Anda di halaman 1dari 17

Makalah

Pemikiran Ekonomi Ibnu Khaldun


Makalah ini Disusun untuk Memenuhi Tugas kuliah Studi Islam 2
Dosen Pengampu : Irhamsyah Putra, M.A.

Di susun Oleh :

Muhammad Reyhan Bayhaqqi 11200860000078


` Syafira Nurul Aulia 11200860000102

KELAS 2 B
JURUSAN EKONOMI SYARIAH
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNISUNIVERSITAS ISLAM SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA 2021
KATA PENGANTAR

Ungkapan syukur Alhamdulillah kami haturkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberi kemudahan dalam menyelesaikan penyusunan makalah dengan judul “Ibnu
Khaldun” ini.
Segala kesulitan dan rintangan telah dilalui dengan bantuan-Nya. Di kesempatan ini,
kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
terselesaikannya makalah ini.

        Dalam makalah ini, Kami sebagai penyusun akan menguraikan pembahasan tentang
Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam yang dikemukakan oleh Ibnu Khaldun. Jadi kami
memohon saran serta kritik kepada pembaca agar makalah ini mendekati kesempurnaan dan
tidak mengulang kesalahan lagi. Semoga makalah ini ada manfaatnya bagi pembaca dan
penyusun khususnya. Amin.

Jakarta , 09 Maret 2021

Tim Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...........................................................................................................................i
DAFTAR ISI.........................................................................................................................................ii
BAB 1 PENDAHULUAN ....................................................................................................................1
A. Latar Belakang Masalah ..................................................................................................................1
B. Rumusuan Masalah .........................................................................................................................1
C. Tujuan Pembahasan.........................................................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN.......................................................................................................................2

A. BIOGRAFI IBNU KHALDUN.....................................................................................................2


B. PERJALANAN STUDI DAN KARYA-KARYA IBNU KHALDUN.........................................3
C. PEMIKIRAN EKOMOMI IBNU KHALDUN............................................................................5
1. Teori Uang, Nilai, dan Harga............................................................................................6
2. Teori Produksi .................................................................................................................9
3. Teori Distribusi ..............................................................................................................10
4. Teori Siklus.....................................................................................................................11

BAB III PENUTUP............................................................................................................................13

A. KESIMPULAN ............................................................................................................................13
B. SARAN .........................................................................................................................................13

ii
BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Ibnu Khaldun (1332-1406 M) adalah seorang cendekiawan Muslim yang hidup pada
masa kegelapan Islam. Ia dipandang sebagai satu-satunya ilmuwan Muslim yang tetap kreatif
menghidupkan khazanah intelektualisme Islam pada periode pertengahan. Ibnu Khaldun
dalam lintasan sejarah tercatat sebagai ilmuwan Muslim pertama yang serius menggunakan
pendekatan historis dalam wacana keilmuan Islam. Sejak al-Kindi, al-Farabi sampai sekarang
pemikiran Islam hanya menyinggung masalah manthiq, tabi’iyyat dan ilahiyat. Ilmu-ilmu
kemanusiaan, termasuk sejarah, tidak atau belum pernah menjadi sudut bidik telaah keilmuan
yang serius. Orang dapat mencatat Ibnu Khaldun sebagai pengecualian yang amat jarang.
Perintisan Ibnu Khaldun terhadap metode historis yang murni ilmiah tidak pernah mendapat
tanggapan serius, dan bahkan tetap terlupakan hingga ditampilkannya kembali karyanya, al-
Muqaddimah  pada abad ke-19 M. Padahal Ibnu Khaldun sesungguhnya telah menobatkan
sejarah ini sebagai “Mahkota Ilmu pengetahuan”.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana biografi seorang Ibnu Khladun?


2. Bagaimana perjalanan studi dan karya-karya Ibnu Khaldun?
3. Bagaimana pemikiran ekomomi Ibnu Khaldun?
4. Apa saja teori pemikiran Ibnu Khaldun?

C. Tujuan Pembahasan

1. Mendeskripsikan biografi seorang Ibnu Khladun


2. Mendeskripsikan perjalanan studi dan karya-karya Ibnu Khaldun
3. Mendeskripsikan pemikiran ekomomi Ibnu Khaldun
4. Mendeskripsikan teori pemikiran Ibnu Khaldun

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Biografi Ibnu Khaldun


Abu Zayd 'Abd al-Rahman ibn Muhammad ibn Khaldun al-Hadrami adalah seorang
sejarawan muslim dari Tunisia dan sering disebut sebagai bapak pendiri ilmu historiografi,
sosiologi dan ekonomi. Lelaki yang lahir di Tunisia pada 1 Ramadan 732 H / 27 Mei 1332 M.
Abdurrahman adalah nama kecilnya dan Abu Zaid adalah nama panggilan keluarganya sedangkan
Waliuddin adalah gelar yang diberikan kepadanya sewaktu ia menjabat sebagai qadhi di Mesir.
Selanjutnya ia lebih populer dengan sebutan Ibnu Khaldun.
Ibnu Khaldun dikenal sebagai sejarawan dan bapak sosiologi Islam yang hafal Alquran sejak
usia dini. Sebagai ahli politik Islam, ia pun dikenal sebagai bapak Ekonomi Islam, karena
pemikiran-pemikirannya tentang teori ekonomi yang logis dan realistis jauh telah
dikemukakannya sebelum Adam Smith (1723-1790) dan David Ricardo (1772-1823)
mengemukakan teori-teori ekonominya. Bahkan ketika memasuki usia remaja, tulisan-tulisannya
sudah menyebar ke mana-mana. Tulisan-tulisan dan pemikiran Ibnu Khaldun terlahir karena
studinya yang sangat dalam, pengamatan terhadap berbagai masyarakat yang dikenalnya dengan
ilmu dan pengetahuan yang luas, serta ia hidup di tengah-tengah mereka dalam pengembaraannya
yang luas pula.
Kehidupan Ibnu Khaldun didokumentasikan dengan baik, saat dia menulis sebuah otobiografi
( at-Ta'rīf bi-ibn Khaldūn wa-Riḥlatih Gharban wa-Sharqan) 1di mana banyak dokumen mengenai
hidupnya dikutip kata per kata. Ibnu Khaldun berasal dari keluarga Andalusia kelas atas
keturunan Arab. Leluhur keluarga tersebut memiliki hubungan kekerabatan dengan Waíl ibn Hujr,
seorang teman Nabi Muhammad. Keluarga Ibnu Khaldun memiliki banyak kantor di Andalusia,
beremigrasi ke Tunisia setelah jatuhnya Sevilla ke Reconquista pada tahun 1248. Di bawah
pemerintahan dinasti Hafsiyun beberapa keluarganya memegang jabatan politik; namun Ayah dan
kakek Ibnu Khaldun menarik diri dari kehidupan politik dan bergabung dalam tatanan mistis.
Saudaranya, Yahya Khaldun, juga seorang sejarawan yang menulis sebuah buku tentang dinasti
Abdalwadid, dan ia dibunuh oleh saingannya yakni seorang ahli historiografi [2].
Nenek moyang Abu Zayd 'Abd al-Rahman ibn Muhammad ibn Khaldun al-Hadrami atau
lebih dikenal Ibnu khaldun mungkin berasal dari golongan Arab yaman di Handramaut. Di Tunis
keluarganya menetap setelah pindah dari Spanyol Moor. Selama empat tahun ditempat itu ia
menyelesaikan Muqaddimah, tahun 1337 M kemudian pindah ke Tunis untuk menyelesaikan
kitab al-I’bar (sejarah dunia) dengan perolehan dari bahan-bahan perpustakaan kerajaan.
Dalam otobiografinya, Ibnu Khaldun menelusuri keturunannya kembali ke masa Nabi
Muhammad melalui suku Arab dari Yaman, khususnya Hadramaut, yang datang ke Semenanjung
Iberia pada abad kedelapan pada awal penaklukan Islam. Dengan kata-katanya sendiri: "Dan
keturunan kita berasal dari Hadramaut, dari orang-orang Arab Yaman, melalui Wa'il ibn Hujr
yang juga dikenal sebagai Hujr bin Adi, dari orang-orang Arab terbaik, terkenal dan dihormati."
(Halaman 2429, edisi Al-Waraq). Namun, penulis biografi Mohammad Enan mempertanyakan
klaimnya, menunjukkan bahwa keluarganya adalah seorang Muladi yang berpura-pura berasal
dari Arab untuk mendapatkan status sosial [3]. Enan juga menyebutkan tradisi masa lalu
terdokumentasi dengan baik, mengenai kelompok-kelompok Berber tertentu, di mana mereka
1
at-Taʻrīf bi-ibn Khaldūn wa-Riḥlatih Gharban wa-Sharqan. Cairo. 1951.
2 ]
"Lettre à Monsieur Garcin de Tassy". Journal asiatique, troisième série, tome XII, éd. Société asiatique. 1841
3
Abdullah Enan, Muhammed. Ibn Khaldun: His Life and Works.

2
secara hati-hati "menambah" diri mereka menjadi beberapa keturunan Arab. Motif semacam ini
adalah demi keinginan untuk meraih kekuasaan politik dan kemasyarakatan. Beberapa
berspekulasi tentang keluarga Khaldun ini; Diantaranya menjelaskan bahwa Ibnu Khaldun sendiri
adalah produk dari keturunan Berber yang sama dengan mayoritas penduduk asli tempat
kelahirannya. Sarjana Islam Muhammad Hozien berpendapat bahwa "Identitas palsu [Berber]
akan berlaku namun pada saat nenek moyang Ibnu Khaldun meninggalkan Andalusia dan pindah
ke Tunisia mereka tidak mengubah klaim mereka terhadap keturunan Arab. Bahkan di saat Berber
berkuasa, Pemerintahan Al-Marabats dan al-Mowahid, dan Ibnu Khaldun tidak merebut kembali
warisan Berber mereka". Penelusuran Ibu Khaldun dari silsilah dan nama keluarganya sendiri
dianggap sebagai indikasi paling kuat dari keturunan Arab Yaman.
Ayah Ibnu Khaldun bernama Abu Abdullah Muhammad, yang wafat pada tahun 749 H/1348
M akibat wabah pes yang melanda Afrika Utara dengan meninggalkan lima orang anak. Ketika
itu Ibnu Khaldun masih berusia sekitar 18 tahun. Ayahnya ini merupakan seorang yang ahli dalam
bahasa dan sastra Arab. Setelah memutuskan untuk berhenti dalam menggeluti bidang politik, lalu
beliau menekuni bidang ilmu pengetahuan dan kesufian serta mendalami ilmu-ilmu agama.
Sehingga beliau pun dikenal sebagai orang yang mahir dalam sya’ir sufi dan berbagai bidang
keilmuan lainnya.4
Di Andalusia, keluarga Ibnu Khaldun berkembang dan banyak berkecimpung dalam bidang
politik dan akademik. Oleh karenanya, Bani Khaldun terkenal sebagai keluarga yang
berpengetahuan luas, berpangkat, banyak menduduki jabatan-jabatan penting kenegaraan, serta
memainkan peranan yang cukup menonjol, baik dalam bidang ilmu pengetahuan maupun politik.
Sehingga dunia politik dan ilmu pengetahuan telah begitu menyatu didalam diri Ibnu Khaldun.
Ditambah lagi kecerdasannya juga sangat berperan bagi pengembangan karirnya. Namun
demikian, ayah Ibnu Khaldun ternyata memiliki keunikan tersendiri dari tradisi keluarganya
tersebut. Beliau merupakan salah satu keluarga Bani Khaldun yang menjauhkan diri dari politik
dan lebih berkonsentrasi pada bidang keilmuwan dan pengajaran seperti yang telah disebutkan
diatas.5

B. Perjalanan Studi dan Karya-Karya Ibnu Khaldun

Ibnu Khaldun dibesarkan dalam keluarga ulama dan terkemuka. Dari ayahnya ia belajar ilmu
qiro‟at. Sementara ilmu hadits, bahasa Arab dan fiqh diperoleh dari para gurunya, Abu al-Abbas
al-Qassar dan Muhammad bin Jabir al-Rawi. Ia juga belajar kepada Ibn ‘Abd al-Salam, Abu
Abdullah bin Haidarah, al-Sibti dan Ibnu ‘Abd al-Muhaimin. Kemudian memperoleh ijazah hadits
dari Abu al-Abbas al-Zawawi, Abu Abdullah al-Iyli, Abu Abdullah Mmuhammad, dan lain-lain.
Ia pernah mengunjungi Andalusia dan Maroko. Di kedua negara itu ia sempat menimba ilmu dari
para ulamanya, antara lain Abu Abdullah Muhammad al-Muqri, Abu al-Qosim Muhammad bin
Muhammad al-Burji, Abu al-Qasim al-Syarif al-Sibti, dan lainlain. Kemudian mengunjungi
Persia, Granada, dan Tilimsin. 6
Banyak tokoh dan ulama yang menjadi muridnya. Mereka antara lain Ibnu Marzuq al-
Hafidz, al-Damamini, al-Busili, al-Bisati Ibnu Ammar, Ibnu Hajar, dan lain-lain. 7

4
Ibnu Khaldun, Muqaddimah, terj. Masturi Irham, 1080.
5
Dahlan Malik, Pemikiran Politik Ibnu Khaldun, 31.

6
Abdullah Mustafa al-Maraghi, op.cit., hlm. 287.
7
Ibid.

3
Dalam usia muda Ibnu Khaldun sudah menguasai beberapa disiplin ilmu Islam klasik,
termasuk ‘ulum aqliyah (ilmu-ilmu kefilsafatan, tasawuf dan metafisika). Di bidang hukum, ia
mengikuti mazhab Maliki. Di samping itu semua, ia juga tertarik pada ilmu politik , sejarah ,
ekonomi , geografi, dan lain-lain8. Otaknya memang tidak puas dengan satu dua disiplin ilmu
saja. Di sinilah terletak kekuatan dan sekaligus kelemahan Ibnu Khaldun. Pengetahuannya begitu
luas dan berfariasi ibarat sebuah ensiklopedi. Namun dari catatan sejarah, ia tidak dikenal sebagai
seorang yang sangat menguasai satu bidang disiplin.
Karya-karya Ibnu Khaldun, termasuk karya-karya yang monumental. Ibnu Khaldun menulis
banyak buku, antara lain; Syarh alBurdah, sejumlah ringkasan atas buku-buku karya Ibnu Rusyd,
sebuah catatan atas buku Mantiq, ringkasan (mukhtasor) kitab al-Mahsul karya Fakhr al-Din al-
Razi (Ushul Fiqh), sebuah buku lain tentang matematika, sebuah buku lain lagi tentang ushul fiqh
dan buku sejarah yang sangat dikenal luas. Buku sejarah tersebut berjudul Al-Ibar wa Diwan al-
Mubtada’ wa al-Khabar fi Tarikh al-Arab wa al-Ajam wa al-Barbar. Ibnu Khaldun melalui buku
ini benar-benar menunjukkan penguasaannya atas sejarah dan berbagai bidang ilmu pengetahuan 9.
Di samping kitab tersebut, kitab al-Muqoddimah Ibnu Khaldun merupakan karya monumental
yang mengundang para pakar untuk meneliti dan mengkajinya

Berikut ini beberapa karya Ibnu Khaldun yang cukup terkenal, antara lain;
1. Al-Ibar wa Diwan Al-Mubtada’ wa Al-Khabar fi Tarikh Al Arab wa Al Ajam wa Al-barbar.
Karya yang dilihat dari judulnya mempunyai gaya sajak yang tinggi ini dapat diterjemahkan
menjadi; Kitab contoh-contoh dan rekaman tentang asal-usul dan peristiwa hari-hari arab, Persia,
Barbar dan orang-orang yang sezaman dengan mereka yang memiliki kekuatan besar. Oleh
karena judulnya terlalu panjang, orang sering menyebutnya dengan kitab al- ‘Ibar saja, atau
kadang cukup dengan sebutan Tarikh Ibnu Khaldun .
2. Kitab Muqaddimah Ibnu Khaldun.
Dalam volume tujuh jilid, kajian yang dikandung begitu luas menyangkut masalah-masalah
sosial, para Khaldunian cenderung menganggapnya sebagai ensiklopedia .
3. Kitab al-Ta ‘rif lbnu Khaldun wa Rihlatuhu Garban wa Syarqan.
Adalah kitab autobiografi Ibnu Khaldun secara lengkap di mana ia dipandang sebagai orang
besar abad pertengahan yang paling sempurna meninggalkan riwayat hidupnya 10.
4. Karya-karya lain
Selain karya yang telah disebutkan di atas, Ibnu Khaldun sebenarnya memiliki karya-karya
lainnya seperti; Syarh al-Burdah, tentang logika dan aritmatika dan beberapa resume ilmu fiqih.
Sementara itu masih ada dua karya Ibnu Khaldun yang masih sempat dilestarikan yaitu sebuah
(mukhtasar) yang ditulis Ibnu Khaldun dengan tangannya sendiri ini diberi judul Al-Mashul
karya Fakhr Al-Din Al-Razi (ushul fiqh) dan kitab Syifa al-Sailfi Tahdzib al-Masatt yang ditulis
Ibnu Khaldun ketika berada di Fez, adalah karya pertama yang berbicara tentang teologi
skolastik dan karya kedua membahas tentang mistisisme konvensional .
DR. Bryan S. Turner, guru besar sosiologi di Universitas of Aberdeen, Scotland dalam
artikelnya “The Islamic Review & Arabic Affairs” pada tahun 1970-an mengomentari tentang
8
Baca secara lengkap di Muhsin Mahdi, Ibnu Khaldun’s Philosophy of History, (Chicago: The University of
Chicago Press, 1971), hlm. 27-29.
9
Abdullah Mustafa al-Maraghi, loc.cit
10
Ibid

4
karya-karya Ibnu Khaldun. Ia menyatakan, “Tulisan-tulisan sosial dan sejarah dari Ibnu Khaldun
hanya satu-satunya dari tradisi intelektual yang diterima dan diakui di dunia Barat, terutama ahli-
ahli sosiologi dalam bahasa Inggris (yang menulis karya-karyanya dalam bahasa Inggris).” Salah
satu tulisan yang sangat menonjol dan populer adalah muqaddimah (pendahuluan) yang
merupakan buku terpenting tentang ilmu sosial dan masih terus dikaji hingga saat ini.
Bahkan buku ini telah diterjemahkan dalam berbagai bahasa. Di sini Ibnu Khaldun
menganalisis apa yang disebut dengan ‘gejala-gejala sosial’ dengan metode-metodanya yang
masuk akal yang dapat kita lihat bahwa ia menguasai dan memahami akan gejala-gejala sosial
tersebut. Pada bab ke dua dan ke tiga, ia berbicara tentang gejala-gejala yang membedakan antara
masyarakat primitif dengan masyarakat modern dan bagaimana sistem pemerintahan dan urusan
politik di masyarakat.
Bab ke dua dan ke empat berbicara tentang gejala-gejala yang berkaitan dengan cara
berkumpulnya manusia serta menerangkan pengaruh faktor-faktor dan lingkungan geografis
terhadap gejala-gejala ini. Bab ke empat dan kelima, menerangkan tentang ekonomi dalam
individu, bermasyarakat maupun negara.
Sedangkan bab ke enam berbicara tentang paedagogik, ilmu dan pengetahuan serta alat-
alatnya. Sungguh mengagumkan sekali sebuah karya di abad ke-14 dengan lengkap menerangkan
hal ihwal sosiologi, sejarah ekonomi, ilmu dan pengetahuan. Ia telah menjelaskan terbentuk dan
lenyapnya negara-negara dengan teori sejarah.
Ibnu Khaldun sangat meyakini sekali, bahwa pada dasarnya negera-negara berdiri bergantung
pada generasi pertama (pendiri negara) yang memiliki tekad dan kekuatan untuk mendirikan
negara. Lalu, disusul oleh generasi ke dua yang menikmati kestabilan dan kemakmuran yang
ditinggalkan generasi pertama. Kemudian, akan datang generasi ke tiga yang tumbuh menuju
ketenangan, kesenangan, dan terbujuk oleh materi sehingga sedikit demi sedikit bangunan-
bangunan spiritual melemah dan negara itu pun hancur, baik akibat kelemahan internal maupun
karena serangan musuh-musuh yang kuat dari luar yang selalu mengawasi kelemahannya 11
Karena pemikiran-pemikirannya yang briliyan Ibnu Khaldun dipandang sebagai peletak dasar
ilmu-ilmu sosial dan politik Islam. Dasar pendidikan Alquran yang diterapkan oleh ayahnya
menjadikan Ibnu Khaldun mengerti tentang Islam, dan giat mencari ilmu selain ilmu-ilmu
keislaman. Sebagai Muslim dan hafidz Alquran, ia menjunjung tinggi akan kehebatan Alquran.
Sebagaimana dikatakan olehnya, “Ketahuilah bahwa pendidikan Alquran termasuk syiar agama
yang diterima oleh umat Islam di seluruh dunia Islam. Oleh kerena itu pendidikan Alquran dapat
meresap ke dalam hati dan memperkuat iman. Dan pengajaran Alquran pun patut diutamakan
sebelum mengembangkan ilmu-ilmu yang lain.”

C. Pemikiran Ekonomi Ibnu Khaldun


Salah satu karya fenomenal Ibnu Khaldun adalah Kitab Al-Muqaddimah, yang selesai
penulisannya pada Nopember 1377. Sebuah kitab yang sangat menakjubkan, karena isinya
mencakup berbagai aspek ilmu dan kehidupan manusia pada ketika itu. Al-Muqaddimah secara
harfiah bararti 'pembukaan' atau 'introduksi' dan merupakan jilid pembuka dari tujuh jilid tulisan
sejarah. Al-Muqaddimah mencoba untuk menjelaskan prinsip-prinsip yang menentukan
kebangkitan dan keruntuhan dinasti yang berkuasa (daulah) dan peradaban ('umran). Tetapi bukan
hanya itu saja yang dibahas. Al-Muqaddimah juga berisi diskusi ekonomi, sosiologi dan ilmu
11
Ahmad Syafi‟I Ma‟arif, Ibnu Khaldun dalam Pandangan Penulis Barat dan Timur, (Jakarta: Gema Insani
Press, 1996), hlm. 12.

5
politik, yang merupakan kontribusi orisinil Ibnu Khaldun untuk cabang-cabang ilmu tersebut.
Ibnu Khaldun juga layak mendapatkan penghargaan atas formula dan ekspresinya yang lebih jelas
dan elegan dari hasil karya pendahulunya atau hasil karya ilmuwan yang sejaman dengannya.
Melahirkan karya Al-Muqaddimah menjadikan Ibnu Khaldun sebagai seorang genius polymath
(jenius dalam berbagai bakat) dan seorang renaissance man yang menguasai banyak bidang ilmu.
Di dalam kitab ini, Ibnu Khaldun membincangkan berbagai topik seperti sejarah, geografi,
matematik, agama, sistem kerajaan, sistem ekonomi, sistem pendidikan dan lain-lain.
Jika orang biasa hendak mencoba menulis mengenai semua bidang ini, bisa jadi penulisannya
itu akan berbentuk dasar-dasarnya saja, karena tidak mudah untuk dapat memahami kesemua
bidang tersebut dengan mendalam. Tapi Ibnu Khaldun merupakan seorang “master of all trades”
yang jarang-jarang dijumpai dalam sejarah manusia. Ia dapat mengupas setiap topik tersebut
dengan mendalam, dan memahami serta menyampaikan isu-isu yang kritikal dalam setiap disiplin
ilmu tersebut. Memang amat mengagumkan apabila kita membaca Al-Muqaddimah dan
mendapati bahwa isinya amat modern, setengah kandungannya masih relevan dengan dunia masa
kini, meskipun kitab itu dikarang pada abad ke 14.
Didalam Muqaddimah, Abd al-Rahman bin Muhammad Ibn Khaldun al-Hadrami dari Tunisia
(1332-1406 M), yang dikenal sebagai Ibnu Khaldun meletakan dasar-dasar pada banyak bidang
pengetahuan khususnya ilmu pengetahuan tentang civilization (al-‘umran). Kontribusinya yang
sangat signifikan pada bidang ekonomi membuatnya layak ditempatkan dalam sejarah pemikiran
ekonomi sebagai Father of Economic (Bapak ekonomi) sebuah gelar yang diberikan kepada
Adam Smith sekitar tujuh puluh tahun setelah Ibnu Khaldun meninggal, Pemikirannya kiranya
dapat disejajarkan dengan penulis klasik sekaliber Adam Smith, Ricardo, Malthus dan penulis
Neo-Klasik sekaliber Keynes.
Wawasan Ibnu Khaldun terhadap beberapa prinsip-prinsip ekonomi sangat dalam dan
jauh kedepan sehingga sejumlah teori yang dikemukakannya hampir enam abad yang lalu sampai
sekarang tidak diragukan merupakan perintis dari beberapa formula teori modern. Berikut ini
diuraikan beberapa teori pemikiran ekonomi Ibnu Khaldun yang dalam lintasan sejarah
perekonomian dunia dapat disejajarkan dengan pemikiran para tokoh ekonom modern.
1) Teori Uang, Nilai, dan Harga

a. Teori Uang
Ibnu Khaldun hidup di jaman di mana mata uang sudah menjadi alat penghargaan. Pada
masa itu ia sudah membicarakan kemungkinan yang bakal terjadi tentang kedudukan yang
selanjutnya dari mata uang. Dia menulis sebagai berikut:
“Sesudah demikian, Allah telah menjadikan pula dua barang galian yang berharga, ialah
emas dan perak menjadi bernilai di dalam perhubungan ekonomi. Keduanya menurut
kebiasaan menjadi alat perhubungan dan alat simpanan bagi penduduk dunia. Jika terjadi alat
perhubungan dengan yang lainnya pada beberapa waktu, maka tujuan yang utama tetap untuk
memiliki kedua benda itu di dalam peredaran harga-harga pasar, karena keduanya terjauh dari
pasar itu”12
Akhirnya Ibnu Khaldun meramalkan bahwa kedua barang galian ini nanti akan
mengambil tempat yang terpenting di dalam dunia perekonomian, ialah melayani tiga
kepentingan, yaitu:
1. Menjadi alat penukar dan pengukur harga sebagai nilai usaha (makasib)
2. Menjadi alat perhubungan seperti deviezen (qaniah) dan
12
Zainal Abidin Ahmad, Dasar-Dasar Ekonomi Islam, (Jakarta: Bulan Bintang, 1979), hlm. 310.

6
3. Menjadi alat simpanan di dalam bank-bank (zakhirah). 13

Inilah analisa Ibnu Khaldun sewaktu emas dan perak baru merupakan dinar dan
dirham. Dia sudah mengetahui bahwa dengan secepatnya dunia akan meninggalkan zaman
natural wirschift (tukar menukar barang), berpindah kepada jaman modern yang lebih
terkenal dengan “geld wirschift” (jual beli dengan perantaraan uang). Dalam jaman baru itu,
emas dan perak akan menempati tempatnya “ukuran nilai” (standaard). Mungkin ada
waktunya juga harga itu diganti dengan uang kertas, sebagaiman yang terjadi pada jaman kita
ini. Tetapi tujuan yang sebenarnya seperti keterangan Ibnu Khaldun tetap emas dan perak.
Tiap-tiap uang kertas yang dicetak mesti ada jaminan emas atau perak di dalam bank.
Ibnu Khaldun mengemukakan bahwa emas dan perak selain berfungsi sebagai uang
juga digunakan sebagai medium pertukaran dan alat pengukuran nilai sesuatu. Allah Ta’ala
menciptakan dua logam mulia, emas dan perak sebagai ukuran nilai bagi semua akumulasi
modal (pengumpulan atau penimbunan modal). Semua barang lain merupakan subyek bagi
pergolakan pasar kecuali emas dan pasar. Keduanya merupakan dasar dari keuntungan,
kekayaan dan harat milik14.
Sejalan dengan pendapat al-Ghazali mengenai uang, Ibnu Khaldun menjelaskan:
“ Bahwa uang tidak perlu mengandung emas dan perak, tetapi emas dan perak menjadi
standar nilai uang. Uang tidak mengandung emas dan perak merupakan jaminan pemerintah
menetapkan nilainya. Karena itu pemerintah tidak boleh mengubahnya. Pemerintah wajib
menjaga nilai uang yang dicetak karena masyarakat menerimanya tidak lagi berdasarkan
berupa kandungan emas dan perak didalamnya .”
Oleh karena itu Ibnu Khaldun selain menyarankan digunakannya uang standar emas
atau perak, Beliau juga menyarankan konstannya harga (harga tetap atau harga yang tidak
berubah) emas dan perak. Harga lain boleh berfluktuasi (tidak tetap atau dapat berubah) tetapi
tidak untuk harga emas dan perak. Dalam keadaan nilai uang yang tidak berubah, kenaikan
harga atau penurunan harga semata-mata ditentukan oleh kekuatan penawaran dan
permintaan. Setiap barang akan mempunyai harga keseimbangannya. Bila lebih banyak
makanan dari yang diperlukan disuatu kota, maka harga makanan menjadi murah. begitu juga
sebaliknya.
Berdasarkan pendapat Ibnu Khaldun diatas, sebenarnya standar mata uang yang ia
sarankan masih merupakan standar emas yaitu ketika logam emas bukan merupakan alat
tukar, namun otoritas moneter menjadikan logam tersebut sebagai parameter dalam
menentukan nilai tukar yang beredar. Koin emas tidak lagi secara langsung dipakai sebagai
mata uang. Dalam sistem ini diperlukan suatu kesetaraan antara uang kertas yang beredar
dengan jumlah emas yang disimpan sebagai back-up. Setiap orang bebas memperjual belikan
emas, tetapi pemerintah menetapkan harga emas. Sistem ini berlaku antara tahun 1890 M-
1914 M.
Disini terlihat ketajaman analisis Ibnu Khaldun tentang standar mata uang. Ia
sebagaimana Al-Ghazali memprediksi bahwa pada saatnya nanti seiring dengan
perkembangan perekonomian maka standar uang atau standar moneter juga akan mengalami
perubahan.
Mengenai nilai tukar mata uang Ibnu Khaldun menyatakan bahwa :

13
Abdurrahman Ibn Khaldun, loc. cit.
14
Edwin RA. Seligman (ed.), Encyclopedia of The Social Sciences, Vol II, (New York: 1954), hlm

7
“Kekayaan suatu negara tidak ditentukan oleh banyaknya uang disuatu negara, tetapi
ditentukan oleh tingkat produksi negara tersebut dan neraca pembayaran yang positif”
Negara bisa saja mencetak uang sebanyak-banyaknya tetapi bila hal itu bukan
merupakan refleksi pesatnya pertumbuhan sektor produksi, uang yang melimpah itu tidak ada
nilainya. Sektor produksilah yang menjadi motor pembangunan, menyerap tenaga kerja,
meningkatkan pendapatan pekerja dan menimbulakn permintaan atas faktor produksi lainnya.
Pendapatan ini menunjukkan juga bahwa perdagangan Internasional telah menjadi bahasan
utama para ulama ketika itu. Negara yang telah mengekspor berarti mempunyai kemampuan
berproduksi lebih besar dari kebutuhan domestiknya sekaligus menunjukkan bahwa negara
tersebut lebih efisien dalam produksinya.
b. Teori Nilai
Menurut Ibnu Khaldun, tenaga kerja menjadi sumber yang sangat berharga. Tenaga
kerja penting bagi semua akumulasi modal dan pendapatan. Sekalipun pendapatan dihasilkan
dari sesuatu selain keahlian, nilai-nilai dari menghasilkan laba dan modal harus mencakup
nilai tenaga kerja. Tanpa tenaga kerja hal tersebut belum diperoleh. 15
Di dalam The Muqaddimah: An Introduction to History Ibnu Khaldun menyatakan :
A large civilization yields large profits because of the large amount of (available) labor,
which is the cause of (profit)16.
It will become clear in the fifth chapter, which deals with profit and sustenance, that profit is
the value realized from labor. When there is more labor,the value realized from it increases
among the (people).Thus, their profit of necessity increases. The prosperity and wealth
theyenjoy leads them to luxury and the things that go with it, such as splendid houses and
clothes, fine vessels and utensils, and the use of servants and mounts. All these (things)
involve activities that require their price and skillful people must be chosen to do them and be
incharge of them. As a consequence, industry and the crafts thrive. The income and the
expenditure of the city increase. Affluence comes to those who work and produce these things
by their labor17.
Artinya : Sebuah peradaban besar menghasilkan keuntungan yang besar karena besarnya
jumlah (tersedia) tenaga kerja, yang merupakan penyebab dari (keuntungan).
Ini akan menjadi jelas dalam pasal lima, yang berkaitan dengan keuntungan dan
rezeki, keuntungan itu adalah nilai yang direalisasikan dari tenaga kerja. Ketika ada lebih
banyak tenaga kerja, nilai yang direalisasikannya pun akan turut meningkat. Dengan
demikian, keuntungan mereka turut meningkat. Kemakmuran dan kekayaan yang mereka
nikmati membawa mereka kepada kemewahan dan hal-hal yang bersamaan dengan itu,
seperti rumah-rumah yang indah dan pakaian, pembuluh halus dan peralatan, dan
penggunaan pembantu (PRT) dan kendaraan. Semua ini (hal-hal) merupakan kegiatan yang
membutuhkan harga/upah dan orang-orang terampil harus dipilih untuk melakukannya dan
menjadi ongkos dari mereka. Akibatnya, dunia industri dan kerajinan berkembang.
Pendapatan dan pengeluaran kota naik. Kemakmuran datang kepada mereka yang bekerja
dan menghasilkan hal-hal ini dengan kerja mereka.

15
Chamid, Jejak Langkah Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam, 253
16
Rozenthal, Ibnu Khaldun the Muqaddimah, An Introduction to History, 287

17
Ibid, 280

8
Demikian pula kekayaan bangsa-bangsa tidak ditentukan oleh banyaknya uang yang
dimiliki oleh bangsa tersebut, tetapi ditentukan oleh jumlah produksi barang dan jasa serta
neraca yang sehat. Dari sana terlihat bahwa keduanya saling berkaitan. Bahwa apabila neraca
pembayaran sehat, konsekuensinya adalah tingkat produksi barang yang tinggi. Sebagaimana
diutarakan oleh Ibnu Khaldun dalam Mukaddimahnya :
Ibnu Khaldun adalah ilmuwan pertama dalam sejarah yang memberikan penjelasan
detail tentang teori nilai buruh. Walaupun pada kenyataanya Ibnu Khaldun tak pernah
menyebut nilai buruh dengan istilah teori. Meski demikian Ibnu Khaldun tetap mampu
memaparkan penjelasan tentang buruh secara detail dalam bab IV buku Muqaddimah.
c. Teori Harga
Ibnu Khaldun dalam kitab Muqaddimah-nya menulis satu bab yang secara khusus
membahas mengenai mekanisme harga, bab tersebut berjudul ‘harga-harga di kota’. Dalam
bab tersebut menurut Ibnu Khaldun, bila suatu kota berkembang dan populasinya pun
bertambah banyak maka rakyatnya akan semakin makmur, kemudian hal tersebut akan
menyebabkan terjadinya kenaikan permintaan (demand) terhadap barang-barang, dan
akibatnya harga menjadi naik. Franz Rosenthal yang menerjemahkan buku Muqaddimah
karya Ibnu Khaldun menjadi The Muqaddimah: An Introduction to History, ia
menerjemahkan :
Then, when a city has a highly developed, abundant civilization and is full of luxuries, there is
a verylarge demand for those conveniences and for having as many of them as a personcan
expect in view of his situation. This results in a very great shortage of suchthings. Many will
bid for them, but they will be in short supply. They will be needed for many purposes, and
prosperous people used to luxuries will pay exorbitant pricesfor them, because they need
them more than others. Thus, as one can see, pricescome to be high 18.
Artinya : Sesungguhnya apabila sebuah kota telah makmur dan berkembang serta penuh
dengan kemewahan, maka di situ akan timbul permintaan (demand) yang besar terhadap
barang-barang. Tiap orang membeli barang-barang mewah itu menurut kesanggupannya.
Maka barang-barang menjadi kurang. Jumlah pembeli meningkat, sementara persediaan
menjadi sedikit. Sedangkan orang kaya berani membayar dengan harga tinggi untuk barang
itu, sebab kebutuhan mereka makin besar. Hal ini akan menyebabkan meningkatnya harga
sebagaimana anda lihat.
Seperti telah ditulis dalam kalimat diatas menurut Ibnu Khaldun dalam menentukan
harga di pasar atas sebuah produksi, faktor yang sangat berpengaruh adalah permintaan dan
penawaran19. Menurutnya apabila sebuah kota berkembang dengan pesat, mengalami
kemajuan dan penduduknya padat, maka persedian bahan makanan pokok melimpah. Hal ini
dapat diartikan bahwa penawaran yang meningkat mengakibatkan harga bahan/barang pokok
tersebut murah. Seperti ditulis dalam The Muqaddimah: An Introduction to History: “When a
city is highly developed and has many inhabitants, the prices of necessary foodstuffs and
corresponding items are low…” Artinya : Ketika sebuah kota yang sangat maju dan memiliki
banyak penduduk, harga bahan makanan dan barang-barang yang diperlukan menjadi
rendah/murah ...

18
Franz Rozenthal, Ibnu Khaldun the Muqaddimah, An Introduction to History, (London :
Routledge & Kegan Paul, 1958), 283

19
Chamid, Jejak Langkah Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam, 251

9
Ibnu Khaldun menekankan bahwa kenaikan penawaran atau penurunan permintaan
menyebabkan kenaikan harga, demikian pula sebaliknya kenaikan permintaan atau penurunan
penawaran akan menyebabkan penurunan harga 20.
Analisa Ibnu Khaldun tentang harga tersebut yang dirumuskan menggunakan hukum
supply and demand adalah merupakan suatu rumusan yang luar biasa di zamannya, karena hal
tersebut terjadi jauh sebelum para ekonom konvensional seperti Adam Smith, David Ricardo
dkk. merumuskan teori tersebut. Dari kalimat pertama Ibnu Khaldun di atas dijelaskan bahwa
pasar adalah tempat yang menyediakan kebutuhan manusia, baik itu kebutuhan primer,
sekunder maupun tertier.
2) Teori Produksi
Dalam pemikiran ekonominya Ibnu Khaldun menegaskan bahwa kekayaan suatu
Negara tidak ditentukan oleh banyaknya uang di suatu Negara, tetapi ditentukan oleh tingkat
produksi Negara tersebut dan neraca pembayaran yang positif (konsekuensi alamiah dari
tingkat produksi yang tinggi). Bisa saja suatu Negara mencetak uang sebanyak-banyaknya,
tetapi bila hal itu bukan merupakan refleksi pesatnya pertumbuhan sektor produksi, uang yang
melimpah itu tidak ada nilainya. Sektor produksilah yang menjadi motor pembangunan,
menyerap tenaga kerja, meningkatkan pendapatan pekerja dan menimbulkan permintaan atas
faktor produksi lainnya. Bagi ibnu khaldun produksi adalah aktivitas manusia yang
diorganisasikan secara sosial dan internasional.
Didalam muqaddimah, Ibnu Khaldun mendefinisikan produksi dengan istilah
“kasb”21. Melalui kegiatan produksi dapat dihasilkan sejumlah barang yang menjadi
kebutuhan manusia. Proses produksi sangat dipengaruhi oleh beberapa factor-faktor produksi
antara lain :
1. Modal, yaitu yang diperlukan untuk dapat menggabungkan berbagai factor factor
produksi seperti tenaga kerja, keahlian atau teknologi dan sumber daya alam.
2. Pekerja yaitu orang yang memiliki keahlian sederhana yang dalam produksi
kebutuhannya didasarkan pada jumlah pekerja.
3. Sumber kekayaan alam seperti hewan, tumbuhan dan barang tambang
4. Teknologi, seperti teknik konstruksi pembangunan istana dan bangunan lainnya.

3) Teori Distribusi
Harga suatu produk terdiri dari tiga unsur: gaji, laba, dan pajak. Gaji adalah imbal
jasa bagi produser, laba adalah imbal jasa bagi pedagang, dan pajak adalah imbal jasa bagi
pegawai negeri dan penguasa22.
1. Pendapat Tentang Penggajian Elemen-Elemen Tersebut
 Gaji

20
P3EI, Ekonomi Islam , 310-311

21
Rozenthal, Ibnu Khaldun the Muqaddimah, An Introduction to History, 116
22
Rozenthal, Ibnu Khaldun the Muqaddimah, An Introduction to History, 116

10
Karena nilai suatu produk adalah sama dengan jumlah tenaga kerja yang
dikandungnya, gaji merupakan unsur utama dari harga barang-barang. Harga tenaga kerja
adalah basis harga suatu barang.

 Laba
Laba adalah selisih antara harga jual dengan harga beli yang diperoleh oleh pedagang.
Namun selisih ini bergantung pada hukum permintaan dan penawaran, yang menentukan
harga beli melalui gaji dan menentukan harga jual melalui pasar. Bagi Ibn Khaldun
perdagangan adalah “Membeli dengan harga murah dan menjual dengan harga mahal.”
(2:297)

 Pajak
Pajak bervariasi menurut kekayaan penguasa dan penduduknya. Karenanya, jumlah
pajak ditentukan oleh permintaan dan penawaran terhadap produk, yang pada gilirannya
menentukan pendapatan penduduk dan kesiapannya untuk membayar.
2. Eksistensi Distribusi Optimum
Besarnya ketiga jenis pendapatan ini ditentukan oleh hukum permintaan dan
penawaran. Menurut Ibnu Khaldun pendapatan ini memiliki nilai optimum.

 Gaji
Bila gaji terlalu rendah, pasar akan lesu dan produksi tidak mengalami peningkatan.
Jika gaji terlalu tinggi, akan terjadi tekanan inflasi dan produsen kehilangan minat untuk
bekerja. “pekerja, pengrajin dan para professional menjadi sombong.” (2:241)

 Laba
Jika laba sangat rendah, pedagang terpaksa melikuidasi saham-sahamnya dan tidak
dapat memperbaruinya karena tidak ada modal. Jika laba terlalu tinggi, para pedagang akan
melikuidasi saham-sahammnya pula dan tidak dapat memperbaruinya karena tekanan inflasi.

 Pajak
Jika pajak terlalu rendah, pemerintah tidak dapat menjalani fungsinya: “pemilik harta
dan kekayaan yang berlimpah dalam peradaban tertentu memerlukan kekuatan protektif untuk
membelanya.” (2:250)
Jika pajak terlalu tinggi, tekanan fiskal menjadi terlalu kuat, sehingga laba para
pedagang dan produsen menurun dan hilanglah insentif mereka untuk bekerja: Oleh karena
itu, Ibn Khaldun membagi pendapatan nasional menjadi tiga kategori: gaji, laba dan pajak,
dengan masing-masing kategori ini memiliki tingkat optimum. Namun demiikian, tingkat
optimum ini tidak dapat terjadi dalam jangka panjang, dan siklus aktivitas ekonomi harus
terjadi.

4) Teori Siklus
Bagi Ibnu Khaldun, produksi bergantung kepada penawaran dan permintaan terhadap
produk. Namun penawaran sendiri tergantung kepada jumlah produsen dan hasratnya untuk

11
bekerja, demikian juga permintaan tergantung pada jumlah pembeli dan hasrat mereka untuk
membeli.
Variabel penentu bagi produksi adalah populasi serta pendapatan dan belanja Negara,
keuangan publik.

 Siklus Populasi
Produksi ditentukan oleh populasi. Semakin banyak populasi, semakin banyak
produksinya. Demikian pula, semakin besar populasi semakin besar permintaannya terhadap
pasar dan semakin besar produksinya.
Namun populasi sendiri ditentukan oleh produksi. Semakin besar produksi, semakin
benyak permintaan terhadap tenaga kerja dipasar. Hal ini menyebabkan semakin tinggi
gajinya, semakin banyak pekerja yang berminat untuk masuk ke lapangan tersebut, dan
semakin besar kenaikan populasinya. Akibatnya, terhadap suatu proses kumulatif dari
pertumbuhan populasi dan produksi, pertumbuhan ekonomi menentukan pertumbuhan
populasi dan sebaliknya.

 Siklus Keuangan Publik


Negara juga merupakan faktor produksi yang penting. Dengan pengeluarannya, Negara
meningkatkan produksi, dan dengan pajaknya Negara membuat produksi menjadi lesu.
a) Pengeluaran Pemerintah
Bagi Ibnu Khaldun, sisi pengeluaran keuangan publik sangatlah penting. Pada satu
sisi, sebagian dari pengeluaran ini penting bagi aktivitas ekonomi. Tanpa infrastruktur yang
disiapkan oleh Negara, mustahil terjadi populasi yang besar. Tanpa ketertiban dan kestabilan
politik, produsen tidak memiliki insentif untuk berproduksi. Oleh karenanya, semakin banyak
yang dibelanjakan oleh pemerintah, semakin baik akibatnya bagi perekonomian.
b) Perpajakan
Uang yang dibelanjakan oleh pemerintah berasal dari penduduk melalui pajak.
Pemerintah dapat meningkatkan pengeluarannya hanya jika pemerintah menaikkan pajaknya,
tapi tekanan fiskal yang terlalu tinggi akan melemahkan semangat kerja orang. Akibatnya,
timbul siklus fiskal. Pemerintah harus menasionalisasi perusahaan-perusahaan, karena
produsen tidak memiliki insentif laba untuk menjalankannya. Jadi bagi Ibnu Khaldun,
terdapat optimum fiskal tapi juga mekanisme yang tidak dapat dibalik, yang memaksa
pemerintah untuk membelanjakan lebih banyak dan memungut lebih banyak pajak, yang
menimbulkan siklus produksi. Dengan demikian, Ibn Khaldun menguraikan sebuah teori
dinamik yang berdasarkan hukum populasi dan hukum keuangan publik. Menurut hukum
yang tidak bisa ditawar-tawar lagi, suatu negeri tidak dapat tidak, ,harus melalui siklus-siklus
perkembangan ekonomi dan depresi.

12
BAB III
PENUTUPAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan pemaparan diatas, dapat disimpulkan bahwa Ibnu khaldun adalah salah satu ilmuan
muslim atau tokoh muslim yang pemikirannya sangat berpengaruh terhadap berbagai bidang seperti
pendidikan, social dan lainnya. Nama lengkap beliau adalah  Abdul  Rahman abu zaid waliyuddin ibn
Khaldun al-maliki al-khadrami. Beliau lahir pada tahun 733h/1332 M di Naisabur, dan meninggal
dunia pada tahun 808 H/1404 M dalam usia 74 tahun.  Beliau dikenal sebagai sejarawan dan bapak
sosiologi Islam yang hafal Alquran sejak usia dini. Sebagai ahli politik Islam, ia pun dikenal sebagai
bapak Ekonomi Islam, karena pemikiran-pemikirannya tentang teori ekonomi yang logis dan realistis
jauh telah dikemukakannya sebelum Adam Smith (1723-1790) dan David Ricardo (1772-1823)[36].
Ibu Khaldun dalam segala pemikiranya baik dibidang sosial, ekonomi, politik termasuk pendidikan
terdapat dalam kitabnya yang kemudian dibuatnya sebuah qitab pembuka yaitu muqaddimah Ibnu
Khaldun yang menceritakan secara jelastentang pemikiran-pemikiranbeliau seperti dalam pendidikan
yaitu: Klasifikasi Ilmu, Tujuan Pendidikan, Metode Pembelajaran, Belajar Melalui Pengalaman,
Menggunakan Metode Induktif, Mengaitkan Pengertahuan Lama dengan Baru,  Cara yang benar
dalam mendidik dan pelakuan keras yang berdampak negatif.
B. Saran
Melalui keistimewaan karya beliau termasuk perjalanan beliau bisa diterapkan dalam kehidupan
masyarakat. Dan juga diharapakan sekolah, dan universitas dapat mengikuti jejak-jejak beliau dalam
membimbing pemuda-pemudi untuk masa depan yang lebih baik.

13
DAFTAR PUSTAKA

https://journal.walisongo.ac.id/index.php/economica/article/viewFile/774/685
https://arsippkuliah.blogspot.com/2017/04/ibnu-khaldun.html
https://id.wikipedia.org/wiki/Ibnu_Khaldun
http://digilib.uinsby.ac.id/1981/5/Bab%202.pdf
https://akurat.co/ekonomi/id-623150-read-sejumlah-pemikiran-ibnu-khaldun-bapak-ekonomi-islam-
sebelum-adam-smith
https://republika.co.id/berita/archive/no-channel/97112/teoriteori-ekonomi-ibnu-khaldun
http://ejournal.uin-suska.ac.id/index.php/al-fikra/article/download/10064/5341

14

Anda mungkin juga menyukai