Anda di halaman 1dari 24

TUGAS SISTEM REPRODUKSI

FLOUR ALBUS

DI SUSUN OLEH :

KELOMPOK 1 :

APRIATNA

SEKAR ANAK AMPUN

SYAKITA PUTRI

RAHMA NICA SAFITRI

DOSEN PEMBIMBING :
Ns. Liza Merianti, S.Kep. M.Kep
PRODI S1 KEPERAWATAN

STIKES YARSI SUMBAR BUKITTINGGI


T.A 2018/2019
KATA PENGANTAR

Puji beserta syukur hanya milik Allah semata, karena atas kebesaran-Nya penulis dapat
menyelesaikan makalah “Sistem Reproduksi“.Adapun tujuan disusunnya makalah ini untuk
memenuhi salah satu tugas mata kuliah sistem reproduksi.

Penyusunan makalah ini juga tidak terlepas dari bantuan banyak pihak.Oleh karena itu,
penulis ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada berbagai pihak yang turut membantu
dalam menyelesaikan makalah ini terutama kepada dosen.

Tiada gading yang tak retak, begitulah kata pepatah. Oleh karena itu, penulis
mengharapkan saran dan kritiknya demi perbaikan dimasa yang akan datang.

Bukittinggi, Maret 2018

Penulis

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ........................................................................................................... i

Daftar isi ................................................................................................................. ii

BAB I Pendahuluan

LATAR BELAKANG ............................................................................ 1

TUJUAN ................................................................................................ 2

BAB II Pembahasan

Flour Albus ............................................................................................. 3

ASKEP Flour Albus ............................................................................... 13

Kesimpulan ................................................................................................................ 20

Daftar Pustaka

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Leukorea merupakan salah satu masalah yang banyak dikeluhkan wanita
mulai dari usia muda sampai usia tua. Lebih dari sepertiga penderita yang berobat ke
klinik-klinik ginekologi di Indonesia mengeluh adanya leukorea (fluor albus) dan
lebih dari 80% diantaranya adalah yang patologis. Leukorea yang patologis
diakibatkan oleh infeksi pada alat reproduksi bagian bawah atau pada daerah yang lebih
proksimal, yang bisa disebabkan oleh infeksi gonokokkus, trikomonas, kandida,
klamidia, treponema, human papiloma virus, herpes genitalis. Penularannya dapat
terjadi melalui hubungan seksual. Leukorea patologis dapat juga disebabkan oleh
neoplasma/keganasan, benda asing, menopause, dan erosi. Leukorea fisiologis dapat
terjadi pada bayi baru lahir, saat menars, saat ovulasi, karena rangsangan seksual,
kehamilan, mood/stress, penggunaan kontrasepsi hormonal, pembilasan vagina yang
rutin
Penelitian secara epidemiologi, leukorea patologis dapat menyerang wanita
mulai dari usia muda, usia reproduksi sehat maupun usia tua dan tidak mengenal
tingkat pendidikan, ekonomi, dan sosial budaya, meskipun kasus ini lebih banyak
dijumpai pada wanita dengan tingkat pendidikan dan sosial ekonomi yang rendah. Dalam
program keluarga berencana leukorea juga merupakan salah satu efek yang sering
dikeluhkan oleh akseptor pemakai kontrasepsi hormonal dan IUD, namun masih
dianggap steril (fisiologis). Leukorea juga sering merupakan komplikasi yang
dikeluhkan oleh penderita diabetes mellitus dan pemakai kortikosteroid atau
antibiotik dalam waktu lama.
Masalah leukorea ini bagi wanita terasa sangat mengganggu baik dalam
kehidupannya sehari-hari maupun dalam hubungan dengan suami. Rasa tidak
nyaman, ketidaktentraman bekerja, rasa rendah diri, cemas akan kemungkinan
kanker, publikasi atau cerita tetangga atau teman di kantor tentang akibat adanya
leukorea ini menyebabkan sebagian kecil wanita mencari pertolongan pada dokter tetapi
sebagian lagi berusaha mencari kesembuhan dengan pengobatan tradisional seperti
dibasuh dengan air sirih dan minum ramuan jamu. Kendala yang dihadapi oleh para
wanita dan para dokter adalah seringnya dijumpai kasus yang kronis karena
ketidaktahuan dari wanita dan terapinya tidak adekuat.
Keputihan (fluor albus) merupakan masalah yang sangat besar bagi wanita.
Sebagian besar keputihan disebabkan oleh golongan jamur kandida meskipun dapat
disebabkan oleh mikroorganisme yang lain seperti kuman gonococus, herpes
genitalis, dan sebagainya. Sebelum pubertas, normalnya perempuan tidak memiliki
keputihan, kecuali jika terjadi infeksi atau iritasi vagina. Setelah pubertas, estrogen
(hormon wanita) menyebabkan vagina memproduksi sekret (cairan) yang menjaga
1
tetap lembab dan bersih. Cairan ini keluar dari vagina sebagai duh tubuh vagina
(leukorea). Setelah menopause, kadar estrogen menurun dan keputihan juga akan
menurun.

B. Tujuan
a. Mengetahui apa itu flour albus ?
b. Mengetahui penyebab dari flour albus ?
c. Mengetahui tanda dan gejala flour albus ?
d. Mengetahui patofisiologi flour albus ?
e. Mengetahui askep dari flour albus ?

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Defenisi
Leukorea (fluor albus/white discharge/keputihan/vaginal discharge/duh tubuh
vagina) adalah pengeluaran cairan dari alat genitalia yang tidak berupa darah.
Cairan ini dalam keadaan normal tidak sampai keluar, sedangkan cairan yang keluar
dari vagina tidak semua merupakan keadaan yang patologis. Gardner menyatakan bahwa
leukorea adalah keluhan penderita berupa pengeluaran sekresi vulvovagina yang
bervariasi baik dalam jumlah, bau, maupun konsistensinya.
Kebanyakan duh tubuh vagina adalah normal. Akan tetapi, jika duh tubuh yang
keluar tidak seperti biasanya baik warna ataupun penampakannya, atau keluhannya
disertai dengan nyeri, kemugkinan itu merupakan tanda adanya sesuatu yang salah.
Duh tubuh vagina merupakan kombinasi dari cairan dan sel yang secara
berkelanjutan melewati vagina. Fungsi dari duh tubuh vagina adalah untuk
membersihkan dan melindungi vagina

B. Etiologi
Fdmng
Fluor albus fisiologik pada perempuan normalnya hanya ditemukan pada daerah
porsio vagina. Sekret patologik biasanya terdapat pada dinding lateral dan anterior
vagina.

3
Fluor albus fisiologik ditemukan pada :
a. Bayi baru lahir sampai umur kira-kira 10 hari: disini sebabnya ialah pengaruh
estrogen dari plasenta terhadap uterus dan vagina janin.
b. Waktu disekitar menarche karena mulai terdapat pengaruh estrogen. Leukore disini
hilang sendiri akan tetapi dapat menimbulkan keresahan pada orang tuanya.
c. Wanita dewasa apabila ia dirangsang sebelum dan pada waktu koitus, disebabkan
oleh pengeluaran transudasi dari dinding vagina.
d. Waktu disekitar ovulasi, dengan sekret dari kelenjar-kelenjar serviks uteri menjadi
lebih encer.
e. Pengeluaran sekret dari kelenjar-kelenjar serviks uteri juga bertambah pada wanita
dengan penyakit menahun, dengan neurosis, dan pada wanita dengan ektropion
porsionis uteri.

Sedang fluor albus abnormal (patologik) disebabkan oleh :


1. Infeksi :
 Bakteri : Gardanerrella vaginalis, Chlamidia trachomatis, Neisseria gonorhoae,
dan Gonococcus
 Jamur : Candida albicans
 Protozoa : Trichomonas vaginalis
 Virus : Virus Herpes dan human papilloma virus

2. Iritasi :
 Sperma, pelicin, kondom
 Sabun cuci dan pelembut pakaian
 Deodorant dan sabun
 Cairan antiseptic untuk mandi.
 Pembersih vagina.
 Celana yang ketat dan tidak menyerap keringat
 Kertas tisu toilet yang berwarna.

3. Tumor atau jaringan abnormal lain

4
4. Fistula
5. Benda asing
6. Radiasi
7. Penyebab lain
 Psikologi : Volvovaginitis psikosomatik
 Tidak dikatehui : “ Desquamative inflammatory vaginitis”

C. Klasifikasi
a. Leukorea Fisiologis
Leukorea fisiologis adalah cairan yang keluar dari vagina yang bukan darah
dengan sifat yang bermacam-macam baik warna, bau, maupun jumlahnya. Leukorea
fisiologis terdapat pada bayi yang baru lahir sampai umur kira-kira 10 hari, karena
pengaruh estrogen dari plasenta terhadap uterus dan vagina janin; saat menars, karena
pengaruh estrogen dan biasanya akan hilang dengan sendirinya; rangsangan seksual
sebelum dan pada waktu koitus akibat transudasi dinding vagina; saat ovulasi,
berasal dari sekret kelenjar serviks uteri yang menjadi lebih encer; saat kehamilan,
mood (perasaan hati), stress; saat pemakaian kontrasepsi hormonal; pembilasan vagina
secara rutin.
Vagina merupakan organ berbentuk tabung yang panjangnya berkisar antara 8
– 10 cm, berdinding tipis dan elastis yang ditutupi epitel gepeng berlapis pada
permukaan dalamnya. Lapisan epitel vagina tidak mempunyai kelenjar dan folikel
rambut, dinding depan dan dinding belakang saling bersentuhan.
Pada keadaan normal, cairan yang keluar dari vagina wanita dewasa
sebelum menopause terdiri dari epitel vagina, cairan transudasi dari dinding vagina,
sekresi dari endoserviks berupa mukus, sekresi dari saluran yang lebih atas dalam jumlah
yang bervariasi serta mengandung berbagai mikroorganisme terutama laktobasilus
doderlein.
Basil doderlein mempunyai peranan yang sangat penting dalam menjaga
suasana vagina dengan menekan pertumbuhan mikroorganisme patologis karena
basil doderlein mempunyai kemampuan mengubah glikogen dari epitel vagina yang
terlepas menjadi asam laktat, sehingga vagina tetap dalam keadaan asam dengan

5
pH 3,0 – 4,5 pada wanita dalam masa reproduksi. Suasana asam inilah yang
mencegah tumbuhnya mikroorganisme patologis.
Apabila terjadi suatu ketidakseimbangan suasana flora vagina yang
disebabkan oleh beberapa faktor maka terjadi penurunan fungsi basil doderlein
dengan berkurangnya jumlah glikogen karena fungsi proteksi basil doderlein
berkurang maka terjadi aktivitas dari mikroorganisme patologis yang selama ini
ditekan oleh flora normal vagina. Progresivitas mikroorganisme patologis secara
kinis akan memberikan suatu reaksi inflamasi di daerah vagina. Sistem imun tubuh
akan bekerja membantu fungsi dari basil doderlein sehingga terjadi pengeluaran
lekosit PMN maka terjadilah leukorea.
Sekret vagina secara normal mengandung: sel epitel vagina, terutama yang paling
luar (superfisial) yang terkelupas dan dilepaskan ke dalam rongga vagina; beberapa sel
darah putih (leukosit). Bakteri-bakteri yang normal terdapat dalam vagina antara lain
basil doderlein yang berbentuk batang-batang gram positif dan merupakan flora vagina
yang terbanyak, beberapa jenis kokus seperti streptokokus, stapilokokus, dan
eschericia coli.
Leukorea normal bisa merupakan kombinasi hasil sekresi dari vulva, vagina,
tuba fallopi, uterus, dan serviks. Jumlah, konsistensi, dan warna dari leukorea
berubah-ubah sesuai dengan perubahan hormon di dalam tubuh kita menurut siklus
haid. Tabel di bawah ini menjelaskan leukorea normal

b. Leukorea Patologis

6
Leukorea patologis disebabkan oleh infeksi bakteri, jamur, parasit, virus,
benda asing, menopause, neoplasma/keganasan pada alat genitalia, dan erosi. Infeksi
oleh bakteri diantaranya gonokokkus, klamidia trakomatis, gardnerella vaginalis,
treponema pallidum. Leukorea patologis oleh jamur biasanya disebabkan oleh spesies
kandida, cairan yang keluar dari vagina biasanya kental, berwarna putih susu, dan
sering disertai rasa gatal, vagina tampak kemerahan akibat peradangan. Etiologi
terbanyak leukorea karena parasit biasanya disebabkan trikomonas vaginalis. Cara
penularan penyakit ini melalui senggama, walaupun jarang dapat juga ditularkan
melalui perlengkapan mandi, seperti handuk atau bibir kloset. Cairan yang keluar
dari vagina biasanya banyak, berbuih, menyerupai air sabun dan berbau.
Leukorea oleh parasit ini tidak selalu gatal, tetapi vagina tampak kemerahan
dan timbul rasa nyeri bila ditekan atau perih bila berkemih. Leukorea akibat
infeksi virus sering disebabkan oleh kondiloma akuminata dan herpes simpleks tipe 2.
Cairan di vagina sering berbau, tanpa rasa gatal.

Adanya benda asing seperti tertinggalnya kondom atau benda tertentu yang
dipakai pada waktu senggama, adanya cincin pesarium yang digunakan wanita
dengan prolapsus uteri dapat merangsang pengeluaran cairan vagina yang berlebihan.
Jika rangsangan ini menimbulkan luka akan sangat mungkin terjadi infeksi penyerta
dari flora normal yang berada di dalam vagina sehingga timbul keputihan.

Kanker akan menyebabkan leukorea patologis akibat gangguan pertumbuhan


sel normal yang berlebihan sehingga menyebabkan sel bertumbuh sangat cepat
secara abnormal dan mudah rusak, akibatnya terjadi pembusukan dan perdarahan akibat

7
pecahnya pembuluh darah yang bertambah untuk memberikan makanan dan oksigen
pada sel kanker tersebut. Pada keadaan seperti ini akan terjadi pengeluaran cairan
yang banyak disertai bau busuk akibat terjadinya proses pembusukan tadi dan seringkali
disertai oleh adanya darah yang tidak segar.

Leukorea pada menopause tidak semua patologis. Pada saat menopause sel – sel
pada serviks uteri dan vagina mengalami hambatan dalam pematangan sel akibat
tidak adanya hormon pemacu, yaitu estrogen. Vagina menjadi kering dan lapisan sel
menjadi tipis, kadar glikogen menurun dan basil doderlein berkurang. Keadaan ini
memudahkan terjadinya infeksi karena tipisnya lapisan sel epitel sehingga mudah
menimbulkan luka dan akibatnya timbul leukorea.

Pada masa reproduksi wanita, umumnya epitel kolumnar endoserviks lebih


keluar ke arah porsio sehingga tampak bagian merah mengelilingi ostium uteri
internum. Bila daerah merah ini terkelupas akan memudahkan terjadinya infeksi
penyerta dari flora normal di vagina sehingga timbul leukorea. Menurut Hamperl dan
Kaufman (1959) penyebab erosi ini tidak diketahui, kemungkinan terjadi akibat
kenaikan estrogen.

D. Patofisiologi
Meskipun banyak variasi warna, konsistensi, dan jumlah dari sekret vagina bisa
dikatakan suatu yang normal, tetapi perubahan itu selalu diinterpretasikan penderita
sebagai suatu infeksi, khususnya disebabkan oleh jamur. Beberapa perempuan pun
mempunyai sekret vagina yang banyak sekali. Dalam kondisi normal, cairan yang keluar
dari vagina mengandung sekret vagina, sel-sel vagina yang terlepas dan mucus serviks,
yang akan bervariasi karena umur, siklus menstruasi, kehamilan, penggunaan pil KB
Lingkungan vagina yang normal ditandai adanya suatu hubungan yang dinamis
antara Lactobacillus acidophilus dengan flora endogen lain, estrogen, glikogen, pH
vagina dan hasil metabolit lain. Lactobacillus acidophilus menghasilkan endogen
peroksida yang toksik terhadap bakteri pathogen. Karena aksi dari estrogen pada epitel
vagina, produksi glikogen, lactobacillus (Doderlein) dan produksi asam laktat yang
menghasilkan pH vagina yang rendah sampai 3,8-4,5 dan pada level ini dapat
menghambat pertumbuhan bakteri lain.

8
Kandidiasis vaginalis merupakan infeksi vagina yang disebabkan oleh Candida
sp. terutama C. albicans. Infeksi Candida terjadi karena perubahan kondisi vagina. Sel
ragi akan berkompetisi dengan flora normal sehingga terjadi kandidiasis. Hal-hal yang
mempermudah pertumbuhan ragi adalah penggunaan antibiotik yang berspektrum luas,
penggunaan kontrasepsi, kadar estrogen yang tinggi, kehamilan, diabetes yang tidak
terkontrol, pemakaian pakaian ketat, pasangan seksual baru dan frekuensi seksual yang
tinggi. Perubahan lingkungan vagina seperti peningkatan produksi glikogen saat
kehamilan atau peningkatan hormon esterogen dan progesterone karena kontrasepsi oral
menyebabkan perlekatan Candida albicans pada sel epitel vagina dan merupakan media
bagi prtumbuhan jamur. Candida albicans berkembang dengan baik pada lingkungan pH
5-6,5. Perubahan ini bisa asimtomatis atau sampai sampai menimbulkan gejala infeksi.
Penggunaan obat immunosupresan juga menajdi faktor predisposisi kandidiasis
vaginalis. Pada penderita dengan Trikomoniasis, perubahan kadar estrogen dan
progesterone menyebabkan peningkatan pH vagina dan kadar glikogen sehingga
berpotensi bagi pertumbuhan dan virulensi dari Trichomonas vaginalis.
Vaginitis sering disebabkan karena flora normal vagina berubah karena pengaruh
bakteri patogen atau adanya perubahan dari lingkungan vagina sehingga bakteri patogen
itu mengalami proliferasi. Antibiotik kontrasepsi, hubungan seksual, stres dan hormon
dapat merubah lingkungan vagina tersebut dan memacu pertumbuhan bakteri patogen.
Pada vaginosis bacterial, diyakini bahwa faktor-faktor itu dapat menurunkan jumlah
hidrogen peroksida yang dihasilkan oleh Lactobacillus acidophilus sehingga terjadi
perubahan pH dan memacu pertumbuhan Gardnerella vaginalis, Mycoplasma hominis
dan Mobiluncus yang normalnya dapat dihambat. Organisme ini menghasilkan produk
metabolit misalnya amin, yang menaikkan pH vagina dan menyebabkan pelepasan sel-sel
vagina. Amin juga merupakan penyebab timbulnya bau pada flour albus pada vaginosis
bacterial.
Flour albus mungkin juga didapati pada perempuan yang menderita tuberculosis,
anemia, menstruasi, infestasi cacing yang berulang, juga pada perempuan dengan
keadaan umum yang jelek , higiene yang buruk dan pada perempuan yang sering
menggunakan pembersih vagina, disinfektan yang kuat.

9
E. Tanda dan Gejala
Segala perubahan yang menyangkut warna dan jumlah dari sekret vagina
merupakan suatu tanda infeksi vagina. Infeksi vagina adalah sesuatu yang sering kali
muncul dan sebagian besar perempuan pernah mengalaminya dan akan memberikan
beberapa gejala fluor albus:
o Keputihan yang disertai rasa gatal, ruam kulit dan nyeri.
o Sekret vagina yang bertambah banyak
o Rasa panas saat kencing
o Sekret vagina berwarna putih dan menggumpal
o Berwarna putih kerabu-abuan atau kuning dengan bau yang menusuk

Vaginosis bacterial Sekret vagina yang keruh, encer, putih abu-abu hingga
kekuning-kuningan dengan bau busuk atau amis. Bau semakin bertambah setelah
hubungan seksual
Trikomoniasis Sekret vagina biasanya sangat banyak kuning kehijauan, berbusa
dan berbau amis.
Kandidiasis Sekret vagina menggumpal putih kental. Gatal dari sedang hingga
berat dan rasa terbakar kemerahan dan bengkak didaerah genital Tidak ada komplikasi
yang serius
Infeksi klamidia Biasanya tidak bergejala. Sekret vagina yang berwarna kuning
seperti pus. Sering kencing dan terdapat perdarahan vagina yang abnormal

F. Pemeriksaan Penunjang
o Pemeriksaan darah lengkap, pemeriksaan biokimia dan urinalisis.
o Kultur urin untuk menyingkirkan infeksi bakteri pada traktus urinarius
o Sitologi vagina
o Kultur sekret vagina
o Radiologi untuk memeriksa uterus dan pelvis
o Ultrasonografi (USG) abdomen
o Vaginoskopi
o Sitologi dan biopsy jaringan abnormal

10
o Tes serologis untuk Brucellosis dan herpes
o Pemeriksaan PH vagina.
o Penilaian swab untuk pemeriksaan dengan larutan garam fisiologis dan KOH 10 %
o Pulasan dengan pewarnaan gram .
o Pap smear.
o Biopsi.
o Test biru metilen

G. Penatalaksanaan
Untuk menghindari komplikasi yang serius dari keputihan (fluor albus), sebaiknya
penatalaksanaan dilakukan sedini mungkin sekaligus untuk menyingkirkan kemungkinan
adanya penyebab lain seperti kanker leher rahim yang juga memberikan gejala keputihan
berupa sekret encer, berwarna merah muda, coklat mengandung darah atau hitam serta
berbau busuk.
Penatalaksanan keputihan tergantung dari penyebab infeksi seperti jamur, bakteri
atau parasit. Umumnya diberikan obat-obatan untuk mengatasi keluhan dan
menghentikan proses infeksi sesuai dengan penyebabnya. Obat-obatan yang digunakan
dalam mengatasi keputihan biasanya berasal dari golongan flukonazol untuk mengatasi
infeksi candida dan golongan metronidazol untuk mengatasi infeksi bakteri dan parasit.
Sediaan obat dapat berupa sediaan oral (tablet, kapsul), topikal seperti krem yang
dioleskan dan uvula yang dimasukkan langsung ke dalam liang vagina. Untuk keputihan
yang ditularkan melalui hubungan seksual, terapi juga diberikan kepada pasangan seksual
dan dianjurkan untuk tidak berhubungan seksual selama masih dalam pengobatan. Selain
itu, dianjurkan untuk selalu menjaga kebersihan daerah intim sebagai tindakan
pencegahan sekaligus mencegah berulangnya keputihan yaitu dengan :

 Pola hidup sehat yaitu diet yang seimbang, olah raga rutin, istirahat cukup, hindari rokok
dan alkohol serta hindari stres berkepanjangan.
 Setia kepada pasangan. Hindari promiskuitas atau gunakan kondom untuk mencegah
penularan penyakit menular seksual

11
 Selalu menjaga kebersihan daerah pribadi dengan menjaganya agar tetap kering dan tidak
lembab misalnya dengan menggunakan celana dengan bahan yang menyerap keringat,
hindari pemakaian celana terlalu ketat. Biasakan untuk mengganti pembalut, pantyliner
pada waktunya untuk mencegah bakteri berkembang biak.
 Biasakan membasuh dengan cara yang benar tiap kali buang air yaitu dari arah depan ke
belakang.
 Penggunaan cairan pembersih vagina sebaiknya tidak berlebihan karena dapat mematikan
flora normal vagina. Jika perlu, lakukan konsultasi medis dahulu sebelum menggunakan
cairan pembersih vagina.
 Hindari penggunaan bedak talkum, tissue atau sabun dengan pewangi pada daerah vagina
karena dapat menyebabkan iritasi.
 Hindari pemakaian barang-barang yang memudahkan penularan seperti meminjam
perlengkapan mandi dsb. Sedapat mungkin tidak duduk di atas kloset di WC umum atau
biasakan mengelap dudukan kloset sebelum menggunakannya

12
ASUHAN KEPERAWATAN FLOUR ALBUS
I. Pengkajian
Yang harus diperhatikan dalam anamnesis adalah:
o Usia. Harus dipikirkan kaitannya dengan pengaruh estrogen. Bayi wanita atau
pada wanita dewasa, leukorea yang terjadi mungkin karena pengaruh estrogen yang
tinggi dan merupakan leukorea yang fisiologis. Wanita dalam usia reproduksi
harus dipikirkan kemungkinan suatu penyakit hubungan seksual (PHS) dan penyakit
infeksi lainnya.
o Pada wanita dengan usia yang lebih tua harus dipikirkan kemungkinan terjadinya
keganasan terutama kanker serviks.
o Metode kontrasepsi yang dipakai. Pada penggunaan kontrasepsi hormonal dapat
meningkatkan sekresi kelenjar serviks. Keadaan ini dapat diperberat dengan adanya
infeksi jamur. Pemakaian IUD juga dapat menyebabkan infeksi atau iritasi pada
serviks yang meragsang sekresi kelenjar serviks menjadi meningkat.
o Kontak seksual. Untuk mengantisipasi leukorea akibat PHS seperti gonorea,
kondiloma akuminata, herpes genitalis, dan sebagainya. Hal yang perlu ditanyakan
adalah kontak seksual terakhir dan dengan siapa dilakukan.
o Perilaku. Pasien yang tinggal di asrama atau bersama dengan teman-temannya
kemungkinan tertular penyakit infeksi yang menyebabkan terjadinya leukorea
cukup besar. Contoh kebiasaan yang kurang baik adalah tukar menukar peralatan
mandi atau handuk.
o Sifat leukorea. Hal yang harus ditanyakan adalah jumlah, bau, warna, dan
konsistensinya, keruh/jernih, ada/tidaknya darah, frekuensinya dan telah berapa
lama kejadian tersebut berlangsung. Hal ini perlu ditanyakan secara detail karena
dengan mengetahui hal – hal tersebut dapat diperkirakan kemungkinan etiologinya.
o Menanyakan kepada pasien kemungkinan hamil atau menstruasi. Pada kedua
keadaan ini leukorea yang terjadi biasanya merupakan hal yang fisiologis.
o Masa inkubasi. Bila leukorea timbulnya akut dapat diduga akibat infeksi atau
pengaruh zat kimia ataupun pengaruh rangsangan fisik

13
RIWAYAT KESEHATAN SEKARANG
Klien mengatakan sering mengeluh keputihan yang disertai gatal, ruam kulit, nyeri dan
bau. Rasa panas saat kencing, secret vagina berwarna putih dan menggumpal
RIWAYAT KESEHATAN KELUARGA
Klien mengatakan keluarga tidak pernah mengalami penyakit seperti ini sebelumnya
RIWAYAT KESEHATAN DAHULU
Klien mengatakan tidak pernah mengalami penyakit seperti ini sebelumnya

Pemeriksaan Fisik Dan Pemeriksaan Dalam


Pemeriksaan fisik secara umum harus dilakukan untuk mendeteksi adanya
kemungkinan penyakit kronis, gagal ginjal, infeksi saluran kemih dan infeksi
lainnya yang mungkin berkaitan dengan leukorea. Pemeriksaan yang kusus harus
dilakukan adalah pemeriksaan genitalia yang meliputi: inspeksi dan palpasi genitalia
eksterna; pemeriksaan spekulum untuk melihat vagina dan serviks; pemeriksaan
pelvis bimanual. Untuk menilai cairan dinding vagina, hindari kontaminasi dengan
lendir serviks.
Pada infeksi karena gonokokkus, kelainan yang dapat ditemui adalah orifisium
uretra eksternum merah, edema dan sekret yang mukopurulen, labio mayora dapat
bengkak, merah, dan nyeri tekan. Kadang-kadang kelenjar Bartolini ikut meradang dan
terasa nyeri waktu berjalan atau duduk. Pada pemeriksaan melalui spekulum terlihat
serviks merah dengan erosi dan sekret mukopurulen.
Pada trikomonas vaginalis dinding vagina tampak merah dan sembab. Kadang
terbentuk abses kecil pada dinding vagina dan serviks yang tampak sebagai
granulasi berwarna merah dan dikenal sebagai strawberry appearance
Bila sekret banyak dikeluarkan dapat menimbulkan iritasi pada lipat paha
atau sekitar genitalia eksterna. Infeksi Gardnerella vaginalis memberikan gambaran
vulva dan vagina yang berwarna hiperemis, sekret yang melekat pada dinding
vagina dan terlihat sebagai lapisan tipis atau berkilau. Pada pemeriksaan serviks
dapat ditemukan erosi yang disertai lendir bercampur darah yang keluar dari ostium uteri
internum.

14
Pada kandidiasis vagina dapat ditemukan peradangan pada vulva dan vagina,
pada dinding vagina sering terdapat membran-membran kecil berwarna putih, yang
jika diangkat meninggalkan bekas yang agak berdarah. Pada kanker serviks awal akan
terlihat bercak berwarna merah dengan permukaan yang tidak licin. Gambaran ini
dapat berkembang menjadi granuler, berbenjol-benjol dan ulseratif disertai adanya
jaringan nekrotik. Disamping itu tampak sekret yang kental berwarna coklat dan berbau
busuk. Pada kanker serviks lanjut, serviks menjadi nekrosis, berbenjol-benjol, ulseratif
dan permukaannya bergranuler, memberikan gambaran seperti bunga kol.
Adanya benda asing dapat dilihat dengan adanya benda yang mengiritasi
seperti IUD, tampon vagina, pesarium, kondom yang tertinggal dan sebagainya
Pemeriksaan Laboratorium
Beberapa pemeriksaan laboratorium yang dapat dilakukan adalah:
o Penentuan pH. Penentuan pH dengan indikator pH (3,0 – 4,5)
o Penilaian sediaan basah. Penilaian diambil untuk pemeriksaan sediaan basah
dengan KOH 10%, dan pemeriksaan sediaan basah dengan garam fisiologis.
Trikomonas vaginalis akan terlihat jelas dengan garam fisiologis sebagai parasit
berbentuk lonjong dengan flagelanya dan gerakannya yang cepat. Sedangkan
kandida albikans dapat dilihat jelas dengan KOH 10% tampak sel ragi (blastospora)
atau hifa semu. Vaginitis nonspesifik yang disebabkan gardnerella vaginalis pada
sediaan dapat ditemukan beberapa kelompok basil, lekosit yang tidak seberapa
banyak, dan banyak sel-sel epitel yang sebagian besar permukaannya berbintik-
bintik. Sel-sel ini disebut clue cell yang merupakan ciri khas infeksi gardnerella
vaginalis
o Pewarnaan gram. Neisseria gonorrhea memberikan gambaran adanya gonokokkus
intra dan ekstraseluler. Gardnerella vaginalis memberikan gambaran batang-batang
berukuran kecil gram negatif yang tidak dapat dihitung jumlahnya dan banyak
sel epitel dengan kokobasil, tanpa ditemukan laktobasil.
o Kultur. Dengan kultur akan dapat ditemukan kuman penyebab secara pasti, tetapi
seringkali kuman tidak tumbuh sehingga harus hati-hati dalam penafsiran.
o Pemeriksaan serologis. Pemeriksaan ini dapat digunakan untuk mendeteksi herpes
genitalis dan human papiloma virus dengan pemeriksaan ELISA.

15
o Tes Pap Smear. Pemeriksaan ini ditujukan untuk mendeteksi adanya keganasan
pada serviks Untuk mendapatkan kecukupan bahan pemeriksaan dan untuk
meningkatkan akurasi pap smear ada beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh
pasien, diantaranya:
 Sebaiknya datang diluar menstruasi.
 Tidak diperkenankan memakai bahan-bahan antiseptik pada vagina.
 Wanita paska persalinan, paska operasi rahim, paska radiasi sebaiknya
datang 6-8 minggu kemudian.
 Wanita yang mendapatkan pengobatan lokal seperti vagina supostoria atau
ovula sebaiknya dihentikan 1 minggu sebelum pap smear.
 Dilarang melakukan hubungan seksual selama 1-2 hari sebelum
pemeriksaan pap smear

ANALISA DATA

NO ANALISA DATA ETIOLOGI MASALAH


1. DS : Candida albican Gangguan rasa
 Klien mengatakan gatal gatal nyaman
didaerah kemaluan Peningkatan
 Klien mengatakan keluar konsentrasiflora normal
keputihan yang berlebih dari
biasanya, berbau amis dan agak Vaginitis
asam seperti susu basi
Secret porulens
DO :
 Kemerahan pada kulit terinfeksi Gatal
 Adanya ulkus atau lesi yang
dangkal Lesi

Gangguan rasa nyaman


2 DS : Secret porulens Ansietas
 Klien mengatakan sering
menanyakan keadaan penyakit Gatal
 Klien mengutarakan keadaan
cemas Lesi

Ketidaktauan penanganan
3 DS : Peningkatan konsentrasi Gangguan pola
 Klien mengutarakan tidur malam flora normal tidur
kurang karena gatal

16
DO : Vaginitis
 Mata tampak mengantuk
 Sklera berwarna putih kemerahan Secret porulens
 Adanya garis hitam dibawah mata
Gatal

Gangguan pola tidur

II. DIAGNOSA KEPERAWATAN


1. Gangguan rasa nyaman b.d gejala terkait penyakit
2. Ansietas b.d status kesehatan
3. Gangguan pola tidur b.d gejala terkait penyakit

III. INTERVENSI KEPERAWATAN

No Diagnosa NOC NIC


1 Gangguan rasa
TuTujuan dan Kriteria Hasil : Anxiety Reduction (penurunan
nyaman  Ansiety kecemasan)
 Fear level  Gunakan pendekatan yang
 Sleep Deprivation menenangkan
 Comfort, Readines for
Enchanced  Nyatakan dengan jelas harapan
terhadap pelaku pasien
Kriteria Hasil :
 Mampu mengontrol  Jelaskan semua prosedur dan
kecemasan apa yang dirasakan selama
 Status lingkungan yang
nyaman prosedur
 Mengontrol nyeri  Pahami prespektif pasien
 Kualitas tidur dan istirahat
adekuat terhadap situasi stres
 Agresi pengendalian diri  Temani pasien untuk
 Respon terhadap pengobatan
 Control gejala memberikan keamanan dan
 Status kenyamanan mengurangi takut
meningkat
 Dorong keluarga untuk
 Dapat mengontrol ketakutan
 Support social menemani anak

17
 Keinginan untuk hidup  Lakukan back/neck rub
 Dengarkan dengan penuh
perhatian
 Identifikasi tingkat kecemasan
 Bantu pasien mengenal situasi
yang menimbulkan kecemasan
 Dorong pasien untuk
mengungkapkan perasaan,
ketakutan, persepsi
 Instruksikan pasien
menggunakan teknik relaksasi
 Berikan obat untuk mengurangi
kecemasan

2 Ansietas  Anxiety self-control Anxiety Reduction (penurunan


 Anxiety level kecemasan)
 Coping
 Gunakan pendekatan yang
Kriteria Hasil : menenangkan
 Nyatakan dengan jelas
 Klien mampu harapan terhadap pelaku
mengidentifikasi dan pasien
mengungkapkan gejala  Jelaskan semua prosedur dan
cemas. apa yang dirasakan selama
 Mengidentifikasi, prosedur
mengungkapkan dan  Pahami prespektif pasien
menunjukkan tehnik untuk terhadap situasi stres
mengontol cemas.  Temani pasien untuk
 Vital sign dalam batas memberikan keamanan dan
normal. mengurangi takut
 Postur tubuh, ekspresi  Dorong keluarga untuk
wajah, bahasa tubuh dan menemani anak
tingkat aktivfitas  Lakukan back / neck rub
menunjukkan berkurangnya  Dengarkan dengan penuh
kecemasan. perhatian
 Identifikasi tingkat kecemasan
 Bantu pasien mengenal situasi
yang menimbulkan kecemasan
 Dorong pasien untuk

18
mengungkapkan perasaan,
ketakutan, persepsi
 Instruksikan pasien
menggunakan teknik relaksasi
 Berikan obat untuk
mengurangi kecemasan

3 Gangguan pola Anxiety Control Sleep Enhancement


tidur
§ Comfort Level o Determinasi efek-efek
medikasi terhadap
§ Pain Level
pola tidur
§ Rest : Extent and Pattern o Jelaskan pentingnya
tidur yang adekuat
§ Sleep : Extent ang Pattern
o Fasilitasi untuk
kriteria hasil: mempertahankan
aktivitas sebelum tidur
 Jumlah jam tidur dalam (membaca)
batas normal o Ciptakan lingkungan
 Pola tidur,kualitas dalam yang nyaman
batas normal o Kolaburasi pemberian
 Perasaan fresh sesudah obat tidur
tidur/istirahat
 Mampu mengidentifikasi
hal-hal yang meningkatkan
tidur

19
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Leukorea merupakan salah satu masalah yang banyak dikeluhkan
wanita mulai dari usia muda sampai usia tua. Leukorea (fluor albus/white
discharge/keputihan/vaginal discharge/duh tubuh vagina) adalah pengeluaran
cairan dari alat genitalia yang tidak berupa darah. Kebanyakan duh tubuh vagina
adalah normal. Akan tetapi, jika duh tubuh yang keluar tidak seperti biasanya baik
warna ataupun penampakannya, atau keluhannya disertai dengan nyeri,
kemugkinan itu merupakan tanda adanya sesuatu yang salah. Duh tubuh
vagina merupakan kombinasi dari cairan dan sel yang secara berkelanjutan
melewati vagina. Fungsi dari duh tubuh vagina adalah untuk membersihkan dan
melindungi vagina.

20
DAFTAR PUSTAKA

Wiknjosastro, H, Saifuddin, B, Rachimhadi, Trijatmo. Radang dan Beberapa penyakit lain pada
alat genital wanita in Ilmu Kandungan. 1999. Edisi kedua , Cetakan Ketiga. Yayasan Bina
Pustaka Sarwono Prawirodihardjo : Jakarta

20

Anda mungkin juga menyukai