Anda di halaman 1dari 14

PEMBAHARUAN DI MESIR

MUHAMMAD ABDUH

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah


Perkembangan Pemikiran dalam Islam
Dosen Pengampu : Hanafi S.Ag., M.A

Disusun oleh :
Kelompok 2
Afit Fauzi (11210321000072)

FAKULTAS USHULUDDIN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF
HIDAYATULLAH JAKARTA
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur diucapkan ke hadirat Allah SWT atas segala rahmat-Nya sehingga
makalah yang berjudul “Pembaharuan Di Mesir 2 Muhammad Abduh” dapat tersusun
sampai dengan selesai. Tidak lupa kami mengucapkan terima kasih terhadap bantuan
dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik pikiran
maupun materinya.
Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar makalah ini bisa
pembaca praktikkan dalam kehidupan sehari-hari.
Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam
penyusunan makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman Kami. Untuk itu
kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi
kesempurnaan makalah ini

Tangerang selatan, September 2023

Penulis
DAFTAR ISI
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kejatuhan Baghdad ke tangan Hulagu Khan pada tahun 1258 M membawa dampak
yang negatif, tidak saja pada tatanan sosial politik di dunia Islam, tapi juga perkembangan
intelektual umat Islam selama berabad-abad. Dari segi sosial politik, dampak tersebut
tercermin pada hancurnya khilafah sebagai lambang kekuasaan politik dan simbol
kesatuan dunia Islam, serta tampilnya suku mongol nonmuslim ke permukaan menggantikan
bangsa Arab dan Persia mengendalikan pemerintahan di wilayah dan bekas pusat kekuasaan
Islam.1
Jatuh dan kemunduran Islam memberikan tantangan tersendiri khususnya bagi umat
Islam di seluruh dunia. Islam yang dulu dikenal sebagai pusat peradaban dunia di segala
aspek bidang kehidupan, seakan redup dan tak berbekas. Hal itulah yang kemudian
muncul banyaknya tokoh yang menyumbangsihkan segala pemikiran-pemikirannya yang
tak lain sebagai bentuk kekhawatiran dan membangkitka serta mengkobarkan semangat
intelektual dalam jati diri seorang muslim kembali.
Muhammad Abduh adalah seorang Nasionalis serta pembaharu islam, yang mana
pemikiran-pemikirannya mampu mengembalikan dan mengkobarkan semagat di kalangan
umat Islam bagi Mesir maupun secara keseluruhan. Melihat paparan diatas menjadikan
latar belakang bagi penulis dalam penyusunan makalah ini. Di dalam makalah ini akan
disajikan mengenai pemikiran-pemikiran Muhammad Abduh yang secara gamblang akan
dibahas dalam makalah ini.

B. Rumusan masalah

1. Bagaimana latar belakang pembaharuan Muhammad Abduh?

2. Apa saja tujuan pembaharuan Muhammad Abduh?

3. Bagaimana pemikiran Muhammad Abduh?

1
Arbiyah Lubis, Pemikiran Muhammadiyah dan Muhammad Abduh SUATU STUDI PERBANDINGAN,
(Jakarta: Bulan Bintang, 1933), hlm. 3
C.Tujuan Penulisan

1. Untuk memahami dan mengetahui tokoh pembaharuan dalam


Islam khususnya di Mesir seperti Muhammad Abduh.

2. Untuk mengetahui ide pemikiran Muhammad Abduh.

3. Untuk mengetahui karya-karya Muhammad Abduh.

4. Untuk menganalisis latar belakang intelektual Muhammad


Abduh agar dijadikan contoh pendidikan masa kini.
BAB 11
PEMBAHASAN

A. Bagaimana Latar Belakang Pembaharuan Muhammad Abduh

Muhammad Abduh lahir di desa dekat delta sungai Nil di Mesir Hilir pada tahun 1265
H atau 1848 M,2 pada sebuah kampung bernama Mahallat Nasr, Syubra Khit, Provinsi al-
Bahirah. Beliau merupakan keturunan Turki-Arab, tetapi berkebangsaan Mesir. Ayahnya
bernama Abdul Hasan Khairillah, keturunan bangsa turki. Sedangkan ibunya mempunyai
keturunan dari khalifah kedua yaitu Umar bin Khattab. Kedua orang tua Muhammad Abduh
tinggal di desa Mahallah Nashr setelah berpindah-pindan ke berbagai tempat.
Nama lengkap Muhammad Abduh adalah Muhammad Abduh bin Hasan
Khairillah. Muhammad Abduh mengenal agama dari orang tunya. Beliau sudah dapat
menghafal seluruh isi Al-Qur’an sejak kecil. Beliau mengenyam pendidikan formal yang berada
di Thanta, sebuah lembaga masjid al-Ahmadi dibawah naungan Al-Azhar untuk belajar Bahasa
Arab, Nahwu, dan Shorof.
Selain sebagai seorang tokoh perombak pemikiran dalam dunia Islam, Muhammad
Abduh dikenal sebagai seorang sufi. Dibawah bimbingan dan asuhan pamannya lah, yaitu
Syaikh Darwisi seorang pengikut tarekat as-Syadziliah. 3 yang menghantarkan beliau pada
kehidupan seorang sufi.
Selepas menimba ilmu di Thanta, pada tahun 1866, Muhammad Abduh
melanjutkan pengembaraan intelektualnya ke Mesir, tepatnya ke universitas al-Azhar. Di
tempat inilah beliau bertemu dengan Jamaluddin Al-Afghani. Dan dibawah bimbingan
Jamaluddin kemudian beliau belajar ilmu Filsafat, Kalam, Eksak dan ilmu pengetahuan
dengan metode diskusi yang diterapkan Jamaluddin, sehingga semakin membuat rasa
ketertarika dalam hati Muhammad Abduh untuk berguru kepada Jamaluddin. Serta tak sampai
disitu, untuk pertama kalinya di Al-Azhar. Puncak Muhammad Abduh terutama di bidang
pendidikan ialah ketika ia ditugaskan menjadi seorang mufti pertama Mesir. Posisi ini
diperolehnya pada tanggal 3 juni 1899 M.
Dimulai dari pertemuannya dengan Jamaluddin, kemudian beliau menerbitkan
majalah al-Urwatul Wutsqa bersama Jamaluddin al-Afghani. Buku tersebut berisi tentang
gerakan –gerakan yang memberikan semangat dalam rangka membangkitkan islam untuk
melawan bangsa Barat. Sayangnya, tidak lama kemudian pemerintah barat melarang
2
Fitrah, Sejarah Kebudayaan Islam, (Surakarta: Putra Nugraha, 2017), hlm. 6
3
Herry Mohammad, dkk, TOKOH-TOKOH ISLAM YANG BERPENGARU ABAD 20, (Jakarta: GEMA
INSANI, 2006), hlm. 226
majalah tersebut masuk ke daerah-daerah yang dikuasainya. Selang dari pemberhentian
atas penerbitan majalah tersebut, kemudian Muhammad Abduh pergi ke Tunis, kemudian
kembali ke Bairut, dan di sinilah beliau menyelesaikan karyanya yang berjudul Risalah at-
Tauhid dan menulis beberapa buah buku.
Muhammad Abduh meninggal pada Tanggal 11 Januari 1905. Kematiannya
membuat sedih banyak orang. Terutama orang-orang di Kairo dan Alexandria. Meskipun
ide-ide dan pembaharuannya selalu mendapat tantangan dan serangan sengit dari para
lawannya, tetap saja kepergiannya meninggalkan duka yang sangat dalam dikalangan
kaum muslim, khsusnya Mesir. Terlebih lagi, saat meninggal beliau tengah memegang jabatan
tinggi di Mesir, yaitu sebagai mufti Mesir (1899-1905).4
Muhammad Abduh tidak hanya dikenal sebagai pelopor pembaharu dalam Islam di
Mesir, namun juga di seluruh dunia khususnya pada umat Islam. hal ini dapat dilihat dari
banyak pengaruhnya yang dapat mempengaruh dan menerobos batas intelektualitas dalam
Islam.

Karangan-karangan Muhammad Abduh sendiri telah banyak diterjemahkan ke dalam


bahasa Turki, Urdu dan Indonesia. Buku-buku karya Muhammad Abduh sebagai berikut.
1. Risalah at-Tauhid (Risalah Tauhid ).
2. Al-islam wan Nashraniyah Ma’al ‘Ilmi Madaniyah (Islam dan Nasrani bersama
Ilmu-Ilmu Pengetahuan).
3. Darus min Al-Qur’an (Berbagi Pelajaran dari Al-Qur’an ).
4. Tafsir al-Manar (penulisan kitab ini diselesaikan oleh murid Muhammad Abduh,
yaitu Rasyid Ridha yang juga terkenal sebagai pembaharu dalam Islam).
5. Islahul Mahakim al-Syar’iyyah.
6. Syarh Nahjil Balaghah.
7. Al Islam Ar-Radd ‘ala Muntaqidihi.

Dari berbagai prestasi dan keteladanan Muhammad Abduh yang tersebut, tentulah
proses awal dalam hal pemikirannya banyak dipengaruhi faktor-faktor tertentu. Berikut
beberapa faktor yang mempengaruhi pemikiran pembaharuan Muhammad Abduh di Mesir.
Yaitu sebagai berikut:
a. Faktor sosial, berupa sikap hidup yang dibentuk oleh keluarga dan gurunya,
terutama Syekh Darwisy dan Sayyid Jamaluddin al-Afghani. Di samping itu, lingkungan
sekolah di Thanta dan Mesir tempat ia menemukan sistem pendidikan yang tidak efektif,
serta pandangan keagamaamn yang statis dan pikiran-pikiran yang fatalistis.
b. Faktor kebudayaan, berupa ilmu pengetahuan yang diperolehnya selama belajar di
4
Rizem Aizid, Para Pelopor KEBANGKITAN ISLAM, (Yogyakarta: DIVA Press, 2017), hlm. 265
sekolah-sekolah formal, dari Jamaluddin Al- Afghani, serta pengalamannya yang ditimba dari
Barat.
c. Faktor politik, yang bersumber dari sistem politik di masanya, sejak ia hidup dalam
lingkungan keluarganya di Mahallat Nashr. Dari kezaliman yang dilakukan oleh para
pegawai di masa pemerintahan Muhammad Ali sampai kepada gejolak-gejolak politik di
Mesir disebabkan oleh sistem pemerintahan yang absolut, politik rasialisme dan campur
tangan asing di negeri
B. Tujuan Pembaharuan Muhammad Abduh
Setiap gerakan pembaharuan, tentunya pasti mengandung maksud dan tujuan
tertentu yang akan dicapai oleh sang pelopor. Lantas berikut adalah beberapa tujuan
Muhammad Abduh dalam Pembaharuan Islam khususnya di Mesir.

a. Modernisasi. Penyesuaian ajaran islam dengan tuntunan zaman modern, tepatnya


dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

b. Purifikasi. Pemurnian ajaran Islam, artinya penentangan terhadap paham-paham


yang bertentangan dengan ajara islam seperti; taklid, jumud, bid’ah, khurafat dan lain
sebagainya. Dengan paham-paham atau ide-ide baru yang revolusioner yang tentunya
sesuai dengan anjuran agama, seperti ijtihad.

c. Reformasi. Dalam pandangan Muhammad Abduh, bahwasannya Islam


membutuhkan perubahan dalam hal semangat berintelektual. Hal tersebut kemudian
yang menjadi dorongan bagi Muhammad Abduh untuk mengenalkan serta mengajukan
mata kuliah filsafat agar menjadi mata pelajaran yang wajib ada di universitas, untuk
kemudian berkembang tidak hanya di universitas bahkan pada setiap jenjang strata
pendidikan.

d. Membela Islam. tentulah hal ini tidak perlu diragukan lagi, karena pada dasarnya
segala bentuk pembaharuan serta segala pemikiran yang dicanangkan oleh Muhammad
Abduh adalah lain tidak lain semata-mata demi kemajuan serta perkembangan Islam
sendiri. Hal ini bisa dilihat dalam karyanya Risalah Tauhid, selain beliau dikenal
sebagai reformis, beliau juga seorang yang konservatif. Maksudnya, segala bentuk
pembaharuan serta pemikiran beliau tidaklah menentang ataupun melenceng dari ajaran
islam yang telah ada, beliau tetap menjaga dan mempertahankan ajaran yang terdahulu
yang tentunya sesuai dengan ajaran Islam.

e. Reformulasi. Membangkitkan akal pikiran umat Islam dengan membuka


kembali pintu ijtihad. Dan menghilangkan kejumudan berpikir umat Islam yang tidak
sudi melakukan ijtihad, yang mana menurut beliau sebagai faktor utama kemunduran
dalam Islam
C. Pemikiran Muhammad Abduh

Terdapat tiga hal yang membentuk corak pemikiran Muhammad Abduh. Tiga hal
tersebut tentu berhubungan erat dengan gerakan pembaharuan di Islam, yaitu; modernisasi,
reformis, dan konservatif. Modernisasi tersebut diperuntukan akan segala pemikiran
Muhammad Abduh disesuaikann dengan situasi kondisi pada zamannya. Adapun reformis
menganut corak pemikiran yang reformistik-rekonstruktif. Artinya ia tidak saja mereformasi
bangunan yang sudah utuh, tetapi juga membangun ulang bangunan tersebut agar menjadi
sempurna. Dan sedangkan dari sisi konservatif tersendiri memiliki arti, Muhammad Abduh
bersitegang ingin menyesuaikan agama Islam dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi (dari sisi modernisasi dan reformis), tetapi ia tidak bermaksud merubah potret diri
Islam yang seutuhnya (dari sisi konservatif).
Kemudian daripada itu, secara pengklasifikasian pembaharuan pemikiran Muhammad
Abduh dapat dilihat sebagai berikut:

1) Teologi
Tiga hal yang mendasari pemikiran teologi Muhammad Abduh, yaitu:
✓ Kebebasan manusia dalam memilih perbuatan, manusia adalah makhluk yang bebas
memilih atas perbuatannya. Akan tetapi kebebasan yang dimaksudkan Muhammad Abduh
bukanlah kebebasan tanpa batas atau kebebasan yang bersifat absolut.
✓ Kepercayaan yang kuat pada Sunnah Allah, setelah manusia menentukan
perbuatan pilihannya dengan bebas, Tuhan telah lebih dulu mengetahuinya. Jadi, peran
Tuhan dalam hal ini adalah pengetahuan, dan peran tersebut tidak menjadi penghalang
bagi kebebasan manusia dalam memilih perbuatannya.
✓ Fungsi akal yang sangat dominan dalam mempergunakan kebebasan, akal dan
kebebasan memilih adalah natur manusia yang merupakan dua keistimewaan yang dimiliki
manusia yang tidak terdapat pada makhluk lain. Kalau salah satu diantara keduannya
hilang, kata Muhammad Abduh, maka ia tidal lagi bernama manusia bisa saja malaikat
ataupun hewan.

2) Bidang agama Pemikiran Muhammad Abduh dalam bidang agama adalah:


a. Penghapusan paham jumud, yaitu paham yang beku, tidak berkembang, dan statis
di kalangan umat Islam. Paham ini berpendapat bahwa dalam ajaran Islam tidak perlu
lagi diadakan perubahan-perubahan sebab sudah menjadi tradisi yang dilakukan secara turun
temurun.
b. Terbukanya pintu ijtihad sebagai dasar yang penting dalam mengintensifkan
dalam menginterpretasikan kembali ajaran islam.
c. Penghargaan terhadap akal. Muhammad Abduh mengatakan bahwa Islam adalah
agama rasional yang sejalan dengan akal sebab dengan akallah pengetahuan maju.
d. Masalah wakaf, yakni memasukkan masjid sebagai salah satu sasaran rutin
penggunaan dana wakaf.
e. Memperbaiki perangkat masjid, mulai dari pengurus sampai para khatib.

3) Bidang pendidikan Memodernisasikan sistem pendidikan dan pengajaran Islam


yang meliputi metode, kurikulum, administrasi, kesejahteraan guru, sarana prasarana
(asrama mahasiswa, perpustakaan) dan peningkatan pelayanan kesehatan mahasiswa.
Adapun bentuk pemodernisasiannya adalah sebagai berikut:
➢ Menghilangkan dikotomi pendidikan, antara sistem pendidikan agama (madrasah
lama) dengan sistem sekolah umum (pemerintah). Dengan sistem lintas didiplin ilmu antara
kurikulum madrasah dan sekolah.
➢ Melakukan pengembangan kelembagaan pendidikan. Dengan dibangunnya sekolah
menengah pemerintah dalam berbagai bidang seperti; bidang administrasi, militer,
kesehatan, perindustrian dan sebagainya
➢ Pengembangan kurikulum, baik pada sekolah dasar, menengah maupun atas. 15
Kurikulum yang dimaksudkannya adalah:
1. Tingkat Sekolah Dasar
a. Membaca
b. Menulis
c. Berhitung sampai dengan tingkat tertentu
d. Pelajaran wajib yaitu agama seperti: akidah, fikih dan akhlak
e. Sejarah Islam.
2. Tingkat menengah
a. Mantiq (logika dan dasar-dasar penalaran)
b. filsafat
c. Akidah
d. Fikih dan Akhlak
e. Sejarah islam.
3. Tingkat Atas
a. Tafsir
b. Hadits
c. Bahasa arab dengan segala cabangnya
d. Akhlak
e. Ushul Fikih
f. Sejarah Islam
g. Retorika dan dasar-dasar berdiskusi
h. Ilmu Kalam.
Tidak berhenti sampai disitu, Muhammad Abduh juga berjasa besar bagi
kesejahteraan para pengajar formal non-formal. Dalam hal ini, Muhammad Abduh
mengusulkan empat perbaikan yaitu:
1. Memasukkan mata pelajaran Matematika, Geometri, Algebra, geografi, sejarah dan
seni khat ke dalam pendidikan non-formal.
2. Mewujudkan piawaian dalam penganugerahan sipil.
3. mewujudkan farmasi khusus untuk pelajar Universitas Al-Azhar.
4. Menyediakan dana khusus untuk gaji guru dari perbendaharaan negara dan waqaf
negara.17

4) Bidang politik Pemikiran Muhammad Abduh mengenai bidang politik adalah:


a. Membangkitkan semangat umat Islam melawan bangsa Barat.
b. Kekuasaan negara harus dibatasi oleh konstitusi yang telah dibuat oleh negara
yang bersangkutan.
5) Bidang hukum Memperbaiki persepsi masyarakat dan mufti mengenai kedudukan
dan tugas hakim. Tugas hakim dan mufti tidak hanya sebagai penasihat hukum bagi negara
saja, tetapi memberikan bantuan hukum bagi masyarakat yang membutuhkannya.
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Pada intinya faktor yang mempengaruhi pemikiran Muhammad Abduh adalah berasal
dari pengalaman internal Muhammad Abduh sendiri dalam mengenal kebudayaan islam
baik di bidang keagamaan maupun yang lainnya. Adapun salah satunya yang sangat getol di
canangkan mengenai pemikirannya yaitu, masalah pendidikan. Terkhusus sistem
pembelajaran yang kurang efektif diterapkan pada lingkup satuan pendidikan di Mesir.
Melihat hal tersebut timbul dalam benak pemikiran dan kemudian dicurahkan secara
menyeluruh dengan ide-ide canangannya yang mana diprioritaskan untuk kemajuan umat
Islam. adapun dari aspek yang lain dapat dilihat dari aspek sosial, budaya, dan politik.

Seperti yang sering digembar-gemborkan dari awal. Inti tujuan dari pembaharuan
pemikiran Muhammad Abduh adalah tak lain dan tak bukan demi kemajuan peradaban
terutama intelektualitas umat Islam. Karena, untuk menjadikan sebuah agama itu besar,
tentulah diimbangi dengan intelektual umatnya yang bagus. Dalam hal ini untuk menjawab
bagaimana eksistensi agama itu sendiri terhadap tantangan zaman yang ada. Termasuk
modernisasi, Purifikasi, reformasi, membela islam, dan reformulasi. Adalah tujuan
pemikiran dari Muhammad Abduh.

Terdapat tiga hal yang membentuk corak pemikiran Muhammad Abduh. Tiga hal
tersebut tentu berhubungan erat dengan gerakan pembaharuan di Islam, yaitu; modernisasi,
reformis, dan konservatif. Modernisasi tersebut diperuntukan akan segala pemikiran
Muhammad Abduh disesuaikann dengan situasi kondisi pada zamannya. Adapun
reformis menganut corak pemikiran yang reformistik-rekonstruktif. Artinya ia tidak saja
mereformasi bangunan yang sudah utuh, tetapi juga membangun ulang bangunan tersebut
agar menjadi sempurna. Dan sedangkan dari sisi konservatif tersendiri memiliki arti,
Muhammad Abduh bersitegang ingin menyesuaikan agama Islam dengan perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi (dari sisi modernisasi dan reformis), tetapi ia tidak
bermaksud merubah potret diri Islam yang seutuhnya (dari sisi konservatif). Sedangkan
bentuk konkrit dari pemikiran Muhammad abduh dapat dilihat dalam teologi, bidang agama,
pendidikan, politik, dan hukum.
DAFTAR PUSTAKA

Fitrah. 2017. Sejarah Kebudayaan Islam. (Surakarta: Putra Nugraha).


Rizem Aizid. 2017. Para Pelopor KEBANGKITAN ISLAM. (Yogyakarta: DIVA Press).
Herry Mohammad, dkk. 2006. TOKOH-TOKOH ISLAM YANG BERPENGARU ABAD 20.
(Jakarta: GEMA INSANI.).
Harun Nasution. 1996. Pembaharuan dalam Islam Sejarah Pemikiran dan Gerakan. (Jakarta:
PT Bulan Bintang).
Arbiyah Lubis. 1993. Pemikiran Muhammadiyah dan Muhammad Abduh SUATU STUDI
PERBANDINGAN. (Jakarta: Bulan Bintang

Anda mungkin juga menyukai