Dalam catatan sejarah, eksistensi pendidikan islam telah ada sejak islam pertama kali
diturunkan. Ketika Rasulullah SAW mendapat perintah dari Allah untuk menyebarkan ajaran
islam, maka apa yang dilakukan adalah masuk dalam kategori pendidikan. Karena kepribadian
Rasulullah SAW mencerminkan wujud ideal Islam, seorang guru dan pendidik. Kemudian sejak
masa sahabat, tabiin dan generasi selanjutnya pada masa pendahulu, masa keemasan islam dan
masa pembaharuan banyak bermunculan berbagai pemikiran pendidikan islam, hal ini salah
satunya ditandai dengan banyaknya ulama ulama islam yang menulis tentang buku pendidikan
sungguh dalam melihat berbagai persoalan yang ada dalam pendidikan Islam. Muhammad
Abduh adalah tokoh pembaharu yang tidak asing lagi, dunia islam dan barat mengakuinya,
dalam situasi, dimana dunia barat gencar gencarnya melakukan kegiatan ekspansi ke daerah
daerah islam, termasuk Mesir. Pada masa Muhammad Abduh itu, ada dua golongan ekstrim yaitu
mempertahankan tradisi Arab Islam; dan mengadakan pembaharuan yang murni merujuk pada
menerangkan bahwa sikap jumud dibawa ke tubuh Islam oleh orang-orang yang
bukan Arab, yang merampas puncak kekuasaan politik di dunia Islam. Mereka juga
membawa faham animisme, tidak mementingkan pemakaian akal, jahil dan tidak
kenal ilmu pengetahuan. Rakyat harus dibutakan dalam hal ilmu pengetahuan agar
tetap bodoh dan tunduk pada pemerintah. Keadaan seperti ini, menurutnya adalah
bidah.
Masuknya bidah ke dalam tubuh Islamlah yang membawa umat lepas dari ajaran Islam
Wahhab, berusaha mengembalikan umat seperti pada masa salaf, yaitu di zaman sahabat
dan ulama ulama besar. Namun, yang membedakan faham Abduh dengan Abdul
Wahhab adalah umat tidak cukup hanya kembali kepada ajaran ajaran asli itu saja, tetapi
ajaran-ajaran itu juga mesti disesuaikan dengan keadaan modern sekarang ini.
Pemurnian ajaran Islam mendapat perhatian serius dari Muhammad Abduh berkaitan dengan
munculnya bid'ahdan khurafat yang masuk dalam kehidupan beragama umat Islam.
2. Reformasi
universitas almamaternya, Al-Azhar. Ia menyatakan bahwa kewajiban belajar itu tidak hanya
mempelajari buku-buku klasik berbahasa Arab yang berisi dogma ilmu agama untuk membela
Islam. Akan tetapi, kewajiban belajar juga terletak pada mempelajari sains sains modern,
serta sejarah dan agama Eropa, agar diketahui sebab kemajuan yang telah mereka capai.
Nurcholish Majid menjelaskan bahwa usaha awal reformasi Muhammad Abduh adalah
memperjuangkan mata kuliah filsafat agar diajarkan di Al Azhar. Dengan belajar filsafat,