Anda di halaman 1dari 14

PEMBAHARUAN MUHAMMAD ABDUH

DALAM BIDANG PENDIDIKAN

Disusun oleh : Kelompok 3


Anggota : Ikhwanul Ihsan (10070114085)
Ghufran Aziz (10070114086)
Haeril Desnitigina (10070114087)
Sochaputra O.L (10070114088)
Priyo Puji L. (10070114089)
Lazward Firdaus (10070114090)
Surya Saputra (10070114091)
Sekar Wangi E. P (10070114092)
Latar Belakang

Dalam catatan sejarah, eksistensi pendidikan islam telah ada sejak islam pertama kali

diturunkan. Ketika Rasulullah SAW mendapat perintah dari Allah untuk menyebarkan ajaran

islam, maka apa yang dilakukan adalah masuk dalam kategori pendidikan. Karena kepribadian

Rasulullah SAW mencerminkan wujud ideal Islam, seorang guru dan pendidik. Kemudian sejak

masa sahabat, tabiin dan generasi selanjutnya pada masa pendahulu, masa keemasan islam dan

masa pembaharuan banyak bermunculan berbagai pemikiran pendidikan islam, hal ini salah

satunya ditandai dengan banyaknya ulama ulama islam yang menulis tentang buku pendidikan

dan pengajaran secara mendalam.


Pemikiran pendidikan islam adalah serangkaian proses kerja akal dan kalbu secara bersungguh

sungguh dalam melihat berbagai persoalan yang ada dalam pendidikan Islam. Muhammad

Abduh adalah tokoh pembaharu yang tidak asing lagi, dunia islam dan barat mengakuinya,

bahkan pandangannya sering dijadikan rujukan dalam pembahasan ke islaman. Ia dilahirkan

dalam situasi, dimana dunia barat gencar gencarnya melakukan kegiatan ekspansi ke daerah

daerah islam, termasuk Mesir. Pada masa Muhammad Abduh itu, ada dua golongan ekstrim yaitu

mempertahankan tradisi Arab Islam; dan mengadakan pembaharuan yang murni merujuk pada

barat, sehingga nyaris melupakan nilai nilai Timur dan Islam.


Konsep pendidikan Muhammad Abduh ialah konsep pendidikan
yang lebih di latar belakangi faktor situasi sosial keagamaan dan
situasi pendidikan islam yang sedang mengalami kemunduran
baik di bidang ilmu pengetahuan maupun bidang keagamaan.
Maksud

Dapat mengetahui dan memahami mengenai pembaharuan


Muhammad Abduh dalam bidang pendidikan.
Tujuan
1. Mengetahui konsep pemikiran pendidikan islam
menurut Muhammad Abduh ;
2. Mengetahui macam macam kurikulum yang dirancang
Muhammad Abduh ;
3. Mengetahui relevansi pemikiran pendidikan islam
menurut Muhammad Abduh dengan pendidikan nasional
Biografi Muhammad Abduh
Muhammad Abduh memiliki nama legkap Muhammad bin
Abduh bin Hasan Khairullah, ia dilahirkan di desa Mahallat
Nashr di Kabupaten Al Buhairah, Mesir pada tahun 1849 M
dan wafat pada tahun 1905 M. Ayahnya bernama
Muhammad Abduh bin Hasan Khairullah, beliau adalah
seorang petani keturunan Turki, sedangakan ibunya adalah
keturunan Arab. Masa pendidikan ditempuh Muhammad
Abduh di Thanta, sebuah lembaga pendidikan masjid
Ahmadi. Di tempat tersebut Ia belajar bahasa Arab, nahu,
sarf, fiqih dan sebagainya.
Metode yang digunakan dalam pembelajaran itu tidak lain adalah
metode hapalan di luar kepala tanpa pengertian, sehingga
membuat Muhammad Abduh merasa tidak puas dengan metode
pengajaran yang diterapkan. Rasa kecewa akan apa yang ada di
Thanta, membuat Muhammad Abduh memutuskan menuntut
ilmu di Al Azhar. Namun kekecewaan kembali ia dapat saat
mengetahui bahwa metode yang digunakan sama dengan apa
yang digunakan di Thanta. Selain itu, pelajaran yang ia dapat di
Al Azhar hanya seputar agama. Keputus asaan mulai ia rasakan
hingga ia bertemu dengan Sayyid Jamaludin A.Afghani yang
datang ke Mesir pada masa itu.
Latar Belakang Pemikiran Pendidikan Islam Muhammad Abduh

Muhammad Abduh berpandangan bahwa penyakit yang


melanda negara negara Islam adalah adanya kerancuan
pemikiran agama di kalangan umat Islam sebagai
konsekuensi datangnya peradaban Barat dan adanya
tuntutan dunia Islam modern. Selama beberapa abad di
masa silam, kaum Muslimin telah menghadapi kemunduran
dan umat Islam tidak mendapatkan dirinya siap sedia untuk
menghadapi situasi yang kritis ini.
Menurutnya, yang membawa kemunduran umat Islam
adalah bukan karena ajaran Islam itu sendiri, melainkan
adanya sikap jumud di tubuh umat Islam. Jumud yaitu
keadaan membeku/statis, sehingga umat tidak mau
menerima perubahan, yang dengannya membawa bibit
kepada kemunduran umat saat ini (Al Jumud illatun
tazawwul).
Seperti dikemukakan Abduh dalam al-Islam baina al-Ilm wa Al Madaniyyah, ia

menerangkan bahwa sikap jumud dibawa ke tubuh Islam oleh orang-orang yang

bukan Arab, yang merampas puncak kekuasaan politik di dunia Islam. Mereka juga

membawa faham animisme, tidak mementingkan pemakaian akal, jahil dan tidak

kenal ilmu pengetahuan. Rakyat harus dibutakan dalam hal ilmu pengetahuan agar

tetap bodoh dan tunduk pada pemerintah. Keadaan seperti ini, menurutnya adalah

bidah.
Masuknya bidah ke dalam tubuh Islamlah yang membawa umat lepas dari ajaran Islam

yang sesungguhnya. Untuk menyelesaikan masalah ini, Abduh, sebagaimana Abdul

Wahhab, berusaha mengembalikan umat seperti pada masa salaf, yaitu di zaman sahabat

dan ulama ulama besar. Namun, yang membedakan faham Abduh dengan Abdul

Wahhab adalah umat tidak cukup hanya kembali kepada ajaran ajaran asli itu saja, tetapi

ajaran-ajaran itu juga mesti disesuaikan dengan keadaan modern sekarang ini.

Pembaharuan Pendidikan Islam


Muhammad Abduh
1. Purifikasi

Pemurnian ajaran Islam mendapat perhatian serius dari Muhammad Abduh berkaitan dengan

munculnya bid'ahdan khurafat yang masuk dalam kehidupan beragama umat Islam.

2. Reformasi

Muhammad Abduh, dalam mereformasi pendidikan tinggi Islam terkonsentrasi pada

universitas almamaternya, Al-Azhar. Ia menyatakan bahwa kewajiban belajar itu tidak hanya

mempelajari buku-buku klasik berbahasa Arab yang berisi dogma ilmu agama untuk membela

Islam. Akan tetapi, kewajiban belajar juga terletak pada mempelajari sains sains modern,

serta sejarah dan agama Eropa, agar diketahui sebab kemajuan yang telah mereka capai.

Nurcholish Majid menjelaskan bahwa usaha awal reformasi Muhammad Abduh adalah

memperjuangkan mata kuliah filsafat agar diajarkan di Al Azhar. Dengan belajar filsafat,

semangat intelektualisme Islam yang hilang diharapkan dapat hidup kembali.


3. Pembelaan Islam
Muhammad Abduh, melalui Risalah Tauhid-Nya tetap mempertahankan jati
diri Islam. Usahanya untuk menghilangkan unsur-unsur asing merupakan
bukti bahwa ia tetap yakin dengan kemandirian Islam. Abduh, terlihat tidak
pernah menaruh perhatian pada paham-paham ateis atau anti agama
yang marak di Eropa. Ia lebih tertarik untuk memperhatikan serangan-
serangan terhadap Islam dari sudut keilmuan.
4. Reformulasi
Agenda ini dilaksanakan Abduh dengan membuka kembali pintu ijtihad.
Karena menurutnya, kemunduran umat Islam disebabkan dua faktor yaitu
eksternal dan internal, yakni kejumudan umat Islam sendiri. Abduh dengan
refomulasinya menegaskan bahwa Islam telah membangkitkan akal pikiran
manusia dari tidur panjangnya, sebenarnya manusia tercipta dalam
keadaan tidak terkekang, termasuk dalam hal berpikir.
Konsep Pendidikan Islam
1. Rekonstruksi Tujuan Pendidikan Islam
Untuk memberdayakan sistem pendidkan Islam, Muhamad
Abduh menetapkan tujuan, pendididkan islam yang di
rumuskan sendiri yakni: Mendidik jiwa dan akal serta
menyampaikannya kepada batas-batas kemungkinan
seseorang dapat mencapai kebahagian hidup di dunia dan
akhirat. Pendidikan akal ditujukan sebagai alat untuk
menanamkan kebiasaan berpikir dan dapat membedakan
antara yang baik dan yang buruk. Dengan menanamkan
kebiasaan berpikir, Muhamad Abduh berharap kebekuan
intelektual yang melanda kaum muslimin saat itu dapat
dicairkan dan dengan pendidikan spiritual diharapkan
dapat melahirkan generasi yang tidak hanya mampu
berpikir kritis, juga memiliki akhlak mulia dan jiwa yang
bersih.
Dalam memberdayakan pendidikan Islam, Muhammad Abduh
menetapkan tujuan pendidikan Islam yang dirumuskannya yakni;
mendidik akal dan jiwa serta menyampaikannya kepada batas-
batas kemungkinan seseorang dapat mencapai kebahagiaan hidup
di dunia dan akhirat. Dari rumusan tujuan pendidikan tersebut,
dapat dipahami bahwa yang ingin dicapai oleh Muhammad Abduh
adalah tujuan yang mencakup aspek kognitif (akal) dan aspek
afektif (spritual). Jadi adanya keseimbangan antara akal dan
spritual. Pendidikan akal ditujukan sebagai alat untuk menanamkan
kebiasaan berfikir dan dapat membedakan yang baik dan yang
buruk antara membawa kemaslahatan dan kemudaratan. Dengan
hal ini, Muhammad Abduh berharap kemandekan berfikir yang
melanda umat Islam pada saat itu dapat terkikis.

Anda mungkin juga menyukai