(Ibnu Khaldun)
DISUSUN OLEH:
MEISY PERMATA SARI
2230211007
DOSEN PENGAMPU:
PALEMBANG
2022
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan merupakan proses membimbing, membina, mengajarkan manusia agar
manusia dapat mengetahui berbagai hal, dan dapat mengetahui apa yang seharusnya
dilakukan olehnya sebagai mahluk yang disebut manusia, oleh karena itu pendidikan
merupakan kebutuhan setiap manusia, dengan adanya pendidikan manusia akan mampu
melakukan apapun yang dia inginkan, dengan pendidikan manusia dapat mengembangkan
potensi dalam dirinya serta mengembangkan akal pikirannya sehingga dalam melakukan
segala sesuatu manusia tidak mengalami kesalahan yang fatal. Pendidikan terhadap
manusia dipengaruhi oleh berbagai faktor yang diantaranya faktor keluarga, dan
lingkungan tempat manusia hidup dan bergaul.
Pendidikan yang baik akan menjadikan manusia tersebut baik pula dan sebaliknya
pendidikan yang buruk akan mengakibatkan buruk pula bagi manusia yang mengalaminya.
Pendidikan dapat terlaksana dengan baik manakala didalamnya terdapat faktor-faktor
pendidikan yang baik pula. Ibnu Khaldun dalam kitab Muqaddimahnya telah merumuskan
konsep-konsep tentang pendidikan.
Mengenai pendidikan banyak sekali pemikiran-pemikiran para cendikiawan
mengenai pendidikan terhadap manusia baik cendikiawan Islam ataupun cendikiawan non-
Islam. Pemikiran para ahli mengenai pendidikan sangat beragam, namun banyak pula
kesamaan pemikiran. Namun dalam tulisan ini penulis akan menganalisa satu pemikiran
pendidikan yaitu pemikiran seorang cendikiawan Islam yang karyanya sangat terkenal
yaitu Ibnu Khaldun. Dalam tulisan ini akan dijelaskan mengenai pemikiran Ibnu Khaldun
tentang pendidikan.
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang akan dibahas pada makalah ini yaitu:
1. Bagaimana riwayat hidup Ibnu Khaldun?
2. Bagaimana pemikiran Ibnu Khaldun tentang pendidikan?
3. Apa konsep dan tujuan pendidikan menurut Ibnu Khaldun?
C. Tujuan Makalah
Adapun tujuan dari makalah ini sebagai berikut:
1. Mengetahui riwayat hidup Ibnu Khaldun.
2. Mengetahui pemikiran Ibnu Khaldun tentang pendidikan.
3. Mengetahui apa konsep dan tujuan pendidikan menurut Ibnu Khaldun
BAB II
PEMBAHASAN
4
Ibid., hlm. 91.
5
Malik, op. cit.
Setelah berhasil, ia pergi ke Tilmisan. Tatkala Abu Hammu diusir oleh Sultan Abdul
Aziz (bani Marin), Ibnu Khaldun beralih berpihak kepada Abdul Aziz dan tinggal di
Baskarah. Namun dalam waktu singkat, Tilmisan kembali direbut oleh Abu Hammu.
Maka Ibnu Khaldun menyelalamatkan diri ke Fez pada 774 H (1372 M). Ketika Fez jatuh
ke tangan Sultan Abul Abbas Ahmad (776 H/1374 M). Ibnu Khaldun pergi ke Granada
untuk kedua kalinya. Tetapi sultan Bani Ahmar di Granada meminta Ibnu Khaldun untuk
meninggalkan wilayah kekuasaannya dan kembali ke Afrika Utara.
Sesampainya di Tilmisan, Ibnu Khaldun tetap diterima Abu Hammu, meskipun ia
sudah pernah bersalah kepada penguasa Tilmisan itu. la berjanji pada diri sendiri untuk
tidak terjun lagi dalam dunia politik. la akhirnya menyepi di Qalat Ibnu Salamah dan
menetap di sana sampai 780 H (1378 M). Disinilah ia mengarang kitab monumentalnya
Kitab al-'Ibar wa Diwan al-Mubtada' wa al-Khabar fi Ayyam al-'Arab wa al-'Ajam wa al-
Barbar, atau al-'lbar (Sejarah Umum), terbitan Cairo tahun 1284. Kitab ini (7 jilid) berisi
kajian sejarah, didahului oleh Muqaddimah (jilid I), yang berisi pembahasan tentang
masalah-masalah sosial manusia.6
Pada tahun 780 H (1378 M), Ibnu Khaldun kembali ke tanah airnya, Tunisia, untuk
menelaah beberapa kitab yang dibutuhkan sebagai bahan revisi atas kitab al-'Ibar. Pada
tahun 784 H (1382 M), ia berangkat ke Iskandaria (Mesir) dengan maksud menghindari
kekacauan dunia politik di Maghrib. Setelah sebulan di Iskandaria, ia pergi ke Cairo. Di
Cairo, para ulama dan penduduk menyambutnya dengan gembira. Di alAzhar ia
membentuk halaqah, memberi kuliah. Pada tahun 786 H, raja menunjuknya menjadi dosen
dalam ilmu fikih Mazhab Maliki di Madrasah al-Qamhiyah.
Beberapa waktu kemudian ia diangkat menjadi ketua pengadilan kerajaan. Tetapi
setahun kemudian, keluarganya mendapat musibah. Kapal yang membawa istri, anak-
anak, dan harta bendanya tenggelam tatkala merapat di Iskandaria. Maka ia mengundurkan
diri dari jabatannya, tetapi raja segera mengangkatnya kembali menjadi dosen di beberapa
madrasah, termasuk di Khanqah Beibers, semacam tarekat. Pada 789 H (1387 M), ia pergi
menunaikan ibadah haji dan kembali ke Cairo tahun berikutnya. Pada tahun 801 H 1399
(1399 M), Ibnu Khaldun memusatkan perhatiannya pada bidang hukum dengan
menduduki jabatan penting sebagai ketua pengadilan Mesir hingga akhir hayatnya pada
tahun 1406 di Cairo.7
6
Ibid.
7
Abdillah F Hasan, Tokoh-Tokoh Mashur Dunia Islam (surabaya: Jawara, 2007), hlm. 326.
Sebelumnya pada tahun 803 H (1401 M), ia ikut menemani sultan ke Damascus
dalam satu pasukan untuk menahan serangan Timur Lenk, penguasa Mogul. Setelah
kembali ke Kairo, ia kembali ditunjuk untuk menduduki jabatan ketua pengadilan
kerajaan, dan tetap dalam jabatan itu hingga akhir hayatnya. Selama di Mesir, Ibnu
Khaldun kembali merevisi dan menambah pasal kitab Muqaddimah (al-'Ibar). Peristiwa-
peristiwa terbaru dimasukkannya, demikian juga temuan-temuan ilmiahnya, seperti
konsep-konsep sosiologis.
Selain kitab al-'Ibar, Ibnu Khaldun juga menulis sejumlah kitab yang juga bernilai
sangat tinggi, di antaranya at-Ta'rif bi Ibn Khaldun, sebuah autobiografi, catatan dari kitab
sejarahnya. Ia juga-menulis sebuah kitab teologi, yaitu Lubab al-Muhassal fi Usul ud-Din,
yang merupakan ringkasan dari kitab Muhassal Afkar al-Mutaqaddimin wa al-
Muta'akhkhirin (karya Imam Fakhruddin ar-Razi) dan memuat pendapat-pendapatnya
tentang masalah teologi.8
8
Malik, op. cit.
9
Ali Abdul Wahid Wafi, Ibnu Khaldun Riwayat dan Karyanya (Jakarta: Grafiti Pers, 1985), hlm. 4.
10
Malik, op. cit.
tindak pidana yang tidak tercakup oleh hukum Islam. Ketika Sultan Abu Salim berhenti
jadi raja, berakhir pula karir Ibnu Khaldun di pemerintahan Bani Marin. Setelah itu,
berangkatlah ke Andalusia. Selama di Andalusia, Ibnu Khaldun pernah mendapat
kepercayaan sebagai utusan khusus atau duta besar untuk menyelesaikan masalah dengan
negara tetangga. Lebih satu tahun diemban jabatan ini, tiba-tiba mendapatkan jabatan
perdana menteri di Tunisia, dibawah pemerintahan Abu Abdullah.11
Di Tunisia, terjadi suksesi kepemimpinan dari Abu Abdullah ke Sultan Abu Abbas.
Sultan ini meminta Ibnu Khaldun untuk menyertainya dalam suatu ekspedisi militer.
Setelah selesai ekspedisi, Ibnu Khaldun berangkat ke tanah suci Mekkah untuk
menunaikan ibadah haji. Dia meninggalkan Tunisia, berlayar menuju Aleksandria Mesir,
pada tahun 1382 M. Dengan keberangkatannya dari Tunisia, berakhirlah karir politik dan
birokrasi Ibnu Khaldun di Afrika Barat Laut.
Berselang berapa hari sebelum kedatangan Ibnu Khaldun, di Mesir berlangsung
pengangkatan sultan yaitu Malik al-Zahir Burquq. Ibnu Khaldun segera dekat dengan
penguasa yang baru. Mula-mula ia diberi kesempatan untuk memberi kuliah di Universitas
al-Azhar. Ketika ada lowongan, ia diangkat oleh Sultan Burquq menjadi guru besar luar
biasa pada tanggal 19 Maret 1834.12 Di universitas tersebut, Ibnu Khaldun mengajar hadis
dan hukum Islam menurut Mazhab Maliki. Ia menguraikan teorinya tentang masyarakat,
‘ashabiyah, dasar-dasar kekuasaan negara, bangkit dan runtuhnya suatu negara, dan
masalah-masalah lain yang berhubungan dengan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Pelajaran-pelajaran itu membuktikan luasnya pendidikan dan kemahirannya dalam
mengajar.13
Di Kairo, Ibnu Khaldun diangkat sebagai dosen fiqh mazhab Maliki pada Lembaga
Pendidikan Qamhiyah. Para pejabat tinggi dan ulama diutus oleh Sultan Malik al-Zahir
Burquq untuk menghadiri kuliah perdana Ibnu Khaldun di lembaga itu. Para peserta sangat
kagum dengan penguasaan pada bidang keilmuan yang dipercayakan kepadanya.
Beberapa bulan kemudian, Ketika hakim agung Mazhab Maliki, Syekh Jamaluddin Abd
al-Rahman bin Sulaiman bin Khair Maliki, diberhentikan oleh Sultan, Ibnu Khaldun
diangkat menggantikannya.14
Ibnu Khaldun menerima kepercayaan sebagai hakim agung untuk Mazhab Maliki,
dengan penuh semangat, namun tanpa mengingat bahwa dia belum lama tinggal di Mesir.
11
Sjadzali, op. cit., hlm. 92.
12
Biyanto, Teori Siklus Peradaban : Perspektif Ibnu Khladun (Surabaya: Lpam, 2004), hln. 38.
13
A. Mukti Ali, Ibnu Chaldun Asal Usul Sosiologi (Yogyakarta: Yayasan Nida, 1997), hlm. 13.
14
Ali, op. cit.
Dia langsung melaksanakan reformasi dalam aparat dan pelaksanaan peradilan Mazhab
Maliki. Ini kemudian menimbulkan kemarahan orang-orang yang dirugikan, dan mereka
berhasil memfitnah Ibnu Khaldun sampai dipecat dari jabatan hakim agung, yang hanya
satu tahun diembannya. Setelah dipecat diangkat lagi untuk menduduki jabatan hakim
agung, sehingga terdapat akumulasi sebanyak lima kali memangku jabatan hakim agung.
24
Mhd Rasid Hamdi, “Pemikiran pendidikan islam ibnu khaldun 1332m,” n.d., hlm. 132-133.
25
Hamdi, op. cit.
b. Memperhatikan sifat-sifat dasar manusia
Konsep tentang manusia bahwa ia diciptakan Allah sebagai khalifah di muka
bumi ini dan untuk beribadah kepada Allah. Penciptaan itu dibekali dengan berbagai
macam fitrah manusia yang dimilikinya.
c. Tuntutan masyarakat
Tuntutan ini baik berupa pelestarian nilai-nilai budaya yang telah melembaga
dalam kehidupan suatu masyarakat maupun pemenuhan terhadap tuntutan kehidupan
dalam mengantisipasi perkembangan zaman.
d. Dimensi-dimensi kehidupan ideal
Islam Kehidupan ideal Islam adalah keseimbangan dan keserasian antara hidup
duniawi dan ukhrawi. Adanya keseimbangan antara kehidupan di dunia dan akhirat
dimaksudkan supaya kedua kepentingan ini menjadi daya tangkal terhadap pengaruh
negatif dari berbagai aspek kehidupan yang menggoda ketentraman hidup manusia baik
yang bersifat spiritual, sosial dan ekonomi dalam kehidupan pribadi manusia
BAB III
KESIMPULAN
Dapat kita ketahui Bersama bahwa Ibnu Khaldun adalah seorang penulis yang
terkenal pada zamannya, dan karyanya masih terkenal hingga sekarang. Adapun karya-
karya Ibnu Khaldun anatara lain, Kitab Muqaddimah Ibnu Khaldun, Kitab al-I’bar wa
Dhuan al-Mubtada’ wa al-Khabar fi Ayyam alA’rab wa al-‘Ajam wa al-Barbar wa man
‘Asharahiim min Dzawi alSuthan al-Akbar, dan kitab al-Ta’rif Ibnu Khaldun wa Rihlatuhu
Garban wa Syarqan,
Pada hakikatnya pendidikan menurut Ibnu Khaldun merupakan suatu yang natural
fitrah, pendidikan merupakan kebutuhan manusia yang alami, sama seperti naturalnya
kebutuhan manusia terhadap makanan. Naturalnya pendidikan ini tidak hanya bertepuk
sebelah tangan. Yakni tidak hanya dari insting manusia sebagai seorang subyek
pendidikan atau sebagai pribadi saja, tapi lingkungan sosial masyarakat juga di pandang
Ibnu Khaldun memiliki insting mendidik secara natural.
Untuk mencapai tujuan pendidikan, Ibnu Khaldun berpijak dari konsep pendekatan
filosofis keseimbangan, sehingga tercapai tujuan pendidikan yang ideal dan praktis. Dalam
tujuan pendiidkannya, Ibnu Khaldun menginginkan agar manusia menjadi manusia yang
sempurna (Insan Kamil), yakni sempurna dari segi lahir dan batin serta dapat menjadi
manusia yang selamat dunia akhirat.
DAFTAR PUSTAKA
Ali, A. Mukti. Ibnu Chaldun Asal Usul Sosiologi. Yogyakarta: Yayasan Nida, 1997.
Arifin, M. H. Ilmu Pendidikan Islam tinjauan teoritis dan praktis berdasarkan pendekatan
Interdispliner. Jakarta: PT Bumi Aksara, 2008.
Biyanto. Teori Siklus Peradaban : Perspektif Ibnu Khladun. Surabaya: Lpam, 2004.
Hamdi, Mhd Rasid. “Pemikiran pendidikan islam ibnu khaldun 1332m,” n.d., 121–36.
Malik, A Imam. “Dewan Redaksi Ensiklopedi Islam , Ensiklopedi Hukum Islam 3 (Jakarta:
PT Ichtiar Baru Van Hoeve, 1994), 139. 41” 3 (n.d.): 41–66.
Wafi, Ali Abdul Wahid. Ibnu Khaldun Riwayat dan Karyanya. Jakarta: Grafiti Pers, 1985.