Anda di halaman 1dari 6

A.

Jamaluddin Al-Agfani
Nama asli Jamaluddin Al-Afghani adalah Muhammad bin Safdar,
lahir di Kabul, Afganistan pada tahun 1254 H-1314 H/1839 M-1897M.
Keluarganya adalah keturunan orang ternama dan sangat berpengaruh,
yaitu al-Tirmizi keturunan Husen bin Ali.4 Pada umur 18 tahun dia
mempelajari cabang-cabang ilmu pengetahuan Islam dan filsafat serta ilmu
pasti. Ia pernah tinggal di India untuk beberapa tahun kemudian ia
melaksanakan ibadah haji ke Makkah pada tahun 1273 H./1857M.
Sekembalinya dari melaksanakan ibadah haji ia langsung kembali ke
Afganistan dan menjabat sebagai pembantu Amir Dust Muhammad Khan,
untuk mengobarkan kampanyenya di bidang politik. Pada tahun 1285 dia
kembali melaksanakan ibadah haji untuk kedua kalinya, kemudian pergi
ke Kairo untuk mengadakan kontak dengan al-Azhar. Di sana ia
mengadakan perkuliahan privat, dan tahun 1287 H ia mengunjungi
Konstantinopel sebuah kota yang begitu memberi sambutan yang sangat
hangat terhadapnya.1
Pemikiran-pemikiran Muhammad ibnu Abd al-Wahhab yang mempunyai
pengaruh pada perkembangan pemikiran pembaharuan di abad ke-19,358
yaitu:
1. hanya Al-Quran dan hadislah yang merupakan sumber asli dari ajaran-
ajaran Islam. Pendapat ulama tidak merupakan sumber.
2. Taklid kepada ulama tidak dibenarkan.
3. Pintu ijtihad terbuka dan tidak tertutup.2
B. Muhammad Abduh
Muhammad Abduh adalah seorang pemikir, teolog, dan pembaru
dalam Islam di Mesir yang hidup pada akhir abad ke-19 dan awal abad ke-
20. Kapan dan di mana Muhammad Abduh lahir tidak diketahui secara
pasti, karena ibu bapaknya adalah orang desa biasa yang tidak
mementingkan tanggal dan tempat lahir anak-anaknya. Tahun 1849 M /
1265 H adalah tahun yang umum dipakai sebagai tanggal lahirnya.3 Ia
lahir di suatu desa di Mesir Hilir, diperkirakan di Mahallat Nasr. Bapak
Muhammad Abduh bernama Abduh Hasan Khairullah, berasal dari Turki
yang telah lama tinggal di Mesir. Ibunya berasal dari bangsa Arab yang
silsilahnya meningkat sampai ke suku bangsa Umar ibn al-Khattab.
Muhammad Abduh di suruh belajar menulis dan membaca setelah
mahir, ia diserahkan kepada satu guru untuk dilatih menghafal Al-Qur'an.
Hanya dalam masa dua tahun, ia dapat menghafal Al-Qur'an secara
keseluruhan. Kemudian, ia dikirim ke Tanta untuk belajar agama di Masjid
1
Arbi Mulya Sirait, “Jamaluddin Al-Afghani Dan Karir Politiknya,” Intelektual: Jurnal Pendidikan
Dan Studi Keislaman 10, no. 2 (August 16, 2020): 170, https://doi.org/10.33367/ji.v10i2.1291.
2
Ratu Suntiah and Maslani, Sejarah Peradaban Islam (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2017), 206.
Syekh Ahmad di tahun 1862, setelah dua tahun belajar, ia merasa tidak
mengerti apa-apa karena di sana menggunakan metode menghafal. Ia
akhirnya lari meninggalkan pelajaran dan pulang ke kampungnya dan
berniat bekerja sebagai petani. Tahun 1865 (usia 16 tahun) iapun menikah.
Baru empat puluh hari menikah, ia dipaksa untuk kembali belajar ke
Tanta. Iapun pergi, tapi bukan ke Tanta. Dia bersembunyi di rumah salah
seorang pamannya, Syekh Darwisy Khadr. Syekh Darwisy tahu
keengganan Abduh untuk belajar, maka ia selalu membujuk pemuda itu
supaya membaca buku bersama-sama. Setelah itu, Abduhpun berubah
sikapnya sehingga kemudian ia pergi ke Tanta untuk meneruskan
pelajarannya.5 Selepas dari Tanta, ia melanjutkan studi di al-Azhar dari
tahun 1869-1877 dan ia mendapat predikat “alim”. Di sanalah ia bertemu
dengan Jamaluddin al-Afghani yang kemudian menjadi muridnya yang
paling setia. Dari al-Afghani yang kemudian belajar logika. Filsafat,
teologi dan tasawuf.3

Pemikiran-pemikiran Muhammad Abduh antara lain meliputihal-hal


berikut

1. Bidang Pendidikan
Abduh menentang dualisme pendidikan yang memisahkan antara
pendidikan agama dari pendidikan umum
2. Bidang Politik
Abduh menganggap perlu adanya pembatasan kekuasaan suatu
pemerintahan dan perlunya kontrol sosial dari rakyat terhadap
penguasa
3. Taklid dan Ijtihad
Abduh mengecam taklid dan menyerukan ijtihad karena
keterbelakangan dan kemunduran Islam disebabkan oleh pandangan
dan sikap jumud di kalangan umat Islam.
Muhammad Abduh berhasil memasukkan ilmu pengetahuan umum ke
dalam kurikulum al-Azhar, seperti ilmu ukur, ilmu bumi, matematika, dan
aljabar. Pengaruh yang ditinggalkan Abduh pada generasi berikutnya
menggerakkan al-Azhar untuk menata kembali metode pengajarannya
Pemikiran-pemikirannya berpengaruh bukan hanya terasa di Mesir, namun
bergema ke bagian dunia Islam pada umumnya, terutama dunia Arab
termasuk Indonesia melalui karangan-karangan beliau sendiri dan tulisan-
tulisan murid-muridnya. Pemikiran Abduh memengaruhi gerakan

3
Nurlaelah Abbas, “MUHAMMAD ABDUH : KONSEP RASIONALISME DALAM ISLAM,” Jurnal
Dakwah Tabligh 15, no. 1 (2014): 53, https://doi.org/10.24252/jdt.v15i1.338.
pembaharuan di Indonesia yang dicetuskan oleh Muhammadiyah dan al-
Irsyad.4

C. Muhmmad Iqbal
Nama lengkap tokoh yang dikaji pemikirannya dalam artikel
ini adalah Muhammad Iqbal bin Muhammad Nur bin Muhammad
Rafiq. Iqbal lahir di kota bernama Sialkot, sebuah kota peninggalan
Dinasti Mughal India pada 22 Februari 1873. Dalam setting sosial
India saat Iqbal dilahirkan, keluarganya berasal dari kasta Brahma
Kasymir. Selain oleh keluarganya, kepribadian dan pengetahuan dan
ketrampilan keagamaan Iqbal kecil ditempa dengan bimbingan Maulana
Mir Hasan, seorang guru dan sastrawan sastra Persia dan bahasa arab, dan
merampungkan studinya tahun 1895. Di tahun itu pula Iqbal pergi ke
Lahore, salah satu kota di India yang menjadi pusat kebudayaan,
pengetahuan dan seni. Di kota ini ia bergabung dengan perhimpunan
sastrawan yang sering diundang musyara’ah, yakni pertemuan-
pertemuan di mana para penyair membacakan sajak-sajaknya. Ini
merupakan tradisi yang masih berkembang di Pakistan dan India hingga
kini. Iqbal memperoleh gelar Bachelor of Arts (sarjana muda) pada tahun
1897 dari Government College. Sambil menyelesaikan pendidikan
sarjananya, Iqbal mengajar filsafat di Oriental Collegehingga kemudian
langsung mengambil program Master of Arts dalam bidang filsafat, di
mana saat itulah ia bertemu dengan Sir Thomas Arnold, seorang orientalis
Inggris terkenal dan menjadi dosen filsafat Islam di Government College.
Gelar MA dari Government College ini diperoleh pad tahun 1899.
Perkenalan dan pergaulan Iqbal muda dengan Arnold menjadi titik
penting bagi perjalanan intelektualnya di masa-masa selanjutnya. Bahkan
Sir Thomas Arnold, menurut Abdul Wahhab Azzam, tidak hanya berjasa
bagi Iqbal semata namun juga bagi umat Islam secara keseluruhan.5
Pemikiran pembaharuan Muhammad Iqbal secara garis besar terdiri dari
tiga bidang berikut
1. Keagamaan
Muhammad Iqbal memandang bahwa kemunduran umat Islam
disebabkan oleh kebekuan umat Islam dalam pemikiran dan ditutupnya
pintu ijtihad. Islam menurutnya mengajarkan dinamisme, Al-Quran
senantiasa menganjurkan pemakaian akal terhadap ayat atau tanda
yang terdapat dalam alam seperti matahari, bulan, pertukaran siang
4
Suntiah and Maslani, Sejarah Peradaban Islam, 209–10.
5
Syarif Hidayatullah and Syarif Hidayatullah, “Perspektif Filosofis Sir Muhammad Iqbal Tentang
Pendidikan Islam,” Jurnal Pendidikan Islam 2, no. 2 (2013): 421–22,
https://doi.org/10.14421/jpi.2013.22.419-440.
menjadi malam dan sebagainya. Oleh karenanya, ijtihad dianggap
sebagai prinsip yang dipakai dalam soal gerak dan perubahan dalam
hidup sosial manusia sehingga ijtihad mempunyai kedudukan penting
dalam pembaharuan dalam Islam.
2. Pendidikan
Muhammad Iqbal tidak menjadikan Barat sebagai model
pembaharuannya karena menolak kapitalisme dan imperialisme, yang
dipengaruhi oleh materialisme dan telah mulai meninggalkan agama.
Namun yang harus diambil umat Islam dari Barat hanyalah ilmu
pengetahuannya.
3. Politik
Muhammad Iqbal memandang bahwa India pada hakikatnya tersusun
dari dua bangsa, Islam dan Hindu. Umat Islam India harus menuju
pada pembentukan negara tersendiri, terpisah dari Negara Hindu di
India, sehingga beliau dipandang sebagai Bapak Pakistan.
Pemikiran-pemikiran Muhammad Iqbal memengaruhi dunia Islam pada
umumnya, terutama dalam pembaharuan di India. la menimbulkan paham
dinamisme di kalangan umat Islam India dan menunjukkan jalan yang
harus mereka tempuh untuk masa depan, agar umat Islam minoritas di
anak benua itu dapat bertahan hidup dari tekanan luar dengan terwujudnya
republik Pakistan.6

D. Muhammad Rasyid Ridha


Sayyid Muhammad Rasyid Ridha dilahirkan di Qalamun wilayah
pemerintahan Tarablus Syam pada tahun 1282 H/1865 M. Qalamun adalah
sebuah desa yang terletak di pantai Laut Tengah, sekitar tiga mil dari Kota
Libanon. Saat itu Libanon merupakan bagian dari wilayah Kerajaan Turki
Utsmani (Athaillah, 2006). Nama lengkap Rasyid Ridha adalah
Muhammad Rasyid Ibn Ali Ridha Ibn Muhammad Syamsuddin Ibn
Muhammad Bahauddin Ibn Manla Ali Khalifah. Keluarganya dari
keturunan terhormat berhijrah dari Bagdad dan menetap di Qalamun.
Kelahirannya tepat pada 27 Jumadil Tsani tahun 1282 H/18 Oktober tahun
1865 M (Imarah, 2005). Ia tokoh pembaharu Arab. Putra dari Ali bin Abu
Thalib dan Fatimah putri Rasurullah SAW. Pemikiran pembaharuan
Rasyid Ridha mutlak harus dilakukan karena jika tidak dilakukan, umat
Islam tetap berada dalam masa penindasan dan akan menjadi umat yang
terlantar. Terdapat beberapa faktor yang menyebabkan umat Islam lemah
dan jatuh ketinggalan dari orang Barat, salah satunya yaitu masuknya
6
Suntiah and Maslani, Sejarah Peradaban Islam, 212–13.
ajaran-ajaran yang tampak seperti ajaran Islam tetapi sebenarnya bukan.
Hal tersebut yang menyebabkan Islam melakukan ajaran yang tidak sesuai
dengan ajaran Islam yang sesungguhnya. Menurutnya umat Islam dapat
mengejar ketinggalan dari bangsa barat jika mereka kembali kepada ajaran
Islam yang sebenrnya seperti yang telah diajarkan oleh Nabi Muhammad
SAW7
Pemikiran pembaharuan Muhammad Rasyid Ridha secara garis besar
dapat dikelompokkan menjadi tiga bidang
1. Keagamaan
Menurut Rasyid Ridha bahwa kemunduran yang diderita umat Islam
karena mereka tidak mengamalkan ajaran Islamn yang sebenarnya,
mereka telah menyeleweng dari ajaran tersebut. Untuk itu, umat Islam
harus dikembalikan pada ajaran Islam yang semestinya, bebas dari
segala bid'ah, sederhana dalam ibadah dan muamalah. Ia juga
menganjurkan pembaharuan dalam bidang hukum yakni penyatuan
mazhab.
2. Pendidikan
Rasyid Ridha mengajukan pengajaran ilmu-ilmu pengetahuan umum
dengan ilmu-ilmu agama Islam di sekolah-sekolah. Maka kurikulum
yang ada perlu dimasukkan teologi, pendidikan moral, sosiologi, ilmu
bumi, sejarah, ekonomi, ilmu hitung, ilmu kesehatan, bahasa asing,
dan ilmu kesejahteraan keluarga, di samping ilmu-ilmu agam seperti
tafsir, fikih, hadis, dan sebagainya yang biasa diajarkan di sekolah-
sekolah tradisional.
3. Politik
Menurut Rasyid Ridha bahwa paham nasionalisme bertentangan
dengan ajaran persaudaraan seluruh umat Islam (ukhuwwah
Islamiyyah). Persaudaraan dalam Islam tidak mengenal adanya
perbedaan bahasa, tanah air, dan bangsa.
Muhammad Rasyid Ridha banyak dipengaruhi oleh ide-ide Jamaluddin al-
Afghani dan Muhammad Abduh melalui majalah al-Urwah al-Wustqa.
Majalah tersebut mengadakan pembaharuan di bidang agama, sosial, dan
ekonomi, memberantas takhayul dan bid'ah, menghilangkan paham
fatalisme, dan paham-paham yang dibawa tarekat-tarekat tasawuf,
meningkatkan mutu pendidikan, dan membela umat Islam dari permainan
politik Negara Barat. Majalah tersebut mendapat sambutan hangat bukan
hanya di Mesir atau negara-negara Arab sekitarnya saja, namun sampai ke

7
Ayu Ningsih, “Pembaharuan Pendidikan Islam (Studi Pemikiran Muhammad Abduh Dan Rasyid
Ridha),” Jurnal Penelitian Agama 22, no. 1 (June 17, 2021): 95,
https://doi.org/10.24090/jpa.v22i1.2021.pp87-101.
Eropa, bahkan ke Indonesia. Majalah itu berakhir karena kendala yang
diciptakan para kolonialis Eropa.8

8
Suntiah and Maslani, Sejarah Peradaban Islam, 210–11.

Anda mungkin juga menyukai