Disusun Oleh:
1. A. Zakiyatul Fuatdi
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
manusia dapat mengetahui berbagai hal, dan dapat mengetahui apa yang seharusnya dilakukan
olehnya sebagai mahluk yang disebut manusia, oleh karena itu pendidikan merupakan kebutuhan
setiap manusia, dengan adanya pendidikan manusia akan mampu melakukan apapun yang dia
inginkan, dengan pendidikan manusia dapat mengembangkan potensi dalam dirinya serta
mengembangkan akal pikirannya sehingga dalam melakukan segala sesuatu manusia tidak
B. Rumusan Masalah
2
BAB II
PEMBAHASAN
Ibnu khaldun adalah seorang filsuf sejarah yang berbakat dan cendekiawan terbesar pada
zamannya, salah seorang pemikir terkemuka yang pernah dilahirkan. Beliau adalah seorang
pendiri ilmu pengetahuan sosiologi yang secara khas membedakan cara memperlakukan sejarah
sebagai ilmu serta memberikan alasan-alasan untuk mendukung kejadian-kejadian yang nyata.1
Nama lengkap Ibnu Khaldun adalah Abu Zayd ‘Abd al-Rahman ibn Muhammad ibn
Khaldun al-Hadrami. Beliau dilahirkan di Tunisia pada 1 Ramadhan 732 H. / 27 Mei 1332 M,
wafat 19 Maret 1406/808H. Beliau dikenal sebagai sejarawan dan bapak sosiologi Islam yang
hafal Alqur’an sejak usia dini, selain itu beliau juga membahas tentang pendidikan islam.
Beliau masih memiliki garis keturunan dengan Wail bin Hajar, salah seorang sahabat
Nabi Saw. Wail bin Hajar pernah meriwayatkan sejumlah hadith serta pernah dikirim nabi untuk
mengajarkan agama Islam kepada para penduduk daerah itu. Pada abad ke-8 M Khalid bin
Utsman datang ke Andalusia bersama pasukan arab penakluk wilayah bagian selatan Spanyol.
Khalid kemudian lebih dikenal panggilan Khaldun sesuai dengan kebiasaan orang Andalusia dan
Afrika Barat Laut yakni dengan penambahan pada akhir nama dengan “uns” sebagai pernyataan
1 Jamil Ahmad, Seratus Muslim Terkemuka, Pustaka firdaus, 2003, hlm. 503.
2 http://id.wikipedia.org/wiki/Ibnu_khaldun
3
Guru pertama ibnu Khaldun adalah ayahnya sendiri. Dia belajar membaca dan menghafal
al-Qur’an. Dia fasih dalam qira’at sab’ah (tujuh cara membaca al-Qur’an), dia memperlihatkan
caranya yang seimbang dan merata antara mata pelajaran tafsir, hadith, fiqih dan gramatika
bahasa arab yang diambilnya dari sejumlah guru yang ada di Tunisia).
Dibalik keberhasilan yang dicapai oleh Ibnu Khaldun tidak luput dari jasa guru-gurunya yang
memberikan berbagai pelajaran dan mengajarkan pengalaman mereka kepada beliau. Di bawah
ini akan dipaparkan beberapa guru-guru yang ada dibalik keberhasilan Ibnu Khladun. Antara
lain:
1) Abu Abdullah Muhammad yaitu ayahnya yang menjadi guru pertama Ibnu Khaldun. Dari
2) Abu Abdullah Muhammad Ibn Sa’ad Ibn Burral al-Anshari, ia termasuk pendidik Ibnu
3) Syeikh AbdullahIbn al-‘Arabi al-Hasayiri, Muhammad al-SAwwas al-Zarazli Ahmad Ibn al-
Qassar, Syekh Syams al-Din Abu Abdullah Muhammad al-Wadisyasyi, mereka adalah
pendidik /guru dalam bidang ilmu hadist, bahasa Arab dan Fiqh.
4) Abdullah Muhammad Ibn Abd al- Salam, ia adalah pendidik khusus kitab al-Muwattha’ karya
imam Malik.
5) Muhammad Ibn Sulaiman al-Satti Abd al-Muhaimin al-Hadrami dan Muhammad Ibn Ibrahim
al- Abili, mereka adalah pendidik ilmu pasti, logika dan seluruh ilmu tehnik, kebijakan dan
6) Syekh Syamsuddin Abu Abdullah Muhammad al-Wadiyasyi, ia mengajarkan ilmu hadis dan
4
Namun sebagaimana yang dikatakan Ramayulis dan Samsul Nizar dalam buku” ensiklopedi
tokoh pendidikan” bahwa ada dua guru Ibnu Khaldun yang sangat berjasa kepada beliau yaitu
Muhammad Ibnu Ibrahim al-Abili dalam bidang ilmu filsafat dan syekh Abd al-Muhaimin Ibn
al-Hadramani dalam ilmu-ilmu agama. Dari kedua guru inilah beliau belajar al-Kutubu Sittah
dan al-Muwattha’.
Keilmuan Ibnu Khaldun memberikan bias menjadi guru yang diakui keilmuan yang dimilikinya,
hal ini terbukti dengan banyaknya murid-murid Ibnu Khaldun yang berhasil dalam keilmuannya.
Para murid beliau belajar bersama beliau ketika di al-Azhar selain menjadi seorang pengajar
beliau juga diangkat sebagai hakim tinggi. Ada dua orang murid Ibnu Khaldun yang terkenal
1) Taqiyuddin Ahmad Ibnu Ali al-Maqrizi, ia adalah sejarawan dan telah mengarang buku al-
Suluk li Ma’rifah Duwal al-mulk. Buku tentang sejarah yang dikarang oleh Al-Maqrizi sampai
2) Ibnu Hajar al- ‘Asqalani, ia adalah murid Ibnu Khaldun yang terkenal sebagai ahli hadis dan
sejarawan terkemuka.
Ibnu Khaldun mulai berkarir dalam bidang pemerintahan dan politik di kawasan Afrika
Barat Laut dan Andalusia selama hampir seperempat Abad. Dalam kurun waktu itu dari sepuluh
kali dia pindah jabatan dari satu dinasti ke dinasti yang lain. Jabatan pertaman Ibnu Khaldun
pertama adalah sebagai anggota Majlis keilmuwan Sultan Abu Inal dari Bani Marin di ibu kota
Fez. Kemudian dia diangkat menjadi sekertaris Sultan pada Tahun 1354.
5
Selain di dunia politik, Ibnu Khaldun juga mengajarkan ilmunya di masjid. Kemudian dia
pindah ke Biskarah. Dari Biskarah kembali ke Andalusia baru dan menuju Tilimsan tahun 1374
M. Di Tilimsan ini ibnu Khaldun menemukan tempat untuk menulis dan membaca di rumah bani
Arif di dekat benteng Qal’at Ibn Salamah sebagai tempat tinggal dan tinggal di Istana Ibnu
Salamah. Di tempat inilah selama empat tahun dia memulai karnya yang terkenal dengan Kitab
al-Ibar (sejarah Universal).
Ibnu Khaldun meninggal pada usia 76 Tahun. Untuk menghormati nama besarnya dia
dimakamkan di pemakaman sufi di Bab al-Nashr Kairo, yang merupakan makam para ulama dan
orang-orang penting.
monumental, berisi Muqaddimah serta otobiografinya. Bukunya dibagi menjadi tiga bagian.
Bagian pertama terkenal dengan muqaddimah, dalam bagian ini membicarakan tentang
mencari nafkah, dan ilmu pengetahuan. Bagian kedua kitab al-I’bar, terdiri dalam empat jilid,
membicarakan tentang sejarah bangsa arab dan orang-orang muslim lainnya dan juga dinasti-
dinasti pada masa itu, termasuk dinasti syiria, persia, seljuk, turki, yahudi, romawi, dan
prancis. Dan bagian ketiga terdiri dari dua jilid, membicarakan bangsa barbar dan suku tetangga,
otobiografi yaitu Al-Taarfi. 3
6
Untuk mempelajari Ibnu Khaldun, perjalanan panjang hidupnya dapat dipetakan dalam 4 fase:
1. Fase pertama, dimulai sejak awal kelahiran, menuntut ilmu sampai terjadinya wabah
besar di sebagian wilayah dunia Pada masa ini talenta keulamaannya sangat terlatih.
Waktunya habis untuk menghafal Al-Qur’an beserta tajwid dan qiraatnya. Juga
digunakan untuk mendalami berbagai disiplin ilmu agama, termasuk fikih bermadzhab
maliki. Fase ini berlangsung sekitar 20 tahun, mulai tahun 732 H sampai 751 H.
2. Fase kedua, berlasung sekitar 15 tahun dimulai tahun 751 H – 776 H. Pada fase ini
kehidupannya habis dalam berbagai aktivitas politik. Beliau berhijrah dari satu daerah ke
daerah lainnya, seperti Maghrib Al-Adna, Al-Ausath, dan Al-Aqsa juga sebagian wilayah
Andalusia. Sifat oportunis Ibnu Khaldun muncul pada masa ini. Selain itu, ketajaman
3. Fase ketiga, berlangsung sekitar 8 tahun, mulai tahun 776 H – 784 H. Fase ini adalah fase
dihabiskan di Tunis. Pada masa inilah magnum opus-nya yang berjudul “Kitâb Al-Ibar
Wa Man Âsharahum min dzi Al-Sulthân Al-Akbar ” ditulis. Kitab ini terdiri dari 7 jilid,
jilid pertama dari kitab inilah yang disebut sebagai Kitab Mukaddimah Ibnu Khaldun.
4. Fase keempat, adalah masa mengajar dan menjadi Qadhi di Mesir. Masa ini berlangsung
a) Kitab Muqaddimah
4 Fuad Baali dan Ali Wardi, Ibn Khaldun dan Pola Pemikiran Islam, ( Jakarta: Pustaka Firdaus, 2003), hlm. 20.
7
Merupakan buku pertama dari kitab al-‘Ibar, yang terdiri dari bagian muqaddimah
(pengantar). Buku pengantar yang panjang inilah yang merupakan inti dari seluruh persoalan,
dan buku tersebut pulalah yang mengangkat nama Ibnu Khaldun menjadi begitu harum. Adapun
Atau “Kitab Pelajaran dan Arsip Sejarah Zaman Permulaan dan Zaman Akhir yang
mencakup Peristiwa Politik Mengenai Orang-orang Arab, Non-Arab, dan Barbar, serta Raja-raja
Besar yang Semasa dengan Mereka”, yang kemudian terkenal dengan kitab ‘Ibar, yang terdiri
Oleh orang-orang Barat disebut dengan Autobiografi, merupakan bagian terakhir dari kitab
al-‘Ibar yang berisi tentang beberapa bab mengenai kehidupan Ibnu Khaldun. Dia menulis
autobiografinya secara sistematis dengan menggunakan metode ilmiah, karena terpisah dalam
Menurut Ibnu Khaldun ilmu pendidikan bukanlah suatu aktivitas yang semata-semata
bersifat pemikiran dan perenungan yang jauh dari aspek-aspek pragmatis di dalam kehidupan,
akan tetapi ilmu dan pendidikan tidak lain merupakan gejala sosial yang menjadi ciri khas jenis
insani.
8
Tradisi penyeledikan ilmiah yang dilakukan oleh ibnu khaldun dimulai dengan
menggunakan tradisi berfikir ilmiah dengan melakukan kritik atas cara berfikir “model lama”
sebelumnya, telah memberikan kontribusi akademik bagi pengembangan ilmu pengetahuan yang
a. Tujuan Pendidikan
Pendidikan bukan hanya merupakan proses belajar mengajar yang dibatasi oleh ruang dan
waktu, tetapi pendidikan adalah suatu proses, di mana manusia secara sadar menangkap,
menyerap, dan menghayati peristiwa-peristiwa alam sepanjang zaman. .Menurut Ibnu Khaldun
bahwa manusia itu secara esensial bodoh (jahil) layaknya seperti binatang, manusia hanya
berupa setetes sperma, segumpal darah, sekerat daging dan masih ditentukan rupa mentalnya.
Artinya manusia itu adalah jenis hewan, namun Allah SWT telah membedakan manusia dan
hewan dengan memberi akal pikiran kepada manusia. Pada mulanya manusia menggunakan akal
pemilah, kemudian akal eksperimental dan akhirnya menggunakan akal kritis. Melalui akal
a) menyiapkan seseorang dari segi keagamaan dengan memperkuat potensi iman, sebagaimana
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa pendidikan bukan hanya bertujuan untuk
Ibnu Khaldun telah memberikan porsi yang sama antara tujuan apa yang akan dicapai
dalam urusan ukhrowi dan duniawi, karena baginya pendidikan adalah jalan untuk memperoleh
rizki. Atas dasar itulah Ibnu Khaldun beranggapan bahwa target pendidikan adalah memberikan
kesempatan kepada pikiran untuk aktif dan bekerja, karena dia memandang aktivitas ini sangat
penting bagi terbukanya pikiran dan kematangan individu dan kematangan berfikir adalah alat
Pandangan Ibnu Khaldun tentang Pendidikan Islam berpijak pada konsep dan pendekatan
filosofis-empiris. Menurutnya ada tiga tingkatan tujuan yang hendak dicapai dalam proses
pendidikan yaitu:
b. Materi Pendidikan
Adapun pandangannya mengenai materi pendidikan, karena materi adalah merupakan salah
satu komponen operasional pendidikan, maka dalam hal ini Ibnu Khaldun telah
mengklasifikasikan ilmu pengetahuan yang banyak dipelajari manusia pada waktu itu menjadi
10
1) Ilmu-ilmu tradisional (Naqliyah)
Ilmu naqliyah adalah yang bersumber dari al-Qur’an dan Hadits yang dalam hal ini peran
akal hanyalah menghubungkan cabang permasalahan dengan cabang utama, karena informasi
ilmu ini berdasarkan kepada otoritas syari’at yang diambil dari al-Qur’an dan Hadits.
Adapun yang termasuk ke dalam ilmu-ilmu naqliyah itu antara lain: ilmu tafsir, ilmu qiraat,
ilmu hadits, ilmu ushul fiqh, ilmu fiqh, ilmu kalam, ilmu bahasa Arab, ilmu tasawuf, dan ilmu
ta’bir mimpi.
Ilmu ini bersifat alami bagi manusia, yang diperolehnya melalui kemampuannya untuk
berfikir. Ilmu ini dimiliki semua anggota masyarakat di dunia, dan sudah ada sejak mula
Menurut Ibnu Khaldun ilmu-ilmu filsafat (aqliyah) ini dibagi menjadi empat macam ilmu
yaitu:
1) Ilmu logika,
2) Ilmu fisika,
4) Ilmu matematika termasuk didalamnya ilmu, geografi, aritmatika dan al-jabar, ilmu music,
Walaupun Ibnu Khaldun banyak membicarakan tentang ilmu geografi, sejarah dan
mengadakan penelitian, maka Ibnu Khaldun membagi ilmu berdasarkan kepentingannya bagi
11
anak didik menjadi empat macam, yang masing-masing bagian diletakkan berdasarkan kegunaan
1) Ilmu agama (syari’at), yang terdiri dari tafsir, hadits, fiqh dan ilmu kalam.
2) Ilmu ‘aqliyah, yang terdiri dari ilmu kalam, (fisika), dan ilmu Ketuhanan (metafisika)
3) Ilmu alat yang membantu mempelajari ilmu agama (syari’at), yang terdiri dari ilmu bahasa
Arab, ilmu hitung dan ilmu-ilmu lain yang membantu mempelajari agama.
Menurut Ibnu Khaldun, kedua kelompok ilmu yang pertama itu adalah merupakan ilmu
pengetahuan yang dipelajari karena faidah dari ilmu itu sendiri. Sedangkan kedua ilmu
pengetahuan yang terakhir (ilmu alat) adalah merupakan alat untuk mempelajari ilmu
pengetahuan golongan pertama. Demikian pandangan Ibnu Khaldun tentang materi ilmu
pengetahuan yang menunjukkan keseimbangan antara ilmu syari’at (agama) dan ilmu ‘Aqliyah
(filsafat).
Meskipun dia meletakkan ilmu agama pada tempat yang pertama, hal itu ditinjau dari
segi kegunaannya bagi anak didik, karena membantunya untuk hidup dengan seimbang namun
dia juga meletakkan ilmu aqliyah (filsafat) di tempat yang mulia sejajar dengan ilmu agama.
c. Metode Pendidikan
Metode pendidikan adalah segala segi kegiatan yang terarah yang dikerjakan oleh guru dalam
didik dan suasana alam di sekitarnya dan tujuan membimbing peserta didik untuk mencapai
proses belajar yang diinginkan dan perubahan yang dikehendaki pada tingkah laku mereka.
12
Metode pendidikan sama halnya dengan metode pembelajaran (pengajaran), yang mana
pemikiran Ibnu Khaldun tentang metode pendidikan terungkap lewat empat sikap reaktifnya
terhadap gaya para pendidik (guru) dimasanya dalam dasar empat dasar persoalan pendidikan.
1) kebiasaan mendidik dengan metode “indoktrinasi” terhadap anak-anak didik, para pendidik
memulai dengan masalah-masalah pokok yang ilmiah untuk diajarkan kepada anak-anak didik
tanpa mempertimbangkan kesiapan mereka untuk menerima dan menguasainya. Maka Ibnu
Khaldun lebih memilih metode secara gradual sedikit demi sedikit, pertama-tama disampaikan
permasalahan pokok tiap bab, lalu dijelaskan secara global dengan mempertimbangkan tingkat
keagamaan, kealaman, dan ketuhanan, dengan ilmu-ilmu yang instrumental, semisal ilmu-ilmu
kebahasa-Araban, dan ilmu hitung yang dibutuhkan oleh ilmu keagamaan, serta logika yang
3) Ibnu Khaldun tidak menyukai metode pendidikan yang terkait dengan strategi berinteraksi
dengan anak yang “militeristik” dan keras, anak didik harus seperti ini dan seperti itu, karena
berdampak buruk bagi anak didik berupa munculnya kelainan-kelainan psikologis dan perilaku
nakal.
4) Ibnu Khaldun mengajarkan agar pendidik bersikap sopan dan halus pada muridnya. Hal ini
termasuk juga sikap orang tua terhadap anaknya, karena orang tua adalah pendidik yang utama.
Selanjutnya jika keadaan memaksa harus memukul si anak, maka pemukulan tidak boleh lebih
13
Pembelajaran yang efektif dan efisien terhadap peserta dpembelajaran yang efektif dan
efisien terhadap peserta didik apabila dilakukan secara berangsur-angsur, setapak-demi setapak
Berkaitan dengan itu semua ibnu khaldun menganjurkan agar para guru dan orang tua
sebagai pendidik seharusnya berlaku sopan dan adil dalam mengingatkan siswa, lain dari itu ibnu
khaldun membolehkan memukul siswa apabila dalam keadaan memaksa akan tetapi pukulan
Dalam literatur yang lainnya lagi dengan metode pengajaran ini ibnu khaldun
menjelaskan bahwa tiap-tiap pemikiran dan ilmu akan mengembangkan pada akal yang cerdas,
lebih lnjut beliau menjelaskan ilmu berhitung tidak sama dengan metode problem-problem
kemasyarakatan dan falsafah atau sejarah, dari sini seorang pendidik harus mampu
Dalam kaitan ini komponin pendidikan sama-sama dituntut untuk lebih fokus pada satu
atau dua pilihan bidang pendidikan saja, baik guru, para orang tua dan siswa. Dalam beberapa
referensi yang ada sepertinya sosok ibnu khaldun adalah seorang yang menjunjung tinggi metode
Selain metode diatas Ibnu Khaldun dalam buku Muqaddimahnya menjelaskan bahwa
14
b. Setelah pendidik memberikan problem-problem yang umum dari pengetahuan tadi baru
c. Pada langkah ketiga ini pendidik menyampaikan pengetahuan kepada anak didik secara lebih
terperinci dan menyeluruh, dan berusaha membahas semua persoalan bagaimapaun sulitnya agar
Ibnu Khaldun juga menyebutkan keutamaan metode diskusi, karena dengan metode ini
anak didik telah terlibat dalam mendidik dirinya sendiri dan mengasah otak, melatih untuk
berbicara, disamping mereka mempunyai kebebasan berfikir dan percaya diri. Atau dengan kata
lain metode ini dapat membuat anak didik berfikir reflektif dan inovatif. Lain halnya dengan
metode hafalan, yang menurutnya metode ini membuat anak didik kurang mendapatkan
dengan metode ini proses pengajaran akan lebih efektif dan materi pelajaran akan lebih cepat
ditangkap anak didik. Satu hal yang menunjukkan kematangan berfikir Ibnu Khaldun, adalah
prinsipnya bahwa belajar bukan penghafalan di luar kepala, melainkan pemahaman, pembahasan
dan kemampuan berdiskusi. Karena menurutnya belajar dengan berdiskusi akan menghidupkan
kreativitas pikir anak, dapat memecahkan masalah dan pandai menghargai pendapat orang lain,
disamping dengan berdiskusi anak akan benar-benar mengerti dan paham terhadap apa yang
dipelajarinya.
15
d. Pendidik
psikologis peserta didik. Pengetahuan ini akan sangat membantunya untuk mengenal setiap
individu peserta didik dan mempermudah dalam melaksanakan proses belajar mengajar. Para
Kemampuan ini akan bermanfaat bagi menetapkan materi pendidikan yang sesuai dengan
tingkat kemampuan peserta didik. Bila pendidik memaksakan materi di luar kemampuan peserta
didiknya, maka akan menyebabkan kelesuan mental dan bahkan kebencian terhadap ilmu
pengetahuan yang diajarkan. Bila ini terjadi, maka akan menghambat proses pencapaian tujuan
pendidikan. Oleh karena itu, diperlukan keseimbangan antara materi pelajaran yang sulit dan
Ibnu Kholdun menganjurkan agar para guru bersikap dan berperilaku penuh kasih sayang
kepada peserta didiknya, mengajar mereka dengan sikap lembut dan saling pengertian, tidak
menerapkan perilaku keras dan kasar, sebab sikap demikian dapat membahayakan peserta didik,
bahkan dapat merusak mental mereka, peserta didik bisa menjadi berlaku bohong, malas dan
bicara kotor, serta berpura-pura, karena didorong rasa takut dimarahi guru atau takut dipukuli.
Dalam hal ini, keteladanan guru yang merupakan keniscayaan dalam pendidikan, sebab
para peserta didik menurut Ibnu Kholdun lebih mudah dipengaruhi dengan cara peniruan dan
peneladanan serta nilai-nilai luhur yang mereka saksikan, dari pada yang dapat dipengaruhi oleh
16
Dalam melaksanakan tugasnya, seorang pendidik hendaknya mampu menggunakan
smetode mengajar yang efektif dan efisien. Ibnu Khaldun mengemukakan 6 (enam) prinsip
1) Prinsip pembiasaan
4) Prinsip kontinuitass
e. Peserta Didik
Peserta didik merupakan orang yang belum dewasa dan memiliki sejumlah potensi
(kemampuan) dasar yang masih perlu dikembangkan. Di sini peserta didik merupakan makhluk
Allah yang memiliki fitrah jasmani maupun rohani yang belum mencapai taraf kematangan baik
bentuk, ukuran, maupun perimbangan pada bagian- bagian lainnya. Dari segi rohaniah, ia
memiliki bakat, kehendak, perasaan, dan pikiran yang dinamis dan perlu dikembangkan.
a) Peserta didik bukan merupakan miniatur orang dewasa, akan tetapi memiliki dunianya sendiri.
Hal ini sangat penting untuk dipahami agar perlakuan terhadap mereka dalam proses
kependidikan tidak disamakan dengan pendidikan orang dewasa, bahkan dalam aspek metode,
mengajar, materi yang akan diajarkan, sumber bahan yang digunakan dan sebagainya.
17
b) Peserta didik adalah manusia yang memiliki diferensiasi periodesasi perkembangan dan
perkembangan yang pada umumnya dilalui oleh setiap peserta didik. Karena kadar kemampuan
peserta didik ditentukan oleh faktor-faktor usia dan periode perkembangan atau pertumbuhan
c) Peserta didik adalah manusia yang memiliki kebutuhan, baik menyangkut kebutuhan jasmani
d) Peserta didik adalah makhluk Allah yang memiliki perbedaan individual (diferensiasi
individual), baik yang disebabkan oleh faktor pembawaan maupun lingkungan di mana ia berada.
e) Peserta didik merupakan resultan dari dua unsur alam, yaitu jasmani dan rohani. Unsur
jasmani memiliki daya fisik yang menghendaki latihan dan pembiasaan yang dilakukan melalui
proses pendidikan. Sementara unsur rohani memiliki dua daya, yaitu daya akal dan daya rasa.
Untuk mempertajam daya akal maka proses pendidikan hendaknya melalui ilmu-ilmu rasional.
Adapun untuk mempertajam daya rasa dapat dilakukan melalui pendidikan akhlak dan ibadah.
f) Peserta didik adalah manusia yang memiliki potensi (fitrah) yang dapat dikembangkan dan
18
BAB III
IBNU KHALDUN
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat 4 faktor pendidikan yang ditawarkan Ibnu
Khaldun yakni tujuan, pendidik, peserta didik, metode pengajaran dan materi pendidikan. Semua
komponen pendidikan tersebut sesuai dengan konsep pemikiran para ahli pendidikan sekarang.
Namun, ada beberapa pemikiran beliau yang berbeda dengan para ahli pendidikan yakni tentang
tujuan pendidikan.
Disini pemikiran Ibnu Khaldun lebih kepada realistis. Bahwa pendidikan bukan hanya
untuk mengangkat derajat manusia. Namun, agar manusia mampu memperoleh penghasilan dan
menghasilkan industri-indutri untuk eksistensi hidup manusia selanjutnya. Selain itu, pemikiran
beliau tentang jangan berhenti terlalu lama dalam proses belajar, belum ditemukan dalam teori
para ahli pendidikan masa sekarang. Serta hal-hal yang menghambat proses pendidikan belumlah
berlaku pada masa sekarang yakni tentang banyaknya buku dan banyaknya ringkasan. Konsep
pemikiran Ibnu Khaldun juga sangat relevan dengan konsep pendidikan masa sekarang, dan
19
Keunikan pemikiran Ibnu Khaldun bila dibandingkan dengan ahli pendidikan pada
masanya bahwa apakah prestasi dan keberhasilan dalam pembelajaran - hingga kini masih
diperdebatkan- ditentukan oleh bawaan atau kemampuan hasil belajar, dan Ibnu Khaldun
BAB IV
PENUTUP
yangmengajarkan manusia untuk mencapai keselamatan dunia dan akhirat. Dalam politik,
manusiadituntut harus berusaha keras untuk mempertahakan dirinya dari serangan orang luar,
2. Dalam pemikiran lainnya Ibnu Khaldun mengatakan bahwa Negara itu menjadi penting
Dalam konteks tersebut dapat dijabarkan menjadi negara merupakan lembaga yangtepat untuk
mengatur urusan masyarakat dan mekanisme memilih pemimpin.Tanpa negara yang terorganisir
dengan baik maka kehidupan manusia akan menjadi tidak jelas dan bisa dikatakan sebagai
masyarakat anarki. Ibnu Khaldun berkata“State Must Have the Identity” karena adanya negara
itu muncul karena manusia, manusia disini merupakan makhluksosial yang tidak mungkin
bertahan hidup tanpa adanya bantuan dari orang lain. Atas dasar tersenutuntuk memenuhi
kebutuhan manusia diperlukan perasaan persatuan dan solidaritas yang kuat antarsesama. Jika
saya tadi banyak berbicara tentang masyarakat didalam sebuah negara tersebut, didalamsebuah
20
sejahtera, maka sebuah negara tersebut memerlukan pemimpin yang baik dan
keputusan.Jika seorang pemimpin tidak memiliki hati nurani atau tidak memiliki agama yang
sebagaifondasi hidupnya maka seorang pemimipin tersebut sangat mudah goyah, sehingga dapat
tersebut. Ketika sebuahnegara memiliki seorang pemimpin seperti itu maka masyarakatnya tidak
Ibnu khaldun adalah seorang filsuf sejarah yang berbakat dan cendekiawan terbesar pada
zamannya, salah seorang pemikir terkemuka yang pernah dilahirkan. Beliau adalah seorang
pendiri ilmu pengetahuan sosiologi yang secara khas membedakan cara memperlakukan sejarah
sebagai ilmu serta memberikan alasan-alasan untuk mendukung kejadian-kejadian yang nyata.
Menurut Ibnu Khaldun ilmu pendidikan bukanlah suatu aktivitas yang semata-semata
bersifat pemikiran dan perenungan yang jauh dari aspek-aspek pragmatis di dalam kehidupan,
akan tetapi ilmu dan pendidikan tidak lain merupakan gejala sosial yang menjadi ciri khas jenis
insane
a) Kitab Muqaddimah
21
e) Syifa ‘al syail li Tahdz.
a) menyiapkan seseorang dari segi keagamaan dengan memperkuat potensi iman, sebagaimana
e) menyiapkan seseorang dari segi pemikiran, sebab dengan pemikiran seseorang dapat
22
DAFTAR PUSTAKA
2015.
Amin, Husayn Ahmad, Seratus Tokoh dalam Sejarah Islam, Bandung: Rosda Karya, 1995.
http://id.wikipedia.org/wiki/Ibnu_khaldun
Fuad Baali dan Ali Wardi, Ibn Khaldun dan Pola Pemikiran Islam, Jakarta: Pustaka Firdaus, 2003.
Sulaiman, Fathiyah Hasan, 1987, Pandangan Ibnu Khaldun Tentang Ilmu dan Pendidikan,
[1]Jamil Ahmad, Seratus Muslim Terkemuka, Pustaka firdaus, 2003, hlm. 503.
[2] http://id.wikipedia.org/wiki/Ibnu_khaldun
[4] Fuad Baali dan Ali Wardi, Ibn Khaldun dan Pola Pemikiran Islam, ( Jakarta: Pustaka
23
[5] Syarifudin Jurdi, Sosiologi Islam Elaborasi Pemikiran Sosial Ibn Khaldun, (POKJA :’UIN
24