Anda di halaman 1dari 24

GERAKAN PEMIKIRAN PEMBAHARUAN MUHAMMAD ABDUH

MAKALAH

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah PMDI

Yang Diampu Oleh : Drs. H. Karsidi Diningrat, M.Ag

Oleh :

Muhammad Fathurrahman (1204010097)

Nabyla Nurbaittillah Putri (1204010103)

Neng Fuji Afrianti (1204010108)

Neng Sindi Eldes Fitriyani (1204010110)

JURUSAN BIMBINGAN KONSELING ISLAM/5/C

FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI

UIN SUNAN GUNUNG DJATI

BANDUNG

2022
KATA PENGANTAR

‫بسم هللا الرحمن الرحيم‬

Segala puji bagi Allah yang Maha Suci dan Maha Kuasa, serta syukur kepada Allah
yang Maha Ghofur. Tak lupa sholawat serta salam kami haturkan kepada baginda alam yakni
habibana wanabiyana wa maulana kanjeng Nabi Muhammad SAW. Yang menjadi penerang
di seluruh alam. Atas rahmat dan karunia dari Allah SWT kami bisa menyelesaikan makalah
ini yang berjudul “Gerakan Pemikiran Pembaharuan Muhammad Abduh”.

Kami ucapkan terima kasih banyak kepada pihak-pihak yang telah memberikan dorongan dan
motivasi yang sangat berharga untuk kami agar kami menyelesaikan makalah ini. Juga terima
kasih banyak kepada bapak Drs. H. Karsidi Diningrat, M.Ag selaku dosen pengampu mata
kuliah Penyuluhan Agama.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna meskipun sudah
disertai dengan usaha yang semaksimal mungkin. Oleh karena itu, dengan rendah hati kami
akan menerima kritik dan saran dari bapak dosen maupun dari pembaca agar saya dapat
memperbaiki makalah ini. Kami berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua
khususnya untuk kami dan umumnya untuk semua yang membacanya.

Bandung, 08 Oktober 2022

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...............................................................................................ii


DAFTAR ISI .............................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN ..........................................................................................1
A. Latar Belakang................................................................................................1
B. Rumusan Masalah ...........................................................................................2
C. Tujuan .............................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN ............................................................................................3
A. Riwayat Hidup Muhammad Abduh.................................................................3
B. Pembaharuan Muhammad Abduh...................................................................5
C. Peranan Dan Pengaruh Muhammad Abduh Dalam Pembaharuan Islam......13
KESIMPULAN ........................................................................................................20
DAFTAR PUSTAKA ...............................................................................................21

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Beberapa tahun terakhir ini telah terjadi kelesuan pembaharuan pemikiran Islam di
Indonesia yang luar biasa. Para aktivis pembaharu terlihat sangat khawatir untuk
mengemukakan gagasan barunya. Tulisan-tulisan di media masa berkaitan dengan
pembaharuan sudah jarang muncul. Diskusi-diskusi hanya dilakukan di ruang terbatas dan
monolog serta homogen. Meskipun di sana sini terlihat ada gejala pemikiran umat Islam
tertentu yang muncul melalui media khutbah misalnya, tetapi terkesan berjalan di tempat atau
bahkan mundur beberapa langkah. Upaya kelembagaan juga dilakukan seperti apa yang
dilakukan apa yang dilakukan oleh Kementerian Agama melalui Annual Conference of
Islamic Studies.

Tetapi hal ini pun tidak luput dari tantangan yang disebutkan di atas. Salah satu
contohnya adalah gagalnya Nasr Abu Zayd untuk menghadiri acara penting tersebut ketika
dilaksanakan di Riau dan pada seminar internasional Islam, Democracy and Good
Governance in Indonesia yang dilaksanakan oleh IAIN Riau pada tanggal 21-24 November
2007 dan Seminar Internasional dengan tema Muslim Intelectuals as Agents of Change oleh
UNISMA Malang pada tanggal 27-29 November 2007 di Batu Malang. Pada saat itu, dari
berbagai media diketahui bahwa penyebab gagalnya Nasr Abu Zayd menghadiri kedua acara
tersebut, meskipun yang bersangkutan sudah sampai di Indonesia, adalah akibat adanya
tekanan dari gerakan anti pembaharuan Islam oleh sejumlah gerakan Islam. Munculnya
gagasan-gagasan lama untuk mengembalikan kehidupan umat Islam ke abad-abad yang silam
adalah pertanda jelas tantangan pembaharuan dalam Islam itu.

Sejarah pembaharuan pemikiran di dunia Islam (Arab, Mesir, India, Turki, Iran,
Indonesia, Syria dan Tunisia) telah bergulir sejak abad 18 atau awal abad 19. Di tanah Arab
ditandai dengan gerakan Muhammad bin ‘Abd al-Wahhab dengan semangat pemurnian
akidahnya. Gerakan pemurnian ini merupakan respon ‘Abd al-Wahhab terhadap realitas umat
Islam yang menurutnya bertentangan dengan Islam yang dipahaminya.

Di Indonesia, gerakan pembaharuan Islam secara kelembagaan atau organisasi


keagamaan sudah dimulai sejak pergantian abad 20 ke abad 21 yang lalu. Salah satu

iv
organisasi yang paling berjasa dalam hal ini adalah Muhammadiyah yang didirikan pada
tahun 1912 oleh KH. Ahmad Dahlan. Muhammadiyah memulai pembaharuannya dengan
mendirikan sekolah-sekolah. Tetapi perkembangan terakhir menunjukkan bahwa peran
pemikir muda Muhammadiyah telah memberikan kontribusi yang amat besar bagi
pembaharuan pemikiran di Indonesia. Sedangkan gerakan pembaharuan pemikiran secara
perorangan dan signifikan baru dimulai pada pertengahan kedua dari abad ke 20. Nama-nama
yang perlu disebutkan di antaranya Harun Nasution, Nurcholish Madjid, Munawir Sjazali,
dan Abdurrahman Wahid.

B. Rumusan Masalah
1. Siapa itu Muhammad Abduh?
2. Dimanakah ia belajar dari kecil hingga dewasa?
3. Bagaimana pemikiran pembaharuan yang dikembangkan oleh Muhammad
Abduh?
4. Apa saja pemikiran pembaharuan tersebut?
5. Apa peran dan pengaruh Muhammad Abduh dalam pembaharuan Islam?

C. Tujuan
1. Mengetahui biografi dari Muhammad Abduh.
2. Mengetahui riwayat pendidikan Muhammad Abduh.
3. Mengetahui pemikiran pembaharuan oleh Muhammad Abduh.
4. Mengetahui peran Muhammad Abduh dalam pembaharuan Islam
5. Mengetahui apa saja pengaruh Muhammad Abduh dalam dunia Islam.

v
BAB II

PEMBAHASAN

A. Riwayat hidup Muhammad Abduh

Belum diketahui secara pasti tanggal lahir, tempat lahirnya Abduh. Mungkin karena orang
tuanya berasal dari Desa dan hidup berpindah-pindah sehingga tidak penting untuk
mencatatnya, lebih tepatnya ia lahir pada masa pemerintahan Ali (1805-1849). Umumnya
literatur-literatur yang di temukan menyatakan, Abduh lahir pada tahun 1849 di sebuah Desa
di Mesir Hilir. 1

Menjelang lahirnya, Mesir berada di bawah penguasa tunggal Ali, raja yang absolut. Raja
yang menguasai sumber kekayaan, terutama tanah yang ada di negeri itu, pertanian dan
perdagangan juga di kuasainya. Di darah-daerah itu, para pegawai Ali bersikap keras, kejam
dalam melaksanakan kehendak dan perintahnya. Rakyat merasa tertindas. Untuk menghindari
kekerasan yang dijalankan para pegawai Ali, rakyat meninggalkan dari daerahnya dan
terpaksa berpindah-pindah tempat.

Keadaan demikian dialami pula orang tua Abduh. 2 Ayahnya bernama Abduh Bin Hasan
Khairulah, berasal dari Turki yang telah lama tinggal di Mesir. Sedangkan Ibunya berasal
dari bangsa Arab yang silsilahnya sampai ke suku bangsanya Umar bin Khatab. Abduh lahir
dan menjadi dewasa bersama dua saudara perempuannya dalam lingkungan desa di bawah
asuhan ibu dan bapak yang tidak mengenal pendidikan sekolah, tetapi mempunyai jiwa
keagamaan yang kuat.3 Sejak kecil Abduh belajar membaca dan menulis Al-Qur'an. Setelah
mahir ia diserahkan kepada seorang guru untuk dilatih menghafal Al-Qur'an. Abduh dapat
menghafal dalam waktu dua tahun. Dalam usia 13 tahun Abduh dikirim ke Tanta untuk
belajar agama di Mesjid Syaikh Ahmad. Disini ia belajar ilmu kalam, bahasa Arab dan Fikih.
Setelah dua tahun belajar ia merasa jenuh dan tidak mengerti apa-apa. Mungkin karena

1
Ris'an Rusli, Pambaharuan Pemikiran Modern dalam Islam Op.Cit., Hlm. 99.
2
Harun Nsution, Muhammad Abduh dan Teologi Rasional Mu'tarilah (Jakarta:UI Press, 1987), Him. 10.
3
Ibid., Hlm. 100.

vi
metode pembelajarannya bersifat hafalan, kemudian ia memutuskan pulang dengan cita-cita
menjadi petani di desa.4

Dalam usia 16 tahun Abduh menikah, 40 hari setelah itu Abduh dipaksa oleh orang
tuanya belajar kembali ke Tanta (Theologi School). Karena trauma belajar hafalan, ia pergi
meninggalkan kampung, tapi bukan ke Tanta untuk bersembunyi di rumah salah satu
pamannya. Diluar dugaan Abduh disana bertemu dengan teman ayahnya, Syakh darwis
Khadir. Darwis mengetahui bahwa Abduh tidak mau belajar maka Darwis dengan sabar
membujuk dan mengajarinya dengan metode teks reading. Setiap kalimat dibacanya
diberikan penjelasan yang luas oleh Darwis, sampai akhirnya minat belajarnya tumbuh
kembali, selanjutnya ia memutuskan belajar kembali di Tanta.

Pada usia 17 tahun, Abduh melanjutkan studinya di Al-azhar Kairo. Lima tahun kemudian
ia berjumpa dengan Afghani yang datang ke Mesir dalam perjalanannya ke Istanbul. Abduh
sangat tertarik kepada kuliah-kuliah yang diberikan Afghani, setelah itu Abduh menjadi
muridnya yang paling setia. Diantara mata kuliah yang menarik perhatiannya yaitu filsafat,
sejarah, hukum dan pemikiran teologi rasional. Pada tahun 1877. lulus dari al-Azhar dengan
gelar Alim. Setelah lulus di al-Azhar, Abduh mulai mengajar, mulanya di Al-Azhar,
kemudian di Darul Ulum dan di rumahnya sendiri. Diantara buku yang di ajarkannya adalah
buku akhlak karangan Ibn Miskawaih, Mukahadimah Ibn Khaldun dan sejarah kebudayaan
Eropa karya Geizot. Dua tahun ia mengajar, Abduh di tuduh terlibat gerakan politik anti
pemerintah. Ia di asingkan ke luar kota Kairo, setahun kemudian ia di bolehkan kembali ke
Kairo. Pada tahun yang sama (1880) di angkat menjadi redaktur surat kabar resmi pemerintah
Mesir, al Waqa' al-Misriyyat.5 Berselang dua tahun Abduh ikut berperan dalam Revolusi
Nasional. Urabi Pasya. Bersama pemimpin lainnya ia dipenjarakan kemudian di asingkan ke
Beirut. Sesudah itu ia pergi ke Paris. Pengasingannya ke Paris bukan membuat ia terkucil,
malahan semakin memberikan keleluasaan untuk membuat gerakan. Di Paris ia bertemu
dengan Afghani. Bersama gurunya Abduh menerbitkan jurnal gerakan politik dan
keagamaan, yaitu al-Urwat al-Wutsqa.

Empat tahun kemudian (1884) melalui bantuan teman-temannya Abduh di izinkan


kembali ke Mesir. Di Mesir tidak lagi di izinkan mengajar, pemerintah kawatir terhadap
pengaruh politiknya kepada mahasiswa. Betapa pun al-Azhar sangat membutuhkan

4
Harun Nasution, Ensiklopedia Islam Indonesia, (Jakarta:Djambatan, 1992), Hlm. 6.
5
Ibid, hlm 7.

vii
kemampuan intelektualnya. Kemudian ia memilih bekerja sebagai hakim di salah satu
pengadilan.6

Tahun 1894 Abduh diangkat menjadi anggota Majelis Tinggi al-Azhar. Kesempatan yang
baik ini ia gunakan untuk mengadakan perubahan dan perbaikan yang mendasar dalam
lembaga pendidikan tinggi yang dianggapnya kolot. Lima tahun kemudian (1899) ia diangkat
menjadi mufti Mesir. Kedudukan terhormat ini dijabatnya sampai akhir hayatnya tahun 1905.
Abduh Semasa hidupnya banyak menulis buku, majalah, surat kabar dan brosur-brosur.
Buku-buku yang di tulisnya antara lain: Al-Islam din al-Ilm wa al- Madaniah, Al-radd Badi'
al Dahriah, Risalah al-tawhid, magamat Badi'i al-zaman al Hamdani, Najh al-balaghah,
Hasyah'ala Sharh al-Dawani li al-Aqaid al Adudiah.7 Salah satu tafsir al-Mannar karya Abduh
yang terkenal tidak dapat diselesaikannya dimana, hanya sebagiannya saja yang dapat terbit
pada masa hidupnya. Tafsir tersebut kemudian diperiksa kembali dan diselesaikan oleh
kawan dan murid-muridnya juga, yaitu Rasyid Ridha, dan dimuat pertama-tama dalam
majalah al-Manar, yang merupakan organ utama untuk memancarkan pikiran-pikirannya.
Majalah al-Manar diterbitkan sejak tahun 1897 di bawah pimpinan Rasyid Ridha. Selain itu
untuk mengenangkan jasa gurunya, ia banyak menerbitkan buku-buku yang di karang oleh
Abduh. Diantara ceramah-ceramah Abduh yang besar pengaruhnya pada orang banyak, dua
buah diantaranya, di terjemahkan ke dalam bahasa Prancis oleh Thal'at, dengan judul
L'Europe er I'Islam (Eropa dan Islam).Meskipun Abduh baru belajar bahasa Prancis setelah
menjadi hakim tahun 1889 M, karena terdorong kenyataan bahwa buku-buku hukum yang
menjadi pegangan para hakim masih di tulis dalam bahasa Prancis, namun dalam waktu yang
tidak begitu lama dengan kecakapan dan kemahirannya ia telah dapat menguasai bahasa
Prancis dengan cepat, serta bisa menerjemahkan ke dalam bahasa Arab dengan baik.8

Dalam usaha menerjemahkan dan mempelajari bahasa Prancis Abduh sering pergi ke
Prancis dan Switserland dan mengikuti kuliah di Universitas Genebe dalam mata pelajaran
kesusastraan dan kebudayaan penguasaannya terhadap bahasa Prancis dapat di buktikan
dengan menjelaskan kepada teman temannya tentang kata-kata Taine, filosof Prancis yang
masih janggal dalam bukunya L'intelligence, juga dapat dibuktikan dengan wasiat yang
diberikannya pada waktu sakitnya yang terakhir dengan bahasa Prancis di muat oleh Grafiel
dalam bukunya Mesir Modern. Kemudian dapat dibuktikan juga dengan menerjemahkan ke

6
Ris'an Rusli, Pambaharuan Pemikiran Modern dalam Islam Op.Cit., Hlm. 101
7
Ibid, Hlm. 102.
8
Ahmad Hanafi, Pengantar Teologi Islam, (Jakarta: Al-Husna Zikra, 1995), Hlm.159

viii
dalam bahasa Arab buku karangan filosof Inggris Spenser, yang pernah di kunjunginya itu,
dan sudah diterjemahkan ke dalam bahasa Prancis dengan judul Education.9

B. Pembaharuan Muhammad Abduh

Sebelum membahas pembaharuan Muhammad Abduh, perlu diketahui dulu yang


mendasari pemikiran pembaharuannya. Dalam pemikiran pembaharuan Abduh sangat
berkaitan dengan corak teologi yang dianutnya. Mengetahui corak teologi tentunya penting
untuk mengetahui relevansi pemikiran-pemikiran pembaharuannya dengan zaman kemajuan
ilmu pengetahuan pada masanya. Para penulis terdahulu berbeda pendapat dalam menilai
corak teologi mana yang dianut oleh Abduh.10 Penelitian terakhir yang dilakukan oleh Harun
Nasution, menunjukkan bahwa teologi Abduh bercorak rasional, dekat kepada Mu'tazilah.
Kecenderungan Abduh kepada teologi Mu'tazilah dapat dilihat dalam buku karangannya yang
berjudul Hasyah'ala Sharh al-Dawani li al-Aqaid al-Adudiah. Dalam buku itu terdapat
komentar Asy'ari komentar itu menggambarkan pemikiran Mu'tazilah.

Dengan teologi Mu’tazilah itulah ide-ide pembaharuan Abduh mempunyai ruang gerak
yang lebih luas. Di bawah sikap rasional dan paham kebebasan manusia ide pembaharuannya
bercorak dinamis, dan mempunyai arti penting dalam kemajuan umat Islam pada zaman
modern. Dengan kata lain, gagasan pembaharuannya berangkat dari asumsi dasar bahwa
semangat rasional harus mewarnai sikap pikir masyarakat dalam memahami ajaran Islam.

Dalam pemikiran pembaharuan Abduh tidak terlepas oleh pengaruh gurunya yaitu Darwis
dan Afghani. Darwis adalah seorang paman dari ayah Abduh yang mengubah jalan pemikiran
Abduh. Di ceritakan oleh Abduh sendiri bahwa Darwis mengetahui Abduh tidak mau belajar
karena Abduh mempunyai niat untuk menjadi seorang petani, tetapi niat itu tidak
diteruskannya, seperti yang dikatakan oleh Darwis bahwa Abduh benci melihat buku, dan
buku yang di berikan Darwis kepadanya untuk dibaca ia lemparkan. Buku-buku yang di
lemparkan Abduh, dipungut Darwis kembali dan diberikan kepadanya dan akhirnya Abduh
membaca juga beberapa baris. Setiap satu kalimat habis, Darwis memberikan penjelasan luas
tentang arti dan maksud yang dikandung kalimat itu. Setelah beberapa hari membaca buku
bersama sama dengan cara yang diberikan Darwis itu, Abduh berubah pikiran dan mulai

9
Ibid, Hlm, 160.
10
Syaikh Muhammad Abduh, Risalah Tauhid, Op.Cit., Hlm. 3

ix
mengerti apa yang dibacanya dan ingin mengetahui lebih banyak, akhirnya Abduh pergi ke
Tanta untuk belajar.11

Pemikiran pembaharuan Abduh tidak terlepas pula oleh pengaruh pemikiran dari
gurunya yaitu Afghani, di al-Azharlah untuk pertama kali Abduh bertemu dengan Afghani
yang banyak mempengaruhi pikiran-pikiran Abduh dalam pemikiran pembaharuan Islam.
Kecerdasan Afghani menarik perhatian Abduh. Afghani banyak memberikan kuliah sejarah,
filsafat, dan rahasia kemajuan Barat. Dan karena kekaguman kepada Afghani, Abduh banyak
terpengaruh oleh pemikiran Afghani dalam pemikiran pembaharuan Islam. Dalam pemikiran
pembaharuan Islam Afghani dan Abduh membentuk gerakan dan majalah yang bernama Al-
Urwah Al-Wusqa. Sebagaimana kata Amin, jiwa dan pemikiran yang dikandung majalah itu
berasal dari Afghani sedang tulisan yang mengungkapkan jiwa dan pemikiran itu adalah dari
Abduh. Tujuan gerakan ini adalah untuk membangkitkan semangat perjuangan seluruh umat
Islam dalam memajukan Islam dalam ekspansi Barat, Jika semangat ini bisa di tumbuhkan,
kecenderungan jumud, taklid dan menutup pintu ijtihad dapat dihilangkan.12

Ada tiga objek pokok yang menjadi sasaran pembaharuan Abduh. Pertama pembaruan dalam
bidang pendidikan. Kedua pembaharuan dalam bidang politik. Ketiga pembaharuan dalam
bidang agama, peran akal dan pembebasan dari taklid buta.

1. Pendidikan

Kecenderungan aktivitas Abduh, tampak bahwa ia lebih banyak mencurahkan


perhatiannya kepada aspek pendidikan ketimbang kepada aspek-aspek lain. Terbukti bahwa
ketika Abduh pulang dari pengasingan ia ingin menjadi tenaga pengajar dan mengabdikan
dirinya kepada pendidikan akan tetapi, ketika itu penguasa menginginkan bekerja menjadi
hakim dan menolak Abduh untuk menjadi seorang tenaga pengajar. Walaupun Abduh tidak
di izinkan menjadi seorang pendidik, tetapi dalam menjadi hakim, keputusan keputusannya
bertujuan mendidik rakyat, demikian juga ketika ia menjabat Majelis Syura (parlemen),
keputusan-keputusannya pun mendidik rakyat pula. Dengan selalu mengaitkan aktivitas
Abduh kepada pendidikan terbukti bahwa ia sangat peduli kepada pendidikan. 13 Sebagai
seorang pembaharu Abduh bukan berarti seorang revolusioner yang mengadakan
pembaharuan dalam waktu singkat, tetapi seorang pendidik yang membawa pembaharuan
melalui pendidikan yang memakan waktu panjang. Seperti yang dikatakan Rasyid Ridha
11
Harun Nasution, Pembaharuan dalam Islam, sejarah Pemikiran dan Gerakan Op. Cit., hlm, 51.
12
Harun Nsution, Muhammad Abduh dan Teologi Rasional Mu'tazilah, Op. Cit., Hlm. 17
13
Ris'an Rusli, Pembaharuan Pemikiran Modern dalam Islam, Op. Cit., Him. 106.

x
bahwa Abduh dengan gurunya Afhgani berbeda dalam soal pembaharuan mereka berdua
yang mempunyai pemahaman yang berbeda pula dalam soal pembaharuan. Pembaharuan
Afghani lebih kepada politik sedangkan Abduh pembaharuannya lebih kepada pengajaran
dan pendidikan. Dengan kata lain bahwa Afghani pemikiran pembaharuan umatnya melalui
negara sedangkan Abduh menginginkan pemikiran pembaharuan negara melalui
pembaharuan umat. Dengan kata lain pembaharuan mereka mempunyai fokusnya masing-
masing, ada yang melalui pembaharuan umat melalui negara dan ada yang melalui
pembaharuan negara melalui umat. Pada dasarnya pemikiran pembaharuan mereka saling
melengkapi satu sama lainnya.

Dalam masalah pendidikan Abduh mengusulkan kepada gurunya Afghani supaya mereka
berdua pindah ke tempat yang jauh, yang tidak dikenal orang, di tempat baru nanti mereka
pilih 10 orang pemuda cerdas untuk di didik sesuai tujuan mereka, masing-masing dari
sepuluh pemuda itu dapat pula mendidik sepuluh orang pemuda lain, maka dalam waktu yang
singkat mereka akan memperoleh seratus pimpinan dalam pembaharuan, tetapi ide ini ditolak
oleh al-Afghani dan akhirnya mereka berpisah satu sama lain kemudian menentukan jalannya
masing-masing sesuai apa yang mereka inginkan.14

Pembaharuan lainnya yang dilakukan Abduh dalam masalah pendidikan adalah merombak
sistem dualisme pendidikan. Menurutnya di sekolah-sekolah umum harus diajarkan agama,
sedangkan di sekolah-sekolah agama harus diajarkan ilmu-ilmu modern yang sedang
berkembang di Eropa ke dalam al Azhar. la ingin membuat al-Azhar serupa dengan
universitas-universitas yang ada di Barat. Menurutnya umat Islam harus belajar bahasa-
bahasa Barat, menurutnya pula seseorang bisa di sebut ulama jika memahami bahasa Barat,
terutama Prancis dan Jerman.15

Dalam masalah pendidikan juga Abduh tidak menginginkan pelajaran-pelajaran di


sekolah-sekolah dasar hanya terdiri dari mata pelajaran agama semata-mata, tetapi hendaknya
mata-mata pelajaran umum juga di jadikan mata pelajaran-pelajaran yang di pelajari di
sekolah agama, dengan memposisikan mata pelajaran umum dan agama sama kedudukannya,
terbukti bahwa ilmu-ilmu umum seperti ilmu teknik berguna bagi si murid dalam hidupnya
sehingga tidak kalah oleh Barat dalam masalah pendidikan. Dalam rangka mewujudkan
pendidikan, Abduh mencoba untuk mengarahkan perhatiannya kepada orang-orang kaya,
terutama untuk mewujudkan pendidikan yang diinginkannya itu. Menurut Abduh mereka
14
Ibid., Hlm. 107.
15
Syaikh Muhammad Abduh, Risalah Tauhid, Op. Cit., Him. 24.

xi
harus memberikan bagiannya dalam pendidikan, sesuai dengan keharusan atau kebutuhan
yang ada pada mereka sendiri, sebab merekalah yang pertama-tama terancam oleh orang-
orang asing, baik harta maupun jiwanya, sebelum orang-orang miskin itu sendiri.16

Dalam masalah pendidikan pula pada tanggal 15 Januari 1895, Abduh diangkat menjadi
anggota dewan pimpinan al-Azhar oleh khadevi Abbas. Dalam. dewan tersebut ia menjadi
jiwa penggeraknya. Honorarium ulama ditentukan dengan layak, sehingga tidak tergantung
pada pemberian-pemberian mahasiswa, beasiswa mahasiswa jumlahnya dinaikkan, asrama
diperbaiki, untuk keperluan administrasi ia dirikan gedung tersendiri, ia perpanjang masa
belajar dan perpendek masa libur. Perpustakaan al-Azhar mendapat perhatiannya juga, ia
mengerti betul pentingnya perpustakaan bagi suatu perguruan tinggi, buku-buku al-Azhar
yang bertebaran di berbagai tempat penyimpanan, ia kumpulkan dalam suatu perpustakaan
yang teratur, sehingga ketika ada yang membutuhkan, mempermudah mahasiswa dalam
mencarinya.17

Perbaikan dan pembaharuan yang dibawa Abduh ke dalam al-Azhar, dia mengharap
universitas ini menjadi pusat pembaharuan yang diingininya untuk dunia Islam. Usahanya
untuk mengubah al-Azhar serupa dengan Eropa tidak berhasil, tetapi ia berhasil memasukkan
mata pelajaran umum seperti matematika, aljabar, ilmu ukur dan ilmu bumi ke dalam
kurikulum al-Azhar.18

Menurut Abduh Bahwa al-Azhar, sebagai lembaga keislaman dan keagamaan dalam
masyarakat Islam dan sebagai jantung kehidupan kegiatan keislaman. Abduh berkeyakinan
kalau al-Azhar rusak, maka rusaklah umat seluruhnya, sebaliknya kalau baik, maka akan baik
pula umat Islam dan akan memancarkan sinar cahaya petunjuk, serta ulama-ulamanya akan
menjadi shaleh dalam tingkah laku dan pemikirannya. Sikap Abduh ternyata menginginkan
seperti apa yang dikatakan oleh orang yang semasa dengan dia, agar al-Azhar menjadi
panduan untuk seluruh dunia Islam, bukan saja ilmu agama, tetapi juga dalam ilmu-ilmu
keduniaan, supaya bisa memperkuat ilmu-ilmu agama tersebut dalam perjuangan hidup ini.
Untuk ini Abduh telah membuat rencana pembaharuan yang lengkap, menyangkut bidang
moral maupun material. Meskipun rencana ini masih sederhana sempat mendapat rintangan
dari kanan kiri bahkan ulama al-Azhar sendiri.19 Demi untuk melaksanakan perbaikan di al-
Azhar dan memperbaiki harta tanah wakaf, ia menentang Khedive Abbas II yang telah
16
Ahmad Hanafi, Penghantar Teologi Islam, Op.Cir.Him. 163-164.
17
Ris'an Rusli, Pembaharuan Pemikiran Modern dalam Islam, Op. Cit., Hlm. 108.
18
Ibid., Him. 109.
19
Ahmad Hanafi, Penghantar Teologi Islam, Op.Cit.,Hlm. 181.

xii
merampas tanah wakaf kaum muslimin untuk pemeliharaan Qur'an. Abduh meninggal dunia
di tengah-tengah perjuangan untuk perbaikan al-Azhar. Benarlah apa yang dikatakan
wartawan Spender tersebut, karena sesudah meninggal Abduh, cita-citanya untuk perbaikan
al-Azhar sedikit demi sedikit mulai terpenuhi, dan kini al-Azhar sedang menuju
kesempurnaan terutama pada masa Salhut menjadi rektornya.

Salah satu diantara perubahannya yaitu tempat belajar tidak lagi di lantai, tapi sudah
memakai bangku-bangku sekolah, gedung-gedung semakin bagus, banyak mata pelajaran
umum diajarkan seperti bahasa Eropa, hukum umum dan sebagainya. Bahkan menurut
undang-undang yang baru yang dikeluarkan tahun 1961, No. 103, al-Azhar dipersamakan
dengan Universitas-univesitas Eropa yang lain, dengan fakultas-fakultas yang umum, seperti
kedokteran, pertanian, dan sebagainya, di samping untuk ilmu keislaman sendiri.20

2. Politik

Dalam bidang politik, Muhammad Abduh sesungguhnya lebih menekankan


kebebasan dalam menentukan, termasuk apakah negara berbentuk khalifah atau berbentuk
negara dengan demokratisasi seperti yang telah terjadi di dunia Barat. Dengan sikap tersebut
bukan berarti Abduh mengadopsi secara mentah sistem kedua model negara di atas. Karena
jika hal tersebut terjadi menurut Abduh, maka sesungguhnya kaum muslimin keluar-masuk
taklid. Padahal taklid merupakan berhala yang coba dihindari Abduh. Kemudian yang
terpenting bagi Abduh seperti yang dikemukakan oleh Abdul Athi adalah, memberikan
kebebasan politik dan kebebasan berorganisasi kepada umat. Kebebasan inilah yang
kemudian disebut Abduh sebagai kebebasan Insaniah dalam menetapkan pilihannya.
Sehingga, kebebasan tersebut diharapkan manusia dapat melakukan dengan penuh kesadaran,
sehingga apa yang diharapkannya dapat digapai. Kesadaran yang demikian akan hadir
tentunya setelah reformulasi Islam atau mampu bangkit dan keluar dari kungkungan dogma-
dogma agama.

Mengenai kepemimpinan, Muhammad Abduh tidak jauh berbeda dengan pemikir


lainnya, sebab kepemimpinan merupakan faktor kunci dalam dinamika kehidupan. Jangankan
dalam suatu masyarakat yang besar seperti negara, dalam sekelompok masyarakat terkecil
atau bahkan pada setiap pribadi, kepemimpinan menjadi keniscayaan bagi Abduh.

Mengenai kekuasaan, Muhammad Abduh memandang perlu ada pembatasan dengan


sebuah konstitusi yang jelas, sebab tanpa konstitusi menurut Abduh akan terjadi kesewenang-
20
Ibid., Hlm. 182.

xiii
wenangan. Untuk itu Abduh mengajukan prinsip musyawarah yang dipandang dapat
mewujudkan kehidupan yang demokratis. Kemudian dalam urusan pemerintahan serta
institusi-institusi terkait, Abduh berpendapat bahwa, perlu adanya perwujudan desentralisasi
dan pemberian kebebasan dalam setiap institusi pemerintahan secara administratif. Abduh
juga mengajukan bentuk pemerintahan yang sama seperti: Tasyri’iyah (legeslatif),
Tanfidhiyah (eksekutif), serta Qadha’iyah (yudikatif). Walaupun lembaga-lembaga tersebut
terpisah dan masing-masing memiliki otoritas tetapi, menurut Abduh satu dengan yang lain
disyaratkan untuk saling bekerja sama dan saling membantu.

3. Agama
a. Jumud

Menurut Abduh, penyebab kemunduran umat Islam pada akhir abad pertengahan
adalah sikap jumud. Dalam sikap ini mereka sedang dalam keadaan tidak berkembang, statis
dan berpegang teguh pada adat. Karena di pengaruhi sikap jumud, umat Islam tidak
menginginkan perubahan dan tidak mau menerima perubahan, sehingga mengakibatkan
kelemahan umat Islam dan berdampak buruk bagi umat Islam untuk bisa mencapai kemajuan
umat Islam.21

Timbulnya sikap jumud berawal dari tradisi orang-orang non Islam, yang kemudian
masuk Islam dengan tetap membawa adat istiadat dan paham-paham animistis. Kelompok ini
sangat besar pengaruhnya terhadap umat Islam yang mereka perintah. Di samping itu raja-
raja Dinasti Mamluk menjauhkan umat Islam untuk mempelajari ilmu pengetahuan karena
ilmu pengetahuan akan membuka mata rakyat umat Islam, yang di kawatirkan memberontak.
Rakyat sengaja di bodohkan, lebih dari itu mereka sengaja membawa ajaran-ajarannya ke
dalam Islam yang akan membuat rakyat jumud. Seperti pemujaan yang berlebihan terhadap
syaikh dan wali, kepatuhan membuta kepada ulama, tawakal serta penyerahan bulat terhadap
takdir.22 Menghadapi keadaan masyarakat yang jumud, Abduh bangkit dengan ide kembali
kepada nilai-nilai yang terkandung dalam Al-Qur'an dan Hadis. Di samping itu ia
berpendapat, perlunya memfungsikan akal secara optimal sebagaimana mestinya untuk
mengkaji ulang pemahaman terhadap ajaran-ajaran Islam sehingga sesuai dengan
perkembangan zaman modern dan kemudian untuk selanjutnya harus di sosialisasikan
melalui pendidikan. Abduh menggunakan pendapat Ibn Taimiyah tentang kategori dalam
ajaran Islam. Ajaran Islam terdiri dari ibadah dan mu'amalah. Ajaran Islam mengenai ibadah
21
Ibid., hlm. 104.
22
Ris’an Rusli, Pembaharuan Pemikiran Modern dalam Islam, Op. Cit., Hlm 103

xiv
sudah rinci dan jelas, namun dalam masalah mu'amalah ajaran Islam bersifat umum, hanya
memuat prinsip-prinsipnya saja. Dalam masalah tentang mu'amalah inilah ajaran Islam di
kembangkan sesuai dengan zaman.23

b. Taklid

Taklid adalah sikap mengikuti ulama masa silam tanpa mengetahui dasar sumber yang
sebenarnya. Dalam pandangan Abduh bahwa ajaran Islam menentang sikap taklid. Ia banyak
membicarakan hal-hal dalam Risalah Al Tawhid. Sikap mengikuti ulama masa silam,
demikian ia katakan, oleh ajaran Islam dicap sebagai bodoh. Taklid menurutnya adalah
halangan utama bagi kemajuan umat Islam, Al-Qur'an juga menentang sikap taklid. Abduh
mengatakan umat Islam harus terbebas dari sikap taklid dan harus menanamkan dalam diri
mereka kebiasaan memakai akal dalam menghadapi masalah-masalah yang di hadapi. 24
Dalam masalah perbuatan taklid ini memang bukan hanya pemahaman agama yang kurang
sempurna tapi memang merupakan suatu kebudayaan yang mengakar pada suatu masyarakat
umum yang berasal dari tradisi nenek moyang mereka. Dalam hal ini Abduh mencoba
menelaah tentang asal perbuatan taklid yang berpengaruh besar terhadap agama Islam, yang
ternyata berasal dari luar agama Islam, yaitu dari golongan Yahudi dan Nasrani.25

Setelah datang Islam taklid kemudian melekat pada ajaran agama Islam, akibatnya
membahayakan bagi umat Islam. Hal ini dibenarkan Hadikusumo, bahwa perbuatan taklid itu
berasal dari peninggalan agama Yahudi yang dikepalai oleh rahib-rahib atau pendeta-
pendetanya. Segala perbuatan, perkataan, perintah mereka wajib dijalani, unsur-unsur itu
telah masuk kepada keyakinan umat Islam walau tidak seluruhnya sehingga, akan
mengakibatkan kelemahan umat Islam dan kemunduran bagi umat Islam.26

Menurut Abduh, taklid adalah salah satu yang menjadi sebab yang membawa kemunduran
umat Islam abad kesembilan belas dan abad kedua puluh. Ia mengkritik kaum ulama yang
mengajarkan umat Islam pada zaman terdahulu wajib mengikuti ajaran-ajaran, hasil ijtihad
ulama masa silam. Perkembangan dalam bahasa, organisasi sosial, hukum, lembaga-lembaga
pendidikan dan lain sebagainya menjadi terhambat. Sikap Abduh terhadap umat yang
memakai taklid, tidak diinginkannya bahkan mencela sikap taklid tersebut, bukan hanya soal
keyakinan-keyakinan, tetapi juga dalam hal argumen yang mereka keluarkan. Ia juga
23
Ibid., Hlm. 104.
24
Syekh Muhammad Abduh, Risalah Tauhid, Op.Cit., Hlm. 158.
25
Afif Azhari, Mimien Maimunah Zarkasyi, Muhamamad Abduh dan pengaruhnya di Indonesia (Surabaya: Al-
Ikhlas, 1996), hlm. 14
26
Harun Nasution, Muhammad Abduh dan Teologi Rasional Mu'tazilah (Jakarta: UI Press, 2006), Hlm. 46.

xv
menolak kebiasaan memakai hadist (al-naql) menjadi sumber rukun iman, sungguhpun hadis
itu lemah dan tidak dikenal. Sikap umat Islam zaman kemudian yang menerima rukun iman
tertentu sebagai benar, karena dikatakan ada ulama yang mengatakan demikian.27

Perbuatan taklid itulah yang sudah menjadi ciri ajaran Kristen yang ditiru oleh umat
Islam. Dan alasan ini bisa membenarkan tentang adanya umat Islam yang menganggap
bahwa para ulama dan syaikh bisa dianggap kekasih Allah atau wali Allah, maka segala
sikap, tingkah laku dan pendapatnya di ikuti. Umat Islam yang mempunyai sikap taklid hanya
bisa mengikuti ulama-ulama masa silam itu tanpa meneliti alasan dari mana sumber asli dan
kebenarannya. Kondisi umat Islam yang demikian mengakibatkan mereka sesat, karena
mereka sudah diliputi rasa puas dalam bertaklid, dan kebiasaan lama itu terus berlangsung
dalam waktu yang cukup lama, dengan mudah hal itu menimbulkan bid'ah. Bisa diketahui
bahwa dengan kondisi yang demikian itu akan sulit menerima kenyataan akan adanya
pembaharuan Islam yang bersifat menolak taklid. Akibat perbuatan taklid umat Islam yang
menimbulkan bahaya itulah kelemahan dan kebodohan mereka semakin nampak karena
mereka tetap berpegang teguh pada pendirian tradisi-tradisi lama, pendapat ulama-ulama
masa silam tanpa ingin mengetahui sumber asli kebenarannya, sikap mereka yang tidak mau
menerima perubahan dan kemajuan. Maka dari itulah perlu adanya ijtihad agar umat Islam
jauh dari sikap taklid tersebut.28

C. Peranan Dan Pengaruh Muhammad Abduh Dalam Pembaharuan Islam

Sebagaimana diketahui bahwa dunia Islam pada waktu itu sangat parah terutama di
Mesir dimana Muhammad Abduh berada. Perpecahan umat di kalangan pemerintah semakin
tinggi, pada saat itu pula kaum imperalis bertujuan untuk menghancurkan Islam dengan
kekuatan senjata maupun dengan merobohkan aqidahnya. Akibatnya umat Islam menjadi
mundur karna adanya tekanan-tekanan dalam seluruh segi kehidupan dan akhirnya
kebodohan umat semakin merajalela. Dengan keadaan yang seperti itu berarti umat Islam
sudah ketinggalan dari dunia yang semakin moderen itu, pada saat yang krisis inilah Abduh
bangkit menyadarkan umatnya dalam rangka memperbaiki umat dari kemunduran dan
kebodohan yang di alami umat Islam, dan menyadarkan umat dari keterpurukan menjadi

27
Ibid., Hlm. 47.
28
Ibid., Hlm. 15.

xvi
umat yang maju. Oleh karna itu Abduh mempunyai peran serta mempunyai pengaruh yang
penting dalam memajukan umat Islam.29

1) Peran Muhammad Abduh

Kedatangan Abduh sangat diharapkan umatnya serta mempunyai posisi sangat penting
artinya. Perjuangan pembaharuan Islam di Mesir dipelopori oleh Abduh, hal itu telah diakui
semua ahli sejarah baik oleh orang Islam sendiri maupun oleh umat bukan Islam. Ia berhasil
melepaskan umat Islam dari belenggu kejumudan yang telah lama melanda umat Islam
dengan jalan mengajarkan ijtihad. Dengan terbukanya pintu ijtihad, umat Islam mulai bangkit
dan mulai menginterpretasikan ajaran agama Islam agar umat Islam betul-betul bisa maju
secara menyeluruh.30

Perubahan-perubahan yang telah terjadi yang dihasilkan oleh pemikiran-pemikiran, ide-


ide dan ajaran-ajaran Abduh dalam dunia Islam, pada umumnya dan pada dunia Mesir
khususnya, baik dalam pembenahannya dalam bidang pendidikan dan karangan-karangan
yang ditulisnya sendiri, maupun dari muridnya. Seperti yang ditulis oleh Abduh dan Rasyid
Ridha yaitu, sebuah majalah kecil yang diterbitkan mereka berdua bernama majalah Urwatul
Wustqo berisi ide-ide dalam menyadarkan umat Islam untuk bangkit bersatu dalam
membangun kebudayaan umat Islam dan melepas pikiran-pikiran yang kolot, di samping itu
tujuan utamanya adalah untuk mempertahankan umat Islam, khususnya Mesir dan bagi dunia
Islam umumnya.31 Sejalan dengan majalah Urwatul Wustqo, umat Islam mengubah pola fikir
mereka kemudian mulai menghidupkan kembali semangat berijtihad yang selama ini telah
beku dan dibeberkan juga di dalamnya tentang, kemunduran Islam pada saat itu, kemudian
menyerukan umat Islam untuk bersatu, menentang penindasan pemerintah asing yang
berlainan agama, mengembalikan kejayaan Islam. Majalah tersebut diterbitkan di Paris,
dengan cepat majalah tersebut tersebar ke seluruh dunia Islam.

Seruan dari majalah Urwatul Wutsqo tersebut tepat sekali mengenai sasarannya sebab
munculnya pada saat-saat negara-negara Islam sedang mengalami penderitaan yang
menyedihkan atau telah mengalami kemunduran.32 Dengan adanya majalah Urwatul Wutsqo
pula sangat berpengaruh sekali untuk membangkitkan semangat umat Islam menjadi maju,

29
Afif Azhari, Mimien Maimunah Zarkasyi, Muhamamad Abduh dan pengaruhnya di Indonesia (Surabaya: Al-
Ikhlas, 1996), hlm. 40.
30
Ibid., Hlm. 41.
31
Harun Nasution, Islam Ditinjau dari Berbagai Aspeknya, Op.Cit. Hlm. 99. Op.Cit., Hlm. 35.
32
Ibid., Hlm. 37.

xvii
kemudian umat Islam juga telah mengusir penjajah-penjajah dari Barat yang telah menjajah
umat Islam.

Negara Islam merasa tergugah dengan adanya majalah Urwatul Wutsqo, bukan hanya
Islam saja yang merasa tergugah, tapi dunia Barat pun cukup gempar bahkan kerajaan Inggris
mengalami guncangan yang hebat. Dianggap hal ini sangat membahayakan bagi dunia
mereka. Karena kerasnya isi majalah yang bersifat memberontak itu. Maka Inggris melarang
majalah tersebut masuk ke Mesir dan India, kemudian Perancis melarangnya terbit, sehingga
baru saja terbit 18 nomor, majalah itu dengan sangat terpaksa di berhentikan.33

Suatu hal yang sangat membahagiakan diperbolehkannya Abduh kembali ke Mesir lagi.
Kembalinya Abduh atas bantuan Cramer seorang penguasa Inggris di Mesir. Pemerintah
Mesir saat itu diperintah oleh penguasa yang keras kemauannya dan bertujuan mengubah
Mesir menjadi Barat. Hal ini sempat menimbulkan kelompok yang mendukung rencana
tersebut, kondisi inilah salah satu hal yang semakin mendorong Abduh untuk memperbaiki
umatnya yang bertujuan membawa umatnya ke dunia modern namun tetap berpegang teguh
pada Al-Qur'an dan Al-Hadist.34

Setibanya Abduh dari Luar negeri ternyata ia mendapat penghormatan yang tinggi, ia
diangkat menjadi mufti (orang yang memberi fatwa) di Mesir dan diangkat pula menjadi
Syekh Al-Azhar, yaitu suatu jabatan yang dianggap tinggi bagi ulama Mesir saat itu. Dari
jabatan-jabatan inilah ia berhasil membawa perbaikan-perbaikan di Al-Azhar yaitu ia bisa
mengubah materi-materi yang diajarkan kepada murid-muridnya untuk disesuaikan dengan
alam pikiran modern. Dan ilmu-ilmu agama bisa diterima oleh orang-orang modern. Saat itu
ia merupakan satu-satunya Syekh al-Azhar yang menjabat guru yang telah membuka akal
pikiran umat Islam. Melalui pelajaran-pelajaran seperti Tafsir Al-Qur'an ia berusaha
mengupas dan menjelaskannya berdasarkan akal pikiran dengan bahasa yang bisa diterima
oleh pikiran modern. Dengan pemahaman tafsir secara benar maka dapat dimengerti benar
apa sebenarnya ajaran Islam itu. Karena metode penafsirannya berdasarkan Al-Qur'an dan
Al-Hadist yang saheh yang kupasannya berdasarkan ijtihad akal dan kemampuan bahasa.35

Lebih lanjut Abduh bertujuan memperbaiki Al-Azhar secara keseluruhan, rencana-rencana


tersebut diajukan kepada pemerintah berkat usahanya sendiri dan di samping berkat bantuan

33
Syaikh Muhammad Abduh, Risalah Tauhid, Op. Cit., Hlm. 10
34
Ibid., Hlm. 11.
35
Afif Azhari, Mimien Maimunah Zarkasyi, Muhamamad Abduh dan pengaruhnya di Indonesia, Op.Cit., hlm. 44

xviii
Khadiv Hilmi ia berhasil mendapat izin dari pemerintah, namun ia senantiasa mendapat
halangan dan rintangan dari pihak reaksioner di sana sini.36

Atas perjuangan Abduh kondisi Al-Azhar mengalami perubahan dari bidang administrasi
sampai bidang kurikulum. Di bidang kurikulum misalnya ditambah dengan ilmu-ilmu yang
baru seperti ilmu pasti, sejarah, bahasa dan lain-lain, serta buku-buku yang tepat untuk
digunakan, metode yang dulu hanya sistem menghafal dengan tidak mengerti artinya
kemudian menjadi di ubah menjadi sistem penguasaan dan penghayatan.

Sistem pengajaran yang berhasil diubahnya meliputi ilmu tafsir, tauhid, mantiq dan lain-
lain, dan perbaikan lainnya meliput i bidang kepustakaan, kedisiplinan, sampai pada masalah-
masalah asrama mahasiswa. Tidaklah mudah ia menanamkan usaha-usahanya tersebut,
pandangan Abduh yang bersifat pembaharuan itu menimbulkan oposisi bagi pihak yang
memegangi tradisi lama. Dalam memperbaiki Universitas-universitas tidak hanya
memperbaiki al-Azhar saja yang Abduh lakukan, tapi ia juga berusaha memperbaiki
perguruan tinggi lainnya dan sekolah-sekolah yang berhubungan dengan Al-Azhar seperti
perguruan tinggi Al-Ahmadi, Adasuqi dan lain-lain. Baik di Kairo sendiri maupun yang
berada di Dimyat, Iskandariyah seluruhnya diadakan perbaikan dan pembaharuan oleh
Abduh.37

Demikian Usaha dan Peranan Abduh dalam merintis pembaharuannya dalam bidang
pendidikan. Hal ini sangat tepat karena dengan menghidupkan sistem pendidikan dan
pengajaran umat Islam bertambah ilmu pengetahuannya hingga mampu bersaing dengan
negara-negara yang merendahkan Islam dan bisa memecahkan problem yang dihadapi di
zaman modern saat ini.38

2) Pengaruh Muhammad Abduh Bagi Islam

Pengaruh Abduh untuk dunia Islam sendiri telah nampak pada murid-murid dan
pengikut-pengikutnya, beberapa murid dan pengikutnya yang telah matang memahami
pikiran-pikiran Abduh dan di masyarakat telah banyak berpengaruh dalam meneruskan
perjuangan Abduh, diantaranya adalah Saad Jaglul, yang terpengaruh oleh pemikiran Abduh.

Dalam pemikiran Abduh tentang politik, membawa pengaruh kepada Jaglul, yaitu
membatasi kekuasaan otokrasi sultan Mesir dan melepaskan Mesir dari kekuasaan Inggris.

36
Ibid., Him. 47.
37
Harun Nasution, Islam Ditinjau dari Berbagai Aspeknya, Op. Cit. Him. 21.
38
Ibid., Hlm. 45.

xix
Dari semenjak Napoleon menginjakkan kaki di Mesir, inggris telah menaruh perhatian besar
terhadap negeri Mesir. Kemudian Jaglul ikut campur dalam pemerintahan Mesir, dan untuk
membela kepentingan di Mesir, Inggris di tahun 1882, telah menduduki negeri Mesir, dengan
demikian Mesir telah kehilangan kemerdekaannya.39

Mewujudkan Mesir menjadi maju, perlu diadakan pembaharuan dalam pendidikan dan
bidang hukum. Pendidikan mesti terbuka bagi semua orang termasuk fakir miskin. Jumlah
sekolah ia perbanyak. Bahasa Inggris sebagai bahasa penghantar secara berangsur ia tukar
dengan bahasa Arab. Dalam bidang hukum ia dirikan perguruan tinggi agama, tujuan
perguruan ini adalah memberikan pendidikan modern bagi calon-calon hakim agama.

1. Qasim Amin

Seorang ahli hukum yang belajar di Prancis mempunyai hubungan persahabatan yang erat
dengan Muhammad Abduh adalah Qasim Amin. Menurut Abduh, wanita dalam Islam
sebenarnya mempunyai kedudukan tinggi, tetapi adat istiadat yang berasal dari luar Islam
mengubah hal itu sehingga wanita Islam akhirnya mempunyai kedudukan rendah dalam
masyarakat. Ide inilah yang dikupas Amin, beliau menulis buku tentang emansipasi wanita,
Tahrir Al-Mar'ah (pembaharuan wanita) menurut pendapatnya, umat Islam mundur karena
wanita, yang di Mesir merupakan setengah dari penduduk, tidak pernah memperoleh
pendidikan sekolah. Pendidikan wanita perlu bukan hanya agar mereka dapat mengatur
rumah tangga dengan baik, tetapi lebih dari itu untuk dapat mengatur rumah tangga dengan
baik dan untuk dapat memberikan didikan bagi anak-anak. Dalam bukunya juga Al-Mar'ah
al-Jadidah (wanita modern). Menurut pendapatnya Islamlah yang pertama kali memberikan
persamaan hak dan kedudukan antara wanita dan pria. Tradisilah yang mengubah dan yang
membuat wanita dipandang lemah.40

Menurut Amin umat Islam mundur karena kaum wanita yang di Mesir merupakan
penduduk yang awam tidak mengenal pendidikan bahkan tidak pernah merasakan pendidikan
sekolah. Pendidikan wanita perlu bukan hanya agar mereka dapat mengatur rumah tangga
dengan baik, tetapi lebih dari itu untuk dapat memberikan didikan yang baik kepada anak-
anaknya nanti. Dalam soal wanita pula bahwa Amin menentang ketidakadilan wanita, dalam
soal perkawinan. Menurut pendapatnya, wanita harus diberi hak yang sama dengan pria
dalam memilih jodoh. Oleh karena itu ia menuntut supaya istri diberi hak cerai. Sungguhpun

39
Afif Azhari, Mimien Maimunah Zarkasyi, Muhamamad Abduh dan pengaruhnya di Indonesia, Op, Cit., hlm.45
40
Harun Nasution, Islam Ditinjau dari Berbagai Aspeknya, Op.Cit. Hlm. 99.

xx
poligami disebut dalam Al-Quran, ia berpendapat bahwa Islam pada hakikatnya
menganjurkan juga monogami.41

2. Ahmad Dahlan

Dalam melakukan pembaharuan Abduh tidak menggunakan politik sebab umatnya ketika
itu masih sangat bodoh, jadi harus meningkatkan dulu kecerdasan umatnya, menegakkan dan
memurnikan agama Islam dalam amal dan ibadahnya. Maka dengan mengambil ide tersebut
Abduh bisa memperbaharui umatnya. Dengan ide Abduh itulah oleh Ahmad Dahlan
diterapkan di Indonesia, kemudian langkah demi langkah dalam prosesnya mulai terlihat
perkumpulan-perkumpulan kemudian pembaharuan yang dibawa oleh Dahlan dari hasil
fikiran-fikiran Abduh kini mulai diterima dimasyarakat, kemudian pada tahun 1912. Dahlan
mendirikan organisasi Muhammadiyah.42

Berangkat dari pemikiran Abduh ternyata cukup berpengaruh bagi perjuangan Dahlan. 43
Melalui majalah Al-Manar tersebut Dahlan merasa terdorong untuk menerapkan fikiran-
fikiran Abduh karena kondisi umat Islam mengalami tantangan yang sama. Hanya saja
kebangkitan umat Islam di Mesir banyak dilandasi oleh latar belakang politik sebab pengaruh
penjajah inggris terlalu kuat, sedangkan di Indonesia sendiri kebangkitan umat terdorong oleh
kondisi umat yang lemah dan bodoh. Banyaknya yang terpengaruhi oleh ide-ide
pembaharuannya Abduh maka akan menimbulkan kemajuan umat Islam, kemudian yang
membuat semakin berpengaruhnya seorang Abduh yaitu dari ketajaman penanya. Dari
karangan karangannya Abduh telah dirasakan sampai sekarang ini dan ternyata karya-karya
itu mempunyai fungsi dan manfaat bagi umat Islam yang akan datang.

Karya-karya yang berpengaruh ketika itu salah satunya adalah Risalah Tauhid semasa
kuliahnya di Universitas Al-Azhar. Kitab yang merupakan ungkapkan baru dalam bidang
tauhid yang diuraikan dengan penalaran hukum-hukum wadl'i dan hukum taklifi. Dengan
kesadaran umat, risalah tauhid itu diterjemahkan dalam berbagai bahasa Prancis, Inggris,
Cina, bahasa Urdu dan dalam bahasa Indonesia.44

Pengaruh Abduh ini membuktikan bahwa pemikiran-pemikirannya telah masuk ke dunia


Barat dan Timur. Sebuah majalah bernama Al-Manar terbit satu tahun 12 kali, yang dibuat
oleh Abduh bersama Rasyid Ridha itu ternyata sangat berpengaruh tidak hanya di Mesir saja

41
Harun Nasution, Pembaharuan dalam Islam, Op. Cit., Hlm. 70.
42
Ibid., Hlm. 97.
43
Ris'an Rusli, Pembaharuan Pemikiran Modern dalam Islam, Op. Cit., Hlm.110.
44
Syaikh Muhammad Abduh, Risalah Tauhid, Op.Cit., Him. 19-20.

xxi
tapi ternyata tersebar di seluruh dunia Islam. Tidak mengherankan karena Isi majalah Al-
Manar itu di samping membangkitkan semangat baru bagi umat Islam untuk lebih maju juga
berisi tentang fatwa-fatwa dan tafsir-tafsir Abduh. Dengan pemikiran yang cemerlang dan
pembahasan yang jelas umat Islam merasa mendapatkan pencerahan dan petunjuk kejalan
yang benar.45

Demikianlah peranan pengaruh dari seorang tokoh Abduh yang peranan dan
pengaruhnya terasa pula melalui karangan-karangannya sampai ke pelosok-pelosok dunia
bahkan hingga saat ini, kepribadiannya sangat patut di contoh serta pemikiran-pemikirannya
sangat berpengaruh bagi umat Islam untuk kemajuan Islam pada zamannya dan zaman ini.
Tidak heran bila kepribadian dan pemikiran-pemikirannya mendapat pujian dari umat Islam
khususnya dan dari non Islam umumnya.46

45
Ibid., Hlm. 22.
46
Ibid., Him. 173.

xxii
KESIMPULAN

Muhammad Abduh yang berasal dari Mesir merupakan salah satu tokoh
pembaharu Islam dengan tulisan-tulisannya yang fenomenal, dan ide-idenya yang
cemerlang, yang sering dijadikan rujukan oleh generasi-generasi setelahnya, untuk
menciptakan atau mengimplementasikan nilai-nilai Islam pada sendi-sendi kehidupan.
Salah satu ide pemikiran yang cemerlang beliau tuangkan dalam karyanya
yang bernama Risalah Tauhid, Kitab yang merupakan ungkapkan baru dalam bidang
tauhid yang diuraikan dengan penalaran hukum wadl’i dan hukum taklifi. Saking
cemerlangnya ide pemikiran beliau dalam kitab tersebut Sampai-sampai banyak sekali
Risalah Tauhid ini diterjemahkan dalam berbagai bahasa, dan ternyata kebanyakan
dari karya beliau itu mempunyai fungsi dan manfaat bagi umat Islam yang akan
datang.
Dalam pemikiran pembaharuan Islam Afghani dan Abduh membentuk
gerakan dan majalah yang bernama Al-Urwah Al-Wusqa. Sebagaimana kata Amin,
jiwa dan pemikiran yang dikandung majalah itu berasal dari Afghani sedang tulisan
yang mengungkapkan jiwa dan pemikiran itu adalah dari Abduh. Tujuan gerakan ini
adalah untuk membangkitkan semangat perjuangan seluruh umat Islam dalam
memajukan Islam dalam ekspansi Barat, Jika semangat ini bisa di tumbuhkan,
kecenderungan jumud, taklid dan menutup pintu ijtihad dapat dihilangkan.
Pengaruh Abduh untuk dunia Islam sendiri telah nampak pada murid-murid
dan pengikut-pengikutnya, beberapa murid dan pengikutnya yang telah matang
memahami pikiran-pikiran Abduh dan di masyarakat telah banyak berpengaruh dalam
meneruskan perjuangan Abduh, diantaranya adalah Saad Jaglul, yang terpengaruh
oleh pemikiran Abduh.

xxiii
DAFTAR PUSTAKA

Azhari, A. & Zarkasyi, M. M. (1996). Muhammad Abduh Dan Pengaruhnya Di


Indonesia, Surabaya: Al-Ikhlas.
Abduh, M. (1353). Risalah Tauhid, Jakarta: Bulan Bintang
Halim, A. (2002). Teologi Islam Rasional, Jakarta: Ciputat Press
Hanafi, A. (1995). Penghantar Teologi Islam, Jakarta: UI-Press
Nasution, H. (1992). Ensiklopedia Islam Indonesia, Jakarta: Djambatan
Nasution, H. (2012). Islam Ditinjau Dari Berbagai Aspeknya, Jakarta: UI-Press, Jilid
II
Nasution, H. (2006). Muhammad Abduh Dan Teologi Rasional Mu’tazilah, Jakarta:
UI Press
Nasution, H. (2011). Pembaharuan Dalam Islam, Sejarah Pemikiran Dan Gerakan,
Jakarta: Bulan Bintang.
Rahmat, J. (1988). Ijtihad Dalam Sorotan, Bandung: Mizan
Rusli, R. (2014). Pembaharuan Pemikiran Modern Dalam Islam, Jakarta: Rajawali
Pers
Wiranata. R. S. (2019). Konsep Pemikiran Pembaharuan Muhammad Abduh dan
Relevansinya Dalam Manajemen Pendidikan Islam Di Era Kontemporer
(Kajian Filosofis Historis), Vol 1 (1), 113-133.

xxiv

Anda mungkin juga menyukai