Dosen Pengampu :
NURMISIH, S.Pd., M.Kes
Disusun Oleh :
MARTATIANI
NIM: PO71242230221
1. Pengertian
Keputihan dikalangan medis dikenal dengan istilah leukore atau fluor albus,
yaitu keluarnya cairan dari vagina (Ababa, 2003). Leukore adalah semua
pengeluaran cairan dari alat genetalia yang bukan darah tetapi merupakan
pada genetalia wanita dan disebabkan oleh organisme seperti ragi yaitu candida
pada masa menjelang dan sesudah menstruasi, pada sekitar fase sekresi antara
Keputihan abnormal dapat terjadi pada semua alat genitalia (infeksi bibir
kemaluan, liang senggama, mulut rahim, rahim dan jaringan penyangga, dan
patologis. Gejala keputihan karena faktor fisiologis antara lain : a). Cairan dari
vagina berwarna kuning; b). Tidak berwarna, tidak berbau, tidak gatal; c).
Jumlah cairan bisa sedikit, bisa cukup banyak Gejala keputihan karena faktor
patologis antara lain : a). Cairan dari vagina keruh dan kental; b). Warna
kekuningan, keabu-abuan, atau kehijauan; c). Berbau busuk, amis, dan terasa
2. Penyebab Keputihan
sehingga penyebab yang pasti perlu ditetapkan. Oleh karena itu untuk
yang keluar dari alat genitalia tersebut. Pemeriksaan terhadap keputihan meliputi
preparat KOH (infeksi jamur), kultur atau pembiakan (menentukan jenias bakteri
penyebab), dan pap smear (untuk menentukan adanya sel ganas) (Manuaba,
2015).
Menurut Ababa (2003), penyebab paling sering dari keputihan tidak normal
adalah infeksi. Organ genitalia pada perempuan yang dapat terkena infeksi
adalah vulva, vagina, leher rahim, dan rongga rahim. Infeksi ini dapat
disebabkan oleh:
a. Bakteri (kuman)
yang paling sering ditemukan yaitu gonore. Pada laki-laki penyakit ini
keputihan.
tidak begitu banyak dan lebih encer bila dibandingkan dengan penyakit
gonore.
3) Gardnerella vaginalis Keputihan yang timbul oleh bakteri ini berwarna
putih keruh keabu-abuan, agak lengket dan berbau amis seperti ikan,
b. Jamur Candida
vagina. Bila jamur candida di vagina terdapat dalam jumlah banyak dapat
yang keluar biasanya kental, berwarna putih susu, dan bergumpal seperti
kepala susu atau susu pecah, disertai rasa gatal yang hebat, tidak berbau dan
berbau asam. Daerah vulva (bibir genitalia) dan vagina meradang disertai
dilahirkan melalui saluran vagina pun akan tertular. Penularan terjadi karena
jamur tersebut akan tertelan dan masuk kedalam usus. Dalam rongga mulut,
jamur tersebut dapat menyebabkan sariawan yang serius jika tidak diberi
pengobatan. Pada suatu saat jamur yang tertelan tadi akan menyebar ke
organ lain, termasuk ke alat kelamin dan menimbulkan keputihan pada bayi
perempuan.
c. Parasit
Infeksi akut akibat parasit ini menyebabkan keputihan yang ditandai oleh
menyerupai air sabun, dan baunya tidak enak. Meskipun dibilas dengan air,
cairan ini tetap keluar. Keputihan akibat parasit ini tidak begitu gatal, namun
vagina tampak merah, nyeri bila ditekan, dan pedih bila kencing. Kadang–
keputihan sangat banyak, dapat timbul iritasi di lipat paha dan sekitar bibir
genitalia. Pada infeksi yang telah menjadi kronis, cairan yang keluar
biasanya telah berkurang dan warnanya menjadi abu–abu atau hijau muda
sampai kuning. Parasit lain yang juga menyebabkan keputihan adalah cacing
kremi. Cacing ini biasanya menyerang anak perempuan umur 2–8 tahun.
Infeksi terjadi akibat sering bermain di tanah, atau penjalaran cacing dari
lubang dubur ke alat genital. Keputihan akibat cacing kremi dasertai rasa
luka.
d. Virus
Simplex (VHS) tipe 2 dan Human Papilloma Virus (HPV). Infeksi HPV
pendamping.
Keluhan yang timbul pada infeksi VHS tipe 2 berupa rasa terbakar,
nyeri, atau rasa kesemutan pada tempat masuknya virus tersebut. Pada
tukak yang basah. Kelenjar limfe setempat teraba membesar dan nyeri. Pada
kelelahan.
berlebihan. Pada anak–anak, benda asing dalam vagina berupa biji– bijian
atau kotoran yang berasal dari tanah. Pada perempuan dewasa benda asing
dapat berupa tampon, kondom yang tertinggal didalam akibat lepas saat
organ kandungan (prolaps uteri), atau adanya IUD pada perempuan yang
ber-KB spiral.
Cairan yang keluar mula–mula jernih dan tidak berbau. Tetapi jika
terjadi luka dan infeksi dengan jasad renik normal yang biasanya hidup di
infeksinya.
sering menyebabkan keluarnya cairan encer, jernih, dan tidak berbau. Pada
kanker rahim atau kanker serviks (leher rahim), cairan yang keluar bisa
yang panas, peranakan turun (prolaps uteri), dan dorongan seks tidak
terpuaskan dapat juga menimbulkan keputihan. Keputiohan juga
terhadap invasi bakteri. Dengan demikian tidak mudah terkena infeksi. Hal–
hal diatas dapat terjadi karena dalam sel epitel vagina yang menebal banyak
memang bersifat asam, yaitu sekitar 3,5–4,5. Keluarnya mucus servix (lendir
leher rahim) sehingga vagina tidak terasa kering juga dipengaruhi oleh
stimulasi estrogen. Hormon estrogen yang dihasilkan oleh indung telur akan
suasana asam sehingga vagina dan uretra mudah terinfeksi dan sering timbul
gatal. Akibat rasa gatal di vagina, maka garukan yang sering dilakukan
dibuangnya kedua ovarium (indung telur) akibat kista atau kanker, atau
karena radiasi (penyinaran) indung telur yang terserang kanker. Pada masa
e. Fistel di vagina
dengan kandung kemih atau usus, bisa terjadi akibat cacat bawaan, cedera
feses atau air kemih. Biasanya mudah dikenali karena bau dan warnanya
3. Pencegahan Keputihan
Menurut Army (2007), beberapa hal yang dapat dilakukan dalam mencegah
1) Mencuci bagian vulva (bagian luar vagina) setiap hari dan menjaga agar
dan lembab;
hal itu
dapat mengganggu pH cairan kewanitaan dan dapat merangsang
5) Setelah buang air besar, bersihkan dengan air dan keringkan dari arah
vagina;
6) Menjaga kuku tetap bersih dan pendek. Kuku dapat terinfeksi Candida
dibawah kuku tersebut dapat menular ke vagina saat mandi atau cebok.
selesai renang karena jamur lebih senang pada lingkungan yang basah
dan lembab;
2) Mengendalikan stres;
serangan infeksi;
4) Mengkonsumsi diet yang tinggi protein. Mengurangi makanan tinggi
yang merugikan;
habis sesuai dengan yang diresepkan agar bakteri tidak kebal dan
celana dalam harus yang pas sehingga pembalut tidak bergeser dari
belakang ke depan.
celana yang berlapis–lapis atau celana yang terlalu tebal karena akan
menyebabkan kondisi lembab disekitar genitalia. Keadaan yang
Gambar 2.1
Mind Maping Keputihan
1. Pengertian
Dismenore atau nyeri haid merupakan salah satu keluhan ginekologi yang
paling umum pada perempuan muda yang datang ke klinik atau dokter. Hampir
semua perempuan mengalami rasa tidak nyaman selama haid, seperti rasa tidak
enak di perut bagian bawah dan biasanya juga disertai dengan mual, pusing,
bahkan pingsan. Dengan demikian istilah disminor hanya digunakan jika nyeri
atau beberapa hari. Istilah ini juga digunakan jika nyeri haid yang terjadi
Menstruasi seringkali muncul dengan berbagai jenis rasa nyeri. Nyeri yang
dirasakan setiap individu dapat berbeda antara satu dengan yang lainnya. Secara
(Greek).Kata tersebut berasal dari dys yang berarti sulit, nyeri abnormal, meno
yang berarti bulan dan rrhea yang berarti aliran atau arus. Disimpulkan bahwa
dysmenorrhea atau dismenore adalah aliran menstruasi yang sulit atau aliran
Nyeri haid merupakan suatu gejala dan bukan suatu penyakit. Istila
disminorea biasa dipakai untuk nyeri haid yang cukup berat. Dalam kondisi ini
nyeri haid yang disertai mual, muntah, diare, pusing, nyeri kepala, dan kadang-
kadang pinsan. Jika sudah demikian, penderita tidak boleh menganggap remeh
riwayat penyakit pada keluarga. Bisa jadi, kondisi nyeri tersebut dipicu oleh
dan PGF2a dalam endometrium dan darah wanita yang menderita dismenore
dengan kadar yang sangat tinggi. Efek mual, muntah, bahkan diare akan terjadi
2. Patofisiologi
indung telur menyebabkan lapisan sel rahim mulai berkembang dan menebal.
dalam indung telur untuk berkembang. Telur akan dilepaskan dari indung telur
menuju tuba falopi dan menuju uterus. Telur yang tidak dibuahi oleh sperma
menstruasi. Pada saat masa subur terjadi peningkatan dan penurunan hormon.
folikel sel telur). Pada masa pertengahan fase folikuler, kadar FSH (Follicle
2018).
kapiler kulit, dapat berubah warna kemerahan atau sensasi panas). Jelasla bahwa
4. Klasifikasi
a. Dismenore Primer
saat menstruasi tanpa terdapat gangguan fisik atau penyakit lain. Nyeri
primer adalah nyeri pada saat menstruasi yang timbul tanpa ditemukan
keluhan mual, muntah, nyeri kepala, atau diare yang diduga timbul karena
banyak dialami oleh remaja tanpa kelainan pada alat genital. Menyatakan
bersifat tajam, tumpul, siklik, atau menetap, dapat berlangsung dalam beberapa
jam sampai 1 hari. Kadang-kadang, gejala-gejala tersebut dapat lebih lama dari 1
hari tapi jarang melebihi 72 jam. Dismenore mungkin disertai oleh berbagai
nyeri punggung, sakit kepala, bahkan pingsan. Seetenga dari wanita yang
mengalami masa haid ini amat menderita ketika mengalami masa hait ini amat
hilang timbul dan terjadi terus-menerus yang terasa pada perut bagian bawah.
Nyeri yang dirasakan akan terjadi sebelum dan selama menstruasi. Gejala klinis
dismenore adalah nyeri paha, nyeri punggung, muntah, dan mudah tersinggung.
6. Faktor-faktor yang mempengaruhi Dismenore
c. Kegemukan.
h. Endometriosis
i. Andenomyosis
1. Pengertian
Anemia adalah suatu keadaan dimaana kadar hemoglobin dan eritrosit lebih
rendah dari normal. Pada pria, hemoglobin normal adalah 14-18 gr% dan
kebutuhan besi terutama disebabkan kehilangan zat besi selama haid. Selain itu
remaja putri lebih memperhatikan perubahan ukuran tubuh dan penampilan
dianggap sebagai makanan yang mengandung lemak tinggi dan dapat memicu
akan merasa letih dan lelah, sehingga tidak dapat melakukan aktivitas secara
didalamnya kehilangan darah yang berlebih, kerusakan sel darah merah atau
penurunan produksi sel merah. Diagnosa yang dibutuhkan dalam menilai kriteria
dibedakan berdasarkan usia dan jenis kelamin serta berbeda pula pada tiap
2. Patofisiologi Anemia
tulang dapt terjadi akibat kekurangan nutrisi, pajanan toksik, inuasi tumor, atau
kebanyakan akibat penyebab yang tidak diketahui. Sel darah merah dapat hilang
melalui perdarahan atau hemolisis (destruksi) pada kasus yang disebut terakhir,
masalah dapat akibat efek sel darah merah yang tidak sesuai dengan ketahanan
sel darah merah normal atau akibat beberapa factor diluar sel darah merah yang
Secara umum penyebab anemia terdiri atas dua faktor yakni faktor zat gizi
dan non zat gizi. Penyebab anemia lainnya berdasarkan faktor zat gizi antara lain
defisiensi protein, asam folat, vitamin B12, vitamin A, tembaga, selenium, dan
lainnya. Sedangkan penyebab anemia berdasarkan faktor non zat gizi antara lain:
malabsorbsi akibat diare , peningkatan kebutuhan zat besi yang terjadi selama
masa bayi, remaja, ibu hamil dan menyusui dan peningkatan eskresi karena
kebutuhan remaja putri terhadap zat gizi mikro, terutama zat besi, digunakan
untuk penggantian zat besi yang hilang.status gizi yang baik selama masa
menyiapkan remaja putri menjadi calon ibu yang baik (Dieny, 2014:51).
Menstruasi atau haid adalah perdarahan secara periodik dan siklik dari
Remaja putri lebih banyak memerlukan zat besi untuk mengganti zat
besi yang hilang saat haid. Beberapa penelitian telah membuktikan bahwa
jumlah darah yang hilang selama satu periode haid berkisar 20-25 cc, makah
mg/hari dan bila ditambah dengan kehilangan basal jumlah total zat besi
yang hilang sebesar 1,25mg/hari. Apabila darah yang keluar selama haid
Penyebab utama anemia besi adalah inadekuat asupan zat besi yang
Malabsorpsi zat besi yang dialami remaja pada saluran cerna akibat
terjadi karena gejala yang ditimbulkan seperti muntah dan diare serta
4. Dampak Anemia
a. Wanita
3) Menurunkan kebugaran.
b. Remaja putri
Tanda yang terlihat pada penderita anemia antara lain: wajah terlihat pucat,
kelopak mata, bibir, lidah, kulit dan telapak tangan menjadi pucat, terlihat
gelisah, irama jantung cepat (tachcardia) dan nafsu makan berkurang. Gejala
umum anemia timbul karena iskemia organ target serta akibat mekanisme
setiap kasus anemia setelah penurunan hemoglobin sampai kadar tertentu (Hb <
Gejala yang umum dialami oleh penderita anemia antara lain (Dieny,
2014:52).
Kebutuhan zat gizi pada remaja lebih tinggi dari pada usia anak. Kebutuhan
gizi pada remaja perempuan dan laki-laki akan jelas berbeda. Hal ini disebabkan
tubuh, mineralisasi tulang, dan perubahan aktivitas fisik. Kebutuhan nutrisi yang
meningkat pada masa remaja adalah energi, protein, kalsium, besi, dan zinc
(Aryani, 2010:21)
a. Energi
Kebutuhan energi pada individu remaja yang sedang tumbuh sulit untuk
ditentukan secara tepat. Sumber energi terutama diperoleh dari makanan yang
mengandung karbohidrat seperti beras, terigu dan hasil olahannya, umbi-
b. Protein
protein lebih besar pada remaja laki-laki, karena perbedaan komposisi tubuh.
karena komposisi asam amino esensial yang lebih baik dari segi kualitas dan
kambing), daging putih (ayam, ikan), susu dan hasil olahannya, kedelai dan
c. Mineral
21).
hemoglobin selama pertumbuhan, maka kebutuhan akan zat gizi pada remaja
sebaliknya dihambat oleh kopi, teh, makanan tinggi serat, suplemen kalsium,
dan produk susu. Makanan yang banyak mengandung zat besi adalah hati,
2010;22).
d. Vitamin
metabolisme energi. Begitu juga dengan folat dan vitamin B12 yang penting
untuk sintesis DNA dan RNA. Tak kalah pentingnya adalah vitamin D yang
2010:23).
yang digunakan oleh bidan dalam proses pemecahan masalah dalam pemberian
dimulai dengan pengumpulan data dasar yang diakhiri dengan evaluasi. Tahapan
keadaan klien. Yang termasuk data dasar adalah riwayat kesehatan klien,
pemeriksaan fisik, dan catatan riwayat kesehatan yang lalu dan sekarang,
dalam perawatan bidan. Proses terus menerus ini menghasilkan data baru
tindakan harus disetujui klien, oleh sebab itu harus didiskusikan dengan
relevan dan diakui kebenarannya serta situasi dan kondisi tindakan harus
bidan dan sebagian dilaksanakan oleh ibu sendiri, dan anggota tim
dilakukan pada setiap langkah kebidanan. Pada tahap evaluasi bidan harus
a. Data subjektif
yang diperoleh dari hasil wawancara langsung pada klien atau keluarga dan
b. Data Objektif
Data yang diperoleh dari hasil pemeriksaan fisik mencakup inspeksi, palpasi,
laboratorium.
c. Assesmen/Diagnosa
ibu.
d. Planning/Perencanaan
(Wahyuningsih, 2018:267).
1. Pengertian
1997).
penelitian dan pengalaman praktik dari para praktisi dari seluruh penjuru dunia.
Rutinitas yang tidak terbukti manfaatnya kini tidak dianjurkan lagi (Jayanti,
2020).
based tersebut tentu saja bermanfaat membantu mengurangi angka kematian ibu
hamil dan risiko-risiko yang dialami selama persalinan bagi ibu dan bayi serta
obat baru yang dapat saja segera ditarik dan peredaran hanya dalam waktu
Sumber EBM dapat diperoleh melalui bukti publikasi jurnal dari internet
maupun berlangganan baik hardcopy seperti majalah, bulletin, atau CD. Situs
internet yang ada dapat diakses, ada yang harus dibayar namun banyak pula
Astuti, H., Wiyono, J., & Candrawati, E. (2018). Hubungan Perilaku Vaginal Hygiene
Dengan Kejadian Keputihan Pada Mahasiswi Di Asrama putri PSIK Unitri
Malang. Nursing News, 1, 358–368.
Arfiputri, D. S., Hidayati, A. N., Handayani, S., & Ervianti, E. (2018). Risk factors of
vulvovaginal candidiasis in dermato-venereology outpatients clinic of soetomo
general hospital, Surabaya, Indonesia. African Journal of Infectious Diseases,
12(Special Issue 1), 90–94. https://doi.org/10.2101/Ajid.12v1S.13
Badan Pusat Statistik dan Macro Internasional. 2015. Survei Kesehatan Reproduksi
Remaja Indonesia 2015. Jakarta.
Chirenje, Z. M., Dhibi, N., Handsfield, H. H., Gonese, E., Tippett Barr, B., Gwanzura,
L., Latif, A. S., Maseko, D. V., Kularatne, R. S., Tshimanga, M., Kilmarx, P. H.,
Machiha, A., Mugurungi, O., & Rietmeijer, C. A. (2018). The Etiology of Vaginal
Discharge Syndrome in Zimbabwe. Sexually Transmitted Diseases, 45(6), 422–
428. https://doi.org/10.1097/olq.0000000000000771
Oriza, N., & Yulianty, R. (2018). Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Keputihan
Pada Remaja Putri di SMA Darussalam Medan. Jurnal Bidan Komunitas, 1(3),
142. https://doi.org/10.33085/jbk.v1i3.3954
Rahmah NF. 2017. Hubungan Pengetahuan dan Perilaku Personal Kebersihan Genital
Terhadap Kejadian Keputihan pada Santriwati SMAS/MAdi PPM Rahmatul Asri
Enrekang Tahun 2017. Skripsi. Makassar: Universitas Has
Shah, S. K., Shrestha, S., Maharjan, P. L., Karki, K., Upadhayay, A., Subedi, S., &
Gurung, M. (2019). Knowledge and practice of genital health and hygiene among
adolescent girls of Lalitpur Metropolitan city, Nepal. American Journal of Public
Health Research, 7(4), 151–156. https://doi.org/10.12691/ajphr-7-4-4
Katharini, dkk. 2017. Kesehatan Reproduksi Wanita. Jakarta; Trans Info Media