggarakan oleh imperialisme Belanda dan Pondok pendidikan Islam
tradisional. K.H.Ahmad Dahlan melakukan terobosan dengan menciptakan
model pendidikan tersendiri yaitu mengintegrasikan antara pendidikan
Islam tradisional dengan pendidikan umum yang modern. Sehingga dari
hasil pendidikan yang di ciptakan tersebut muncul alumni yang selain
memiliki intelektual tinggi dibidang pengetahuan umum namun juga
menjadi sosok yang taat pada agamanya. Model pendidikan yang
ditawarkan oleh K.H.Ahmad Dahlan dapat dilihat dari tujuan, kurikulum,
metode, dan model pendidikan yang dilaksanakan oleh lembaga
pendidikan yang didirikan oleh K.H.Ahmad dahlan tersebut.

20
DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, N. (2017). KH Ahmad Dahlan (Muhammad Darwis). Jurnal


Sosiologi Agama, 9(1), 22-37.

Enan, M. A. (2013). Biografi Ibnu Khaldun. Serambi Ilmu Semesta

Nahrowi, M. (2018). Konsep Pendidikan Islam Dalam Perspektif Ibnu


Khaldun. FALASIFA: Jurnal Studi Keislaman, 9(2), 77-90.

Ni'mah, Z. A. (2014). Pemikiran Pendidikan Islam Perspektif KH. Ahmad


Dahlan (1869-1923 M) dan KH. Hasyim Asy'ari 1871-1947) M): Study
Komparatif dalam Konsep Pembaruan Pendidikan Islam di Indonesia.
Didaktika Religia, 2(1).

Za’im, M. (2013). Studi pemikiran pendidikan Ibnu Khaldun perspektif sosio-


progresif (Doctoral dissertation, Universitas Islam Negeri Maulana Malik
Ibrahim).

21

Anda mungkin juga menyukai