Anda di halaman 1dari 2

Pengertian Filsafat, Urgensi Mempelajari Filsafat, Pengenalan Awal Pada

Filsafat.
Aryandika Firmansyah (12130112627)
Apakah filsafat itu? Apa definisinya? Demikianlah pertanyaan pertama yang kita hadapi
tatkala akan mempelajari ilmu filsafat. Istilah "filsafat" dapat ditinjau dari dua segi, yakni: · Segi
semantik: perkataan filsafat berasal dari bahasa Arab 'falsafah', yang berasal dari bahasa Yunani,
'philosophia', yang berarti 'philos' = cinta, suka (loving), dan 'sophia' = pengetahuan,
hikmah(wisdom). Jadi 'philosophia' berarti cinta kepada kebijaksanaan atau cinta kepada
kebenaran. Filsafat adalah pandangan hidup seseorang atau sekelompok orang yang merupakan
konsep dasar mengenai kehidupan yang dicita-citakan. Filsafat juga dapat diartikan sebagai suatu
sikap seseorang yang sadar dan dewasa dalam memikirkan segala sesuatu secara mendalam dan
ingin melihat dari segi yang luas dan menyeluruh dengan segala hubungan.
Pertanyaan kefilsafatan memerlukan jawaban yang hakiki, dan setelah mendapatkan
jawaban, apabila meragukan maka jawaban itu akan dipertanyakan kembali untuk mendapatkan
jawaban yang lebih mendalam (hakiki). Dengan demikian pertanyaan filsuf tidaklah
sembarangan. Oleh karena itu pertanyaan seperti apa rasa gula tidak akan melahirkan filsafat,
sebab hal itu bisa dijawab dengan mudah oleh lidah atau berapa tahun durian dapat berbuah juga
tidak melahirkan filsafat, karena dapat dijawab oleh sains dengan melalui riset (penelitian).
Contoh pertanyaan kefilsafatan adalah seperti diutarakan oleh Thales, “apakah bahan alam
semesta ini?”. Pertanyaan ini tidak dapat dijawab dengan sembarangan, karena yang
dipertanyakan adalah masalah esensi atau hakikat alam semesta. Jadi perlu pemikiran dan
penyelidikan yang mendalam (radikal). Pancaindera jelas tidak mampu menjawab pertanyaan
tersebut, sebab pancaindera hanya sekedar menyaksikan benda alam yang ada secara lahiriyah.
Sains juga tidak sanggup menjawab, karena hanya menyelidiki secara empiris benda yang ada.
Tetapi filsafat mampu mengungkapkan jawaban yang lumayan dapat memuaskan. Seperti jawab
an dari Thales sendiri bahwa bahan alam semesta adalah air, dengan alasan bahwa air itu dapat
berubah menjadi berbagai wujud. Jika air dimasukkan ke dalam ember maka dia akan
membentuk seperti ember, dst. Selain itu air amat dibutuhkan dalam kehidupan, bahkan bumi ini
menurutnya terapung di atas air.
Pra Socrates Pada masa awal ini sering di sebut dengan filsafat alam. Penyebutan
tersebut didasarkan pada munculnya banyak pemikir/filosof yang memfokuskan pemikirannya
pada apa yang diamati di sekitarnya, yakni alam semesta. Mereka memikirkan alam- mencari
unsur induk yang dianggap asal dari segala sesuatu. Pandangan para filosof ini melahirkan
monisme, yaitu aliran yang menyatakan bahwa hanya ada satu kenyataan fundamental.
Kenyataan tersebut dapat berupa jiwa, materi, Tuhan atau substansi lainnya yang tidak dapat di
ketahui. Zaman Keemasan Jika pada masa Pra Socrates para pemikir masih berkutat pada
wilayah kemenjadian, maka pada masa keemasan sudah masuk pada pemikiran dan keutamaan
moral. Pada masa keemasan kajian sudah mengarah kepada manusia sebagai objek pemikiran.
Pada masa ini juga sudah mulai berkembang dialektis- kritis untuk menunjukkan kebenaran.

Filsafat abad pertengahan sering disebut filsafat scholastic, karena sekolah-sekolah  yang


ada sudah mengajarkan hasil dari pemikiran filsafat . Pada abad ini perkembangan filsafat sangat
di pengaruhi oleh agama, sehingga pokus kajiannya lebih banyak membahas dan
membicarakan Theocentris (Tuhan).

Filsafat modern, Istilah modern itu sendiri tidak jelas apa maksudnya. Lazimnya, istilah
modern menampilkan kesombongan dan arogan, bahkan menampik buah pikiran yang telah lahir
sebelumya disebut juga sebagai suatu pemberontakan yang sedikit dilebih-lebihkan. Sehingga
pemikiran filsafat modern lebih cendrung membicarakan hal-hal antroposentris artinya
mebicarakan apa yang ada dalam dirinya.
Pada masa ini (filsafat masa kontemporer) pembicaraan filsafat lebih banyak mebahas
dan membicrakan maslah logocentris (kata/kalimat), inipun terjadi pada filosof-filosuf eropa,
lain halnya dengan di Amerika lebih bersifat Pragmatis, artinya mereka akan mengambilnya jika
filsafat itu menguntungkan bagi mereka.

Anda mungkin juga menyukai