Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN

A.    LATAR BELAKANG

Dalam mempelajari suatu agama, aspek yang pertama kali harus dikaji

adalah konsep ketuhanannya. Dari konsep ketuhanan akan diketahui watak dan

nilai agama tersebut serta dampaknya bagi kehidupan. Sebab konsep ketuhanan

merupakan titik sentral yang menjadi landasan dan sumber pemikiran serta

tindakan, dan menjadi tujuan tempat kembali bagi pemeluk agama yang

bersangkutan.

Dalam Islam kajan-kajian yang banyak membahas mengenai ketauhidan

(ketuhanan) disebut Ilmu Kalam yakni meyakini Tuhan yang esa dan meyakini

sifat-sifatNya. Allah SWT berfirman yang artinya; “Katakanlah Dia lah Allah

yang Maha Esa(1) Allah tempat bergantung (2) Dia tidak beranak dan tidak pula

diperanakan (3) dan tidak ada sesuatu pun yang setara dengan Dia (4)” (QS. Al-

ikhlas 1-4). Adapun hadits Nabi SAW tentang ilmu kalam yaitu hadits yang

diriwayatkan dari Abu Hurairah RA mengatakan bahwa Rasulullah

bersabda”Orang-orang yahudi akan terpecah belah menjadi tujuh puluh dua

golongan dan umatku akan terpecah menjadi tujuh puluh golongan.”

Pada saat ini paham aliran islam sudah mulai banyak bermunculan

disekitar lingkungan kita yang terkadang dapat memicu pertikaian jika kita tidak

bijaksana dalam menyikapinya. Pasca Rasulullah SAW wafat, mulai banyak aliran

islam yang bermunculan dan itupun terus berlanjut beserta dengan perkembangan

1
yang dialami oleh masing-masing aliran tersebut. Hingga pada masa modernpun

aliran-aliran pemikiran Islam terus berkembang dan bertambah.

Dalam makalah ini kami memaparkan mengenai ilmu kalam modern yang

masih terasa perkembangannya saat ini. Fokus pembahasan kami pada makalah

ini adalah pemikiran Muhammad Abduh dan Muhammad Iqbal, dimana

pemikiran mereka telah membawa perubahan bagi perkembangan Islam dan tidak

sedikit yang mengikutinya. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para

pembaca sekalian. Aamiin

B.     Rumusan Masalah

1.  Apakah pengertian ilmu kalam modern?

2. Bagaimana pemikiran kalam Muhammad Abduh?

3. Bagaimana pemikiran kalam Muhammad Iqbal?

C.     Tujuan Penulisan Makalah

1. Agar memahami makna dari ilmu kalam modern

2. Mengenal sosok pembaharu Muhammad Abduh dan Muhammmad Iqba

serta mengetahui pemikiran-pemikiran kalam keduanya.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pengertian ilmu kalam modern

Istilah ilmu kalam terdiri dari dua kata ilmu dan kalam. Kata ilmu dalam

Kamus Besar Bahasa Indonesia, mengandung arti pengetahuan tentang sesuatu

bidang yang disusun secara bersistem menurut metode tertentu.1 Sedangkan kalam

adalah Bahasa Arab yang berarti kata-kata. Walaupun dikatakan ilmu tentang

kata-kata, namun ilmu ini tidak ada sangkut pautnya sama sekali dengan Ilmu

Bahasa.Ilmu Kalam menggunakan kata-kata dalam menyusun argumen-argumen

yang digunakannya. Oleh sebab itu kalam sebagai kata bisa mengandung arti

perkataan manusia bisa pula perkataan Allah.

Dengan demikian secara definisi atau ta’rif Ilmu Kalam juga disebut

dengan Ilmu Tauhid. Kata tauhid mengandung arti satu atau Esa. Masalah keesaan

Tuhan dalam pandangan islam, sebagai agama monoteisme, merupakan masalah

pokok dalam akidah, dan masalah ini pulalah yang menjadi pembahasan

terpenting dari Ilmu Tauhid.

Seiring dengan berjalannya waktu dari masa ke masa fenomena peradaban,

kultural, dan realitas sosial akan mengalami perubahan. Apalagi dilihat dari

pandangan ajaran islam sendiri, perubahan merupakan sunnatulah yang pasti

terjadi dan tak bisa di hindari. Pemikiran-pemikiran islam, khususnya kalam

dalam pertemuannya dengan peradaban barat melahirkan pembaharu-pembaharu

yang akan menyikapi problematika tersebut.

1 Pusat Bahasa, Kamus Umum Bahasa Indonesia

3
B.     Pemikiran Muhammad Abduh

1.      Riwayat Singkat Muhammad Abduh

Muhammad Abduh lahir di Mahaalat Nasr, Mesir pada tahun 1849 dan

wafat pada 1905. Ayahnya bernama Abduh Hasan Khairulah yang berdarah Turki

yang lama menetap di Mesir. Ibunya berdarah Arab asli. Pendidikan awalnya

dilakukan di rumah dengan membaca, menulis, dan menghafal Al-Qur’an. Dalam

waktu yang relative singkat, yakni dua tahun Abduh remaja sudah hafal Al-

Qur’an.

Pada 1862 ketika itu ia berusia 14 tahun ia dikirim ke Tanta untuk belajar

agama, dua tahun kemudian ia merasa tidak mengerti apa-apa karena

disanamenggunakan metode menghafal. Metode belajar sepeti ini sangat

membosankan bagi Abduh remaja,lalu ia kembali ke kampung halaman. Pada

tahun 1865 (usia 16 tahun). Baru empat puluh hari menikah, ia dipaksa untuk

kembali belajar ke Tanta. Ia pun pergi,namun bukan ke Tanta. Dia bersembunyi

disalah seorang pamannya, Syekh Darwish Khadr. Syekh Darwish Khadr tahu

tentang keengganan Abduh untuk belajar, maka ia selalu membujuk pemuda itu

4
supaya membaca buku bersama-sama. Setelah itu, Abduh pun berubah sikapnya

sehingga kemudiania pergi ke Tanta untuk meneruskan pelajarannya.

Dari tahun 1869-1877 ia studi di Al-Azhar dan ia mendapatkan predikat

“alim”. Disana ia bertemu dengan jamaluddin al-Afghani dan menjadi muridnya

yang paling setia. Pada 1879, Abduh dibuang keluar kota Kairo karena dituduh

turut berperan dalam mengadakan gerakan Khadewi Taufik. Hanya setahun ia

dibuang, pada tahun 1880 ia boleh kembali dan kemudian diangkat menjadi

redaktur surat kabar resmi pemerintah Mesir. Diakhir tahun 1882, ia lagi-lagi

dibuang. Tapi kali ini dibuang keluar negeri dan ia memutuskan pergi ke Beirut.

Baru setahun di Beirut, dia diundang oleh Jamaluddin al-Afghani supaya

datang ke Paris guna membentuk gerakan al-Urwah al-Wasqa. Dari gerakan ini

kemudian lahirlah majalah yang terkenal Al-Uswah al-Wutsqa. Sesudah itu

kemudian ia kembali ke Beirut pada 1885 M. di Kota ini, ia pusatkan

perhatiannya pada ilmu dan pendidikan. Ia mengajar di Madrasah Sultaniah

tersebut menjadi dasar dari bukunya yang sangat terkenal, Risalah al-Tauhid.

Sekembalinya dari pembuangan, di akhir tahun 1888, ia mulai berkarir

sebagai hakim Pengadilan Negeri dan kemudian menjadi penasihat Mahkamah

Tinggi. Disela- sela kesibukannya sebagai hakim, ia berusaha memperbaiki

pendidikan al-Azhar. Ia ingin membawa ilmu ilmu modern yang sedang

berkembang di Eropa ke al-Azhar. Usahanya tidak berjalan mulus bahkan

usahanya kandas. Banyak tantangan dari para ulama yang berpegang pada tradisi

lama. Pada 1899, ia diangkat menjadi Mufti Mesir. Ditahun yang sama, ia juga

diangkat menjadi anggota majlis syura.

5
2.      Pemikiran kalam Muhammad Abduh

a.       Kedudukan Akal dan fungsi wahyu

Muhammad Abduh berpendapat bahwa jalan yang dipakai untuk

mengetahui Tuhan bukanlah melalui wahyu saja tetapi dengan akal. Dengan

kekuatan akal yang ada dalam diri manusia, manusia berusaha mengetahui

tentang adanya Allah. Pengetahuan yang sudah diperoleh oleh akal itu

kemudian diperkuat dengan turunnya wahyu kepada umat manusia melalui

perantara utusan Allah, yakni para Nabi dan Rasul. Sementara itu fungsi

wahyu menurut Muhammad Abduh adalah meliputi memberi keyakinan

kepada manusia bahwa jiwa akan terus hidup setelah tubuh jasmani hancur,

menolong akal untuk mengetahui keadaan hidup manusia diakhirat dan

memberi tuntunan cara bersyukur dengan tatacara beribadah. 

b.      Mengikis sikap jumud dan khurafat

Menurut Muhammad Abduh, penyebab kemunduran umat Islam pada

akhir abad pertengahan adalah sikap jumud. Dalam sikap ini mengandung arti

sikap membeku, statis, berpegang teguhu pada adat. Karena dipengaruhi

sikap jumud umat islam tidak mau menerima perubahan.2 Timbulnya sikap

jumud berawal dari tradisi orang-orang non islam yang kemudian masuk

Islam dengan tetap membawa adat istiadat dan membawa adat istiadat dan

paham-paham animistis.

c.       Pintu ijtihad tidak tertutup

Muhammad Abduh pada mulanya bermazhab Maliki, tetapi di al-

Azhar ia mempelajari Madzhab Hanafi. Ia menghargai semua madzhab, tetapi


2 Harun Nasution, Ensiklopedia Islam Indonesia, hlm. 7.

6
ia tidak mau terikat pada salah satu daripadanya. Madzhab menurut

pendapatnya adalah jalan yang di tempuh ulama masa lalu dalam memahami

Al-Qur’an dan Hadis.

Dalam sejarah pemikiran Islam, ijtihad telah banyak digunakan.

Ijtihad dalam arti berusaha keras untuk mencapai atau memperoleh sesuatu.

Dalam istilah fikih, ijtihad berarti berusaha keras untuk mengetahui hukum

sesuatu melalui dalil-dalil agama. Dr. Muhammad al – Ruwaihi juga

menjelaskan bahwa di masa-masa akhir ini timbul berbagai pendapat tentang

Islam, baik di Barat, Timur maupun Pada orang Arab serta orang Islam itu

sendiri. “pendapat-pendapat orang itu merupakan ijtihad, baik secara

perseorangan maupun secara kolektif,yang akan memperoleh pahala sesuai

dengan benar atau salahnya ijtihad itu”. Ijtihad yang dimaksud Muhammad

Abduh kelihatannya bukan sekedar fikih, tetapi dalam aspek-aspek lainnya

sebagaimana ungkapan diatas.

d.      Pendidikan

Ide pembaharuan lainnya dalam bidang pendidikan ialah merombak

sistem dualisme pendidikan. Menurutnya disekolah-sekolah umum harus

diajarkan agama, sedangkan disekolah-sekolah agama harus diajarkan ilmu

pengetahuan modern.

e.       Politik

Dalam bidang politik, Muhammad Abduh berpendapat bahwa

kekuasaan negara harus dibatasi oleh konstitusi. Pemerintah wajib bersikap

7
adil terhadap rakyat. Sebaliknya terhadap pemerintah yang adil rakyat harus

patuh dan setia. Muhammad Abduh menghendaki kehidupan politik yang

demokratis yang didasarkan atas musyawarah.

Karena menurutnya kepala negara adalah manusia biasa yang

mempunyai nafsu, ia dapat berbuat salah. Untuk meluruskan kesalahan itu

diperlukan kesadaran dan keberanianrakyat yang berfungsi sebagai alat

control, ide ini menggambarkan bahwa Muhammad Abduh ingin

menanamkan nilai-nilai demokratis di Mesir khususnya. Sikap demokratis

akan melahirkan kebebasan berpikir dan bertindak yang pada perkembangan

selanjutnya akan menumbuhkan sikap dinamisdan akan membuahkan

kemajuan.

C.     Pemikiran Muhammad Iqbal

1.      Riwayat singkat Muhammad Iqbal

Nama lengkapnya adalah Muhammad Iqbal Muhammad Nur Muhammad

Rafiq. Lahir pada tahun 1877 M, di Siyalkut di provinsi Punjab, India. Ayahnya

adalah seorang sufi. Karena ayahnya mrlihat Muhammad Iqbal selalu membaca

8
Al-Qur’an,Ayahnya berkata ”jika kamu ingin memahami Al-Qur’an, maka

bacalah selalu Al-Qur’an. Saya melihat Al-Qur’an itu seperti diturunkan

kepadamu.”

Guru dan teman ayahnya yang bernama Mir Hasan, memprediksi

Muhammad Iqbal bahwa dirinya akan memperoleh masa depan yang cerah.

Gurunya mengharapkan agar Muhammad Iqbal gemar mempelajari peradaban

Islam dan memperkuatnya. Gurnya juga memperkuat dirinya dengan aqidah Islam

yang benar. Dia masuk ke Universitas Lahore dan berhasil memperoleh ijazah S.

1 dan S. 2. Gelar Doktornya dalam bidang filsafat diperoleh dari Universitas

Cambridge di London. Dia juga memperoleh sertifikat Advokasi dari Universitas

London. Kemudian dia berprofesi sebagai pengacara di negaranya.

Dia adalah ketua Organisasi Perlindungan Islam dan ketua Partai Muslim

India dan orang yang pertama kali mengusulkan agar orang-orang Islam

memisahkan diri dari pemerintahan orang-orang Hindu. Setelah itu, dia diangkat

sebagai dosen mata kulian filsafat di Fakultas Oriental (yang mempelajari

kebudayaan dan Bahasa negara-negara Timur) Universitas Lahore.

Pada tahun 1962, dia terpilih sebagai anggota Legislatif di provinsi Punjab

dari Partai Persatuan Islam. Dia mempunyai ide untuk membagi India berdasarkan

Agama, Bahasa, dan ras. Dia sangat menginginkan berdirinya negara Pakistan

yang berdasar Islam dan bebas dari intervensi pemerintah India. Cita-citanya

tersebut terlaksana setelah lima tahun dari kematiannya.

2.      Pemikiran kalam Muhammad Iqbal

9
Dalam pandangan Iqbal, Islam mengajarkan dinamisme yang didalamnya

terdapat dinamika gerak. Selanjutnya Iqbal menekankan bahwa konsep Islam

mengenai alam adalah dinamis dan senantiasa berkembang. Gerak yang dinamis

itulah yang menjadi titik sentral perubahan yang terdapat di tengah alam semesta.

Secara tegas Iqbal mengatakan bahwa intisari hidup adalah gerak, hukum hidup

ialah mencipta. Dengan elan vital seperti itu Iqbal kemudian menyindir kondisi

umat Islam di masanya dengan mengatakan : “Kafir yang aktif lebih baik dari

Muslim yang suka tidur”.

Konsep lama yang mengajarkan bahwa alam bersifat statis ditolak oleh

Iqbal. Menurut Iqbal gerak alam yang selalu berubah adalah keniscayaan yang

dapat dijadikan pengajaran bagi orang-orang yang berakal. Sementara itu, Al-

Qur’an mendorong dengan sangat kuat agar akal digunakan untuk membaca tanda

atau ayat yang ada di tengah alam semesta.

Sebagaimana pandangan mayoritas ulama , beliau membagi kualifikasi

ijtihad ke dalam tiga tingkatan, yaitu :

         Otoritas penuh dalam menentukan perundang-undangan yang secara praktis

hanya terbatas pada pendiri madzhab-madzhab saja.

         Otoritas relative yang hanya dilakukan dalam batas-batas tertentu dari satu

madzhab

         Otoritas khusus yang berhubungan dengan penetapan hukum dalam kasus-kasus

tertentu dengan tidak terikat pada ketentuan-ketentuan pendiri madzhab.3

a.       Hakikat Teologi

3 Abdul Rozak, ilmu kalam..,hal. 221

10
Secara umum beliau melihat teologi sebagai ilmu yang berdimensi

keimanan, mendasarkan pada esensi tauhid (universal dan inklusivistik).

Didalamnya terdapat jiwa yang bergerak berupa “persamaan, kesetiakawanan,

dan kebebasmerdekaan”.4 Pandangan nya tentang ontology teologi

membuatnya berhasil melihat anomaly (penyimpangan) yang melekat pada

literature ilmu klasik.5

b.      Pembuktian Tuhan

Dalam membuktikan eksistensi Tuhan, beliau menolak argument

kosmologis maupun ontologis. Beliau juga menolak argument teologis yang

berusaha membuktikan eksistensi Tuhan yang mengatur ciptaan-Nya dari

sebelah luar. Walaupun demikian, beliau menerima landasan teologis. Untuk

menopang hal ini beliau menolak pandangan Whitehead tentangnya sebagai

struktur kejadian dalam aliran dinamis yang tidak berhenti. Karakter nyata

konsep tersebut ditemukan beliau dalam “jangka waktu murni”-nya Bergson,

yang tidak terjangkau oleh serial waktu. Dalam “jangka waktu murni”, ada

perubahan, tetapi tidak ada suksesi (penggantian).6

b.       Jati diri manusia

Paham dinamisme beliau berpengaruh besar terhadap jati diri manusia.

Penelusuran terhadap pendapatnya tentang persoalan ini dapat dilihat dari

konsepnya tentang ego, ide sentral dalam pemikiran filosofisnya. Kata itu

diartikan dengan kepribadian. Manusia hidup untuk mengetahui

kepribadiannya serta menguatkan dan mengembangkan bakat-bakatnya,

4 Muhammad Iqbal, the Recontraction…, hal. 154


5 Abdul Rozak, Ilmu Kalam…, hal 222
6 Ibid, hal. 223

11
bukan sebaliknya, yakni melemahkan pribadinya, seperti yang dilakukan oleh

para sufi yang menundukan jiwa sehingga fana dengan Allah.7

c.      Dosa

Beliau secara tegas menyatakan dalam seluruh kualitasnya bahwa Al-

Qur’an menampilkan ajaran tentang kebebasan ego manusia yang bersifat

kreatif. Dalam hubungan ini, beliau mengembangkan cerita tentang kejatuhan

Adam (karena memakan buah terlarang) sebagai kisah yang berisi pelajaran

tentang “kebangkitan manusia dari kondisi primitifyang dikuasai hawa nafsu

naluriah kepada pemilikan kepribadian bebas yang di perolehnya secara

sadar, sehingga mampu mengatasi kebimbangan dan kecenderungan untuk

membangkang” dan ‘Timbulnya ego terbatas yang memiliki kemampuan

untuk memiliki”.8

d.       Surga dan Neraka

Surga dan Neraka, kata beliau adalah keadaan bukan tempat. Gambaran-

gambaran tentang keduanya di dalam Al-Qur’an adalah penampilan-

penampilan kenyataan batin secara visual, yaitu sifatnya. Neraka, menurut

rumusan Al-Qur’an adalah “Api Allah yang menyala-nyala dan yang

membumbung keatas hati”, pernyataan yang menyakitkan mengenai

kegagalan manusia. Surga adalah kegembiraan manusia karena mendapatkan

kemenangan dalam mengatasi berbagai dorongan yang menuju kepada

perpecahan.9

7 Azzam, Iqbal…hal. 56
8
H.A.R. Gibb, Aliran-Aliran Modern Dalam Islam, terj. Machnum Husein,( Jakarta:
Rajawali Press, 1995), hal. 131-132
9 Ibid, hal. 133-134

12
BAB III

PENUTUP
 
A.    Simpulan

ilmu kalam modern adalah sebuah sudut pemikiran dalam agama islam yang

dibangun diatas keyakinan bahwa kemajuan ilmiah dan wawasan modern

13
mengharuskan reinterpretasi atau pemahaman ulang terhadap berbagai doktrin

ajaran agama tradisional.

Pemikiran kalam Muhammad Abduh yaitu jalan yang dipakai untuk

mengetahui Tuhan bukanlah melalui wahyu saja tetapi juga dengan akal. Bahkan

lebih jauh lagi Muhammad Abduh berpendapat bahwa :

1.      Tuhan dan sifat-sifatNya

2.      Keberadaan hidup Akhirat

3.      Kebahagiaan jiwa diakhirat

4.      Kewajiban manusia mengenal Tuhan

5.      Kewajiban manusia untuk berbuat baik menjauhi perbuatan jahat untuk

kebahagiaan di akhirat.

Sedangkan pemikiran kalam Muhammad Iqbal lebih menekankan bahwa konsep

Islam mengenai alam adalah dinamis dan senantiasa berkembang .Secara tegas

Iqbal mengatakan bahwa intisari hidup adalah gerak, konsep lama yang

mengajarkan bahwa alam bersifat statis ditolak oleh Iqbal. Menurut Iqbal gerak

alam yang selalu berubah adalah keniscayaan yang dapat dijadikan pengajaran

bagi orang-orang yang berakal.

B.     Saran

1.      Umat Islam memang harus dinamis karena dengan dinamis (mengikuti

perkembangan zaman) Islam bisa berkembang dan maju. Namun dalam

bersifat dinamis tidak boleh sampai merubah kemurnian ajaran agama islam,

14
pemikiranlah yang harus dinamis untuk bisa mendakwahkan ajaran agama

dengan mengikuti perkembangan zaman. Dan tetaplah mengacu pada sumber

hukum Al-Qur’an dan As Sunnah.

2.      Pendidikan Agama yang diajarkan di perguruan tinggi menjadi hal penting

yang harus di perhatikan pada masa ini, karena para mahasiswa/ i yang duduk

dibangku perkuliahan akan menjadi tokoh muslim besar dimasa yang akan

datang.

3.      Menyadari bahwa penulis masih jauh dari kata sempurna, pembaca pasti

menemukan banyak kesalahan dalam sistematika penulisan, ataupun isi

materi, maka penulis memohon maaf serta mengharapkan pembaca dapat

memberikan kritik dan saran yang membangun demi meningkatkan

kedisiplinan kami dalam penulisan karya ilmiah berikutnya.

DAFTAR PUSTAKA

Basyir, Abu Umar. 2004. Modernisasi Islam Membedah Pemikiran Jamaluddin al

Afghani Hingga Islam Liberal. Jakarta: Darul Haq

15
Harahap, Khoirul Amru dan Faozan. 2008. Tokoh-Tokoh Besar Islam Sepanjang

Sejarah. Jakarta: Pustaka Al-Kautsar

Ilhamassuyuthi. (2016). “Aliran-aliran ilmu kalam modern Muhammad Abduh &

Muhammad Iqbal”. [Online]. Tersedia: https://ilhamassuythi.blogspot.com [06

November 2016].

Rusli, Ris’an. 2013. Pembaharu Pemikiran Modern Dalam Islam. Jakarta :

RajaGrapindo Persada

Yusuf, M.Yunan.2014. Alam Pikiran Islam Pikiran Kalam. Jakarta: Prenadamedia

group.

16

Anda mungkin juga menyukai