Anda di halaman 1dari 32

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENFIF PADA


MASA REMAJA DAN PRANIKAH

Dosen Pengampu :
NURMISIH, S.Pd., M.Kes

Disusun Oleh :
MARTATIANI
NIM: PO71242230221

PRODI PROFESI BIDAN JURUSAN KEBIDANAN


POLTEKKES KEMENKES JAMBI
TAHUN 2023/2024
TINJAUAN TEORI

A. Konsep Dasar Keputihan

1. Pengertian

Keputihan dikalangan medis dikenal dengan istilah leukore atau fluor albus,

yaitu keluarnya cairan dari vagina (Ababa, 2003). Leukore adalah semua

pengeluaran cairan dari alat genetalia yang bukan darah tetapi merupakan

manifestasi klinik berbagai infeksi, keganasan atau tumor jinak organ

reproduksi. Pengertian lebih khusus keputihan merupakan infeksi jamur kandida

pada genetalia wanita dan disebabkan oleh organisme seperti ragi yaitu candida

albicans (Manuaba, 2015).

Keputihan dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu keputihan normal

(fisiologis) dan keputihan abnormal (patologis). Keputihan normal dapat terjadi

pada masa menjelang dan sesudah menstruasi, pada sekitar fase sekresi antara

hari ke 10-16 saat menstruasi, juga terjadi melalui rangsangan seksual.

Keputihan abnormal dapat terjadi pada semua alat genitalia (infeksi bibir

kemaluan, liang senggama, mulut rahim, rahim dan jaringan penyangga, dan

pada infeksi penyakit hubungan seksual) (Manuaba, 2015).

Keputihan bukan merupakan penyakit melainkan suatu gejala. Gejala

keputihan tersebut dapat disebabkan oleh faktor fisiologis maupun faktor

patologis. Gejala keputihan karena faktor fisiologis antara lain : a). Cairan dari

vagina berwarna kuning; b). Tidak berwarna, tidak berbau, tidak gatal; c).

Jumlah cairan bisa sedikit, bisa cukup banyak Gejala keputihan karena faktor

patologis antara lain : a). Cairan dari vagina keruh dan kental; b). Warna
kekuningan, keabu-abuan, atau kehijauan; c). Berbau busuk, amis, dan terasa

gatal; d). Jumlah cairan banyak (Katharini, 2017).

2. Penyebab Keputihan

Keputihan bukan merupakan penyakit tetapi hanya suatu gejala penyakit,

sehingga penyebab yang pasti perlu ditetapkan. Oleh karena itu untuk

mengetahui adanya suatu penyakit perlu dilakukan berbagai pemeriksaan cairan

yang keluar dari alat genitalia tersebut. Pemeriksaan terhadap keputihan meliputi

pewarnaan gram (untuk infeksi jamur), preparat basah (infeksi trikomonas),

preparat KOH (infeksi jamur), kultur atau pembiakan (menentukan jenias bakteri

penyebab), dan pap smear (untuk menentukan adanya sel ganas) (Manuaba,

2015).

Menurut Ababa (2003), penyebab paling sering dari keputihan tidak normal

adalah infeksi. Organ genitalia pada perempuan yang dapat terkena infeksi

adalah vulva, vagina, leher rahim, dan rongga rahim. Infeksi ini dapat

disebabkan oleh:

a. Bakteri (kuman)

1) Gonococcus Bakteri ini menyebabkan penyakit akibat hubungan seksual,

yang paling sering ditemukan yaitu gonore. Pada laki-laki penyakit ini

menyebabkan kencing nanah, sedangkan pada perempuan menyebabkan

keputihan.

2) Chlamydia trachomatis Keputihan yang ditimbulkan oleh bakteri ini

tidak begitu banyak dan lebih encer bila dibandingkan dengan penyakit

gonore.
3) Gardnerella vaginalis Keputihan yang timbul oleh bakteri ini berwarna

putih keruh keabu-abuan, agak lengket dan berbau amis seperti ikan,

disertai rasa gatal dan panas pada vagina.

b. Jamur Candida

Candida merupakan penghuni normal rongga mulut, usus besar, dan

vagina. Bila jamur candida di vagina terdapat dalam jumlah banyak dapat

menyebabkan keputihan yang dinamakan kandidosis vaginalis. Gejala yang

timbul sangat bervariasi, tergantung dari berat ringannya infeksi. Cairan

yang keluar biasanya kental, berwarna putih susu, dan bergumpal seperti

kepala susu atau susu pecah, disertai rasa gatal yang hebat, tidak berbau dan

berbau asam. Daerah vulva (bibir genitalia) dan vagina meradang disertai

maserasi, fisura, dan kadangkadang disertai papulopustular.

Keputihan akibat Candida terjadi sewaktu hamil maka bayi yang

dilahirkan melalui saluran vagina pun akan tertular. Penularan terjadi karena

jamur tersebut akan tertelan dan masuk kedalam usus. Dalam rongga mulut,

jamur tersebut dapat menyebabkan sariawan yang serius jika tidak diberi

pengobatan. Pada suatu saat jamur yang tertelan tadi akan menyebar ke

organ lain, termasuk ke alat kelamin dan menimbulkan keputihan pada bayi

perempuan.

c. Parasit

Parasit ini menimbulkan penyakit yang dinamakan trikomoniasis.

Infeksi akut akibat parasit ini menyebabkan keputihan yang ditandai oleh

banyaknya keluar cairan yang encer, berwarna kuning kehijauan, berbuih

menyerupai air sabun, dan baunya tidak enak. Meskipun dibilas dengan air,

cairan ini tetap keluar. Keputihan akibat parasit ini tidak begitu gatal, namun
vagina tampak merah, nyeri bila ditekan, dan pedih bila kencing. Kadang–

kadang terlihat bintik–bintik perdarahan seperti buah strawberry. Bila

keputihan sangat banyak, dapat timbul iritasi di lipat paha dan sekitar bibir

genitalia. Pada infeksi yang telah menjadi kronis, cairan yang keluar

biasanya telah berkurang dan warnanya menjadi abu–abu atau hijau muda

sampai kuning. Parasit lain yang juga menyebabkan keputihan adalah cacing

kremi. Cacing ini biasanya menyerang anak perempuan umur 2–8 tahun.

Infeksi terjadi akibat sering bermain di tanah, atau penjalaran cacing dari

lubang dubur ke alat genital. Keputihan akibat cacing kremi dasertai rasa

gatal, sehingga anak sering menggaruk genitalianya sampai menimbulkan

luka.

d. Virus

Keputihan akibat infeksi virus sering disebabkan oleh Virus Herpes

Simplex (VHS) tipe 2 dan Human Papilloma Virus (HPV). Infeksi HPV

telah terbukti dapat meningkatkan timbulnya kanker serviks, penis, dan

vulva. Sedangkan virus herpes simpleks tipe 2 dapat menjadi faktor

pendamping.

Keluhan yang timbul pada infeksi VHS tipe 2 berupa rasa terbakar,

nyeri, atau rasa kesemutan pada tempat masuknya virus tersebut. Pada

pemeriksaan tampak gelembung–gelembung kecil berisi vesikel (cairan),

berkelompok, dengan dasar kemerahan yang cepat pecah dan membentuk

tukak yang basah. Kelenjar limfe setempat teraba membesar dan nyeri. Pada

perempuan, penyakit ini dapat disertai keluhan nyeri sewaktu kencing,

keputihan, dan radang di mulut rahim. Pencetus berulangnya penyakit ini


adalah stres, aktivitas sek, sengatan matahari, beberapa jenis makanan, dan

kelelahan.

Penyebab lain keputihan selain infeksi (Katharini, 2017) antara lain :

a. Benda asing dalam vagina

Benda asing di vagina akan merangsang produksi cairan yang

berlebihan. Pada anak–anak, benda asing dalam vagina berupa biji– bijian

atau kotoran yang berasal dari tanah. Pada perempuan dewasa benda asing

dapat berupa tampon, kondom yang tertinggal didalam akibat lepas saat

melakukan senggama, cincin pesarium yang dipasang pada penderita hernia

organ kandungan (prolaps uteri), atau adanya IUD pada perempuan yang

ber-KB spiral.

Cairan yang keluar mula–mula jernih dan tidak berbau. Tetapi jika

terjadi luka dan infeksi dengan jasad renik normal yang biasanya hidup di

vagina, keputihan menjadi keruh dan berbau, tergantung penyebab

infeksinya.

b. Penyakit organ kandungan

Keputihan juga dapat timbul jika ada penyakit di organ kandungan,

misalnya peradangan, tumor ataupun kanker. Tumor, misalnya papiloma,

sering menyebabkan keluarnya cairan encer, jernih, dan tidak berbau. Pada

kanker rahim atau kanker serviks (leher rahim), cairan yang keluar bisa

banyak disertai bau busuk dan kadang disertai darah.

c. Penyakit menahun atau kelelahan kronis

Kelelahan, anemia (kurang darah), sakit yang telah berlangsung lama,

perasaan cemas, kurang gizi, usia lanjut,terlalu lama berdiri di lingkungan

yang panas, peranakan turun (prolaps uteri), dan dorongan seks tidak
terpuaskan dapat juga menimbulkan keputihan. Keputiohan juga

berhubungan dengan keadaan lain seperti penyakit kencing manis (diabetes

mellitus), kehamilan, memakai kontrasepsi yang mengandung estrogen–

progesteron seperti pil KB atau memakai obat steroid jangka panjang.

d. Gangguan keseimbangan hormon

Hormon estrogen diperlukan untuk menjaga keasaman vagina,

kehidupan Lactobacilli doderleins, dan proliferasi (ketebalan) sel epitel

skuamosa vagina sehingga membran mukosa vagina membentuk barier

terhadap invasi bakteri. Dengan demikian tidak mudah terkena infeksi. Hal–

hal diatas dapat terjadi karena dalam sel epitel vagina yang menebal banyak

mengandung glikogen. Lactobacilli doderlein yang dalam keadaan normal

hidup di vagina, akan memanfaatkan glikogen tadi selama pertumbuhannya

dan hasil metabolismenya akan menghasilkan asam laktat. Timbulnya

suasana asam laktat akan menyuburkan pertumbuhan Lactobacilli dan

Corynebacteria acidogenic, tetapi mencegah pertumbuhan bakteri lainnya.

Proses diatas akan mempertahankan pH vagina yang dalam keadaan normal

memang bersifat asam, yaitu sekitar 3,5–4,5. Keluarnya mucus servix (lendir

leher rahim) sehingga vagina tidak terasa kering juga dipengaruhi oleh

stimulasi estrogen. Hormon estrogen yang dihasilkan oleh indung telur akan

berkurang pada perempuan menjelang dan sesudah menopouse (tidak haid).

Akibatnya dinding vagina menjadi kering, produksi glikogen menurun dan

Lactobacilli menghilang. Keadaan tersebut menyebabkan menghilangnya

suasana asam sehingga vagina dan uretra mudah terinfeksi dan sering timbul

gatal. Akibat rasa gatal di vagina, maka garukan yang sering dilakukan

menyebabkan terjadinya luka–luka yang mudah terinfeksi dan menyebabkan


keputihan. Kekurangan atau hilangnya estrogen juga dapat diakibatkan

dibuangnya kedua ovarium (indung telur) akibat kista atau kanker, atau

karena radiasi (penyinaran) indung telur yang terserang kanker. Pada masa

pubertas, remaja putri masih mengalami ketidakseimbangan hormonal.

Akibatnya mereka juga sering mengeluh keputihan selama beberapa tahun

sebelum dan sesudah menarche (haid pertama).

e. Fistel di vagina

Terbentuknya fistel (saluran patologis) yang menghubungkan vagina

dengan kandung kemih atau usus, bisa terjadi akibat cacat bawaan, cedera

persalinan, kanker, atau akibat penyinaran pada pengobatan kanker serviks.

Kelainan ini akan menyebabkan timbulnya cairan di vagina yang bercampur

feses atau air kemih. Biasanya mudah dikenali karena bau dan warnanya

3. Pencegahan Keputihan

Menurut Army (2007), beberapa hal yang dapat dilakukan dalam mencegah

keputihan patologis antara lain :

a. Menjaga kebersihan, diantaranya:

1) Mencuci bagian vulva (bagian luar vagina) setiap hari dan menjaga agar

tetap kering untuk mencegah tumbuhnya bakteri dan jamur;

2) Saat menstruasi biasakan mengganti pembalut apabila sudah terasa basah

dan lembab;

3) Menggunakan sabun non parfum saat mandi untuk mencegah

timbulnya iritasi pada vagina;

4) Menghindari penggunaan cairan pembersih kewanitaan

yang mengandung deodoran dan bahan kimia terlalu berlebihan, karena

hal itu
dapat mengganggu pH cairan kewanitaan dan dapat merangsang

munculnya jamur atau bakteri;

5) Setelah buang air besar, bersihkan dengan air dan keringkan dari arah

depan ke belakang untuk mencegah penyebaran bakteri dari anus ke

vagina;

6) Menjaga kuku tetap bersih dan pendek. Kuku dapat terinfeksi Candida

akibat garukan pada kulit yang terinfeksi. Candida yang tertimbun

dibawah kuku tersebut dapat menular ke vagina saat mandi atau cebok.

b. Memperhatikan pakaian, diantaranya:

1) Apabila celana dalam yang dipakai sudah terasa lembab sebaiknya

segera diganti dengan yang kering dan bersih;

2) Menghindari pemakaian pakaian dalam atau celana panjang yang terlalu

ketat karena dapat meningkatkan kelembaban organ kewanitaan;

3) Tidak duduk dengan pakaian basah (misalnya: selesai olahraga dan

selesai renang karena jamur lebih senang pada lingkungan yang basah

dan lembab;

4) Menggunakan pakaian dalam dari bahan katun karena katun menyerap

kelembaban dan menjaga agar sirkulasi udara tetap terjaga.

c. Mengatur gaya hidup, diantaranya:

1) Menghindari seks bebas atau berganti–ganti pasangan tanpa

menggunakan alat pelindung seperti kondom;

2) Mengendalikan stres;

3) Rajin berolahraga agar stamina tubuh meningkat untuk melawan

serangan infeksi;
4) Mengkonsumsi diet yang tinggi protein. Mengurangi makanan tinggi

gula dan karbohidrat karena dapat mengakibatkan pertumbuhan bakteri

yang merugikan;

5) Menjaga berat badan tetap ideal dan seimbang. Kegemukan dapat

membuat kedua paha tertutup rapat sehingga mengganggu sirkulasi

udara dan meningkatkan kelembaban sekitar vagina;

6) Apabila mengalami keputihan dan mendapatkan pengobatan antibiotik

oral (yang diminum) sebaiknya mengkonsumsi antibiotik tersebut sampai

habis sesuai dengan yang diresepkan agar bakteri tidak kebal dan

keputihan tidak datang lagi;

7) Apabila mengalami keputihan yang tidak normal segera datang ke

fasilitas pelayanan kesehatan agar segera mendapatkan penanganan dan

tidak memperparah keputihan. Menurut beberapa hal yang perlu

diperhatikan dalam mencegah keputihan antara lain :

a. Menjaga kebersihan organ genitalia. Salah satunya dengan

mengganti pakaian dalam dua kali sehari.

b. Dalam keadaan haid atau memakai pembalut wanita, mengunakan

celana dalam harus yang pas sehingga pembalut tidak bergeser dari

belakang ke depan.

c. Cara cebok / membilas yang benar adalah dari depan kebelakang.

Jika terbalik, ada kemungkinan masuknya bakteri atau jasad renik

dari dubur ke alat genitalia dan saluran kencing.

d. Menghindari penggunaan celana dalam yang ketat atau dari bahan

yang tidak menyerap keringat seperti nilon, serta tidak memakai

celana yang berlapis–lapis atau celana yang terlalu tebal karena akan
menyebabkan kondisi lembab disekitar genitalia. Keadaan yang

lembab akan menyuburkan pertumbuhan jamur. Usahakan memakai

celana dalam dari bahan katun atau kaos.

e. Usahakan tidak memakai celana dalam atau celana orang lain.

Karena hal ini memungkinkan terjadinya penularan infeksi jamur

Candida, Trichomonas, atau virus yang cukup besar.

Gambar 2.1
Mind Maping Keputihan

B. Konsep Dasar Dismenore

1. Pengertian

Dismenore atau nyeri haid merupakan salah satu keluhan ginekologi yang

paling umum pada perempuan muda yang datang ke klinik atau dokter. Hampir
semua perempuan mengalami rasa tidak nyaman selama haid, seperti rasa tidak

enak di perut bagian bawah dan biasanya juga disertai dengan mual, pusing,

bahkan pingsan. Dengan demikian istilah disminor hanya digunakan jika nyeri

haid demikian hebatnya sehingga memaksa penderita untuk istirat dan

meninggalkan pekerjaan atau aktifitas rutinya sehari-hari selama beberapa jam

atau beberapa hari. Istilah ini juga digunakan jika nyeri haid yang terjadi

membuat perempuan tersebut tidak dapat aktifitas secara normal dan

memerlukan penanganan khusus (Anurogo, 2011).

Menstruasi seringkali muncul dengan berbagai jenis rasa nyeri. Nyeri yang

dirasakan setiap individu dapat berbeda antara satu dengan yang lainnya. Secara

etimologi nyeri menstruasi (dismenore) berasal dari bahasa Yunani kuno

(Greek).Kata tersebut berasal dari dys yang berarti sulit, nyeri abnormal, meno

yang berarti bulan dan rrhea yang berarti aliran atau arus. Disimpulkan bahwa

dysmenorrhea atau dismenore adalah aliran menstruasi yang sulit atau aliran

menstruasi yang mengalami nyeri(Syafni, 2018).

Nyeri haid merupakan suatu gejala dan bukan suatu penyakit. Istila

disminorea biasa dipakai untuk nyeri haid yang cukup berat. Dalam kondisi ini

penderita harus mengibati dengan analgesik atau memeriksakan diri kedokter

dan mendapatkan penanganan, peraatan yang tepat. Disminorea berat adalah

nyeri haid yang disertai mual, muntah, diare, pusing, nyeri kepala, dan kadang-

kadang pinsan. Jika sudah demikian, penderita tidak boleh menganggap remeh

dan harus memeriksakan diri ke dokter. Penanganan pun akan dilakukan

menyeluruh dengan memerisa kondisi kesehatan dan latar belakang, serta

riwayat penyakit pada keluarga. Bisa jadi, kondisi nyeri tersebut dipicu oleh

penyakit lain (Anurogo,2011).


Dismenore merupakan rasa nyeri saat menstruasi yang mengganggu

kehidupan sehari-hari wanita dan mendorong penderita untuk melakukan

pemeriksaan atau konsultasi ke dokter, atau datang kebidan (Manuaba, 2010).

Salah satu terjadinya dismenore karena di temukannya perubahan kadar PGE2

dan PGF2a dalam endometrium dan darah wanita yang menderita dismenore

dengan kadar yang sangat tinggi. Efek mual, muntah, bahkan diare akan terjadi

apabila dilepaksannya jumlah prostglandin dalam darah (Prawiroharjo, 20014).

2. Patofisiologi

Pada setiap bulannya wanita selalu mengalami menstruasi. Menstruasi

terjadi akibat adanya interaksi hormon di dalam tubuh manusia. Menurut

(Anurogo, 2011) interaksi hormon yang dikeluarkan oleh hipotalamus, dan

indung telur menyebabkan lapisan sel rahim mulai berkembang dan menebal.

Hormon-hormon tersebut kemudian akan mememberikan sinyal pada telur di

dalam indung telur untuk berkembang. Telur akan dilepaskan dari indung telur

menuju tuba falopi dan menuju uterus. Telur yang tidak dibuahi oleh sperma

akan menyebabkan terjadinya peluruhan pada endometrium, luruhnya

endometrium menyebabkan perdarahan pada vagina yang disebut dengan

menstruasi. Pada saat masa subur terjadi peningkatan dan penurunan hormon.

Peningkatan dan penurunan hormon terjadi pada fase folikuler (pertumbuhan

folikel sel telur). Pada masa pertengahan fase folikuler, kadar FSH (Follicle

Stimulating Hormone) akan meningkat dan merangsang sel telur untuk

memproduksi hormon estrogen. Pada saat estrogen meningkat maka kadar

progesteron akan menurun. Penurunan kadar progesteron ini diikuti dengan

adanya peningkatan kadar prostaglandin pada endometrium (Ernawati, 2017).


3. FaktorPenyebab

Dismenore primer terjadi akibat endometrium mengandung prostaglandin

dalam jumah tinggi. Endometrium yang mengandung prostaglandin meningkat,

mencapai tingkat maksimum pada wanitamenstruasi di bawah pengaruh

progresteron selama fase luteal siklus menstruasi. Prostaglandin menyebabkan

kontraksi miometrium yang kuat dan mampu menyempitkan pembuluh darah,

mengakibatkan iskemia, disintegrasi endometrium, perdarahan, dan nyeri. Nyeri

mungkin mendahului sampai 24 jam sebelum pengeluaran darah menstruasi,

tetapi biasanya muncul bersamaan dengan pengeluaran darah menstruasi (syafni,

2018).

Dismenore sekunder meliputi suatu keadaan atau kelainan pelvis yang

menyebabkan rasa sakit. Keadaan-keadaan yang dapat menyebabkan dismenore

adalah endometriosis, adenomiosis, infeksi dan pelekatan pelvis, kongesti pelvis,

stenosis serviks, polip endometrium yang menyebabkan sumbatan aliran keluar

serviks, penyakit radang panggul, perdarahan uterus disfungsional, prolaps

uterus, maladaptasi pemakaian alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR), produk

kontrasepsi yang tertinggal setelah abortus spontan, abortus terapeutik atau

melahirkan, kanker ovarium atau uterus.Penyebab utama dismenore primer

adalah adanya prostaglandin F2a (PGF2a) yang dihasilkan oleh endometrium.

PGF2a merupakan hormon yang diperlukan untuk menstimulasi kontraksi uterus

selama menstruasi (Prawiroharjo, 2014).

Penyebab dismenore dibedakan, menurut klasifikasinya, wanita lebih sering

mengalami dismenore primer, rendahnya kadar progesteron pada fase corpus

luteum. Hormon progesteron menghambat atau mencegah kontraksi uterus

sedangkan hormon esterogen merangsang kontraktilitas uterus. Di sisi lain


endometrium dalam fase sekresi memperoduksi prostaglandin F2 sehingga

menyebabkan kontraksi otot-otot polos. Jika kadar prostaglandin yang

berlebihan memasuki peredaran darah maka selain disminorea dapat juga

dijumpai efek lainyaseperti nuasea (mual), muntah, diare, flushing ( respons

involunter (tak terkontrol)dari sistem saraf yang memicu pelebaran pembuluh

kapiler kulit, dapat berubah warna kemerahan atau sensasi panas). Jelasla bahwa

peningkatan kadar prostaglandin memegang pending pada penderita disminore

primer (Anurogo, 2011).

4. Klasifikasi

a. Dismenore Primer

Dismenore primer adalah nyeri perut bagian bawah yang terjadipada

saat menstruasi tanpa terdapat gangguan fisik atau penyakit lain. Nyeri

tersebut terjadi akibat adanya jumlah prostaglandin F2αyang berlebihan

pada darah menstruasi, yang merangsang hiperaktivitas uterus. Dismenore

primer adalah nyeri pada saat menstruasi yang timbul tanpa ditemukan

adanya kelainan patologi pada panggul. Dismenore primer berhubungan

dengan siklus ovulasi dan disebabkan oleh kontraksi miometrium sehingga

terjadi iskemia akibat adanya prostaglandin yang diproduksi oleh

endometrium pada fase sekresi. Dismenore seringkali disertai dengan

keluhan mual, muntah, nyeri kepala, atau diare yang diduga timbul karena

prostaglandin (Prawirohardjo, 2014) Dismenore primer adalah nyeri yang

banyak dialami oleh remaja tanpa kelainan pada alat genital. Menyatakan

bahwa usia 15 tahun – 25 tahun wanita akan mengalami dismenore primer

dan akan menghilang setalah usia 30 tahun (Lestari, 2013).


b. Dismenore Sekunder

Dismenore dapat timbul pada perempuan dengan menometroragia yang

meningkat. Disminorea sekunder berlangsung lebih lama dari pada

dismonor skunder. Dismenore sekunder adalah nyeri perut yang terjadi

akibat adanyagangguan fisik atau kondisi yang mendasari dan umumnya

terjadi di kalangan wanita berusia 40 tahun sampai 50 tahun. Gangguan

fisikyang terjadi seperti endometriosis, polip uteri, leiomioma, stenosis

serviks, atau penyakit radang panggul (Ernawati,2017).

5. Tanda dan gejala Dismenore

Gejala utama adalah nyeri, dimulai pada saat wanita menstruasi.Nyeri

bersifat tajam, tumpul, siklik, atau menetap, dapat berlangsung dalam beberapa

jam sampai 1 hari. Kadang-kadang, gejala-gejala tersebut dapat lebih lama dari 1

hari tapi jarang melebihi 72 jam. Dismenore mungkin disertai oleh berbagai

gejala sistemik berupa mual, muntah,diare, kelelahan, perubahan emosional,

nyeri punggung, sakit kepala, bahkan pingsan. Seetenga dari wanita yang

mengalami masa haid ini amat menderita ketika mengalami masa hait ini amat

menderita dan amat menyakitkan(Ernawati,2017).

Menurut Nugroho (2014), dismenore menyebabkan nyeri yang dirasakan

hilang timbul dan terjadi terus-menerus yang terasa pada perut bagian bawah.

Nyeri yang dirasakan akan terjadi sebelum dan selama menstruasi. Gejala klinis

dismenore adalah nyeri paha, nyeri punggung, muntah, dan mudah tersinggung.
6. Faktor-faktor yang mempengaruhi Dismenore

Menurut anurogo (2011) Faktor-faktor resiko berikut ini berhubungan

dengan nyeri disminorea yang berat :

a. Menarche sebelum usia 12 tahun akan mengalami paparan prostaglandin

uterus lebih lama.

b. Priode haid yang lama.

c. Kegemukan.

d. Aliran menstruasi yang meningkat akan menyebabkan peningkatan

konsentrasi prostaglandin yang beredar dalam darah menstruasi.

e. Stres dapat menghambat pelepasan follicle stimulating hormone dan

luteinizing hormone sehingga menganggu sekresi hormon progesteron yang

menyebabkan peningkatan prostaglandin.

f. Sindrom pramenstruasi (PMS).

g. Riwayat penyakit radang panggul.

h. Endometriosis

i. Andenomyosis

j. Endometrial carcinoma (kangker endometrium).


Gambar 2.1
Mind Maping Dismenore

C. Konsep Dasar Anemia

1. Pengertian

Anemia adalah suatu keadaan dimaana kadar hemoglobin dan eritrosit lebih

rendah dari normal. Pada pria, hemoglobin normal adalah 14-18 gr% dan

eritrosit 4,5-5jt/mm3. Sedangkan pada wanita, hemoglobin normal adalah 12-

16gr% dengan eritrosit 3,5-4,5jt/mm3 (Aryani, 2010). Remaja putri mempunyai

resiko lebih tinggi mengalami anemia dibandingkan remaja putra. Peningkatan

kebutuhan besi terutama disebabkan kehilangan zat besi selama haid. Selain itu
remaja putri lebih memperhatikan perubahan ukuran tubuh dan penampilan

fisiknya sehingga perilaku atau kebiasaan makannya seringkali keliru, seperti

membatasi asupan makan khususnya makanan hewani yang kadangkala

dianggap sebagai makanan yang mengandung lemak tinggi dan dapat memicu

terjadinya kegemukan (Dieny, 2014:42). Anemia adalah suatu kondisi ketika

tubuh kekurangan sel darah yang mengandung hemoglobin untuk menyebarkan

oksigen ke seluruh organ tubuh. Dengan kondisi tersebut, penderita biasanya

akan merasa letih dan lelah, sehingga tidak dapat melakukan aktivitas secara

optimal (Alodokter, 2016).

Anemia bukan penyakit melainkan gejala dari beberapa kondisi termasuk

didalamnya kehilangan darah yang berlebih, kerusakan sel darah merah atau

penurunan produksi sel merah. Diagnosa yang dibutuhkan dalam menilai kriteria

anemia adalah dengan hemoglobin dan hematokit. Kadar normal hemoglobin

dibedakan berdasarkan usia dan jenis kelamin serta berbeda pula pada tiap

semester masa kehamilan (Dieny, 2014:41).

Tabel 1. Nilai ambang batas hemoglobin untuk anemia (Supariasa dkk,

2016:207 dalam Kemenkes RI, 2014. Barometer Gizi Indonesia).

Kelompok Umur Hemoglobin Ambang batas masalah


(g/l) kesehatan masyarakat
Balita 6 - 59 bulan 11,0 > 20%
Anak 5-11 tahun 12,0 > 20%
Anak 12 - 14 tahun 12,0 > 20%
WUS tidak hamil 15-49 tahun 12,0 > 20%
Ibu hamil 11,0 > 20%
Laki-lakia > 15 tahun 13,0 > 20%
Tabel 2. Nilai ambang batas hemoglobin untuk anemia (Supariasa dkk,
2016:207 meniurut Departemen Kesehatan 1995).
Kelompok Batas Normal
Anak balita 11 gram%
Anak usia sekolah 12 gram%
Wanita dewasa 12 gram%
Laki-laki dewasa 13 gram%
Ibu hamil 11 gram%
Ibu menyusui > 3 bualn 12 gram%

2. Patofisiologi Anemia

Timbulnya anemia mencerminkan adanya kegagalan sum-sum tulang atau

kehilangan sel darah merah berlebihan atau keduanya. Kegagalan sum-sum

tulang dapt terjadi akibat kekurangan nutrisi, pajanan toksik, inuasi tumor, atau

kebanyakan akibat penyebab yang tidak diketahui. Sel darah merah dapat hilang

melalui perdarahan atau hemolisis (destruksi) pada kasus yang disebut terakhir,

masalah dapat akibat efek sel darah merah yang tidak sesuai dengan ketahanan

sel darah merah normal atau akibat beberapa factor diluar sel darah merah yang

menyebabkan destruksi sel darah merah (Orma, 2011).

3. Faktor-faktor penyebab anemia pada remaja

Secara umum penyebab anemia terdiri atas dua faktor yakni faktor zat gizi

dan non zat gizi. Penyebab anemia lainnya berdasarkan faktor zat gizi antara lain

defisiensi protein, asam folat, vitamin B12, vitamin A, tembaga, selenium, dan

lainnya. Sedangkan penyebab anemia berdasarkan faktor non zat gizi antara lain:

malabsorbsi akibat diare , peningkatan kebutuhan zat besi yang terjadi selama

masa bayi, remaja, ibu hamil dan menyusui dan peningkatan eskresi karena

pengeluaran darah haid/menstruasi yang berlebihan (Dieny, 2014:50).


a. Status gizi penyebab anemia pada remaja

Status gizi pada remaja menyatakan suatu keadaan yang seimbang

antara konsumsi dan penyerapan zat gizi didalam tubuh. Peningkatan

kebutuhan remaja putri terhadap zat gizi mikro, terutama zat besi, digunakan

untuk penggantian zat besi yang hilang.status gizi yang baik selama masa

remaja merupakan dasar untuk kehidupan remaja yang sehat dan

menyiapkan remaja putri menjadi calon ibu yang baik (Dieny, 2014:51).

b. Lama masa haid penyebab anemia pada remaja

Menstruasi atau haid adalah perdarahan secara periodik dan siklik dari

uterus, disertai pelepasan (deskuamasi) endometrium. Proses terjadinya haid

berlangsung dengan empat tahapan yaitu masa proliferasi, masa ovulasi,

masa sekresi dan masa haid (Proverawati dan Misaroh, 2009).

Remaja putri lebih banyak memerlukan zat besi untuk mengganti zat

besi yang hilang saat haid. Beberapa penelitian telah membuktikan bahwa

jumlah darah yang hilang selama satu periode haid berkisar 20-25 cc, makah

kehilangan zat besi berkisar sebesar 12,5-15mg/bulan atau kira-kira 0,4-0,5

mg/hari dan bila ditambah dengan kehilangan basal jumlah total zat besi

yang hilang sebesar 1,25mg/hari. Apabila darah yang keluar selama haid

sangat banyak akan terjadi anemia besi (Dieny, 2014:51).

c. Asupan zat besi dan protein penyebab anemia pada remaja

Penyebab utama anemia besi adalah inadekuat asupan zat besi yang

berasal dari makanan. Pada umumnya remaja putri lebih banyak

mengkonsumsi makanan nabati yang kandungan zat besinya sedikit,

dibandingkan dengan makanan hewani dan sering melakukan diet


pengurangan makan karena ingin langsing, sehingga kebutuhan zat besi

tidak terpengaruhi (Dieny, 2014:52).

d. Malabsorpsi zat besi penyebab anemia pada remaja

Malabsorpsi zat besi yang dialami remaja pada saluran cerna akibat

gastritis, ulkus peptikum, diare, adanya parasit cacing tambang, dan

sebagainya dapat menyebabkan anemia (Dieny, 2014:51).

e. Penyakit infeksi penyebab anemia pada remaja

Penyakit infeksi dapat menyebabkan berbagai masalah gizi, hal ini

terjadi karena gejala yang ditimbulkan seperti muntah dan diare serta

penurunan nafsu makan memperlambat pembentukan hemoglobin dalam

darah (Dieny, 2014:51).

4. Dampak Anemia

Pada umumnya anemia berdampak terhadap penurunan kualitas

sumberdaya manusia. Berikut adalah dampak anemia, yaitu: (Dieny, 2014:52).

a. Wanita

1) Menurunkan daya tahan tubuh sehingga mudah sakit

2) Menurunkan produktivitas kerja

3) Menurunkan kebugaran.

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa adanya dampak

status anemia terhadap kebugaran jasmani remaja (Dieny, 2014:52)

b. Remaja putri

1) Menurunkan kemampuan dan konsentrasi belajar

2) Menganggu pertumbuhan sehingga tinggi badan tidak mencapai optimal

3) Menurunkan kemampuan fiisik olahragawati

4) Mengakibatkan muka pucat (Dieny, 2014:52).


5. Tanda dan Gejala Anemia

Tanda yang terlihat pada penderita anemia antara lain: wajah terlihat pucat,

kelopak mata, bibir, lidah, kulit dan telapak tangan menjadi pucat, terlihat

gelisah, irama jantung cepat (tachcardia) dan nafsu makan berkurang. Gejala

umum anemia timbul karena iskemia organ target serta akibat mekanisme

kompensasi tubuh terhadap penurunan hemoglobin. Gejala ini muncul pada

setiap kasus anemia setelah penurunan hemoglobin sampai kadar tertentu (Hb <

7g/dl) (Dieny, 2014:52).

Gejala yang umum dialami oleh penderita anemia antara lain (Dieny,

2014:52).

a. Lemah, letih, lesu, lelah, dan lalai (5L)


b. Pusing
c. Mata berkunang-kunang
d. Sesak nafas
e. Telinga mendenging (tinnitus)
f. Kaki terasa dingin

6. Kebutuhan gizi pada remaja

Kebutuhan zat gizi pada remaja lebih tinggi dari pada usia anak. Kebutuhan

gizi pada remaja perempuan dan laki-laki akan jelas berbeda. Hal ini disebabkan

oleh adanya pertumbuhan pesat, kematangan seksual, perubahan komosisi

tubuh, mineralisasi tulang, dan perubahan aktivitas fisik. Kebutuhan nutrisi yang

meningkat pada masa remaja adalah energi, protein, kalsium, besi, dan zinc

(Aryani, 2010:21)

a. Energi

Kebutuhan energi pada individu remaja yang sedang tumbuh sulit untuk

ditentukan secara tepat. Sumber energi terutama diperoleh dari makanan yang
mengandung karbohidrat seperti beras, terigu dan hasil olahannya, umbi-

umbian, jagung, sagu, gula, dan lain-lainnya (Aryani, 2010:21).

b. Protein

Kebutuhan protein juga meningktat pada masa remaja, karena proses

pertumbuhan terjadi dengan cepat. Pada akhir masa remaja, kebutuhan

protein lebih besar pada remaja laki-laki, karena perbedaan komposisi tubuh.

Kecukupan protein harus memenuhi 12-14% dari pemasukan energi. Bila

pemasukan energi tidak adekuat maka protein akan digunakan sebagai

sumber enegi, dan ini akan mengakibatkan malnutrisi. Makanan sumber

protein hewani biologis lebih tinggi dibandingkan sumber protein nabati,

karena komposisi asam amino esensial yang lebih baik dari segi kualitas dan

kuantitas. Contoh sumber protein adalah daging merah (sapi, kerbau,

kambing), daging putih (ayam, ikan), susu dan hasil olahannya, kedelai dan

hasil olahan kacang-kacangan (Aryani, 2010:21).

c. Mineral

Kebutuhan mineral terutama kalsium, zinc, dan zat besi juga

meningkatkan pada masa remaja. Kalsium penting untuk kesehatan tulang,

sumber lainnya adalah ikan, kacang-kacangan dan sayuran (Aryani, 2010:

21).

Karena ekspansi volume darah untuk mempertahankan produksi

hemoglobin selama pertumbuhan, maka kebutuhan akan zat gizi pada remaja

juga meningkat. Untuk menganti kehilangan zat besi selama mesntruasi,

remaja perempuan lebih banyak membutuhkan zat besi dibandingkan remaja

laki-laki. Penyerapan zat besi dapat ditingkatkan oleh vitamin C, dan

sebaliknya dihambat oleh kopi, teh, makanan tinggi serat, suplemen kalsium,
dan produk susu. Makanan yang banyak mengandung zat besi adalah hati,

daging merah, daging putih, kacang-kacangan dan sayuran hijau (Aryani,

2010;22).

Zinc dibutuhkan untuk pertumbuhan serta kematangan seksual remaja,

terutama bagi remaja laki-laki. Defisiensi zinc dapat menimbulkan resiko

retardasi mental dan hipogonadisme (Aryani, 2010:22).

d. Vitamin

Kebutuhan vitamin tiamin (thiamin), riboflavin, dan niasin (niacin) pada

remaja akan meningkat. Zat-zat tersebut diperlukan untuk membantu proses

metabolisme energi. Begitu juga dengan folat dan vitamin B12 yang penting

untuk sintesis DNA dan RNA. Tak kalah pentingnya adalah vitamin D yang

dibutuhkan untuk mendukung perrumbuhan otot. Vitamin A, C, dan E juga

dibutuhkan untuk pembentukan dan mendukung fungsi sel baru. (Aryani,

2010:23).

D. Tinjauan Umum Tentang Manajemen Asuhan Kebidanan

1. Pengertian manajemen kebidanan

Manajemen kebidanan adalah satu metode pendekatan pemecahan masalah

yang digunakan oleh bidan dalam proses pemecahan masalah dalam pemberian

pelayanan asuhan kebidanan, atau merupakan proses pemecahan masalah yang

digunakan oleh bidan serta merupakan metode yang terorganisir melalui

tindakan logika dalam memberi pelayanan.


2. Tahapan dalam manajemen kebidanan menurut Helen Varney

Proses manajemen kebidanan terdiri dari 7 langkah asuhan kebidanan yang

dimulai dengan pengumpulan data dasar yang diakhiri dengan evaluasi. Tahapan

dalam proses manajemen asuhan kebidanan ada 7 langkah yaitu :

a. Pengkajian dalam pengumpulan data dasar yang lengkap untuk menilai

keadaan klien. Yang termasuk data dasar adalah riwayat kesehatan klien,

pemeriksaan fisik, dan catatan riwayat kesehatan yang lalu dan sekarang,

pemeriksaan laboratorium. Semua data tersebut di atas harus memberikan

informasi yang saling berhubungan dari semua sumber dan menggambarkan

kondisi ibu yang sebenarnya.

b. Identifikasi diagnose/masalah actual.

Menginterprestasikan data secara spesifik mengenai diagnose dan masalah.

Kata diagnose dan masalah selalu digunakan namun keduanya mempunyai

pengertian yang berbeda. Masalah lebih sering berhubungan dengan apa

yang dialami oleh seseorang, menguraikan suatu kenyataan yang ia rasakan

sebagai suatu masalah. Sedangkan diagnose lebih sering diidentifikasi oleh

bidan yang berfokus pada apa yang dialami oleh klien.

c. Antisipasi diagnosa/masalah potensial

Dari kumpulan masalah dan diagnosa, identifakasi faktor-faktor potensial

yang memerlukan antisipasi segera tindakan pencegahan jika

memungkinkan atau waspada sambil menunggu dan mempersiapkan

pelayanan untuk segala sesuatu yang mungkin terjadi.


d. Evaluasi perlunya tindakan segera/kolaborasi

Proses manajemen kebidanan dilakukan secara terus menerus selama klien

dalam perawatan bidan. Proses terus menerus ini menghasilkan data baru

segera dinilai. Data yang muncul dapat menggambarkan suatu keadaan

darurat dimana bidan harus segera bertindak untuk menyelamatkan klien.

e. Rencana asuhan kebidanan

Rencana tindakan konfrehensif bukan hanya meliputi kondisi klien serta

hubungannya dengan masalah yang dialami klien akan tetapi meliputi

antisipasi dengan bimbingan terhadap klien, serta konseling, bila perlu

mengenai ekonomi, agama, budaya, atau masalah psikologis. Rencana

tindakan harus disetujui klien, oleh sebab itu harus didiskusikan dengan

klien. Semua tindakan yang diambil harus berdasarkan rasional yang

relevan dan diakui kebenarannya serta situasi dan kondisi tindakan harus

dianalisa secara teoritis.

f. Pelaksanaan asuhan kebidanan (Implementasi)

Pelaksanaan rencana asuhan kebidanan (Implementasi) dilaksanakan oleh

bidan dan sebagian dilaksanakan oleh ibu sendiri, dan anggota tim

kesehatan lainnya berdasarkan rencana yang ditetapkan.

g. Evaluasi asuhan kebidanan

Langkah akhir kebidanan adalah evaluasi, namun sebenarnya evaluasi ini

dilakukan pada setiap langkah kebidanan. Pada tahap evaluasi bidan harus

mengetahui sejauh mana keberhasilan asuhan kebidanan yang diberikan

kepada klien. (Varney, 2019:1958).


3. Pendokumentasian asuhan kebidanan (SOAP)

a. Data subjektif

Data atau fakta yang merupakan informasi termasuk biodata mencakup

nama, umur, pekerjaan,status perkawinan, pendidikan serta keluhankeluhan

yang diperoleh dari hasil wawancara langsung pada klien atau keluarga dan

tenaga kesehatan lainnya.

b. Data Objektif

Data yang diperoleh dari hasil pemeriksaan fisik mencakup inspeksi, palpasi,

auskultasi, perkusi, serta pemeriksaan penunjang seperti pemeriksaan

laboratorium.

c. Assesmen/Diagnosa

Merupakan keputusan yang ditegakkan dari hasil perumusan masalah yang

mencakup kondisi tersebut. Penegakan diagnose kebidanan dijadikan

sebagai dasar tindakan dalam upaya menanggulangi ancaman keselamatan

ibu.

d. Planning/Perencanaan

Rencana kegiatan mencakup langkah-langkah yang akan dilakukan oleh

bidan dalam melakukan intervensi untuk mencegah masalah pasien/klien.

(Wahyuningsih, 2018:267).

E. Teori Evidence Based Midwifery (EBM)

1. Pengertian

Evidence based artinya berdasarkan bukti. Artinya tidak lagi berdasarkan

pengalaman atau kebiasaaan semata.


Evidence based midwifery adalah pemberian informasi kebidanan

berdasarkan bukti dari penelitian yang bisa dipertanggung jawabkan (Gray,

1997).

Praktik kebidanan sekarang lebih didasarkan pada bukti ilmiah hasil

penelitian dan pengalaman praktik dari para praktisi dari seluruh penjuru dunia.

Rutinitas yang tidak terbukti manfaatnya kini tidak dianjurkan lagi (Jayanti,

2020).

2. Manfaaat Evidence based Midwifery dalam Praktik Kebidanan

Dengan pelaksanaan praktik asuhan kebidanan yang berdasarkan evidence

based tersebut tentu saja bermanfaat membantu mengurangi angka kematian ibu

hamil dan risiko-risiko yang dialami selama persalinan bagi ibu dan bayi serta

bermanfaat juga untuk memperbaiki keadaan kesehatan masyarakat.

3. Kategori Evidence Based Menurut World Health Organization (2017)

Menurut WHO, Evidence based terbagi sebagai berikut:

a. Evidenve-based Medicine adalah pemberian informasi obat-obatan

berdasarkan bukti dari penelitian yang bisa dipertanggungjawabkan. Temuan

obat baru yang dapat saja segera ditarik dan peredaran hanya dalam waktu

beberapa bulan setelah obat tersebut dipasarkan, karena di populasi terbukti

memberikan efek samping yang berat pada sebagian penggunanya.

b. Evidence-based Policy adalah satu sistem peningkatan mutu pelayanan

kesehatan dan kedokteran (Clinical Governance): suatu tantangan profesi

kesehatan dan kedokteran di masa mendatang.

c. Evidence based Midwifery adalah pemberian informasi kebidanan

berdasarkan bukti dari penelitian yang bisa dipertanggungjawabkan.


d. Evidence based report adalah mgmpakan bentuk penulisan laporan kasus

yang baru berkembang, memperlihatkan bagaimana hasil penelitian dapat

diterapkan pada semua tahapan penatalaksanaan pasien.

4. Sumber Evidence Based

Sumber EBM dapat diperoleh melalui bukti publikasi jurnal dari internet

maupun berlangganan baik hardcopy seperti majalah, bulletin, atau CD. Situs

internet yang ada dapat diakses, ada yang harus dibayar namun banyak pula

yang public domain


DAFTAR PUSTAKA

Astuti, H., Wiyono, J., & Candrawati, E. (2018). Hubungan Perilaku Vaginal Hygiene
Dengan Kejadian Keputihan Pada Mahasiswi Di Asrama putri PSIK Unitri
Malang. Nursing News, 1, 358–368.

Arfiputri, D. S., Hidayati, A. N., Handayani, S., & Ervianti, E. (2018). Risk factors of
vulvovaginal candidiasis in dermato-venereology outpatients clinic of soetomo
general hospital, Surabaya, Indonesia. African Journal of Infectious Diseases,
12(Special Issue 1), 90–94. https://doi.org/10.2101/Ajid.12v1S.13

Badan Pusat Statistik dan Macro Internasional. 2015. Survei Kesehatan Reproduksi
Remaja Indonesia 2015. Jakarta.

Chirenje, Z. M., Dhibi, N., Handsfield, H. H., Gonese, E., Tippett Barr, B., Gwanzura,
L., Latif, A. S., Maseko, D. V., Kularatne, R. S., Tshimanga, M., Kilmarx, P. H.,
Machiha, A., Mugurungi, O., & Rietmeijer, C. A. (2018). The Etiology of Vaginal
Discharge Syndrome in Zimbabwe. Sexually Transmitted Diseases, 45(6), 422–
428. https://doi.org/10.1097/olq.0000000000000771

Kumalasari I dan Andhyantoro I. 2018. Kesehatan Reproduksi. Jakarta: Salemba


Medika.

Kusmiran E. 2013. Kesehatan Reproduksi Remaja dan Wanita. Jakarta: Salemba


Medika.

Oriza, N., & Yulianty, R. (2018). Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Keputihan
Pada Remaja Putri di SMA Darussalam Medan. Jurnal Bidan Komunitas, 1(3),
142. https://doi.org/10.33085/jbk.v1i3.3954

Rahmah NF. 2017. Hubungan Pengetahuan dan Perilaku Personal Kebersihan Genital
Terhadap Kejadian Keputihan pada Santriwati SMAS/MAdi PPM Rahmatul Asri
Enrekang Tahun 2017. Skripsi. Makassar: Universitas Has

Shah, S. K., Shrestha, S., Maharjan, P. L., Karki, K., Upadhayay, A., Subedi, S., &
Gurung, M. (2019). Knowledge and practice of genital health and hygiene among
adolescent girls of Lalitpur Metropolitan city, Nepal. American Journal of Public
Health Research, 7(4), 151–156. https://doi.org/10.12691/ajphr-7-4-4

Tristanti I. Hubungan Perilaku Personal Hygiene Genital dengan Kejadian Keputihan


Pada Siswi Madrasah Aliyah Muhammadiyah Kudus. JIKK. Vol. 7 No. 1 Januari
2016 : 8 – 15.

Ramayanti A. 2017. Hubungan Personal Hygiene dengan Kejadian Keputihan pada


Remaja Putri di SMA Muhammadiyah 5 Yogyakarta. Naskah Publikasi.
Yogyakarta: Universitas Aisyiyah.
Simanjuntak. V, 2015. Hubungan Pengetahuan dan Sikap Personal Hygiene Remaja
Putri dengan Pencegahan Keputihan di SMA Sutomo 2 Medan Tahun 2015.
Universitas Sumatera Utara.

Manuaba, Ida Ayu Chandranita. 2015. Memahami Kesehatan Reproduksi Wanita Ed 4.


Jakarta: EGC

Katharini, dkk. 2017. Kesehatan Reproduksi Wanita. Jakarta; Trans Info Media

Anda mungkin juga menyukai