Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

TOKOH PEMBAHARU ISLAM PADA MASA MODERN

MUHAMMAD ABDUH

Guru Pengampu: Nunung Nur Alfiah, S.Pdl

Kelompok 5 :

1. Eno Agissa Elfariani (10)

2. Leni Aprilia (15)

3. Ratu Avelyani (24)

4. Tellin Ellysa Putri (30)

5. Wahyuni Eka Sari (35)

XI MIPA 1

KATA PENGANTAR
Bismillahirrohmanirrohim.

Teriring salam dan doa kepada Tuhan Yang Maha Kuasa yang telah
memberikan kami kesehatan sehingga masih bisa menikmati segarnya
udara sampai saat ini. Begitupun pada kekasihNya yang senantiasa
membagikan ilmunya pada kami semua sampai kita bisa sampai pada
abad peradaban ini, Muhamad SAW.

Kepada kedua orang tua kami juga yang senantiasa memberkati kami
dengan doa-doa ijabahnya, sehingga kami masih bisa menjadi salah satu
generasi penerus kesuksesan.Dan kepada ibu guru mapel agama yang
senantiasa memberikan ilmunya untuk menambah khazanah keilmuan
kami.Dan tidak lupa untuk semua sahabat-sahabat yang selalu
medukung kami dan senantiasa berbagi ilmu bersama untuk menjadi
insan cendikia yang bijaksana.Terimakasih.

Tak ada sesuatu pun yang sempurna di dunia ini.Karena itulah pasti
masih banyak kekhilafan yang kami lakukan dalam penulisan makalah
ini.Kritik dan saran selalu kami nantikan agar menjadi pembaikan bagi
kami dalam setiap pembelajaran hidup yang kami jalani.

Alhamdulillah.

Wirosari, 4 Mei 2023

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
BAB 1 PENDAHULUAN 3
1.1 Latar Belakang 3
1.2 Rumusan Masalah 4
1.3 Tujuan Penulisan 4
BAB 2 PEMBAHASAN 5
2.1 Biografi 5
2.2 Profesi Muhammad Abduh Sebagai Guru dan Jurnalis 7
2.3 Ide Ide Pembaharuan Muhammad Abduh 7
2.4 Karya Karya Muhammad Abduh 9
BAB 3 PENUTUP 13
3.1 Analisis 13
3.2 Kesimpulan 13
DAFTAR SUMBER 15
BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pembaharuan pemikiran merupakan sebuah keniscayaan dalam kehidupan. Berfikir dan


mengadakan pembaharuan merupakan salah satu kristalisasi dari eksistensi kehidupan.
Melalui hasil pemikirannya, manusia senantiasa beroientasi pada kehidupan yang lebih baik
di masa mendatang. Dalam konteks Islam, pembaharuan Islam atau pemikiran Islam modern
muncul sebagai akibat dari perubahan besar dalam berbagai bidang kehidupan manusia, seiring
dengan kemajuan pesat dalam ilmu pengetahuan dan teknologi modern. Tidak heran,
kalau kemudian muncul masalah-masalah serius dalam bidang keagamaan, dan bagaimana
merelevansikannya dengan kondisi ke-kini-an (modern).

Salah satu sebabnya adalah, karena dalam agama terdapat ajaran yang mutlak (obsolut,
qath’i). Aspek ajaran ini diyakini sebagai dogma yang harus dianut. Sikap dogmatis ini
mendorong orang menjadi tertutup, eksklusif, dan tidak menerima pendapat dan
pemikiran baru yang –dianggap - bertentangan dengan dogma tersebut. Sikap dogmatis juga,
membuat orang berpegang teguh pada pendapat dan pemikiran lama dan tidak bisa menerima
perubahan. Dogmatisme membuat orang bersikap tradisional, statis, dan tidak rasional.

Hal inilah yang tidak dikehendaki oleh para tokoh pembaharuan pemikiran Islam.
Ummat Islam harus rasional, modern dan menerima perubahan dan pembaharuan. Hal ini
karena Islam merupakan system ajaran universal yang “mashalih likulli zaman wa almakan”
(relevan dengan setiap zaman dan tempat (keadaan)”. Menurut mereka, pintu ijtihad belum
tertutup. Pintu ijtihad masih –dan terus – terbuka. Masih banyak hal yang perlu di-ijtihad-kan.
Masih banyak aspek ajaran Islam yang bersifat relatif (nisbi, dzanni).

Dan ini harus difikirkan serta dicarikan penafsiran dan pemahaman baru sesuai dengan
tuntutan zaman. Islam menghendaki rekonstruksi sosio-moral dan sosio-etnik masyarakat
muslim, atau sesuai –atau paling tidak mendekati- dengan tatanan kehidupan Islam ideal. Dalam
pada itu, Muhammad Abduh dikenal sebagai tokoh pemikir yang independen dan bersikap
liberal, karena banyak bersentuhan dengan peradaban barat. Karena itulah, penting untuk
mengetahui bagaimana corak pemikiran salah satu tokoh pemikir Islam yang membawa
perubahan yang besar bagi dunia Islam, khususnya Mesir.
1.2 Rumusan Masalah

Dari uraian latar belakang di atas, maka beberapa masalah yang penulis
angkat dalam penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:

1. Siapakah sosok Muhammad Abduh?

2. Bagaimana pengaruh pemikiran Muhammad Abduh terhadap


perkembangan dunia Islam?

1.3 Tujuan Penulisan

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui siapakah sosok Muhammad Abduh

2. Untuk mengetahui bagaiamana pengaruh pemikiran Muhammad Abduh


terhadap perkembangan dunia Islam.

_____________________________

Hamdani Hamid. Pemikiran Modern dalam Islam. (Kemenag, 2012). Hlm: 75.

BAB 2 PEMBAHASAN

2.1 Biografi

Nama lengkapnya adalah Muhammad Ibn Abdul Hasan Khairullah. Ia lahir di suatu desa di
Mesir Hilir, Mahallah Nasr, pada tahun 1849, namun tidak diketahui secara pasti daerahnya.
Ayahnya bernama Abduh Hasan Khairullah yang berasal dari Turki, sedangkan ibunya kurang
diketahui identitasnya, selain disebutkan dalam riwayat bahwa ia termasuk dari keturunan bangsa
Arab, Umar Ibn Khatab. Masa kecil Abduh tumbuh di sebuah desa yang tidak terlalu
mementingkan pendidikan formal, namun tidak mengabaikan pendidikan agama. Kedua orang
tua Abduh selalu mendorong dirinya untuk belajar membaca dan menghafal Al Qur’an. Sampai
kemudian, di tahun 1862 Abduh dikirim ke Tanta untuk belajar Islam lebih dalam dan
memahami ilmu Nahw, Fiqh, Sharf, bahasa Arab, dan lain sebagainya. Namun masa dua tahun di
Tanta itu dilaluinya dengan sia-sia karena ia tidak mampu untuk menyerapa apa yang
dipelajarinya.

Karena sistem pembelajaran yang tidak diminatinya, saat itu di Tanta pembelajarannya
memakai sistem menghafal, akhirnya Abduh pergi dan bersembunyi di rumah pamannya, Syekh
Darwisy Khadr. Di rumah pamannya inilah, kebiasaan buruknya yang tidak mau berteman
dengan buku ditentang oleh pamannya. Ia dipaksa untuk membaca buku, walaupun sebaris. Dan
akhirnya, dengan terpaksa Abduh membaca buku-buku yang diberikan pamannya, dan pamannya
yang telah belajar Islam lebih dalam, dan telah merantau ke luar Mesir, memberikan penjelasan
yang panjang lebar terhadap bacaannya. Dari sinilah Abduh mengerti akan apa yang dibacanya
itu, dan sadar akan pentingnya ilmu yang telah disia-siakannya itu. Selanjutnya ia kembali ke
Tanta untuk meneruskan pengajarannya tentang Islam.

________________________________

Ibid. Harun Nasution. Pembaharuan dalam Islam (Sejarah Pemikiran dan Gerakan). (Jakarta: Bulan Bintang, 1992).
Hlm: 58. Ibid. Hlm: 56.

Setelah merampungkan studinya di Tanta, kemudian ia melanjutkan belajar di Al Azhar pada


tahun 1886. Saat ia di Al Azhar, Jamaluddin Al Afghani datang ke Mesir dalam perjalanannya ke
Istambul. Ini menjadi pertemuan pertama Abduh dengan tokoh Islam yang sangat berpengaruh
pada saat itu. Kemudian pada tahun 1871, ia menjadi murid Jamaluddin Al Afghani yang paling
setia dan mulai belajar filsafat di bawah bimbingannya.

Serampungnya dari Al Azhar, pada tahun 1877, ia mengabdi di Al Azhar dan kemudian
mendirikan kegiatan belajar di rumahnya sendiri di Dar Al ‘Ulum. Sampai pada tahun 1879, saat
gurunya, Jamaluddin Al Afghani ditangkap karena dituduh mengadakan gerakan gerakan yang
menentang Khedewi Taufiq, Abduh juga dianggap terlibat dan turut ditangkap. Namun pada
tahun 1880 ia dibebaskan kembali dan diangkat menjadi tim redaktur sebuah surat kabar resmi
Mesir, Al Waqi’ al Mashriyah. Dibawah bimbingannya inilah, gerakan nasionalisme Mesir ini
mulai muncul dalam diri pemuda dan masyarakat Mesir untuk melawan tentara Inggris,
bergabung dengan perwira Urabi Pasya.

Beberapa karya yang dihasilkan oleh Muhammad abduh, antara lain:

- Karangan-karangannya di harian Al Ahram

- Majalah Al Urwah al Wusqa’, bersama dengan Jamaluddin Al Afghani.

- Al Islam Din Al Ilimwa Al Madaniyah

- Risalah Al tauhid, berbicara tentang perbuatan manusia

- Dan lain-lain

2.2 Profesi Muhammad Abduh Sebagai Guru dan Jurnalis

Setelah menyelesaikan studinya pada tahun 1877, Abduh menjadi guru di


al-Azhar dan Dar al-Ulum (tempat belajar) baru. Di sekolah-sekolah
tersebut Abduh mengajar filsafat, sejarah, dan sosiologi.Pada tahun 1880
ia diminta untuk mengedit Al-Waqai al-Misriyah (Peristiwa Mesir),
lembaran resmi. Di bawah kepemimpinannya, Al-Waqai al-Misriyah
menjadi model untuk standar prosa baru yang modern dan lugas serta
media untuk opini liberal.Kehidupan Abduh tidak dapat dikatakan tenang
tanpa permasalahan. Ketika pemberontakan Kolonel Urabi terjadi pada
tahun 1882, Abduh terlibat dan diasingkan.Ia lalu tinggal di Beirut dan
kemudian pergi ke Paris, di mana Jamaluddin telah menetap di sana
terlebih dahulu. Bersama-sama mereka mengedit jurnal yang cukup
berpengaruh, Al-Urwa al-Wuthqa (The Strongest Bond). Jurnal itu
menyerukan pembaharuan Islam dan mengecam kolonialisme di dunia
muslim.Tidak seperti mentornya, Jamaluddin al-Afghani, Abduh mencoba
menyelesaikan politik dari reformasi agama. Abduh mengusulkan
reformasi Islam dengan membawa kembali ke keadaannya yang murni
dan menyingkirkan apa yang dilihatnya sebagai dekadensi dan
perpecahan kontemporer. Pandangannya ditentang oleh tatanan politik
dan agama yang telah mapan, namun kemudian dianut oleh nasionalisme
Arab setelah Perang Dunia I.

Abduh menghabiskan tahun 1884 dan 1885 untuk melakukan


pengembaraan sebelum akhirnya menetap di Beirut. Di kota itu ia lebih
banyak menghabiskan waktunya untuk mengajar.Setelah namanya
tersohor, pada tahun 1888, Abduh kembali ke tanah kelahirannya Mesir.
Di kampung halamannya, dia bekerja sebagai hakim di meja tradisional,
dia memulai pekerjaannya di provinsi dan kemudian pada tahun 1890 di
Kairo. Selain aktif di pengadilan, ia juga menjadi juru bicara bagi orang-
orang Mesir yang kala itu berada di bawah Pemerintahan Kolonial Inggris.

2.3 Ide-ide Pembaharuan Muhammad Abduh


Faktor utama kemuduran umat Islam adalah sifat jumud didalam tubuh
umat Islam.Jumud adalah statis, tidak mau menerima dan melakukan
perubahan.Seperti dikemukakan ‘Abduh dalam al-Islam baina al-’Ilm wa
al-Madaniyyah, ia menerangkan bahwa sikap jumud dibawa ke tubuh
Islam oleh orang-orang yang bukan Arab, yang merampas puncak
kekuasaan politik di dunia Islam. Mereka juga membawa faham
animisme, tidak mementingkan pemakaian akal, jahil dan tidak kenal ilmu
pengetahuan. Rakyat harus dibutakan dalam hal ilmu pengetahuan agar
tetap bodoh dan tunduk pada pemerintah.

Keadaan ini seperti ini, menurutnya, adalah bid’ah. Masuknya bid’ah ke


dalam tubuh Islam-lah yang membawa umat lepas dari ajaran Islam yang
sesungguhnya. Untuk menyelesaikan masalah ini, ‘Abduh, sebagaimana
Abdul Wahhab, berusaha mengembalikan umat seperti pada masa salaf,
yaitu di zaman sahabat dan ulama-ulama besar.Namun, yang
membedakan faham ‘Abduh dengan Abdul Wahhab adalah umat tidak
cukup hanya kembali kepada ajaran-ajaran asli itu saja, tetapi ajaran-
ajaran itu juga mesti disesuaikan dengan keadaan modern sekarang
ini.Berikut ini beberapa ide ide pembaharuan Muhammad Abduh:

● Bidang masalah Ijtihad


ajaran yang terdapat pada Al-Qur'an dan Hadist berdifat tegas dan
terperinci. akan tetapi ajaran mengenai hidup kemasyarakatan umat
hanya merupakan dasar-dasar dan prinsip umum yang tidak
terperinci, karena yang demikian, maka ajaran tersebut dapat
disesuaikan dengan zaman. maka diperlukanlah
Ijtihad."Sesungguhnya kehidupan sosial manusia selalu mengalami
perubahan, selalu terdapat hal-hal baru yang belum pernah ada
pada zaman sebelumnya. Ijtihad adalah jalan yang telah ada dalam
syari'at Islam sebagai sarana untuk menghubungkan hal-hal baru
dalam kehidupan manusia dengan ilmu-ilmu Islam, meskipun ilmu-
ilmu Islam telah dibahas seluruhnya oleh para ulama
terdahu..."pendapat tentang dibukanya pintu Ijtihad bukan semata-
mata pada hati tetapi juga Akal.Al-Qur'an menempatkan kedudukan
yang tinggi bagi akal.

● Bidang Ilmu Pengetahuan Islam (Pendidikan)


Ilmu pengetahuan modern banyak berdasar ada hukum Alam.
sunnatullah adalah ciptaan Allah SWT. Wahyu juga berasal dari
Allah SWT. jadi, karena keduanya datang dari Allah, tidak dapat
dipertentangkan antara satu dan lainnya.Islam mestisesuai dengan
ilmu pengetahuan modern dan yang modern mesti sesuai dengan
Islam sebagaimana zaman keemasan Islam yang melindungi ilmu
pengetahuan.Dengan penuh semangat, Muhammad Abduh
menyuarakan penggalian sains dan penanaman semangat ilmiah
Barat.Muhammad Abduh berupaya memperbaharui pendidikan dan
pelajaran modern.

● Bidang Keluarga dan Wanita


Menurut Muhammad Abduh, pondasi terpenting dari masyarakat
baru adalah individu. Umat terdiri dari unit- unit keluarga. Kalau unit-
unit ini tidak memberikan lingkungan yang fungsional bagi sehat dan
fungsional perkembangan individu di dalamnya, maka pondasi
masyarakat akan runtuh.
2.4 Karya Karya Muhammad Abduh
• Al-Waridat, kitab yang pertama dikarangnya ketika masih menjadi
mahasiswa Al-Azhar, menerangkan Ilmu Tauhid menurut segi
Tasawuf yang dijiwai oleh pokok pikiran Jamaluddin Al-Afghani.
•Wahdatul Wujud, menerangkan paham segolongan ahli Tasawuf
tentang kesatuan antara Tuhan dan makhluk, yakni bahwa alam ini
adalah pengejawantahan Tuhan.
•Syarh Nahjil Balaghah, memuat kesusasteraan bahasa Arab yang
berisi Tauhid dan kebesaran agama Islam.
•Falsafatul Ijtima’i wat Tarikh, disusun ketika memberi kuliah sejarah
di Darul Ulum. Menguraikan Falsafah Sejarah dan perkembangan
masyarakat.
•Syarh Bashairin Nashiriyah, uraian ringkasan tentang Ilmu Manthiq
(logika) yang telah dikuliahkan di Al-Azhar dan diakui sebagai kitab
terbaik dalam ilmu itu.
•Risalah At-Tauhid, uraian tentang Tauhid yang mendapat sambutan
terbaik dari kalangan ulama Muslim dan dari kalangan agama lain.
Menterinya telah dikuliahkan di Beirut, menerangkan bagaimana
hendaknya manusia dapat mengenal Keesaan Tuhan dengan dalil-
dalil rasional. Kitab ini tidak hanya dibaca oleh kaum Muslimin tetapi
juga oleh orang-orang terpelajar Masehi. Kitab ini telah ditetapkan
menjadi bahan kuliah di Al-Azhar.
•Al-Islam wa An-Nashraniyah ma’a Al-Ilmi wa Al-Madaniyah, yaitu
tangkisan Abduh terhadap serangan Menteri Luar Negeri Prancis,
Hanoyoux. Menteri ini mendakwa bahwa ajaran Islam itu
menghambat kemajuan. Dalam kitabnya ini, ia memperbandingkan
tanggapan kedua agama itu terhadap kemajuan serta membuktikan
bahwa ajaran Islam lebih memperhatikan serta mendorong ke arah
kemajuan daripada agama Masehi.
•Tafsir Surat Al-Ashri, yaitu tafsir yang mula-mula dikuliahkan di Al-
Azhar kemudian diceramahkan kepada kaum Muslimin dan
mahasiswa di Al-Jazair.
•Tafsir Juz Amma, Tafsir Al-Qur’an juz ke-30 ini diajarkan oleh Abduh
di Madrasah Al-Khairiyah, isinya menghilangkan segala macam
takhayul dan syirik yang mungkin menghinggapi kaum Muslimin.
•Tafsir Muhammad Abduh, tafsir ini disusun oleh Rasyid Ridla dari
kuliah yang diberikan Abduh di Al-Azhar dan baru sampai juz ke-10.
Setelah Abduh wafat, penafsiran diteruskan oleh Rasyid Ridla hingga
juz ke-12. Mula-mula dimuat berturut-turut dalam majalah Al-Mannar
kemudian dibukukan dengan nama Tafsir Al-Mannar. Pengaruh tafsir
ini sangat besar bagi kebangkitan umat Islam sedunia.

BAB 3 PENUTUPAN

3.1 Analisis
Dari beberapa uraian yang dijelaskan dalam tema pembahasan pada
bab sebelumnya, bahwa pemikiran Muhammad Abduh ini memiliki
dampak yang sangat besar sekali terhadap perkembangan dunia
Islam pada masa selanjutnya. Banyak dari beberapa tokoh pemikir
Islam modern yang terinspirasi dari hasil pemikirannya dan mencoba
untuk melanjutkan perjuangan Abduh dalam mengembalikan masa
keemasan Islam dengan majunya ilmu pengetahuan.
Rasyid Ridha adalah salah satu muridnya yang sangat menjunjung
tinggi hasil pemikiran Muhammad Abduh, walaupun pada
kenyataanya hasil pemikiran Ridha tidak sepenuhnya persis dengan
pemikiran Abduh, namun Ridha tetap menjunjung tinggi dan
melanjutkan perjuangan Abduh dalam mengembalikan kemajuan
Islam.
Abduh sangat menjunjung tinggi kedudukan akal dalam kehidupan
manusia. Dengan akal manusia akan mampu mengubah dunia ini
sesuai dengan apa yang diinginkannya. Dengan akal pula manusia
mampu untuk mengubah dunia semaunya, sesuai dengan
kebutuhannya. Karena itulah, akal sangat penting dalam
perkembangan kehidupan manusia untuk meraih kesuksesan hidup,
dan kemajuan peradaban manusia. Namun daripada itu, akal juga
terbatas karena merupakan sebuah mahluk yang diciptakan Tuhan
Yang Maha Kuasa, sehingga akal dalam menciptakan ilmu baru harus
sesuai dengan ketentuan yang berlaku, tidak melewati batas-batas
hukum ilahi. Manusia bebas memilih dan menentukan jalan hidupnya,
namun keputusan terkahir tetap berada di bawah kuasa Tuhan Yang
Maha Kuasa.

3.2Kesimpulan
Abduh dalam perjuangannya untuk mengembalikan kemajuan umat
Islam, memberikan penyadaran kepada umat Islam untuk lepas dari
tradisi jumud dan taklid yang hanya tunduk patuh pada dogma ulama
salaf yang sudah tidak sesuai dengan perkembangan zaman. Akal
sebagai salah satu karunia terbesar yang Tuhan anugerahkan bagi
manusia harus senantiasa dimanfaatkan dengan cara berfikir
dinamis demi kemajuan bersama.
Namun daripada itu, ajaran-ajaran yang diturunkan Tuhan melalui
Nabinya yang berupa wahyu juga tidak boleh untuk dikesampingkan.
Akal dalam melaksanakan ijtihadnya harus berrdasarkan pada ajaran
wahyu sebagai ciptaan Tuhan dan dasar utama umat Islam, yakni Al
Quran dan Hadis.
Manusia dalam menjalani kehidupannya berhak untuk memilih hal
yang terbaik dalam hidupnya, selagi tidak bertentangan dengan
Hukum Tuhan. Dan semua yang ditentukan oleh Tuhan, manusia
diwenangkan untuk berikhtiar dalam memperoleh kebaikan dalam
hidupnya, sehingga bisa mencapai kebahagiaan. Namun segalanya
tetap ada dalam kekuasaan Tuhan yang memutuskan kahir dari
segalanya. Selagi manusia berbuat baik, maka Tuhan pun akan
memberikan yang terbaik sesuai dengan apa yang diusahakannya.

Anda mungkin juga menyukai