Pemikiran
Riwayat Hidup
seraca umum
Pemikiran
Tentang
Relevansi
Pendidikan
Muhammad Islam
Abduh
1
DAFTAR ISI
PETA KONSEP……………………………………………………………….……….1
DAFTAR ISI……………………………………………………………………..……..2
BAB I PENDAHULUAN………………………………………………………..……..3
C. Tujuan……………………………………………………………………………...…4
BAB II PEMBAHASAN………………………………………….……………..……..5
A. Kesimpulan…………………………..……………………………………………….14
B. Saran………………………………………………………………………….……….14
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………….………..15
2
BAB I
PENDAHULUAN
Muhammad Abduh termasuk salah satu pembaharu agama dan sosial di Mesir pada
abad ke 20 yang pengaruhnya sangat besar di dunia Islam .Dialah penganjur yang sukses dalam
membuka pintu ijtihad untuk menyesuaikan Islam dengan tuntutan zaman modern.
Maka dari sinilah kami akan mengangkat sebuah tema yang manyajikan tentang arti
dan pentingnya pendidikan bagi kita, dan yang kita ambil dari pemikiran filusuf muslim yang
terkenal yaitu “ Muhammad Abduh”.
B. Rumusan Masalah
3
C. Tujuan
4
BAB II
PEMBAHASAN
Muhammad Abduh lahir disuatu desa di Mesir Hilir tahun 1849.Bapaknya bernama
Abduh Hasan Khaerullah,berasal dari Turki yang telah lama tinggal di Mesir.Ibunya dari
bangsa Arab yang silsilahnya sampai Umar bin Khatab. Mereka tinggal dan menetap di
Mahallah Nasr.Muhammad Abduh dibesarkan dilingkungan keluarga yang taat beragama dan
mempunyai jiwa keagamaan yang teguh.
Muhammad Abduh mulai belajar membaca dan menulis serta menghapal Al Qur an
dari orang tuanya,kemudian setelah mahir membaca dan menulis diserahkan kepada satu guru
untuk dilatih menghapal Al Qur an .Ia dapat menghapal Al Quran dalam masa dua tahun
.Kemudian Ia dikirim ke Tanta untuk belajar agama di Masjid Sekh Ahmad ditahun 1862 ,Ia
belajar bahasa Arab,nahu ,sarf,fiqih dan sebagainya.Metode yang digunakan dalam
pembelajaran itu tidak lain metode hapalan diluar kepala,dengan metode ini Ia merasa tidak
mengerti apa-apa sehingga Ia tidak puas dan meninggalkan pelajarannya di Tanta.
5
banyak.Akhirnya Iapun pergi ke Tanta untuk meneruskan pelajarannya. Setelah selesai belajar
di Tanta ,Ia meneruskan studinya di Al-Azhar pada tahun 1866.Sewaktu belajar di Al-Azhar
inilah Muhammad Abduh bertemu dengan Jamaludin Al-Afgani,ketika ia datang ke Mesir
dalam perjalanan ke Istambul.Dalam perjumpaan ini Al-Afgani memberikan beberapa
pertanyaan kepada Muhammad Abduh dan kawan-kawan mengenai arti dan maksud beberapa
ayat Al-Qur an .Kemudian ia memberikan tafsirannya sendiri.Perjumpaan ini memberikan
kesan yang baik didalam diri Muhammad Abduh.
b. Perlawanan terhadap buku yang tendensius, untuk diperbaiki dan disesuaikan dengan
pemikiran rasional dan historis
c. Reformasi al-Ahzar yang merupakan jantung umat Islam. Jika ia rusak maka rusaklah
umatnya, dan jika ia baik maka baik pula umat Islam.
d. Menghidupkan kembali buku-buku lama untuk mengenal intelektualisme Islam yang ada
dalam sejarah umatnya. Dan mengikuti pendapat-pendapat yang benar disesuaikan
dengan kondisi yang ada.
6
Abduh memperjuangkan sistem pendidikan fungsional yang bukan impor, yang
mencangkup pendidikan univerrsal bagi semua anak, laki-laki maupun perempuan.
Semuannya harus mempunyai kemampuan dasar seperti membaca, menulis dan berhitung.
Semuanya harus mendapat pendidikan agama, mengabaikan perbedaan sektarian dan
menyoroti perbedaan Islam-Kristen.
Kata Muhammad Abduh bahwa sesungguhnya kurikulum yang baik di sekolah Islam
adalah berkaitan dengan ilmu-ilmu agama dan ilmu-ilmu modern. Kedua kategori ilmu
tersebut hendaknya berhasil dalam pembinaan akhlak. Sesungguhnya kata Muhammad Abduh
bahwa kemajuan ilmu di mulai dari Timur baru ke Barat, kemudian saat ini kita harus
mengambil kembali ilmu-ilmu yang hilang dari kita, apalagi ilmu-ilmu tersebut dikuasai oleh
orang-orang di Barat. Dari penjelasannya tersebut, dapat dipahami bahwa pada masa
Muhammad Abduh ilmu-ilmu modern itu berkembang di negeri Barat yang pada awalnya
berasal dari negeri Timur, maka ilmu yang hilang itu harus dicari kembali dari negeri Barat.
Isi dan lama pendidikan harus beragam, sesuai dengan tujuan dan profesi yang
dikehendaki pelajar. Abduh percaya bahwa anak tukang kayu dan petani harus mendapat
pendidikan minimum agar dapat meneruskan jejak ayahnya. Kurikulum sekolah ini harus
meliputi buku ikhtisar doktrin Islam yang berdasarkan ajaran sunni dan tidak menyebut-nyebut
perbedaan sektarian, teks ringkasan yang memaparkan secara garis besar pondasi kehidupan
etika dan moral dan menunjukkan mana yang benar dan mana yang salah, dan teks ringkas
sejarah hidup Nabi Muhammad, kehidupan sahabat dan sebab-sebab kejayaan Islam.
Kurikulum yang diajarkan pada Sekolah Menengah, semua yang ada dalam Sekolah
Dasar, hanya saja materi-materi lebih diperdalam dan diperluas lagi. Adapun ciri-ciri yang lain
pada kurikulum di sekolah menengah sebagai berikut:
b) Akidah, Pada tingkat ini materi yang dikemukakan dengan pembuktian akal dan dalil-
dalil yang pasti.
7
c) Fikih dan akhlak. Pada tingkat ini pelajaran fikih dan akhlak hanya pengembangan
yang diberikan pada tingkat dasar.
d) Sejarah Islam. Materi pelajaran di sini adalah pengembangan dari materi sejarah Islam
pada tingkat dasar.
Pada tingkat ini, ilmu kalam diberikan dengan menerangkan aliran-aliran yang terdapat
dalam ilmu kalam, dengan menjelaskan dalil-dalil yang menopang pendapat setiap aliran. Pada
tingkat ini, pelajaran ilmu kalam tidak bertujuan untuk memperteguh akidah, tetapi untuk
memperluas cakrawala pemikiran siswa.
Tafsir al-Qur’an, Hadits, khususnya yang dikutip para mufassir dalam menafsirkan al-
Qur’an, Akhlak dengan penjelasan yang rinci seperti yang dilakukan oleh Imam al-Ghazali
dalam Ihya Ulum al-Din dan mencocokkannya dengan akidah Islam, serta Ushul Fiqh, Sejarah
yang lama dan yang baru, logika dan khithabah, Ilmu kalam dan penelitan agama.
1) Metode Menghafal
2) Metode Diskusi
8
Menurut Muhammad Abduh metode menghafal tidak efisien untuk proses belajar
mengajar karena hanya menghafal saja tanpa ada pemahaman sehingga Ia menerapkan metode
diskusi.
Dalam hal metode darmawisata misalnya menyebutkan bahwa rihlah adalah rukun
dalam pendidikan. Ketika ingin mengajarkan kepada anak didik materi “pesawat” hendaknya
mereka dibawa langsung ke bandara. Ketika ingin mengajarkan “kapal” hendaknya anak didik
dibawa ke pelabuhan. Metode pengajaran seperti disebutkan di atas sangat lebih tepat
digunakan pada sekolah dasar dimana kemampuan berpikir abstrak anak didik belum matang.
5) Metode Demontrasi
6) Metode Latihan
Untuk mengintegrasikan antara pendidikan akal dan jiwa, guru di sekolah harus
menyuruh anak didik untuk melakukan shalat lima waktu bagi anak didik yang beragama islam
sebagai bentuk latihan pemahaman materi.
7) Metode Teladan
Pendidik harus dapat mendidik anak didik untuk memiliki sifat kasih sayang terhadap
sesama manusia dengan memberi tauladan kepada anak didik. Tauladan yang baik jauh lebih
berpengaruh kepada jiwa anak didik dari pada sekedar teori.
8) Langkah-Langkah Mengajar
9
Muhammad Abduh mengajar dengan menempuh tiga langkah, yaitu: mengutarakan
materi (matan), menerangkan (al-syarh), menyebutkan hasyiyah-hasyiyah-nya. Terkadang
Muhammad Abduh menambahkan langkah terakhir dengan keputusan atau penentuan sikap.
Kalau dilihat dari langkah-langkah yang ditempuh Muhammad Abduh ini, maka dapat
disimpulkan bahwa langkah-langkah pengajaran tersebut pada materi yang mangandung
perbedaan pendapat seperti materi pelajaran ilmu kalam dan fiqh. Muhammad Abduh berusaha
agar anak didiknya tidak membaca hasyiyah suatu buku.
Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam memahami pemikiran Muhammad
Abduh tentang metode pendidikan dan pengajaran. Ia berpendapat bahwa metode
penyampaian ilmu kepada manusia tidak selalu sama. Metode dapat berubah sesuai dengan
perubahan tempat dan zaman. Contoh yang dikemukakan Muhammad Abduh adalah teknologi
pos dalam mengirim uang. Mestinya amanah penitipan uang mesti disampaikan langsung
kepada orang yang bersangkutan, tetapi dengan adanya teknologi pos ini, maka caranya pun
mengalami perubahan.
Kompetensi Pendidikan
a. Tugas Guru
Pendidikan adalah tugas guru yang pertama dan pengajaran adalah tugas keduanya.
Menurut Muhammad Abduh, hendaknya dalam pengajaran di sekolah-sekolah selalu
diperhatikan pendidikan akal [intelektual] dan jiwa [spiritual] , sehingga anak didik
menemukan kebahagiaan yang sempurna selama ia hidup.”
Sebenarnya tugas seorang guru tidak sekedar mengajarkan ilmu pengetahuan kepada
anak didik, karena tugas utamanya adalah mendidik dan mengajar dalam pengertian yang
terbatas.
10
b. Kompetensi Guru
Muhammad Abduh menghendaki guru yang profesional, tahu akan ilmu pendidikan,
ilmu psikologi, dan sebagainya. Hanya saja ia tidak merincikan kompetensi seorang guru,
tetapi setidaknya kritikannya itu dapat dilihat dari potret dirinya sebagai seorang guru
sebagaimana digambarkan oleh C.C.Adams. Mengenai guru yang baik pakar pendidikan C.C
Adams menggambarkan bahwa Muhammad Abduh merupakan seorang guru yang bijaksana,
mengetahui keadaan objektif muridnya, baik fisik, mental, dan pengetahuan, sehingga dapat
mengkomunikasikan segala sesuatunya selama proses pengajaran secara benar. Dalam hal ini,
Muhammad Abduh berkata; “Seharusnya guru memilik pengetahuan atau pertimbangan yang
memadai tentang muridnya, sehingga ia dapat menilai pemikiran dan kesiapan muridnya untuk
menerima apa yang dikatakannya.
Telah dikatakan oleh Muhammad Abduh bahwa agama tidak satu tetapi bermacam-
macam dan demikian juga madzhab-madzhab dalam agama masing-masing. Oleh sebab itu,
hendaknya satu agama dengan agama yang lain saling menghormati akidah masing-masing
dan tidak menghina akidah orang lain.
e. faktor pendidik
11
Menurut Muhammad Abduh sebagaimana dikutip oleh Muhammad Imarah, pada
umumnya pendidikan sekolah pada masa Kerajaan Utsmani tidak membuahkan hasil apa-apa,
dan para lulusan sekolah-sekolah dasar itu tidak memperhatikan terjadinya proses
perkembangan fitrah mereka. Terbukti bahwa perilaku mereka tidak mencerminkan kesucian
fitrah mereka.
Tugas sebagai anak didik tentunya bermacam-macam. Ada tugasnya terhadap dirinya,
terhadap orang tuanya, terhadap teman-temannya, terhadap gurunya, terhadap pendidikan, dan
sebagainya. Tugas anak didik terhadap pendidikan menurut Muhammacl Abduh adalah belajar
bersungguh-sungguh. Pendapatnya ini didukung oleh data bahwa ketika ia mengajar di
Universitas al-Azhar, mewajibkan mahasiswa bersungguh-sungguh dalam belajar, tidak boleh
memiliki kesibukan selainnya.Ia juga mewajibkan mahasiswa untuk mengikuti ujian umum
tahunan setelah mereka mengikuti ujian sesuai dengan tingkatan, kepintaran, dan kapasitas
keilmuan mereka secara lisan.
Pada fitrahnya, manusia ingin mulia dan dimuliakan. Salah satu bentuk pemuliaan di
sekolah adalah pemberian beasiswa, baik beasiswa prestasi ataupun beasiswa tidak mampu.
Dalam hal ini, Muhammad Abduh dalam pembaharuannya di Universitas al-Azhar
memberikan beasiswa bagi para mahasiswa berprestasi sebagai motivasi untuk lebih
bersemangat lagi dalam belajar. Beasiswa yang diberikan kepada mahasiswa termasuk leaving
cost.
Belajar untuk memperoleh ilmu tentu tidak cukup hanya didapatkan dari guru. Demi
memperluas wawasan, anak didik harus senang membaca. Fasilitas perpustakaan adalah salah
satu wadah untuk menciptakan cinta membaca. Dalam kaitannya dengan perpustakaan,
Muhammad Abduh dalam pembaharuannya di Universitas Al-Azhar sangat apresiatif terhadap
pengembangan, perpustakaan yang menginventarisir buku-buku.
Dalam rangka menciptakan kesungguhan belajar anak didik, maka perlu dibuat aturan-
aturan, salah satunya adalah sistem droup out. Berkenaan dengan drop out, Muhammad Abduh
12
juga menerapkan sistem ini di Universitas al-Azhar. Paling lama seseorang kuliah di
Universitas al-Azhar lima belas tahun. Delapan tahun pertama, mahasiswa bisa mendapatkan
ijazah lokal dan empat tahun berikutnya bisa mendapatkan ijazah sarjana.
BAB III
13
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
Dengan adanya makalah ini pemakalah berharap kepada kita semua agar selalu ingat
akan perjuangan para pencetus dan penyebar pembaharuan-pembaharuan yang mempengaruhi
kehidupan kita saat ini.
DAFTAR PUSTAKA
14
Aziz, Ahmad Amir. 2009. PEMBARUAN TEOLOGI : Perspektif Modernisme Muhammad
Abduh dan Neo-Modernisme Fazlur Rahman. Yogyakarta : Teras. 10 Agustus
2019.
Mohammad, Herry. dkk. 2006. Tokoh-Tokoh Islam Yang Berpengaruh Abad 20. Jakarta:
Gema Insani. 10 Agustus 2019.
Nasution, Harun. 1975. Pembaharuan Dalam Islam Sejarah Pemikiran dan Gerakan. Jakarta:
Bulan Bintang. 10 Agustus 2019.
Nata, Abbudin. 2012. Pemikiran Pendidikan Islam dan Barat. Jakarta : Raja Grafindo
Persada. 10 Agustus 2019.
Saefuddin, Didin. 2003. Pemikiran Modern dan Postmodern Islam : Biografi Intelektual 17
Tokoh. Jakarta : PT Grasindo. 10 Agustus 2019.
Sani, Muhammad. 1998. Lintas Sejarah Pemikiran Modern dalam Islam.Jakarta : PT Raja
Grafindo Persada. 10 Agustus 2019.
15