Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH USHUL FIQIH

“PEMIKIRAN HUKUM ISLAM KONTEMPORER”

Dianjukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Pada Mata Kuliah


Ushul Fiqih
Dosen Pengampu: Hamdi Pranata, M. Ud.

Disusun Oleh:
KELOMPOK 13:

Aryandika Firmansyah
M Irfan Rolando
Imam Azzikri
PRODI AQIDAH DAN FILSAFAT ISLAM
FAKULTAS USHULUDDIN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SULTAN SYARIF KASIM RIAU
PEKANBARU
TP.2021
KATA PENGANTAR

Seluruh puji untuk Allah Tuhan semesta alam, shalawat dan salam senantiasa
tercurahkan kepada Nabi Muhammad saw beserta keluarga, teman, serta segala
pengikutnya sampai akhir zaman. Atas berkat karunia- Nya, kami telah menyusun
makalah yang bertajuk“ Pemikiran Hukum Islam Kontemporer”.

Makalah ini kami susun guna menuntaskan tugas kelompok dari mata kuliah
Ushul Fiqih dengan dosen Hamdi Pranata, M. Ud. Dalam penyusunannya, kami
mengambil sumber dari sebagian artikel serta jurnal yang terdapat di internet.
Pembaca hendaknya bisa melihat sebagian kekurangan serta kesalahan
penyusunan dalam makalah ini, oleh sebab itu kami mengharapkan anjuran serta
kritik dari para pembaca demi revisi di masa mendatang.

Tidak lupa kami mengucapkan terima kasih pada segala pihak yang turut
menolong dalam penyelesaian makalah ini sehingga bisa terselesaikan tepat
waktu. Akhir kata, mudah - mudahan makalah ini jadi suatu yang berguna untuk
syiar Islam.

Pekanbaru, 24 November 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................i

DAFTAR ISI..........................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1

A. Latar Belakang..................................................................................................1

B. Rumusan Masalah.............................................................................................2

C. Tujuan...............................................................................................................2

D. Manfaat.............................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN........................................................................................3

A. Alasan-Alasan Pentingnya Pemurnian Islam....................................................3

B. Tokoh-Tokoh Awal Pemurnian Islam..............................................................4

1. Kh Ahmad Dahlan...............................................................................................4
2. Ahmad Surkati....................................................................................................5
3. KH Hasyim Asy’ari...............................................................................................6
C. Organisasi Masyarakat Islam............................................................................7

1. Nahdlatul Ulama.................................................................................................7
2. Muhammadiyah..................................................................................................8
3. Persatuan Islam..................................................................................................8
4. Serikat Islam........................................................................................................9
BAB III PENUTUP.............................................................................................11

A. Kesimpulan.....................................................................................................11

B. Saran...............................................................................................................12

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................iii

ii
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam lini waktu sejarah bangsa indonesia, kolonialisme bukan hanya
merampas seluruh kekayaan dan sumber daya alam, mereka bahkan
menghancurkan hak asasi manusia bangsa ini.

Berbagai macam potensi masyarakat direnggut sehingga tidak ada lagi


yang bisa mereka lakukan selain menjadi kuli bangunan, dan sebagai
penghasil rempah yang dihargai jauh dari kata layak.

Lalu disisi lain, bangsa timur terkhususnya negeri dengan mayoritas


muslim saat itu juga tengah kehilangan masa emasnya dari era Abbasiyah,
bertahun-tahun ilmu pengetahuan, inovasi, bahkan masyarakat muslim itu
sendiri mengalami kemunduran dan dikalahkan oleh kemajuan dan
pengaruh bangsa barat.

Hingga pada masa abad ke-19 setidaknya umat islam baru mulai
menemukan titik cerahnya dengan munculnya gerakan pemurnian islam
yang digerakkan oleh Muhammad bin Abdul Wahhab serta ibnu taimiyah,
lalu diikuti sosok modernisasi islam yakni Muhammad Abduh, Jamauddin
Al-Afghani, Rasyid Ridha, sampai pada gerakan pemikiran praksis oleh
Muhammad Iqbal.

Mereka menyadari ketertinggalan ini dialami karena mengeringnya


ajaran islam dan ruh spirit islam itu sendiri, Muhammad Abduh pun saaat
ia diparis berkata “Di Paris saya melihat Islam tapi tidak menemukan
Muslim, sedangkan di Mesir saya menemukan Muslim tapi tidak melihat
Islam”.

Dari munculnya pergerakan bangsa timur tersebut, memiliki pengaruh


yang besar terhadap pemurnian islam pada bangsa indonesia sendiri,
ditandai dengan gerakan padri yang dipimpin oleh Imam Bonjol di
Minangkabau untuk memberantas perjudian, maksiat, syirik dan lain

1
sebagainya, serta menjadi awal berdirinya ORMAS seperti NU,
Muhammadiyah, Persis, Serikat islam, dan lain sebagainya.

B. Rumusan Masalah
Agar tersusun lebih efisien dan sistematis, maka dalam
pembahasan materi ini muncul beberapa rumusan masalah diantaranya :

1. Alasan-alasan pentingnya pemurnian Islam


2. Tokoh-tokoh awal pemurnian Islam
3. NU, Muhammadiyah, Persis, dan Serikat Islam.

C. Tujuan
Dalam membahas materi ini tujuan yang dapat diambil yakni :

1. Untuk mengetahui Alasan pentingnya pemurnian Islam


2. Untuk mengetahui Tokoh awal pemurnian Islam
3. Untuk mengetahui organisasi NU, Muhammadiyah, Persis, dan Serikat Islam.

D. Manfaat
1. Agar kita dapat memahami betapa pentingnya pemurnian Islam
2. Agar kita dapat mengenal tokoh-tokoh awal pemurnian Islam
3. Agar kita lebih mengenal dan mengetahui perkembangan ORMAS Islam
terkhususnya NU, Muhammadiyah, Persis, dan Serikat Islam.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Alasan-Alasan Pentingnya Pemurnian Islam


Struktur sosial masyarakat kolonial memiliki sebuah pola yang sangat
diskriminatif dan opresif. Dan dari pola masyarakat tadi telah
menempatkan bangsa Eropa menjadi kelompok tertinggi dengan hak-hak
istimewa. Dan tentu masyarakat biasa pada umumnya terletak pada strata
sosial paling rendah dan bawahan yang hanya memiliki kewajiban untuk
melayani mereka dari lapisan tertinggi tanpa memiliki hak apapun.

Sebagai pemegang kekuasaan politik, bangsa Eropa juga memegang


kendali ekonomi, walaupun tidak menguasai secara langsung tetapi
mereka memiliki pengaruh yang cukup kuat, terlihat semasa pemilihan
patih serta urusan keuangan internal.

Sementara itu penduduk juga dipaksa melakukan kerja wajib yang


dimana nanti hasil panennya akan diserahkan kepada pemilik lahan di kota
yang merupakan acara tradisi rutin atau pisowanan yakni 2 kali disaat
grebek Mulud dan Besar, setelah Perang Diponegoro kewajiban
melakukan sowan menjadi 3 kali yakni Mulud, Puasa, dan Besar.

Tujuan dari pisowanan ialah agar raja bisa mengawasi pejabat yang
lebih rendah, dan yang pejabat lakukan hanyalah foya-foya semata, disaat
pengikutnya sibuk melakukan tugas, pembangunan, kerja, dan lain
sebagainya.

Sebenarnya kegiatan ini dilakukan oleh pemerintah pusat hanya untuk


mengontrol akumulasi surplus dikalangan pejabat kecil, agar penguasa
pusat tidak memiliki pesaing. Sementara itu para petani disibukkan dengan
kerja wajib yang tak diupah sama sekali, untuk memenuhi pendapatan
penguasa daerah, sehingga produksi untuk mereka sangatlah sedikit sekali.

3
Serta kebiasaan pejabat yang mengambil apapun milik rakyat kecil
sesukanya membuat masyarakat semakin terdorong kepada kemiskinan,
karena keadaan sulit tersebut, juga banyak perampok pada malam hari.

Kehidupan masyarakat di luar pulau jawa pun lebih kurang sama


hancurnya, mereka sangat dipengaruhi adat seperti sabung ayam, judi serta
minum minuman keras, dan penderitaan ini dirasakan dari generasi ke
generasi yang mereka pikir hanya bisa diatasi oleh kekuatan supranatural
berupa kepercayaan cargo cult (Fox, t.th) dan gerakan mesianisme yang
mempercayai akan datang Ratu Adil (Kartodirjo, 1962), serta muncul
penyakit masyarakat lainnya seperti bid’ah, tahyul, khufarat, dan perilaku
lain yang bertentangan dengan ajaran agama islam.

Maka dari itu KHA Dahlan sampai pada sebuah pemikiran dimana
masalah utama yang dihadapi masyarakat pada umumnya ialah
kemiskinan dan keterpurukan, serta kunci dari masalah tersebut hanyalah
melalui pendidikan berupa penguasaan ilmu agama, pengetahuan dan
teknologi modern yang disimbolisasikan pada penguasaan Kitab Kuning
dan Kitab Putih.

Fenomena yang terjadi di daerah lain sebenarnya sama seperti yang


disampaikan KHA Dahlan, inilah yang menjadi setting bagi munculnya
berbagai gerakan sosial keagamaan di berbagai tempat di Indonesia.

B. Tokoh-Tokoh Awal Pemurnian Islam


1. Syeikh Ahmad Khatib

Syeikh Ahmad Khatib merupakan seorang imam besar masjid


al-Haram di Mekah. Ia tidak pernah pulang ke kampung halaman
karena sistem pertama, adat warisnya yang tidak mau berubah. Kedua
menentang sistem tarekat saat itu. Pemikiran Ahmad Khatib banyak
disebarluaskan oleh para muridnya seperti Syeikh Muhammad Jamil
Djambek; Haji Abdul Karim Amrullah; Haji Abdullah Ahmad; KH.
Ahmad Dahlan ( pendiri Muhammadiyah); Sulaiman Ar-Rasuli dan
KH Hasyim Asy’ari ( pendiri Nahdlatul Ulama). Dua tokoh terakhir
masih menganut sistem tradisi atau tidak sejalan dengan kelompok

4
pembaharu termasuk dengan gurunya, karena liberalnya Ahmad
Khatib dalam memberikan materi pada muridnya agar menggali dari
berbagai sumber.

2. Kh Ahmad Dahlan
Dahlan lahir pada daerah Kauman, Yogyakarta, tanggal 1
Agustus1868 dengan panggilan masa kecil Muhammad Darwis.
ayahnya, KH Abubakar, merupakan khatib masjid besar di
kesultanan Yogyakarta, sedangkan ibunya, Siti Aminah, ialah putri
dari seorang penghulu, sejak kecil Ahmad Dahlan mendapat
Pendidikan dilingkungan pesantren yang mana memiliki pegangan
ilmu agama dan bahasa Arab yang kuat.

Saat berusia 15 tahun dia menetap di mekah, dan mulai


tersentuh dengan pemikiran para pembaharu islam. Dengan begitu
dia merasa kampung halamannya sangatlah perlu memiliki gerakan
pembaharuan Islam tersebut, karena masih maraknya sinkretisme
dan formalisme.

Ahmad Dahlan pun mendirikan Salah satu organisasi Islam


yang sangat berpengaruh hingga saat ini di indonesia, yakni
Muhammadiyah, berdiri pada tanggal 18 November 1912, yang
mana memiliki tujuan “menyebarkan pengajaran kanjeng Nabi
Muhammad SAW kepada penduduk bumiputera” serta memajukan
keagamaan anggotanya, dan organisasi ini banyak bergerak di
bidang kemasyarakatan, Kesehatan, dan Pendidikan yang awal
mulanya hanya terbatas pada daerah Kauman, Yogyakarta, sekarang
sudah meluas ke seluruh daerah di indonesia.

Proklamator indonesiapun Bung Karno sejak umur 15 tahun


telah mengagumi sosok KH Ahmad Dahlan “saat saya berdiam di
rumah Tjokroaminoto, saya telah terpukau dengan KH Ahmad
Dahlan”. Dia pun menjadi salah satu anggota Muhammadiyah dan
memiliki keinginan dikubur dengan membawa nama
Muhammadiyah di atas kain kafannya.

5
Serta seorang indonesianis asal Amerika Serikat, menyatakan
Dahlan merupakan sosok pembaharu islam yang malampaui batas
puncak pemikiran Muhammad Abduh dari Mesir. Ahmad Dahlan
wafat pada tanggal 23 Februari 1923 di Yogyakarta, dan
dimakamkan di karang Kuncen, Yogyakarta.

3. Ahmad Surkati
Ahmad surkati dilahirkan di pulau Arqu,daerah Dunggulah,
Sudan, tahun 1875. Sempat mengeyam Pendidikan di Al-Azhar
(Mesir) dan Mekah, Surkati datang ke pulau jawa pada Maret 1911.
Yang mana perpindahannya ini berawal dari permintaan Jami’at
Khair, yakni sebuah organisasi yang didirikan warga keturunan Arab
di Jakarta, untuk mengajar. Namun karena mengalami
ketidakcocokan, diapun akhirnya mendirikan madrasah Al-Irsyad
Al-Islamiyah pada tanggal 6 September 1914 di Jakarta. Tanggal
tersebut pun menjadi tanggal berdirinya organisasi Al-Irsyad. Yang
dimana tujuan organisasi tersebut bergerak untuk pemurnian Islam,
di bidang Pendidikan, serta kemasyarakatan.

Seorang sejarawan belanda Bernama G. F. Pijper dalam


beberapa studinya mengenai sejarah islam di indonesia 1900-1950
memiliki pandangan hanya Al-Irsyad yang benar bisa melakukan
gerakan pembaharuan yang sama seperti dilakukan Muhammad
Abduh dan Rashid Ridha dari Mesir, Sukarno pun menyebut Surkati
ikut mempercepat lahirnya kemerdekaan.

Pada 6 September 1943 Ahmad Surkati meninggal dunia, yang


dimana saat itu perkembangan Al-Irsyad sedang terganggu walaupun
hingga kini tetap eksis.

4. KH Hasyim Asy’ari
Hasyim Asy’ari lahir pada tanggal 14 Februari 1871 di Desa
Nggedang-Jombang, Jawa Timur, dia pernah belajar pada Syaikh
Mahfudz asal Termas yang merupakan ulama ilmu hadis pertama
yang berasal dari indonesia dan mengajar di Mekah. Dan itu pulak

6
yang menjadi spealisasi pada pondok pesantren yang kelak akan
didirikannya, di Jombang sepulang dari Mekah.

Melalui pesantrenlah dia melakukan pembaharuan islam, dia


memperkenalkan pengetahuan umum pada kurikulum pesantren,
ditambah dengan bahasa belanda dan sejarah Indonesia.

Hasyim Asy’ari juga merupakan pendiri Nahdlatul Ulama,


yang artinya kebangkitan ulama, dan salah satu organisasi Islam
terbesar di Indonesia. Dia mendirikannya Bersama Kyai Wahab
Chasbullah pada tanggal 31 Januari 1926 agar dapat
mempertahankan faham bermadzhab dan menjaga faham
pembaharuan.

Di masa kolonialisme, Hasyim bersikap nonkooperatif, banyak


mengeluarkan fatwa yang menolak pemerintahan belanda bahkan
menyerukan fatwa jihad “Wajib hukumnya bagi umat islam
Indonesia berperang melawan Belanda.” Fatwa ini dikeluarkan
menjelang meledaknya peristiwa 10 November di Surabaya.

Beliaupun wafat pada tanggal 25 Juli 1947, organisasi NU pun


sempat larut dalam politik praktis sampai akhirnya kembali ke khitah
1926.

C. Organisasi Masyarakat Islam


1. Nahdlatul Ulama
Nahdlatul Ulama ialah salah satu organisasi Islam terbesar
yang didirikan pada 31 Januari 1926 M (16 Rajab 1344 H) di
Surabaya. Organisasi ini dibentuk para Alim Ulama yang diprkarsai
oleh; K. H. Hasyim Asy’ari (Tebuireng), K.H. Abdul Wahab
Hasbullah, K.H. Bisri (Jombang), K.H. Riduwan (Semarang), K. H
Nawawi (Pasuruan), K. H.R Asnawi (Kudus), K. H.R Hambali
(Kudus), K. Nakhrawi (Malang), K. H Doromuntaha (Bangkalan),
K. H.M. Alwi Abdul Aziz dan masih banyak lagi. Dan diketuai
langsung oleh K. H Hasyim Asy’ari (Yunus, 1926).

7
Ide dari lahirnya NU ialah upaya menyelamatkan paham ahlu
sunnah wal jama’ah yang sudah ada sejak zaman Rasullulah. Dalam
prinsip dasar organisasi sendiri Kyai Hasyim merumuskan kitab al-
Qanun al-asasi li Jam’iyati Nahdlatul Ulama (Prinsip Dasar NU) dan
kitab Rislalah Ahlusunnah wal jama’ah. Dari kedua kitab tersebut
dirumuskan Khittah NU, yang menjadi rujukan masyarakat NU
dalam bertindak dibidang sosial, agama, dan politik.

Sesuai dengan Namanya Nahdlatul Ulama atau Kebangkitan


Ulama adalah organisasi yang memfokuskan dakwahnya pada
pendidikan agama dan tegaknya nilai-nilai Islam di bumi pertiwi.
Maka dari itu organisasi ini merupakan salah satu wadah untuk
membangun kekuatan umat Islam dan para Alim Ulama pada
khusunya. Karena Ulama sendiri merupakan pemimpin umat yang
selalu berada di garis terdepan.

2. Muhammadiyah
Muhammadiyah juga merupakan salah satu organisasi yang
memiliki massa dan pendukung yang besar dan merupakan gerakan
pembaharu yang didirikan oleh Ahmad Dahlan pada 18 Dzulhijjah
1330 H, atau bertepatan dengan 12 November 1912 M. Di
Yogyakarta, Muhammadiyah sering dicap banyak kalangan sebagai
organisasi Islam yang memadukan antara purifikasi dengan
dinamisasi dan bersifat moderat dalam meyakini, memahami, dan
melaksanakan ajaran Islam, sangat jauh berbeda dari organisasi
Islam kebayakan yang terkesan ekstrem.

Muhammadiyah sendiri lahir oleh buah pikiran Kyai Dahlan


yang berkeinginan untuk menjadikan Islam harus kuat dan besar,
sehingga bisa membela mereka yang kesusahan dan menderita.

Dalam perancangan sistem organisasi ini sendiri merujuk pada


Firman Allah, “Dan hendaklah ada diantara kamu segolongan umat
yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma’ruf dan
mencegah dari yang munkar, merekalah orang-orang yang

8
beruntung” (Q.S: Ali Imron:104). Ayat tersebut mengarahkan
kepada manusia agar berbuat baik dan memperbanyak amal sholeh.

Dan tujuan berdirinya Muhammadiyah tidak lain hanya ingin


melihat agama islam dapat dilaksanakan oleh umatnya secara baik
dengan berlandaskan al-Qur’an dan hadist, melalui Pendidikan
dalam masyarakat, mengadakan tabligh-tabligh, bahkan sampai
dengan menerbitkan buku dan majalah untuk menyiarkan agama
Islam itu sendiri (Yunus, 1926)

3. Persatuan Islam
Berawal dari pengajian rutin untuk membahas isu-isu aktual
tentang paham keagamaan yang dilakukan oleh pengusaha Muslim
di Bandung. Terbentuklah organisasi Persatuan Islam (Persis), salah
satu isu yang diangkat ialah mengenai maraknya praktek sinkretik
umat Islam, Khusunya di Jawa Barat. Kelompok pengajian ini
mengganggap bahwa budaya peninggalan Hindu-Budha sudah
seharusnya ditinggalkan karena tidak sesuai dengan landasan dari al-
Qur’an dan Sunnah.

Terbentuknya organisasi ini dipelopori oleh dua saudagar


yakni Haji Zamzam dan Haji Muhammad Yunus. Mereka berdua lah
penggerak kegiatan tadarus yang pada mulanya hanya beranggotakan
20 orang. Dan focus tujuan dari organisasi ini ialah untuk
mempersatukan Islam dengan ruhul ijtihad dan jihad. Itulah mengapa
organisasi ini memiliki nama Persatuan Islam.

Selama awal kemunculannya hingga tahun 1942 menurut


Federspiel dalam catatan structural, keanggotaan persis tidak
mencapai 300 anggota dan hanya mengelola 6 mesjid dengan
melayani 500 jamaah yang ada di kota bandung. Oleh karena itu
kiprah persis bukan terletak pada organisasinya yang notabene kecil
akan tetapi posisinya sebagai salah satu lokomotif pembaharuan
Islam. Dan Ahmad Hasan (1887-1958) sebagai tokoh sentral Persis,
dalam pemikirannya didalam kancah pembaharuan Islam Indonesia,

9
dia juga berperan penting dalam membesarkna Persis dalam ranah
Nasional.

4. Serikat Islam
Pada awalnya organisasi ini Bernama Serikat Dagang Islam,
yang bertujuan untuk menciptakan daya saing yang kuat di kalangan
usahawan pribumi dalam melawan dominasi Cina dalam industri
batik yang didampingin Belanda. Organisasi ini didirikan oleh
seorang tokoh, yaitu Haji Samanhudi di Solo pada 16 oktober 1905,
dan organisasi ini memiliki tujuan awalnya hanya untuk
menghimpun kekuatan pedagang batik guna melawan pedagang Cina
yang memonopoli perdagangan bumbu batik dan menghadapi
superioritas Cina terhadap pedagang Indonesia sebagai dampak
Revolusi Cina pada 1911.

Tujuan SDI itu dengan cepat mendapat antusias pribumi yang


mempunyai fanatisme Islam yang kuat serta para anti-Cina dan juga
mereka yang antikolonial.

Atas usul Tjokroaminoto agar keanggotaan SDI jangan hanya


dibatasi untuk golongan pedagang, akan tetapi diperluas sehingga
kata dagang saat Menyusun anggaran dasar dihapus dan diganti
menjadi serikat Islam, yang semula hanya untuk memajukan
perdagangan, saling bantu terbinanya jasmani dan rohani, serta
memajukan masyarakat beragama Islam, pada tahun 1917
berkembang menjadi pergerakan politik yang menggunakan Islam
sebagai dasar perjuangan dan mencita-citakan kemerdekaan.

Dan dengan adanya Tjokroaminoto, Serikat Islam mengalami


banyak kemajuan dan menyebar luas dukungannya sampai keluar
pulau jawa. Akan tetapi masuknya paham sosialis membuat SI pecah
menjadi SI merah dan SI putih. Pada kongres tahun 1923, SI
mengubah namanya menjadi Partai Serikat Islam dan pada 1929
berubah nama lagi menjadi Partai Serikat Islam Indonesia atau PSII.
Pada 1940 terjadi perpecahan di tubuh PSII dengan keluarnya

10
beberapa anggotanya yang dipimpin oleh Kartosuwiryo yang
mendirikan perkumpulan sendiri sehingga ada dua PSII yakni PSII
biasa dan PSII Kartosuwiryo.

11
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dapat kita lihat bahwa fenomena yang menerpa bangsa Indonesia,
telah membuka mata masyarakat untuk mengakhiri penderitaan yang
mereka alami dari ketertindasannya terhadap zaman kolonial. Dan jiwa
dari bangsa ini yang notabene sangat kultural dan suka bersosialisasi telah
mendorong cita-cita itu untuk tercapai melalui hadirnya organisasi-
organisasi pembaharuan Islam, mulai dari yang dicintai masyarakatnya
sampai yang kurang peminatnya, namun mereka semua memiliki satu
tujuan besar yang sama yakni menginginkan keislaman dan kemerdekaan
itu sendiri tegak diatas tanah air ini.

Akan tetapi meskipun peran organisasi ini tekah berhasil secara fisik
namun hampir satu abad ini, efektivitas dari gerakan Reformasi tersebut
masih menjadi tanda tanya yang besar dalam mengatasi krisis
kepemimpinan dan masih belum dapat memberikan sebuah keteladanan,
lalu, apakah ini semua akan stagnan dan tidak menghasilkan apapun
dimasa mendatang?

12
B. Saran
Semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi teman-teman, guru,
maupun dosen untuk dapat mengenal dasar dari setiap peran maupun
organisasi masyarakat yang lahir dalam menegakkan pembaharuan Islam
yang telah banyak tertindas di zaman kolonialisme.

13
DAFTAR PUSTAKA

Aisah, Siti. 2017. “Kolonialisme, pembaharuan Islam, dan kebangkitan gerakan


Wanita”,https://www.qureta.com/post/kolonialisme-pembaruan-islam-dan-
kebangkitan-gerakan-wanita, diakses 13 September 2021 pukul 11:30.

Padmo, Soegijanto. 2009. “Gerakan pembaharuan Islam Indonesia dari masa ke


masa : sebuah pengantar”, https://media.neliti.com/media/publications/11904-ID-
gerakan-pembaharuan-islam-indonesia-dari-masa-ke-masa-sebuah-pengantar,
diakses 13 September 2021 pukul 17:06.

Aryono. 2013. “Empat tokoh Islam di Indonesia”,


https://historia.id/agama/articles/empat-tokoh-islam-di-indonesia-6jnw6, diakses
13 September 2021 pukul 21: 42.

Arroisi, Jarman, Martin Putra Perdana dan Reza Hutama. 2020. “Pembaharuan
pemikiran Islam model Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama”,
https://www.jurnalnu.com/index.php/as/article/view/223, diakses 14 September
2021 pukul 19:42.

Muhammad, Wildan Imaduddin. 2017. “Ormas Islam di Jawa Barat dan


pergerakannya; studi kasus Persis dan PUI”,
http://103.88.229.8/index.php/analisis/article/download/1120/887, diakses 14
September 2021 pukul 21:08.

iii

Anda mungkin juga menyukai