Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

PENGANTAR STUDI PEMIKIRAN ISLAM

Tentang

MUHAMMAD ABDUH

(Pemikiran dan Pengaruhnya Terhadap Kemajuan Islam)

Disusun Oleh

WIDYA RAMADHONA 2312020039

DOSEN PENGAMPU
DANIL FORLANDA M.Ag

PRODI BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM

FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI IMAM BONJOL PADANG

1445 H / 2023 M

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur marilah kita penjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat dan karunia Nya kepada kita ,sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
ini.Makalah ini berjudul “MUHAMMAD ABDUH, Pemikiran dan Pengaruhnya
Terhadap Keamajuan Islam”

Terimakasih kami ucapkan kepada teman-teman yang telah membantu kami dalam
menyelesaikan makalaj ini .Sehingga makalah ini dapat terselesaikan dengan tepat
waktu.

Semoga makalah ini bermanfaat bagi penulis dan pembaca ,terlepas dari itu kami
menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan maka dari itu kritik dan saran
yang membangun kami butuhkan .

Padang,18 Desember 2023

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................................... ii


DAFTAR ISI .......................................................................................................................... iii
BAB 1 PENDAHULUAN .................................................................................................. 4
A Latar Belakang ............................................................................................... 4
B Rumusan Masalah ........................................................................................... 5
C Tujuan Penulisan ............................................................................................ 5
BAB 2 PEMBAHASAN ............................................................................................ 6
A Biografi ........................................................................................................... 6
B Pemikiran Muhammad Abduh ........................................................................ 7
1.Kedudukan Akal ................................................................................................. 7
2.Fungsi Wahyu ..................................................................................................... 9
3.Kebebasan Manusia dan Fatalisme ................................................................... 11
C. Pengaruh Pemikiran Muhammad Abduh ..................................................... 11
BAB 3 PENUTUP .....................................................................................................14
A.Kesimpulan .......................................................................................................... 14
Daftar Pustaka

iii
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pembaharuan pemikiran merupakan sebuah keniscayaan dalam kehidupan. Berfikir
dan mengadakan pembaharuan merupakan salah satu kristalisasi dari eksistensi
kehidupan. Melalui hasil pemikirannya, manusia senantiasa beroientasi pada
kehidupan yang lebih baik di masa mendatang. Dalam konteks Islam, pembaharuan
Islam atau pemikiran Islam modern muncul sebagai akibat dari perubahan besar dalam
berbagai bidang kehidupan manusia, seiring dengan kemajuan pesat dalam ilmu
pengetahuan dan teknologi modern. Tidak heran, kalau kemudian muncul masalah-
masalah serius dalam bidang keagamaan, dan bagaimana merelevansikannya
dengan kondisi ke-kini-an (modern).

Salah satu sebabnya adalah, karena dalam agama terdapat ajaran yang mutlak
(obsolut, qath’i). Aspek ajaran ini diyakini sebagai dogma yang harus dianut.
Sikap dogmatis ini mendorong orang menjadi tertutup, eksklusif, dan tidak
menerima pendapat dan pemikiran baru yang –dianggap - bertentangan dengan
dogma tersebut. Sikap dogmatis juga, membuat orang berpegang teguh pada pendapat
dan pemikiran lama dan tidak bisa menerima perubahan. Dogmatisme membuat orang
bersikap tradisional, statis, dan tidak rasional.

Hal inilah yang tidak dikehendaki oleh para tokoh pembaharuan pemikiran
Islam. Ummat Islam harus rasional, modern dan menerima perubahan dan
pembaharuan. Hal ini karena Islam merupakan system ajaran universal yang
“mashalih likulli zaman wa almakan” (relevan dengan setiap zaman dan tempat
(keadaan)”. Menurut mereka, pintu ijtihad belum tertutup. Pintu ijtihad masih –dan
terus – terbuka. Masih banyak hal yang perlu di-ijtihad-kan. Masih banyak aspek ajaran
Islam yang bersifat relatif (nisbi, dzanni).

Dan ini harus difikirkan serta dicarikan penafsiran dan pemahaman baru sesuai
dengan tuntutan zaman. Islam menghendaki rekonstruksi sosio-moral dan sosio-etnik

4
masyarakat muslim, atau sesuai –atau paling tidak mendekati- dengan tatanan
kehidupan Islam ideal.1 Dalam pada itu, Muhammad Abduh dikenal sebagai tokoh
pemikir yang independen dan bersikap liberal, karena banyak bersentuhan dengan
peradaban barat. Karena itulah, penting untuk mengetahui bagaimana corak pemikiran
salah satu tokoh pemikir Islam yang membawa perubahan yang besar bagi dunia Islam,
khususnya Mesir.

B. Rumusan Masalah
Dari uraian latar belakang di atas, maka beberapa masalah yang penulis angkat
dalam penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana latar belakang kehidupan Muhammad Abduh?


2. Bagaimana corak pemikiran Muhammad Abduh?
3. Bagaiaman pengaruh pemikiran Muhammad Abduh terhadap perkembangan
dunia Islam?

a. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui bagaimana latar belakang kehidupan Muhammad Abduh.


2. Untuk mengetahui bagaimana corak pemikiran Muhammad Abduh.
3. Untuk mengetahui bagaiamana pengaruh pemikiran Muhammad Abduh
terhadap perkembangan dunia Islam.

1
Hamdani Hamid. Pemikiran Modern dalam Islam. (Kemenag, 2012). Hlm: 75.

5
BAB II
PEMBAHASAN

A. Biografi
Nama lengkapnya adalah Muhammad Ibn Abdul Hasan Khairullah 2. Ia lahir di
suatu desa di Mesir Hilir, Mahallah Nasr, pada tahun 18493, namun tidak diketahui
secara pasti daerahnya. Ayahnya bernama Abduh Hasan Khairullah yang berasal dari
Turki, sedangkan ibunya kurang diketahui identitasnya, selain disebutkan dalam
riwayat bahwa ia termasuk dari keturunan bangsa Arab, Umar Ibn Khatab. Masa kecil
Abduh tumbuh di sebuah desa yang tidak terlalu mementingkan pendidikan formal,
namun tidak mengabaikan pendidikan agama. Kedua orang tua Abduh selalu
mendorong dirinya untuk belajar membaca dan menghafal Al Qur’an. Sampai
kemudian, di tahun 1862 Abduh dikirim ke Tanta untuk belajar Islam lebih dalam dan
memahami ilmu Nahw, Fiqh, Sharf, bahasa Arab, dan lain sebagainya. Namun masa
dua tahun di Tanta itu dilaluinya dengan sia-sia karena ia tidak mampu untuk
menyerapa apa yang dipelajarinya.

Karena sistem pembelajaran yang tidak diminatinya, saat itu di Tanta


pembelajarannya memakai sistem menghafal, akhirnya Abduh pergi dan bersembunyi
di rumah pamannya, Syekh Darwisy Khadr4. Di rumah pamannya inilah, kebiasaan
buruknya yang tidak mau berteman dengan buku ditentang oleh pamannya. Ia dipaksa
untuk membaca buku, walaupun sebaris. Dan akhirnya, dengan terpaksa Abduh
membaca buku-buku yang diberikan pamannya, dan pamannya yang telah belajar
Islam lebih dalam, dan telah merantau ke luar Mesir, memberikan penjelasan yang
panjang lebar terhadap bacaannya. Dari sinilah Abduh mengerti akan apa yang
dibacanya itu, dan sadar akan pentingnya ilmu yang telah disia-siakannya itu.
Selanjutnya ia kembali ke Tanta untuk meneruskan pengajarannya tentang Islam.

2
Ibid.
3
Harun Nasution. Pembaharuan dalam Islam (Sejarah Pemikiran dan Gerakan). (Jakarta: Bulan
Bintang, 1992). Hlm: 58.
4
Ibid. Hlm: 56.

6
Setelah merampungkan studinya di Tanta, kemudian ia melanjutkan belajar di Al
Azhar pada tahun 1886. Saat ia di Al Azhar, Jamaluddin Al Afghani datang ke Mesir
dalam perjalanannya ke Istambul. Ini menjadi pertemuan pertama Abduh dengan tokoh
Islam yang sangat berpengaruh pada saat itu. Kemudian pada tahun 1871, ia menjadi
murid Jamaluddin Al Afghani yang paling setia dan mulai belajar filsafat di bawah
bimbingannya.5

Serampungnya dari Al Azhar, pada tahun 1877, ia mengabdi di Al Azhar dan


kemudian mendirikan kegiatan belajar di rumahnya sendiri di Dar Al ‘Ulum. Sampai
pada tahun 1879, saat gurunya, Jamaluddin Al Afghani ditangkap karena dituduh
mengadakan gerakan gerakan yang menentang Khedewi Taufiq, Abduh juga dianggap
terlibat dan turut ditangkap. Namun pada tahun 1880 ia dibebaskan kembali dan
diangkat menjadi tim redaktur sebuah surat kabar resmi Mesir, Al Waqi’ al Mashriyah.
Dibawah bimbingannya inilah, gerakan nasionalisme Mesir ini mulai muncul dalam
diri pemuda dan masyarakat Mesir untuk melawan tentara Inggris, bergabung dengan
perwira Urabi Pasya.6

Beberapa karya yang dihasilkan oleh Muhammad abduh, antara lain:

a. Karangan-karangannya di harian Al Ahram


b. Majalah Al Urwah al Wusqa’, bersama dengan Jamaluddin Al Afghani.
c. Al Islam Din Al Ilimwa Al Madaniyah
d. Risalah Al tauhid, berbicara tentang perbuatan manusia
e. Dan lain-lain

B. Pemikiran Muhammad Abduh

1) Kedudukan Akal
Dalam Al Islam Din Al Ilm wa Al Madaniyah, Abduh menyatakan bahwa
kebudayaan yang dibawa oleh orang-orang bukan Arab ke dalam dunia Islam dapat

5
Ibid. Hlm: 60-61.
6
Ibid.

7
menyebabkan kejumudan. Dengan masuknya mereka ke dalam dunia Islam, adat-
istiadat dan faham animism mereka turut mempengaruhi umat Islam, sehingga menjadi
jumud dan taklid, tidak memfungsikan akalnya secara maksimal. Umat Islam hanya
diajarkan untuk mengkonsumsi hasil pemikiran yang telah matang, tidak turut
mengolahnya menjadi sebuah pemikiran yang kreatif. Mereka membawa ajaran-ajaran
yang akan membuat rakyat berada dalam keadaan statis, seperti pujaan yang terlalu
membuta pada para wali, ulama, dan taklid kepada ulama-ulama terdahulu. Karena hal
seperti itu, maka akal dan pemikiran umat Islam menjadi beku dan berhenti tidak
meghasilkan sesuatu yang baru, yang sesuai dengan zaman.

Menurut Abduh, hal seperti ini adalah bid’ah dan harus dihilangkan dengan cara
membawa kembali umat Islam ke dalam ajaran-ajaran Islam yang semula, yang ada
pada zaman sahabat dan ulama salaf. Namun, tidak cukup jika hanya kembali pada
ajaran Islam yang semula itu. Seperti yang dianjurkan oleh Muhammad Abd Al Wahab,
karena zaman dan suasana umat Islam sekarang telah jauh berubah, maka ajaran-ajaran
Islam pun harus disesuaikan dengan keadaan modern zaman sekarang. Muhammad
Abduh menyatakan bahwa ajaran-ajaran Islam terbagi menjadi dua kategori, yakni
Ibadat dan mu’amalat.7 Untuk kategori ibadat, banyak sekali sumber yang disajikan
dalam Al Quran dan Hadis. Sedangkan untuk muamalat sendiri, sebagai sebuah ilmu
tentang hidup bermasyarakat, maka itu hanya sebagian kecil yang tercantum dalam Al
Quran dan hadis, sehingga untuk pengajarannya bisa disesuaikan dengan
perkembangan zaman.

Untuk menyesuaikan dasar-dasar pengajaran itu dengan dunia modern, maka perlu
diadakan interpretasi baru, karena itulah perlu untuk dibuka pintu ijtihad demi
terbukanya alam pikiran baru dalam dunia umat Islam. Namun, hanya orang-orang
tertentu yang memenuhi syarat yang boleh dan berhak untuk melakukan ijtihad itu.
Untuk orang-orang awam cukup mengikuti hasil ijtihad dari madzhab yang diikutinya.
Ijtihad ini dijalankan langsung pada Al Quran dan Hadis sebagai sumber utama

7
Pemabaharuan Dalam Islam. Ibid. Hlm: 62-63.

8
pengajaran umat Islam di seluruh dunia. Bentuk pengajaran muamalat ini yang lebih
penting untuk di-ijtihadi, sehingga sesuai dengan kemajuan zaman yang semakin
modern. Sedangkan untuk ibadat, karena merupakan sebuah bentuk kemonikasi antara
manusia dan Tuhan, maka tidak harus mengikuti perubahan zaman, cukup dilakukan
sesuai dengan ketentuan yang berlaku dalam Al Quran dan Hadis. Itu bukan merupakan
lapangan ijtihad.

Islam memandang akal memiliki kedudukan yang tinggi. Allah menunjukan


perintah-perintah dan larangannya kepada akal. Karena itulah, menurut Abduh Islam
adalah agama yang rasional.Mempergunakan akal adalah salah satu dari dasar-dasar
islam .Iman seseorang tidak akan sempurna jika tidak didasarkan pada akal. Dalam
pandangan Islamiah, ikatan tali persaudaraan pertama kali didasarkan pada akal. Bagi
Abduh akal ini memiliki kedudukan yang amat tinggi. Menurutnya pula bahwa wahyu
tidak dapat membawa segala hal yang bertentangan dengan akal. Jika tidak sesuai,
maka harus dicari interpretasi yang memuat ayat, sehingga sesuai dengan pendapat
akal.8

Akal yang terlepas dari ikatan tradisi akan dapat memikirkan dan memperoleh
jalan-jalan menuju sebuah kemajuan. Pemikiran akallah yang memunculkan sebuah
ilmu pengetahuan. 9 Ilmu pengetahuan adalah salah satu dari penyebab kemajuan umat
Islam di masa lampau, dan juga salah satu kemajuan barat di masa sekarang. Karena
itulah untuk mencapai sebuah kesuksesan dan kecermelangan yang sempat hilang,
umat Islam harus segera kembali mempelajari dan mementingkan ilmu pengetahuan.10

2) Fungsi Wahyu
Kenabian dan wahyu Allah ini adalah berdasarkan sifat Maha Pengasih Allah dan
ketidakdewasaan manusia dalam persepsi dan motivasi ethisnya. Para Nabi adalah
manusia-manusia luar biasa yang karena kepekaan dan ketabahan mereka. Karena
wahyu Allah yang mereka terima hingga kemudian disampaikan kepada umat dengan

8
Ibid. Hlm: 65.
9
Ibid.
10
Ibid. Hlm: 66.

9
ulet dan simpatik, maka itu akan mengalihkan hati nurani manusia dari ketenangan
tradisional dan tensi hipomoral ke dalam sebuah kesadara untuk mengenal Tuhan
dengan benar dan sesuai. Al Quran memandang kenabian sebagai sebuah fenomena
yang bersifat universal. Ajaran atau wahyu yang mereka bawa pun bersifat dan harus
diyakini dan diikuti oleh semua manusia.11

Beberapa modernis muslim sangat yakin bahwa dengan melalui Islam beserta
kitabnya, umat manusia telah mencapai kedewasaan rasional dan tidak memerlukan
wahyu Tuhan lagi untuk menjalankan kehidupannya di dunia. Namun karena umat
manusia masih mengalami kebingungan moral, mereka seringkali tidak dapat
mengimbangi derap kemajuan ilmu pengetahuan, maka perjuangannya moralnya harus
tetap bergantung dan berpegang teguh pada kitab-kitab Allah untuk mendapatkan
petunjuk, agar menjadi konsisten dan berarti. Pemahaman mengenai petunjuk Allah ini
tidak lagi tergantung pada pribadi “pilihan” namun telah memiliki sebuah fungsi yang
kolektif.12

Muhammad Abduh percaya kepada kemampuan akal manusia. Agama hampir


saja menjadi pelengkap atau pembantu akal. Akal menempati posisi yang sangat
menentukan. Di atas segala-galanya, Islam adalah agama akal dan seluruh doktrin-
doktrinnya dapat dibuktikan secara logis dan rasional.13 Dalam pemikiran Abduh,
bahwa Al Quran berbicara bukan semata kepada hati manusia, namun kepada
akalnya.14 Karena itulah Islam memandang akal dengan kedudukan yang sangat tinggi.
Hubungannya dengan wahyu bahwasannya ilmu-ilmu pengetahuan modern yang
banyak didasarkan pada hukum alam (sunatullah) tidak bertentangan dengan Islam.
Hukum alam itu adalah ciptaan Tuhan, sebagaimana wahyu juga adalah berasal dari
Tuhan. Karena keduanya berasal dari Tuhan, maka ilmu pengetahuan modern yang
berasal dari hukum alam tidak bertentangan dengan Islam yang sebenarnya berasal dari

11
Fazlur Rahman. Tema Pokok Al Quran. (Bandung: PUSTAKA, 1983). Hlm: 117.
12
Ibid. Hlm: 119.
13
Pemikiran Modern Dalam Islam. Loc. Cit. Hlm: 87.
14
Pembaharuan Dalam Islam. Loc.Cit. Hlm: 65.

10
wahyu yang dibawa Nabi Muhammad. Ilmu pengetahuan modern seharusnya harus
sesuai dan berdasar pada hukum Islam yang sebenarnya.15

3) Kebebasan Manusia dan Fatalisme

Kepercayaan pada kekuatan akal itu selanjutnya membawa Muhammad Abduh


kepada faham bahwa manusia manusia memiliki kebebasan dan kemauan dalam
perbuatan (free will and free act). Pemikirannya mengenai hal ini tercantum dalam
karyanya Risalah Al Tauhid yang menyebutkan bahwa manusia mewujudkan
perbuatannya atas kemauan dan usahanya sendiri, dengan tidak melupakan bahwa di
atasnya masih ada sebuah kekuatan yang lebih tinggi, Allah. Dalam keyakinan hidup
yang seperti itu, menurutnya bersama dengan Jamaluddin Al Afghani, sikap memilih
itu memiliki sisi dinamis kehidupan manusia16. Bahwa manusia tidak hanya tunduk
patuh pada hal-hal yang belum diketahui dan dipahaminya, namun mencoba untuk
mencari tahu bagaimana dan apa yang diyakininya itu, sehingga dalam melaksanakan
segala hal, akan dilakukan dengan sepenuh hati dan sungguh-sungguh.

Dengan cara di atas, mengerti dan memahami segala sesuatu secara mendalam, ini
akan menghilangkan faham jumud dalam kehidupan umat Islam, dan digantin dengan
faham dinamika. Karena itulah umat Islam akan senantiasa berubah untuk merubah
nasibnya dengan usaha sendiri agar bisa menjalani kehidupan yang lebih baik lagi.
Dalam hal ini, jelas sekali bahwa Abduh sangat mendukung faham Qadariyah yang
lebih mengedepankan usaha mandiri daripada tunduk pasrah terhadap keadaan yang
membelenggu.

C. Pengaruh Pemikiran Muhammad Abduh


Melalui pemikiran Muhammad Abduh yang juga didorong oleh Jamaluddin al-
Afghani, maka modernisasi Islam menemukan momentumnya dan mampu
menstimulasi para intelektual Muslim untuk mengemukakan gagasan modernistik
mereka. Pemikiran-pemikiran Muhammad Abduh tidak diragukan lagi, telah

15
Ibid.
16
Ibid. Hlm:66.

11
memberikan pengaruh yang luas tidak hanya di Mesir, tetapi juga bagi negara-negara
Muslim di dunia, termasuk di Indonesia.17

Khususnya di dunia Arab, melalui karangan-karangan Muhammad Abduh sendiri


dan juga melalui tulisan para muridnya, seperti Rasyid Ridha dengan majalah Al
Manar dan tafsir Al Manarnya, Kasim Amin dengan bukunya Tahrim Al Mar’ah, Farid
Wajdi dengan Dairah Al Ma’arif, dan juga karangan-karangan lain Syekh Tantawi Al
Jauhari dengan Al Taju Al Marshih bijawahir Al Quran wa Al Ulum,18 dan sebagainya.
Kesemuanya itu memberi dampak yang besar bagi kemajuan umat Islam di masa
selanjutnya.

Sepeninggal Muhammad Abduh, interpretasi modernistik terhadap ajaran Islam


berlanjut terus-menerus sseuai dengan tuntutan zaman. Di Mesir, para pengikut
Muhammad Abduh melanjutkan pemikirannya di berbagai bidang. Pengaruh
pemikiran dan perjuangan mereka terlihat begitu jelas tidak hanya dalam
interpretasi modernistik terhadap ajaran Islam, tetapi juga menjadikan Islam sebagai
ilham dan pendorong mereka dalam kemerdekaan, kemajuan,dan memenangkan
pertarungan dengan Barat. Hingga pertengahan abad ke duapuluh, hampir seluruh
negeri Muslim telah memperoleh kemerdekaan. Yang tersisa adalah berusaha
mengejar ketertingggalan mereka dari Barat dalam berbagai bidang.19

Di Indonesia, banyak para ulama tanah air yang bersentuhan secaralangsung


dengan tulisan Muhammad Abduh, seperti H Abdulhalim, Syaikh Thahir Jalaludin,dan
bahkan KH Ahmad Dahlan (pendiri Muhammadiyah) juga disebut-sebut sebagai
tokoh yang pemikirannya dipengaruhi oleh ide pembaharuan yang dikemukakan
oleh Muhammad Abduh. Pemikiran pembaharuan Muhammad Abduh memberikan
kontribusi yang sangat besar bagi perkembangan pemikiran dunia Islam, hingga
menembus batas geografis, kultus, sosial, dan peradaban umat manusia yang pada
gilirannya dapat menginspirasi para pemikir, cendekiawan, ulama, dan kaum

17
Pemikiran Modern Dalam Islam. Loc. Cit. Hlm: 90.
18
Pembaharuan dalam Islam. Loc. Cit. Hlm: 68.
19
Pemikiran Modern dalam Islam. Ibid.

12
intelektual lainnya untuk menghidupkan semangat perubahan dan kemajuan bagi
ummat Islam.20

20
Ibid. Hlm: 90-91.

13
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Abduh dalam perjuangannya untuk mengembalikan kemajuan umat Islam,
memberikan penyadaran kepada umat Islam untuk lepas dari tradisi jumud dan taklid
yang hanya tunduk patuh pada dogma ulama salaf yang sudah tidak sesuai dengan
perkembangan zaman. Akal sebagai salah satu karunia terbesar yang Tuhan
anugerahkan bagi manusia harus senantiasa dimanfaatkan dengan cara berfikir dinamis
demi kemajuan bersama.

Namun daripada itu, ajaran-ajaran yang diturunkan Tuhan melalui Nabinya yang
berupa wahyu juga tidak boleh untuk dikesampingkan. Akal dalam melaksanakan
ijtihadnya harus berrdasarkan pada ajaran wahyu sebagai ciptaan Tuhan dan dasar
utama umat Islam, yakni Al Quran dan Hadis.

Manusia dalam menjalani kehidupannya berhak untuk memilih hal yang terbaik
dalam hidupnya, selagi tidak bertentangan dengan Hukum Tuhan. Dan semua yang
ditentukan oleh Tuhan, manusia diwenangkan untuk berikhtiar dalam memperoleh
kebaikan dalam hidupnya, sehingga bisa mencapai kebahagiaan. Namun segalanya
tetap ada dalam kekuasaan Tuhan yang memutuskan kahir dari segalanya. Selagi
manusia berbuat baik, maka Tuhan pun akan memberikan yang terbaik sesuai dengan
apa yang diusahakannya.

14
DAFTAR PUSTAKA
Abduh dan Ridha (Perbedaan antara Guru dan Murid), pdf.

Faza, Asrar Mabrur. Makalah: Perkembangan Islam di Mesir.

Hamdani, Hamid. 2012. Pemikiran Modern Dalam Islam. Jakarta: Direktorat Jendral
Kementrian Agama.

Nasution, Harun. 1992. Pembaharuan Dalam Islam (Sejarah Pemikiran dan Gerakan).
Jakarta: Bulan Bintang.

Rahman, Fazlur. 1983. Tema Pokok AlQuran. Bandung: PUSTAKA.

15

Anda mungkin juga menyukai