Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH STUDY ISLAM IV

“ YANG BERHAK MENERIMA ZAKAT DAN PERBEDAAN


ZAKAT DENGAN PAJAK”

OLEH
ADENIA RALIKA
APRIATNA
RAHMATUL HUSNA
REZA AYU NELTA
RIMA ANGRAINI
RIZKA HIDAYATI
VIRA RINANDA
VIDYA PUSPITA HATI

DOSEN PEMBIMBING :
Dra. Biswarni
PRODI SI KEPERAWATAN
STIKES YARSI SUMBAR BUKITTINGGI
TAHUN AJARAN 2017/2018
KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah kami ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah


melimpahkan rahmatnya kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah ini . Makalah ini dibuat dalam rangka mengikuti mata kuliah Study Islam
IV.
Dalam menyelesaikan makalah ini kami banyak mendapat bantuan dari
buku panduan dan dari beberapa pihak. Untuk itu pada kesempatan ini
perkenankanlah kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu dalam pembuatan makalah ini setelah berhasil terutama kepada dosen
pembimbing .
Kami menyadari bahwa makalah ini banyak mengandung kekurangan
karena keterbatasan sumber pegangan dan ilmu kami miliki. Untuk itu penulis
mengharapkan kritik dan syarat yang sifatnya membangun demi kepentingan
makalah kami di masa mendatang.
Akhirnya kami mengharapkan semoga dengan adanya makalah ini
memberikan manfaat bagi pembaca pada umumnya dan khususnya pada kami
sendiri

Bukittinggi, November 2017

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ......................................................................................... i


DAFTAR ISI ........................................................................................................ ii
BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .......................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ..................................................................................... 1
C. Tujuan ....................................................................................................... 1
BAB II : PEMABAHASAN
A. Yang berhak menerima zakat .................................................................... 2
B. Perbedaan zakat dengan pajak dan waktu pembayarannya....................... 6

BAB III : PENUTUP


A. KESIMPULAN ......................................................................................... 9
B. SARAN .................................................................................................... 9
DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Islam dibangun di atas lima landasan: Syahadat bahwa tiada Tuhan
selain Allah, dan Muhamad utusan Alah, menegakan sholat, menunaikan
zakat, puasa ramadhon dan haji." (QS: Bukhori, Muslim).
Ini menunjukkan bahwa zakat merupakan bagian penting dalam
kehidupan umat Islam. Bahkan pada masa Khalifah Abu Bakar As-Siddiq
orang-orang yang enggan berzakat diperangi sampai mereka mau
berzakat. Itu karena kewajiban berzakat sama dengan kewajiban
mendirikan sholat
Kewajiban zakat atas muslim adalah di antara kebaikan Islam yang
menonjol dan perhatianya terhadap urusan para pemeluknya, hal itu karena
begitu banyak manfaat zakat dan betapa besar kebutuhan orang-orang fakir
kepada zakat.
Tidak seorangpun diperbolehkan membuat peraturan-peraturan
yang bertalian dengan zakat kalau peraturan itu bertentangan dengan
peraturan yang telah ditetapkan Allah dan Rasul dalam al-Qur’an dan
Hadits Nabi. Salah satu segi persoalan adalah masalah “ashnaf yang
delapan” , yaitu orang-orang yang berhak menerima zakat.
Zakat diberikan kepada orang-orang yang berhak menerimanya,
tidak boleh diberikan kepada siapa pun selain kepada yang sudah
ditetapkan Tuhan dalam al-Qur’an, karena jika zakat diberikan kepada
selain yang ditetapkan Tuhan maka dianggap belum shah dan orang yang
wajib zakat masih berutang kepada Tuhan.

B. Rumusan Masalah
a. Siapa saja yang berhak menerima zakat ?
b. Apakah perbedaan zakat dengan pajak dan kapan waktu
pembayarannya ?

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Yang Berhak Menerima Zakat


Istilah zakat berasal dari kata Arab yang berarti suci atau kesucian,
atau arti lain yaitu keberkahan. Menurut istilah Agama Islam zakat
adalah ukuran/kadar harta tertentu yang harus dikeluarkan oleh
pemiliknya untuk diserahkan kepada golongan/orang-orang yang
berhak menerimanya dengan syarat-syarat tertentu. Jadii seorang muslim
yang telah memiliki harta dengan jumlah tertentu (nisab) sesuai dengan
ketentuan dan waktu tertentu (haul) yaitu satu tahun, wajib mengeluarkan
zakatnya. Oleh sebab itu Hukum dari melaksanakan zakat adalah
Fardhu Ain (wajib bagi setiap orang) bagi oarang yang mampu.
Golongan yang berhak menerima zakat adalah 8 golongan yang
telah ditegaskan dalam Al Qur’anٌ AlٌKarimٌ padaٌ ayat berikut,:

QS. AtٌTaubah:ٌ60

“Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk [1] orang-orang


fakir, [2] orang-orang miskin, [3] amil zakat, [4] para mu'allaf yang
dibujuk hatinya, [5] untuk (memerdekakan) budak, [6] orang-orang yang
terlilit utang, [7] untuk jalan Allah dan [8] untuk mereka yang sedang
dalam perjalanan.”ٌ

1. Golongan pertama dan kedua: fakir dan miskin.


Fakir dan miskin adalah golongan yang tidak mendapati sesuatu
yang mencukupi kebutuhan mereka. Para ulama berselisih pendapat
manakah yang kondisinya lebih susah antara fakir dan miskin. Ulamaٌ

2
Syafi’iyah dan Hambali berpendapat bahwa fakir itu lebih susahٌ dariٌ
miskin.ٌ
Alasan mereka karena dalam ayat ini, Allah menyebut fakir lebih
dulu baru miskin. Ulama lainnya berpendapat miskin lebih parah dari
fakir.
Adapun batasan dikatakan fakir menurutٌ ulamaٌ Syafi’iyahٌ dan
Malikiyah adalah orangٌ yang tidak punya harta dan usaha yang dapat
memenuhi kebutuhannya. Seperti kebutuhannya, misal sepuluh ribu rupiah
tiap harinya, namun ia sama sekali tidak bisa memenuhi kebutuhan
tersebut atau ia hanya dapat memenuhi kebutuhannya kurang dari separuh.
Sedangkan miskin adalah orang yang hanya dapat mencukupi separuh atau
lebih dari separuh kebutuhannya, namun tidak bisa memenuhi seluruhnya

2. Golongan ketiga: amil zakat.


Untuk amil zakat, tidak disyaratkan termasuk miskin. Karena
amil zakat mendapat bagian zakat disebabkan pekerjaannya. Dalam
sebuah hadits disebutkan,

“Tidak halal zakat bagi orang kaya kecuali bagi lima orang, yaitu
orang yang berperang di jalan Allah, atau amil zakat, atau orang yang
terlilit hutang, atau seseorang yang membelinya dengan hartanya, atau
orang yang memiliki tetangga miskin kemudian orang miskin tersebut
diberi zakat, lalu ia memberikannya kepada orang yang kaya.”
Amilٌٌ zakat adalah orang-orang yang diangkat oleh penguasa atau
wakil penguasa untuk bekerja mengumpulkan zakat dari orang-orang kaya.
Termasuk amil zakat adalah orang yang bertugas menjaga harta zakat,
penggembala hewan ternak zakat dan juruٌٌ tulis yang bekerja diٌٌ kantorٌٌ
amil zakat
3. Golongan keempat: para mu’allaf yang dilembutkan hatinya
Orang yang ingin dilembutkan hatinya. Bisa jadi golongan ini
adalah muslim dan kafir.
Contoh dari kalangan muslim:

3
 Orang yang lemah imannya namun ditaati kaumnya. Ia diberi zakat
untuk menguatkan imannya.
 Pemimpin di kaumnya, lantas masuk Islam. Ia diberi zakat untuk
mendorong orang kafir semisalnya agar tertarik pula untuk masuk
Islam.
Contoh dari kalangan kafir:
 Orang kafir yang sedang tertarik pada Islam. Ia diberi zakat supaya
condong untuk masuk Islam.

4. Golongan kelima: pembebasan budak.


Pembebasan budak yang termasuk di sini adalah: (1) pembebasan
budak mukatab, yaitu yang berjanji pada tuannya ingin merdeka dengan
melunasi pembayaran tertentu, (2) pembebasan budak muslim, (3)
pembebasan tawanan muslim yang ada di tangan orang kafir

5. Golongan keenam: orang yang terlilit utang.


Yang termasuk dalam golongan ini adalah:
Pertama: Orang yang terlilit utang demi kemaslahatan dirinya. Namun
ada beberapa syarat yang harus dipenuhi:
 Yang berutang adalah seorang muslim.
 Bukan termasuk ahlu bait (keluarga Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam).
 Bukan orang yang bersengaja berutang untuk mendapatkan zakat.
 Utang tersebut membuat ia dipenjara.
 Utang tersebut mesti dilunasi saat itu juga, bukan utang yang masih
tertunda untuk dilunasi beberapa tahun lagi kecuali jika utang
tersebut mesti dilunasi di tahun itu, maka ia diberikan zakat.
 Bukan orang yang masih memiliki harta simpanan (seperti rumah)
untuk melunasi utangnya.

Kedua: Orang yang terlilit utang karena untuk memperbaiki hubungan


orang lain. Artinya, ia berutang bukan untuk kepentingan dirinya, namun

4
untuk kepentingan orang lain. Dalil dari hal ini sabda Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam,
“Sesungguhnya permintaan itu tidak halal kecuali bagi tiga orang; yaitu
orang laki-laki yang mempunyai tanggungan bagi kaumnya, lalu ia
meminta-minta hingga ia dapat menyelesaikan tanggungannya, setelah itu
ia berhenti (untuk meminta-minta).”

Ketiga: Orang yang berutang karena sebab dhoman (menanggung sebagai


jaminan utang orang lain). Namun di sini disyaratkan orang yang
menjamin utang dan yang dijamin utang sama-sama orang yang sulit
dalam melunasi utang

6. Golongan ketujuh: di jalan Allah.


Yang termasuk di sini adalah:
Pertama: Berperang di jalan Allah.
Menurut mayoritas ulama, tidak disyaratkan miskin. Orang kaya
pun bisa diberi zakat dalam hal ini. Karena orang yang berperang di jalan
Allah tidak berjuang untuk kemaslahatan dirinya saja, namun juga untuk
kemaslahatan seluruh kaum muslimin. Sehingga tidak perlu disyaratkan
fakir atau miskin.
Kedua: Untuk kemaslahatan perang.
Seperti untuk pembangunan benteng pertahanan, penyediaan
kendaraan perang, penyediaan persenjataan, pemberian upah pada mata-
mata baik muslim atau kafir yang bertugas untuk memata-matai musuh

7. Golongan kedelapan: ibnu sabil, yaitu orang yang kehabisan


bekal di perjalanan.
Yang dimaksud di sini adalah orang asing yang tidak dapat kembali
ke negerinya. Ia diberi zakat agar ia dapat melanjutkan perjalanan ke
negerinya. Namun ibnu sabil tidaklah diberi zakat kecuali bila memenuhi
syarat: (1) muslim dan bukan termasuk ahlul bait (keluarga Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam), (2) tidak memiliki harta pada saat itu

5
sebagai biaya untuk kembali ke negerinya walaupun di negerinya dia
adalah orang yang berkecukupan, (3) safar yang dilakukan bukanlah safar
maksiat

B. Perbedaaan Zakat Dan Pajak


Dilihat dari makna, kewajiban membayar, ketentuan kadar& nishab
dan lain sebagainya.
 Perbedaan makna.
Secara Bahasa zakat berarti suci, berkembang, dan berkah. Sedangkan
pajak berarti sebuah kewajiban atau tanggungan. Secara psikologis, hal
tersebutkan mempunyai dampak tersendiri bagi manusia. Zakat merupakan
kewajiban atas harta benda dan merupakan salah satu dari rukun islam.
 Zakat dilakukan dalam rangka beribadah dan mendekatkan diri kepada
Allah. Sedangkan pajak merupakan kewajiban terhadap Negara yang tidak
mempunyai nilai-nilai ibadah dan mendekatkan diri kepada Allah.
 Zakat hanya diwajibkan kepada muslim, sedangkan pajak diwajibkan
kepada seluruh warga masyarakat tanpa memandang kewajiban mereka.
 Ketentuan kadar dan nishab telah ditentukan serta tidak akan berubah
dengan adanya perubahan situasi dan kondisi. Lain halnya dengan pajak
yang mengalami perubahan sesuai dengan situasi dan kondisi.
 Penerima zakat telah ditentukan di dalam Al-Qur’an dan sunnah,
sedangkan pajak dikembalikan untuk mencukupi kebutuhan public. Dan
dalam perjalanannya, akan terdapat perbedaan dampak sosial dan ekonomi
dalam masyarakat.
 Hubungan yang terjadi dalam zakat merupakan hubungan Antara seorang
hamba dengan tuhannya. Zakat dikeluarkan dalam rangka mewujudkan
rasa syukur kepada Allah dan untuk mencari pahala serta ampunan dari-
Nya. Adapun dalam pajak, hubungan terbatas pada rakyat dan penguasa.
Jika dimungkinkan, rakyat akan mencari jalan untuk bisa terbebas dari
pajak dan lain halnya dengan zakat. Inilah yang menunjukkan bahwa zakat
mempunyai nilai-nilai spritualisme dan etika dalam kehidupan masyarakat.

6
 Zakat harta diwajibkan atas harta yang memenuhi beberapa syarat tertentu,
diantaranya harta tersebut merupakan kelebihan dari kebutuhan pokok,
tidak punya hutang dan harus mencapai nisab tertentu bagi sebagian zakat,
sedang pajak tidak diambil dengan memperhitungkan syarat-syarat
tersebut, terkadang pajak ditarik dari orang miskin yang berada dibawah
batas kecukupan dan sama saja apakah dia punya hutang atau tidak.
 Baik secara teks maupun ruh serta menghubungkan Antara kaum fakir
dengan orang kaya. Sedang sistem pajak konvensional kontemporer telah
gagal dalam merealisasikan hal itu, setiap yang kami dengar tentang itu
semua hanyalah nyanyian dan pemanis bibir belaka, bahkan sebaliknya
terkadang Pajak mengakibatkan sifad hasad dan kebencian antara manusia
secara umum dan Antara donator dengan instansi perpajakan secara
khusus.
 Zakat bertujuan untuk mendorong investasi, meniadakan penimbunan dan
memenuhi modal yang cair untuk proyek-proyek ekonomi sedangkan
pajak adalah sebaliknya mendorong penimbunan dan penyimpanan harta
dibawah harga pajak yang tinggi.
 Zakat harta mengakibatkan realisasi pertumbuhan ekonomi dan
pemberantasan kemiskinan, sedang sistem perpajakan tidak mampu untuk
merealisasikan hal itu dengan kelas yang sama, sebaliknya terkadang
tingginya harga pajak di atas kemampuan mengakibatkan orang melarikan
diri daripadanya atau berhenti dari pembangunan proyek-proyek investasi.
 Hukum zakat harta mempuyai ciri tetap, pasti dan tidak terpengaruh oleh
lingkungan, waktu dan kondisi. Sedang undang-undang pajak berubah dan
mengalami perbaikan sejalan dengan hari dan waktu.
 Muzaki (orang yang membayar zakat) melaksanakan kewajiban tersebut
atas dorongan pribadi karena kecintaan kepada Allah swt. Dan dalam
rangka mendekatkan diri kepada-Nya, barang siapa melarikan diri
daripadanya maka ia adalah orang yang lemah imannya. Sebaliknya kami
dapati bahwa dorongan diri dalam pajak selalu mengajak dan berusaha
menjauhkan diri dan melarikan diri daripadanya karena tidak adanya

7
dorongan iman dan lemahnya dorongan pribadi.

Waktu pembayarannya zakat dengan pajak:


Zakat fitrah dibayarkan hanya pada bulan Ramadhan, lalu zakat
harta dibayarkan pada saat telah mencapai nisab dan dimiliki selama
setahun. Sedangkan waktu pembayaran pajak negara adalah satu tahun
pembukuan. Misalnya tenggang waktu pembayaran pajak setiap akhir
bulan Maret.

8
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Orang-orang yang berhak menerima zakat yaitu orang fakir,
orang miskin, amil, muallaf, hamba sahaya, orang yang berhutang, fi
sabilillah, dan ibnu sabil. Sedangkan yang tidak berhak menerima zakat
yaitu orang kafir, orang atheis, keluarga Bani Hasyim dan Bani Muttalib,
dan ayah, anak, kakek, nenek, ibu, cucu, dan isteri yang menjadi
tanggungan orang yang berzakat.
Manfaat zakat dalam kehiupan adalah menolong orang yang lemah
dan menderita(jika zakat fitrah, pada saat Idul Fitri), agar dia dapat
menunaikan kewajibannya terhadap Allah
B. Saran
Sebaiknya kita menunaikan ibadah zakat untuk menyempurnakan
rukun Islam kita. Kita harus membayar zakat agar kita dapat menolong
orang yang lemah dan menderita. Kita harus membayar zakat di waktu dan
orang yang tepat.

9
Daftar Pustaka
Aunullah, Indi. 2008. Ensiklopedi Fikih untuk Remaja Jilid 2. Yogyakarta
: Pustaka Insan Madani.

Anda mungkin juga menyukai