DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 7
Nama NIM
2023/2024
PENDAHULUAN
2
3
1
Syamsul Kurniawan & Erwin Mahrus, Jejak Pemikiran Tokoh Pendidikan Islam, (Yogyakarta:
Ar-ruzz Media, 2011), hlm. 100.
4
5
2
Yanuar Arifin, Pemikiran Emas Para Tokoh Pendidikan IsIam, (Yogyakarta: IRCiSoD, 2018),
hlm. 312.
3
Ibid, hlm. 310.
6
4
Syamsul K, op. cit., hlm. 102.
7
5
Yanuar A, op. cit., hlm. 311.
6
Ibid, hlm. 312.
8
7
Ibnu Khaldun, Muqaddimah Ibnu Khaldun, (Jakarta: Pustaka Al Kautsar, 2011), hlm. 14.
9
sering berpindah tangan dari satu dinasti ke dinasti lain. Ibnu Khaldun pun
berperan dalam percaturan politik yang sarat dengan perebutan kekuasaan.
Beliau sering kali berpindah jabatan dan bergeser loyalitas dari seorang
penguasa ke penguasa lain dari dinasti yang sama. Jabatan pemerintahan
pertama yang cukup berarti baginya adalah menjadi keanggotaan majelis
ilmuwan Sultan Abu Inan dari Bani Marin di ibu kota negara itu, yaitu Fez.
Kemudian diangkat menjadi sekretaris Sultan dengan tugas mencatat semua
keputusan Sultan terhadap semua permohonan rakyat, juga dokumen-
dokumen lain yang diajukan kepada sultan. 8
Selama berada di Fez, Ibnu Khaldun masih terus belajar kepada para
ulama dan sastrawan dari Andalusia dan Tunisia. Beliau sering mendatangi
perpustakaan Fez yang dianggap sebagai perpustakaan terbesar dan
terlengkap ketika itu. Kesenangan menuntut ilmu serta terjun ke dunia politik
menjadi salah satu ambisinya untuk memegang jabatan penting agar bisa
mengusai dan memerintah suatu daerah.
Ambisi tersebut adalah untuk mengembalikan kejayaan masa lalu
kakeknya, bahwa ketika masa pemerintahan Bani Hafs, kakeknya yang
pertama memerintah di Tunisia dan kakeknya yang kedua memerintah di
Bijayah. Sebagaimana pemikir Islam lainnya, Ibnu Khaldun ikut serta
menyaksikan keruntuhan peradaban Islam yang sudah tidak lagi utuh seperti
pada masa-masa sebelumnya. Peradaban Islam yang dulunya mengalami
kejayaan, pada masa Ibnu Khaldun telah berubah menjadi negara-negara kecil
yang saling memusuhi. Hal ini terjadi diakibatkan oleh lemahnya
pemerintahan, sering terjadinya pemberontakan, perang antar etnis, serta
kerakusan Negara Eropa dalam menaklukkan wilayah-wilayah Arab Islam.
Hal tersebut secara otomatis mempengaruhi pemikiran Ibnu Khaldun.
Setelah berkarier politik dengan berbagai jabatan seperti penulis naskah
pidato sultan, duta keliling kerajaan, penasihat, dan sebagai hakim kepala
8
Sholikah & Ismail, "Pemikiran Politik Ibnu Kholdun (732 H-808 H/332 H-1406 M) ", Jurnal
Studi Keislaman, Vol. 9 No. 1(Maret, 2019), hlm. 68.
10
9
Ibid, hlm. 69.
11
kendala utama bagi Ibnu Khaldun ialah persaingan antara para pejabat tinggi
dan ilmuan, khususnya para ahli hukum, Karena itulah beliau berhasil difitnah
karena pernah melakukan reformasi hukum hingga dipecat dari jabatan
tersebut, ternyata kehidupan Ibnu Khaldun di Mesir pun selalu mengalami
pasang-surut, sebagaimana beliau pernah di penjarakan dalam karier
politiknya.
10
Yanuar A, op. cit., Hal. 313.
11
Komarudin, "Pendidikan Perspektif Ibnu Khaldun", Jurnal Pendidikan dan Dakwah, Vol. 4 No.
1, (Januari, 2022), hlm. 28
12
2. Tujuan Pendidikan
Tujuan Pendidikan merupakan batas yang diinginkan yang pada
akhirnya akan dicapai melalui upaya pendidikan. Menurutnya, tujuan
pendidikan adalah perubahan yang dikehendaki yang diupayakan oleh
proses pendidikan, baik dalam tingkah laku individu maupun dalam
kehidupan pribadi seseorang, kehidupan sosial, dan alam kehidupan
12
Siti Rohmah. "Relevansi Konsep Pendidikan Islam Ibnu Khaldun Dengan Pendidikan
Modern." Edukasia Islamika, Vol. 10 No. 2 (2012), hlm. 269.
13
Riri Nurandriani dan Sobar Alghazal. "Konsep Pendidikan Islam Menurut Ibnu Khaldun dan
Relevansinya dengan Sistem Pendidikan Nasional." Jurnal Riset Pendidikan Agama Islam (2022),
hlm 29.
13
14
Syamsul K, op, cit, hlm, 107.
15
Muhammad Insan Jauhari. "Konsep pendidikan Ibnu Khaldun dan relevansinya terhadap
pendidikan di era modern." Al-Manar: Jurnal Komunikasi Dan Pendidikan Islam, Vol. 9 No. 1
(2020), hlm. 195
14
Klasifikasi Ilmu yang telah dibuat oleh Ibnu Khaldun tersebut, dapat
dasar untuk mengetahui dengan jelas bahwa pemikirannya tentang
kurikulum (materi pendidikan) memiliki karakteristik tersendiri.
4. Metode Pengajaran
Ibnu khaldun telah banyak mengemukakan metode dalam proses
pendidikan di antaranya adalah pada pandangan Ibnu Khaldun seorang
pengajar dalam kuliahnya harus menjalani tiga tahap atau uraian. Pada
uraian pertama cukup ia memberi ide yang umum dan ringkas tentang
perkara yang ingin di perkuliahkannya. Kemudian kembali ia
menguraikannya untuk kedua kali dimana diuraikannya lebih jelas
daripada yang pertama mengandung penjelasan tentang perkara itu
berpindah dari pandangan secara umum secara rinci, menyebutkan titik
perbedaan pendapat para ahli dalam perkara tersebut. Kemudian pada
tahap ketiga diuraikan perkara itu lebih mendalam dan menyeluruh, tidak
ada suatu perkara rumit atau kabur yang tidak dijelaskannya.
Ibnu Khaldun memandang sangat penting sekali metode secara
bertingkat ini, dan sangat besar faedahnya dalam upaya menjelaskan dan
memantapkan ilmu ke dalam jiwa anak serta memperkuat kemampuan
jiwanya untuk memahami ilmu. Tujuan mempelajari ilmu tersebut adalah
kemahiran anak dalam mengamalkan serta mengambil manfat dalam
kehidupan seharihari, alasan pengulangan sampai ketiga kali pengulangan
ini adalah agar anak siap memahami ilmu pengetahuan atau seni secara
bertahap. 17
Ibnu Khaldun juga mengkritik para pendidik (guru) yang tidak
memahami metode mengajar dengan baik, misalnya memaksa anak untuk
memforsir tanaga dan pikirannya. Maka beliau menyarankan agar tidak
16
Riri N, op. cit., hlm 30
17
Siti R. op. cit., hlm 272
16
18
Muhammad Insan J, op.cit., hlm 199
KESIMPULAN
17
DAFTAR PUSTAKA
18