Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN MIROBIOLOGI “DUH VAGINA”

BLOK UROREPRO II

DISUSUN OLEH:

NAMA : Rachma Meilinda


NIM : 018.06.0067
KELAS : A
DOSEN : Diani Sri Hidayati, S.Si, M.Si.
Sabariah, S.Pd., M.Biomed.

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM AL-AZHAR
MATARAM
2020
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Keputihan atau flour albus adalah kondisi vagina saat mengeluarkan


cairan atau lendir menyerupai nanah. Keputihan tidak selamanya merupakan
penyakit karena ada juga keputihan yang normal. Oleh karena itu keputihan
dibagi menjadi dua,yaitu keputihan normal dan abnormal. (Bahari,H.2012).
Keputihan normal merupakan respon tubuh normal yang biasa keluar
sebelum,saat dan sesudah masa haid. Ciri yang lain yaitu, lendir bening, tidak
berwarna, tidak berbau, tidak gatal, dan jumlahnya berlebihan. Keputihan
fisiologis biasanya terjadi menjelang dan sesudah menstruasi, mendapatkan
rangsangan seksual, mengalami stres berat,sedang hamil, atau mengalami
kelelahan. Adapun cairan yang keluar berwarna jernih atau kekuning-
kuningan dan tidak berbau. Keputihan patologi dapat ditandai dengan
keluarnya lendir dalam jumlah banyak. Selain itu, lendir tersebut berwarna
putih atau kekuningan dan memiliki bau yang sangat menyengat. Keputihan
jenis ini ditandai dengan rasa gatal, dan terkadang terasa nyeri. Bahkan, rasa
nyeri tersebut sering kali dirasakan ketika berhubungan seksual. Daerah
vagina yang terinfeksi pun mengalami bengkak. Akibatnya, hubungan seksual
menjadi terganggu (Shadine, 2012). Di dalam vagina juga hidup kuman
pelindung, disebut Flora Doderleins. Dalam keadaan normal flora ini menjaga
keseimbangan ekosistem vagina. Namun keseimbangan itu dapat terganggu,
sehingga cairan yang keluar berlebihan
1.2 Tujuan Praktikum

 Dapat mengetahui prinsip pemeriksaan vaginal discharge


 Dapat mengetahui perbedaan keputihan fisiologi ataapun abnormal

1.3 Manfaat
 Mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan vaginal discharge
 Mahasiswa mampu mengetahui jenis keputihan pada sampel yang akan
diperiksa
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Definisi Leukorea

Flour albus adalah kondisi vagina saat mengeluarkan cairan atau lendir
menyerupai nanah.

Flour albus merupakan cairan yang keluar dari vagina. Dalam keadaan
biasa, cairan ini tidak sampai keluar, namun belum tentu bersifat patologis.
Sumber cairan ini dapat berasal dari sekresi vulva, cairan vagina, sekresi
serviks, sekresi uterus, atau sekresi tuba falopii, yang dipengaruhi fungsi
ovarium.

2.2 Epidemiologi Leukorea

Menurut WHO salah satu masalah tersering pada reproduksi wanita


adalah vaginal discharge/keputihan. Sekitar 75% wanita di dunia pasti
pernah mengalami keputihan setidaknya satu kali seumur hidup dan
sebanyak 45% wanita mengalami keputihan dua kali/ lebih.

Di Indonesia, data kejadian keputihan sangat terbatas karena hanya


sedikit wanita yang memeriksakan masalah tersebut karena beberapa
diantaranya mendiagnosis dan mengobati sendiri keluhannya. Menurut
Depkes (2010), terdapat 75% wanita yang mengalami keputihan minimal
satu kali selama hidupnya dan setengah diantaranya mengalami sebanyak
dua kali atau lebih. Studi menunjukkan bahwa Candida albicans
merupakan penyebab tersering pada wanita usia muda.

Penyebab lainnya yaitu Bacterial vaginalis dan Trichomonas


vaginalis. Hal ini dapat terjadi karna banyak wanita yang kurang menyadari
pentingnya menjaga kebersihan daerah vagina.
2.3 Klasifikasi

Leukorea Fisiologis

Vaginal discharge/ leukorea yang fisiologis merupakan cairan/ sekret


tidakberwarna, tidak gatal dan tidak berbau yang keluar dari vagina. Cairan/ sekret
ini mengandung banyak epitel dan sedikit leukosit. Normalnya, hanya ditemukan
didaerah porsio vagina, disebabkan oleh pengaruh hormonal. Vaginal discharge/
leukorea fisiologis dapat ditemukan pada bayi baru lahirsampai umur kira-kira 10
hari, saat menarke, saat ovulasi, saat rangsangan sebelum dan pada waktu koitus,
saat kehamilan, saat stress/kelelahan dan pemakaian kontrasepsi hormonal.

Leukorea Patologis

Vaginal discharge/ leukorea yang patologis merupakan cairan/ sekret


yangkeluar dari vagina dengan jumlah, bau dan konsistensi yang bervariasi
berdasarkan penyebabnya. Selain itu, dapat disertai oleh rasa gatal, rasa terbakar
disekitar kemaluan serta rasa nyeri baik saat berkemih maupun bersenggama.
Cairan/ sekret ini mengandung banyak leukosit. Leukorea patologis dapat
disebabkan oleh infeksi (bakteri, jamur dan parasit), iritasi, benda asing, tumor/
jaringan abnormal lain, radiasi, dll.

2.4 Etiologi

a) Non-infeksi

Fluor albus fisiologik pada perempuan normalnya hanya ditemukan pada


daerah porsio vagina. Sekret patologik biasanya terdapat pada dinding lateral
dan anterior vagina.Fluor albus fisiologik ditemukan pada :

a. Bayi baru lahir sampai umur kira-kira 10 hari: disini sebabnya ialah
pengaruh estrogen dari plasenta terhadap uterus dan vagina janin.
b. Waktu disekitar menarche karena mulai terdapat pengaruh estrogen.
Leukore disini hilang sendiri akan tetapi dapat menimbulkan keresahan pada
orang tuanya.

c. Wanita dewasa apabila ia dirangsang sebelum dan pada waktu koitus,


disebabkan oleh pengeluaran transudasi dari dinding vagina.

d. Waktu disekitar ovulasi, dengan sekret dari kelenjar-kelenjar serviks uteri


menjadi lebih encer.

e. Pengeluaran sekret dari kelenjar-kelenjar serviks uteri juga bertambah


pada wanita dengan penyakit menahun, dengan neurosis, dan pada wanita
dengan ektropion porsionis uteri.

b) Infeksi

Infeksi Menular Seksual

1. Chlamydia trachomatis

Chlamydia trachomatis merupakan bakteri gramnegatif, berbentuk


sferis, nonmotile, intrasel obligat. Terdapat 15 serotipe, dimana A-C
menyebabkan konjungtivitis kronik, D-K menyebabkan infeksi urogenital dan
L1-L3 menyebabkan lymphogranuloma vereneum.Bakteri ini merupakan
penyebab penyakit menular seksual yang disebabkan oleh Chlamydia
trachomatis, dapat menyebabkan cervicitis pada wanita dan uretritis dan
proktitis pada wanita dan laki-laki. Infeksi Chlamydia pada wanita dapat
menimbulkan konsekuensi yang serius yakni PID, infertilitas, kehamilan
ektopik, chronic pelvic pain..Faktor resiko terjadinya Chlamydia antara lain
aktif secara seksual, umur dibawah 25 tahun, tidak memakai kondom secara
konsisten, adanya partner seks baru, lebihdari 1 pasangan, homoseksual, dll.
Chlamydia ditransmisika n melalui kontak seksual dengan penis, vagina,
mulut atau anus dengan orang yang terinfeksi. Selain itu juga dapat ditularkan
secara perinatal dari ibu ke bayi melalui persalinan sehingga dapat terjadi
ophthalmianeonatorum (konjungtivitis) dan pneumonia

2. Neisseria gonorrhoea

Neisseria gonorrhea merupakan bakteri gram negatif,tahan asam, terlihat


diluar dan didalam leukosit, tidak tahan lama di udara bebas, cepat mati dalam
keadaan kering dan tidak tahan zat disinfektan. Daerah yang paling mudah
terinfeksi adalah daerah dengan mukosa epitel kuboid atau lapis gepeng yang
belum berkembang (immatur) yakni pada vagina wanita sebelum
pubertas.Bakteri ini penyebab penyakit gonore. Gonore merupakan penyakit
menular seksual yang penularannya terjadi melalui hubungan kelamin yaitu
secara genito-genital, oro-genital dan ano-genital. Dapat juga menular dari Ibu
ke bayi selama persalinan.
N. gonorrhea menjangkit membran mukosa saluranreproduksi diantaranya
serviks, uterus, tuba fallopi di wanita dan uretra di laki-laki dan wanita. Selain
itu juga dapat mengenai membran mukosa pada mulut, tenggorok, mata dan
rektum.

3.Trichomonas vaginalis

Trichomonas vaginalis merupakan flagelata berbentukfiliformis,


mempunyai 4 flagela dan bergerak seperti gelombang. Parasit ini berkembang
biak secara belah pasang memanjang dan dapat hidup dalam suasana pH 5-
7,5. Parasit ini paling baik tumbuh dalam keadaan anaerobik dan tidak dapat
tumbuh pada keasaman vagina normal. Bentuk infektifnya adalah fase
trofozoit.

Trichomoniasis merupakan penyakit menular seksualyang sangat sering


terjadi disebabkan oleh infeksi parasit Trichomonas vaginalis. Lebih sering
menginfeksi wanita(lebih sering wanita dewasa daripada wanita muda)
dibandingkan laki-laki.
Tranmisi dari penyakit ini melalui hubungan seksual. Namun dapat
juga melalui handuk, pakaian atau saat berenang. Pada wanita, bagian tubuh
yang terinfeksi yakni vulva, vagina atau uretra. Sedangkan, pada laki-laki
bagian tubuh yang terinfeksi yakni penis (uretra). Selama hubungan seksual,
parasit dapat ditransmisikan dari vagina ke penis atau sebaliknya atau dari
vagina ke vagina.

Bukan Infeksi Menular Seksual

a) Gardnerella vaginalis

Gardnerella vaginalis merupakan bakteri yang bersifat anaerob


fakultatif, tidak mempunyai kapsul, tidak bergerak dan tes katalase, oksidase,
reduksi nitrat, indole dan urease semuanya negatif. Bakteri ini biasanya
mengisi penuh sel epitel vagina dengan membentuk bentukan khas yang
disebut clue cell.Bakteri batang gram positif ini biasanya mengisi penuh sel
epitel vagina dengan membentuk bentukan khas dan disebut sebagai clue cell.
Gardnerella vaginalis menghasilkan asam amino yang diubah menjadi
senyawa amin yang menimbulkan bau amis seperti ikan. Cairan vagina
tampak berwarna keabu-abuan pH.sekret vagina > 4,5 ( pH normal adalah <
4,5 ). Secara klinik menurut Amsel (1983), untuk menegakkan diagnosis
vaginosis bakterial harus ada tiga dari empat kriteria sebagai berikut,yaitu:

 Sekret vagina homogen, tipis, putih, melekat pada dinding vagina.


Sekret vagina bakterial vaginosis ini biasanya tipis, putih keabu-abuan,
homogen, dan melekat pada dinding vagina
 pH vagina > 4,5.
 pH vagina mudah ditentukan dengan menggunakan kertas lakmus (
interval 4,0 – 7,0 ). Biasanya pH vagina pada kasus bakterial
vaginosis > 4,5.
 Bau amis dari vagina setelah penambahan KOH 10 %

Whiff test dinyatakan positif: bila bau amis atau bau amin
terdeteksidengan penambahan KOH 10 % pada sekret vagina. Bau
disebabkan pelepasan amin terutama putresin dan kadaverin dan
asam organik hasil alkalisasi bakteri anaerob.

 Adanya clue cell ( lebih dari 20 % )

← Identifikasi clue cell pada preparat basah saline :

- clue cell yang merupakan epitel vagina yang terlepas dimanapada


permukaan sel-sel ini terdapat bintik-bintik keabuan, penuh dengan
Gardnerella vaginalis merupakan gejala patognomonis dari vaginosis
bakterial.

- Untuk diagnosis vaginosis bakterial berdasarkan patokan jumlah clue cell


≥ 20% dari seluruh jumlah sel epitel vagina perlapangan pandang.
Jumlahnya dihitung berdasarkan jumlah rata-rata dari 5 area pada satu
lapang pandang.

- clue cell memiliki tepi yang ireguler dan sitoplasmanya dipenuhidengan


bakteri, memberikan gambaran granuler.

b. Candida albicans
Candida adalah spesies jamur dari deuteromycotamerupakan
mikroorganisme oportunistik, selalu ada dan terdapat pada tubuh dalam
jumlah yang sedikit. Apabila terjadi ketidakseimbangan seperti pH vagina
berubah atau perubahan hormonal terjadi maka Candida akan bertambah
banyak dan terjadilah Candidiasis.

Sekitar 75% semua wanita dewasa minimal 1 kali pernah alami infeksi
jamur dalam seumur hidupnya, laki-laki juga dapat terkena walaupun jarang.
Faktor resiko terjadinya infeksi jamur ini antara lain sistem imun yang rendah,
kehamilan, diabetes melitus, penggunaan antibioticspektrum luas jangka
panjang dan penggunaan kortikosteroid.
2.5 Patogenesis

Flora vagina normal mencakup Streptokokus alfa hemolitik,


Streptokokus anaerob ( peptostreptokokus ), spesies prevotella, klostridia,
Gardnerella vaginalis, Ureaplasma urealyticum, dan kadang-kadanglisteria
atau spesies mobilunkus. Lactobacillus acidophilus ( Doderlein”s bacillus )
yang paling dominan.

Gangguan keseimbangan flora normal atau perubahan suasana asam


menjadi alkalis memicu kolonisasi mikroorganisme lain. Keadaan ini dapat
mengakibatkan kelainan berupa vaginosis bakterialis, vaginitis, dan servisitis
sehingga sekret vagina menjadi abnormal dan jumlahnyaberlebihan. Pada
vaginosis bakterialis terjadi pertumbuhan berlebihan bakteri Gardnerella
vaginalis akibat peningkatan pH asam vagina alkalis dan pertumbuhan
berlebihan bakteri anaerob lainnya, Bacteroides spp, dan Mobiluncus spp.
Vaginitis dapat disebabkan oleh jamur Candidaalbicans ( kandidosis,
kandidiasis ), serta dapat disebabkan oleh protozoa Trichomonas vaginalis
( trikomoniasis ). Sevisitis dapat disebabkan olehbakteri Neisseria
gonorrhoeae dan parasit Chlamydia trachomatis.

Pada keadaan normal, cairan yang keluar dari vagina wanita dewasa
sebelum menopause terdiri dari epitel vagina, cairan transudasi dari dinding
vagina, sekresi dari endoserviks berupa mukus, sekresi dari saluran yang lebih
atas dalam jumlah yang bervariasi serta mengandung berbagai
mikroorganisme terutama Laktobasilus doderlein.

Peranan basil Doderlein dianggap sangat penting dalam menjaga


suasana vagina dengan menekan pertumbuhan mikroorganisme patologis
karena basil Doderlein mempunyai kemampuan mengubah glikogen dari
epitel vagina yang terlepas menjadi asam laktat, sehingga vagina tetap dalam
keadaan asam dengan pH 3,0 – 4,5 pada wanita masa reproduksi. Suasana
asam inilah yang mencegah timbulnya mikroorganisme.
Bila terjadi suatu ketidakseimbangan suasana flora vagina yang
disebabkan oleh beberapa faktor maka terjadi penurunan fungsi basil
Doderlein dengan berkurangnya jumlah glikogen karena fungsi proteksi basil
Doderlein berkurang maka terjadi aktifitas dari mikroorganisme patologis
yang selama ini ditekan oleh flora normal vagina.

Progresifitas mikroorganisme patologis secara klinis akan memberikan


suatu reaksi inflamasi di daerah vagina. Sistem imun tubuh akan bekerja
membantu fungsi dari basil Doderlein sehingga terjadi pengeluaran leukosit
PMN, maka terjadilah leukorea.
BAB III

METODE PRAKTIKUM

3.1. Waktu dan tempat

Hari/Tanggal : Senin, 02 Mei 2020


Pukul : 08:50-10.30 / sesi 1
Tempat: Lab Terpadu I Universitas Islam Al-Azhar.

3.2 Alat dan Bahan

Alat :

 Mikroskop
 Objek Glass
 Cover Glass
 Ose
 Bunsen
 Bak Pengecatan
 Korek Api
 Pipet tetes

Bahan :
 Media agar
 Alkohol
 Cat gram I-1V
 Oil imersi
 KOH 10%

3.3 Cara Kerja

A. Pewarnaan KOH

1. Fiksasi objek glass.


2. Panaskan ose hingga memerah.
3. Teteskan satu tetes KOH 10% pada bagian tengah objek glass
4. Ambil biakan jamur dengan os lalu dicampurkan dengan larutan KOH 10% pada
objek glass.
5. Tutup dengan cover glas.
6. Amati dibawah mikroskop dengan perbesaran 10-40x.

B. Pewarnaan gram

1. Fiksasi objek glass.


2. Panaskan ide hingga merah memijar.
3. Ambil satu ose dan letakan diatas objek glass dan diratakan dengan membuat
lingkaran
4. Kemudian dikering anginkan setelah kering difiksasi sebanyak 2-3 kali diatas
lampu bunsen
5. Teteskan larutan cat gram I ( kristal violet) dan diamkan selama 1 menit.
6. Cuci dengan air mengalir
7. Kemudian teteskan larutan cat gram II (lugol) dan diamkan selama 1 menit.
8. Cuci dengan air mengalir
9. larutan cat gram III (alkohol) dan diamkan selama 30 detik.
10. Cuci dengan air mengalir
11. larutan cat gram IV (safranin) dan diamkan selama 1 menit.
12. Cuci kembali dengan menggunakan air mengalir,
13. Amati dengan mikroskop hingga perbesaran kuat dengan menggunakan oil imersi
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pewarnaan KOH

Pewarnaan Gram

Pembahasan

Pewarnaan gram atau metode gram adalah suatu metode empiris untuk
membedakan spesies bakteri mejadi dua kelompok besar, yaitu gram positif dan
gram negatif, berdasarkan sifat kimia dan fisik dinding sel mereka. Metode
tersebut diberi nama berdasarkan penemunya, ilmuwan Denmark Hans Christian
Gram (1853-1938) yang mengembangkan teknik tersebut pada tahun 1884
untuk membedakan antara Pneumococcusdan bakteri Klebsiella Pneumonia
(Karmana, 2008).
Pewarnaan gram dibagi menjadi dua hasil yaitu gram positif dan gram
negatif, tergantung dari reaksi dinding sel terhadap tinta safranin atau Kristal
violet. Contoh dari bakteri gram positif ialah Clostridium perfringens,
Staphylococcus aureas, sedangkan bakteri gram negatif misalnya adalah
Eschericia Coli.

Prinsip pewarnaan Gram adalah kemampuan dinding sel terhadap zat


warna dasar (Kristal violet) setelah pencucian alkohol 96%. Bakteri Gram
positif terlihat berwarna ungu karena dinding selnya mengikat Kristal violet
lebih kuat, sedangkan sel Gram negatif mengandung lebih banyak lipid sehingga
pori-pori mudah membesar dan Kristal violet mudah larut saat pencucian
alkohol (Fardiaz, 1989).

Pewarnaan gram dilakukan bertujuan sama dengan uji gram yaitu untuk
membedakan bakteri apakah gram positif atau gram negatif, bakteri dicampur
dengan tetesan air steril pada gelas objek, kemudian disebarkan ditengah gelas
obyek sehingga membentuk lapisan tipis dan difiksasi. Dengan kristal violet
olesan bakteri digenangi selama dua menit, lalu dicuci dengan air mengalir, dan
dikering anginkan. Diberi yodium selama dua menit, dicuci dengan air mengalir
dan dikeringanginkan. Selanjutnya diberi larutan pemucat yaitu alkohol 95%,
tetes demi tetes sampai zat warna ungu tidak terlihat lagi, lalu dicuci pada air
mengalir dan dikering anginkan. Kemudian digenangi lagi dengan safranin
selama 30 detik, lalu dicuci dan dibiarkan kering di udara. Warna merah pada
olesan bakteri menujukkan bakteri gramnegatif dan jika warna ungu
menunjukkan bakteri gram positif (Pelczar, 2007).

Pewarnaan KOH adalah pemeriksaan penunjang untuk menegakan


diagnosis dari suatu bakteri apakah termasuk dalam katageori vaginosis bakterial
atau tidak. Whiiff test atau pewarnaan KOH dinyatakan positif jika bau amis
terdeteksi dengan penambahan satu tetes KOH 10%-20%. Bau muncul sebai
akibat pelepasan amin dan asam organik hasil alkalisasi bakteri anaerob. Whiif
test positif menunjukan bacterial vaginosis.
Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan , pada praktikum duh
vagina menunjukan adanya clue cell yang terdeteksi dengan menggunakan
pewarnaan gram dan pewarnaan KOH. Clue cell yang merupakan epitel vagina
yang terlepas dimanapada permukaan sel-sel ini terdapat bintik-bintik keabuan,
penuh dengan Gardnerella vaginalis merupakan gejala patognomonis dari
vaginosis bacterial. Bau amis atau bau amin terdeteksidengan penambahan KOH
10 % pada sekret vagina. Bau disebabkan pelepasan amin terutama putresin dan
kadaverin dan asam organik hasil alkalisasi bakteri anaerob.
BAB V

KESIMPULAN

5.1 Kesimpulan

Pewarnaan gram dilakukan bertujuan untuk membedakan bakteri apakah


gram positif atau gram negatif. Dimana dari hasil pengamtan ditemukan bakteri
berwarna merah yang menunjukan bahwa bakteri termasuk kedalam kategori
bakteri gram negatif. Adanya warna kristal violet pada bakteri gram-negatif
disebabkan karena bakteri tidak mempertahankan zat warna kristal violet
sewaktu proses pewarnaan Gram sehingga akan berwarna merah bila diamati
dengan mikroskop. Ditemukan Clue Cells saat diamati di mikroskop yang
menunjukan adanya Gardnerella vaginalis merupakan gejala patognomonis dari
vaginosis bacterial.
DAFTAR PUSTAKA

Edwin. 2011. Materi Kuliah Mikrobiologi. Universitas Lambung Mangkurat,


Banjarbaru. Diakses pada tanggal 1 november 2014
Hendrayati, T. I. 2012. Perubahan Morfologi Escherichia coli Akibat Paparan
Ekstrak Etanol Biji Kakao (Theobroma cacao) Secara In Vitro. [Skripsi].
Jember : Fakultas Kedokteran, Universitas Jembe
Kusuma, S. A. F. 2010. Escherichia coli. Bandung : Fakultas Farmasi, Universitas
Padjajaran
Michael J. Pelczar, dan E.C.S. Chan. 2008. Dasar-dasar Mikrobiologi. Ui-Press,
Jakarta. Diakses pada tanggal 1 november 2014
Syamsuri, Istamar.  2007.  Biologi untuk SMA kelas X Semester 1. Penerbit
Erlangga : Malang. Diakses pada tanggal 1 november 2014.
Waluyo, L. 2012. Mikrobiologi Umum. Malang : Universitas Muhammadiyah
Malang.
Winarni, Endang Widi.  2007.  Biologi 3. Esis : Jakarta. Diakses pada tanggal 1
november 2014

Anda mungkin juga menyukai