Anda di halaman 1dari 3

DD FLUOR ALBUS

Fluor albus atau leukorea merupakan pengeluaran cairan pervagina yang bukan darah.
Leukorea merupakan manifestasi klinis berbagai infeksi, keganasan, atau tumor jinak reproduksi
gejala ini tidak menimbulkan mortalitas, tetapi morbiditas karena selalu membasahi bagian
dalam wanita dan dapat menimbulkan iritasi, terasa gatal sehingga mengganggu, dan mengurangi
kenyamanan dalam berhubungan seks. Dampak keputihan dapat terjadi perlengketan pada rahim,
saluran telur atau tuba falopii sampai pembusukan indung telur oleh infeksi yang berat bisa
terjadi tuba-ovarium abses atau kantung nanahyang menekan saluran telur dan indung telur,
apabila kedua sisi kanan dan kiri dari tuba ovarium yang tertekan abses maka dapat dikatakan
bahwa wanita tidak akan bisa mendapatkan keturunan atau mundul. Karakteristik wanita dengan
keputihan (fluor albus) yaitu seperti umur, status pernikahan, paritas, metode kontrasepsi, siklus
menstruasi, riwayat gangguan reproduksi, status pendidikan, dan status pekerjaan. Ditujukan
pada kelainan- kelainan ginekologik seperti riwayat seksual dan menstruasi, gejala sistemik
seperti keracunan atau nyeri tekan abdomen, pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang atau
laboratorium (Moeri et al., 2018).

Ada dua jenis keputihan yaitu keputihan normal (fisiologis) dan keputihan tidak normal
(patologis).

a. Keputihan normal (fisiologis)

Keputihan fisiologis terdiri atas cairan yang kadang-kadang berupa mukus yang
mengandung banyak epitel dengan leukosit yang jarang. Keputihan normal ciri-cirinya
ialah warnanya kuning, kadang-kadang putih kental, tidak berbau tanpa disertai keluhan
(misalnya gatal, nyeri, rasa terbakar, dsb), keluar pada saat menjelang dan sesudah
menstruasi atau pada saat stres dan kelelahan. Keputihan fisiologis ditemukan pada:

1. Bayi yang baru lahir sampai umur kira-kira 10 hari, disini sebabnya ialah pengaruh
estrogen dari plasenta terhadap uterus dan vagina janin.
2. Waktu di sekitar menarche karena mulai terdapat pengaruh estrogen keputihan disini
hilang sendiri, akan tetapi dapat menimbulkan keresahan pada orang tuanya.
3. Wanita dewasa apabila ia dirangsang sebelum dan pada waktu koitus, disebabkan
oleh pengeluaran transudasi dari dinding vagina.
4. Waktu di sekitar ovulasi, dengan sekret dari kelenjar-kelenjar serviks uteri menjadi
lebih encer.
5. Pengeluaran sekret dari kelenjar-kelenjar serviks uteri juga bertambah pada wanita
dengan penyakit menahun, dengan neurosis, dan pada wanita dengan ektropion
porsionis uteri (Moeri et al., 2018).

Keputihan tidak selalu mendatangkan kerugian, jika keputihan ini wajar dan tidak
menunjukan bahaya lain. Sebenarnya, cairan yang disebut keputihan ini berfungsi sebagai
sistem pelindung alami saat terjadi gesekan di dinding vagina saat anda berjalan dan saat
anda meakukan hubungan seksual. Keputihan ini merupakan salah satu mekanisme
pertahanan tubuh dari bakteri yang menjaga kadar keasaman pH Wanita (Moeri et al.,
2018).

Cairan ini selalu berada di dalam alat genital tersebut. Keasaman pada vagina wanita
harus berkisar antara 3,8 sampai 4,2, maka sebagian besar bakteri yang ada adalah bakteri
menguntungkan. Bakteri menguntungkan ini hamper mencapai 95% sedangkan yang lain
adalah bakteri merugikan dan menimbulkan penyakit (patogen). Jika keadaan ekosistem
seimbang, artinya wanita tidak mengalami keadaan yang membuat keasaman tersebut
bertambah dan berkurang, maka bakteri yang menimbulkan penyakit tersebut tidak akan
mengganggu (Moeri et al., 2018).

b. Keputihan Patologis
Keputihan yang tidak normal ialah keputihan dengan ciri-ciri jumlahnya banyak, timbul
terus menerus, warnanya berubah (misalnya kuning, hijau, abu-abu, menyerupai
susu/yoghurt) disertai adanya keluhan (seperti gatal, panas, nyeri) serta berbau (Moeri et
al., 2018).
1. Vaginosis Bakterial adalah sindrom klinik akibat pergantian Lactobasillus Spp
penghasil H2O2 yang merupakan flora normal vagina dengan bakteri anaerob dalam
konsentrasi tinggi (seperti Bacteroides Spp, Mobiluncus Spp, Gardnerella vaginalis,
dan Mycoplasma hominis). Perempuan dengan vaginosis bakterial dapat tanpa gejala
atau mempunyai keluhan dengan bau vagina yang khas yaitu bau amis, terutama pada
waktu/setelah senggama. Bau tersebut disebabkan adanya amin yang menguap bila
cairan vagina menjadi basa (Sarwono, 2010).
Pada pemeriksaan ditemukan sekret yang homogen, tipis, dan berwarna keabu-
abuan. Tidak ditemukan tanda inflamasi pada vagina dan vulva. Cairan vagina
homogen, putih keabu-abuan, dan melekat pada dinding vagina, pH vagina > 4,5,
sekret vagina berbau amis sebelum atau setelah penambahan KOH 10 % (Whifftest),
terdapat clue cells pada pemeriksaan mikroskopis (Sarwono, 2010).
2. Kandidiasis vulvovaginalis (KVV) adalah infeksi jamur pada alat genital wanita
bagian bawah vulva dan vagina, dengan penyebab Candida sp. Gejala yang
ditimbulkan oleh infeksi Candidiasis vulvovaginalis yaitu timbulnya keputihan
berwarna putih kekuningan seperti susu disertai rasa gatal, terbakar dan berbau, pada
sediaan basah didapatkan blastospora dan pseudohifa. Hal ini dikarenakan adanya
pertumbuhan dari spesies Candida sp. yang tidak terkendali. Pada dasarnya Candida
sp. merupakan salah satu flora normal yang terdapat pada organ reproduksi wanita
jika populasinya masih dalam ambang batas normal Candida sp. tidak dapat
menyebabkan infeksi namun jika terjadi pertumbuhan yang tidak terkendali dan
melampaui batas jumlah normal maka akan menyebabkan infeksi (Sarwono, 2010).

3. Trikomoniasis adalah infeksi Trichomoniasis vaginalis yang merupakan


protozoa patogen pada saluran genitourinaria manusia, biasanya
ditularkan melalui hubungan seksual. Gejala yang dikeluhkan oleh perempuan
dengan trikomoniasis adalah keputihan, gatal, dan iritasi. Tanda dari infeksi tersebut
meliputi duh tubuh vagina, bau, dan edema atau eritema. Duh tubuh yang klasik
berwarna kuning kehijauan dan berbusa. Kolpitis makularis (strawberry cervix)
merupakan tanda klinik yang spesifik untuk infeksi ini, tetapi jarang ditemukan pada
pemeriksaan rutin (Sarwono, 2010).
4. Gonore adalah semua infeksi yang disebabkan oleh Neisseria gonorrhoeae. N.
gonorrhoeae di bawah mikroskop cahaya tampak sebagai diplokokus berbentuk biji
kopi dengan lembar 0,8 pm dan bersifat tahan asam. Kuman ini bersifat gram negatif,
tampak di luar dan di dalam leukosit polimorfnuklear, tidak dapat bertahan lama di
udara bebas, cepat mati pada keadaan kering, tidak tahan pada suhu di atas 39C, dan
tidak tahan zat desinfektan. Keluhan traktus genitourinarius bawah yang paling sering
adalah bertambahnya duh tubuh genital. disuria yang kadang-kadang disertai poliuria,
perdarahan antara masa haid, dan menoragia. Daerah yang paling sering terinfeksi
adalah serviks. Pada pemeriksaan, serviks tampak hiperemis dengan erosi dan sekret
mukopurulen (Sarwono, 2010).
5. Klamidiasis genital adalah infeksi yang disebabkan oleh bakteri Chlamydia
trachomatis, berukuran 0,2-1,5 mikron, berbentuk sferis, tidak bergerak, dan
merupakan parasit intrasel obligat. Gambaran klinik berupa duh muk opurulen dan
ektopi hipertrofik. Servisitis dapat ditegakkan bila ditemukan duh serviks yang
mukopurulen, ektopi serviks, edema, dan perdarahan serviks baik spontan maupun
dengan hapusan ringan lidi kapas. Infeksi pada serviks dapat menyebar melalui
rongga endometrium hingga mencapai tuba Falloppii. Secara klinis dapat memberi
gejala menoragia dan metroragia (Sarwono, 2010).

Daftar Pustaka

Moeri, Y. E., Suling, P. L., & Pandeleke, H. E. (2018). Profil Duh Tubuh Vagina Di Poliklinik
Kulit Dan Kelamin Rsup Prof. Dr. Rd Kandou Manado Tahun 2009–2011. ebiomedik, 1(1).

Saifuddin, Abdul Bari. 2010. Buku Ilmu Kebidanan Sarwono Prawirohardjo. Jakarta: Yayasan
Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

Anda mungkin juga menyukai