Anda di halaman 1dari 17

KAITAN FILSAFAT DAN FILSAFAT ILMU Apakah Pengertian Filsafat Itu?

Barang siapa menelusuri pengertian filsafat akan memperoleh jumlah pengertian filsafat yang banyak dan berbeda antara pengertian filsafat yang satu dan lainnya. Kondisi tersebut, seolah tidak terjadi permufakatan terhadap jawaban apakah filsafat itu. Bahkan tampak filsafat mengarah pada hasil manusia kritis terhadap fenomena alam dan hasil pemikirannya, termasuk diri sendiri. Sehingga terpikir untuk balik bertanya, apakah filsafat merupakan pembelajaran untuk memahami pendapat yang berbeda? Apakah mempelajari filsafat merupakan pemahaman mengenai proses perenungan dan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang analisis (lebih kritis) dan sintesis (spakulatif)? Kondisi tersebut, mungkin saja bagi pemula yang mempelajari filsafat merasa suatu kendala. Menurut Kattsoff. LO. (2004:66): Tidak banyak keuntungan yang diperoleh dari membuat daftar pengertian filsafat. Kecuali pengertian berikutnya memberikan kejelasan sebagai sudut pandang yang lain. Namun, cara menjawab atas pertanyaan apakah filsafat itu. Ternyata ada tiga tafsiran, yaitu subyektif, operasional dan obyektif. Tafsiran subyektif merujuk pada apakah pandangan orang mengenai filsafat. Tentu setiap orang berhak membuat pengertian filsafat, baik langsung maupun dari hasil karyanya. Tafsiran operasional mengacu pada kegiatan yang dilakukan para filsuf. Tafsiran obyektif dengan mengacu pada lingkup lapangan penyelidikan filsafat (Kattsoff. LO. 2004).
PEMIKIRAN RASIONAL

Yunani ditengarai sebagai tempat lahir filsafat. Konon berawal dari perantau suku Ionia ke pulau Miletus di kepulauan Asia Kecil. Para perantau tersebut, khawatir eksistensinya terancam dengan munculnya peristiwa fenomena alam yang teramati acapkali mengundang masalah. Sementara bentuk penanggulangan masalah yang bergantung pada pendekatan mitos tidak memuaskan lagi. Seiring dengan itu, sikap mereka pun merasa belum puas dengan hanya berpikir mengenai fenomena alam yang teramati serta semesta alam dengan segala ketakjubannya. Sehingga berkembang pencarian bentuk penanggulangan lain. Upaya awal dengan berani bertanya tentang mengapa acapkali muncul masalah fenomena alam di dunia dan segala isinya itu? Bertanya tersebut dalam kerangka mencari penanggulangan masalah dengan konsekwensi mengundang jawaban yang berdasarkan pada akal. Karena itu, sikap perantau itu tidak lagi seperti orang Yunani yang ketika menghadapi masalah fenomena alam dengan menjawabnya berdasarkan pendekatan bergantung pada mitos, tapi mereka berdasarkan pada akal atau dengan cara berpikir tertentu. Pertumbuhan olah pikir itu, kemudian disebut filsafat. Filsafat (philosophy) dalam bahasa Yunani (kuno), yaitu gabungan kata philein atau philare dan sophia. Philein atau philare artinya cinta (love) sementara sophia artinya kebijaksanaan (wisdom), sehingga pengertian filsafat adalah cinta kebijaksanaan. Secara etomologi, cinta kebijaksanaan, terdiri atas kata cinta dan kebijaksanaan. Cinta mengandung makna sangat suka atau suka sekali terhadap sesuatu, sementara kata kebijaksanaan merupakan sintesis dari kebenaran, keadilan, kebaikan dan keindahan. Sehingga filsafat merupakan pemikiran yang sangat menyukai terhadap kebijaksanaan. Ia 1

jatuh cinta pada apa yang dikatakan orang dengan kebenaran, keadilan, kebaikan, keindahan dan sebagainya. Kemudian Ia memotivasi kemauannya melalui aksi/kegiatan pemahaman tentang kebenaran, keadilan, kebaikan dan keindahan atas segala yang ada dalam kehidupan manusia. Pikiran digunakannya untuk melakukan renungan dan penghayatan, sehingga yakin bahwa sintesis darinya adalah kebijaksanaan. Kebijaksanaan merupakan suatu konvergensi harmonis antara sudut-sudut pandang kebenaran, keadilan, kebaikan dan keindahan. Selain itu, pengertian filsafat adalah: (a) berpikir radikal/kritis (lawan dari apatis/ skeptis), (b) renungan tentang akar kenyataan, (c) induk dari ilmu-ilmu (the mother of sciences/science of sciences), (d) ideologi dan pandangan/sikap hidup (welt-anschauung), (e) asumsi dasar (basic assumption) ilmu yang paling dasar/dalam, (f) renungan dan penghayatan mengenai kebijaksanaan, dan (g) berpikir secara menyeluruh/ komprehensif. Filsafat merupakan proses berpikir, merenung dan menghayati mengenai segala sesuatu kenyataan/yang ada. Karena itu, filsafat diakui secara umum sebagai wahana yang mengawali titik tolak pembicaraan/pembahasan mengenai segala sesuatu yang ada di dunia (alam semesta) ini melalui olah-pikir secara rasional. Seiring hasrat manusia yang selalu ingin mengembangkan diri, maka wahana olah-pikir rasional digunakan manusia untuk bertanya dan mencari jawaban atas pertanyaannya tersebut. Manusia mengajukan pertanyaan terhadap realita. Alasan mengapa manusia bertanya-tanya? a. Ia mempunyai kepentingan untuk mengetahui pedoman/arah bagi kehidupannya, berhubung khawatir terombang-ambingkan berbagai kejadian yang dialami yang menjadi bingung dan cemas dalam hidupnya. b. Ia ingin memperluas cakrawala/horison pandangan dengan memahami kehidupan yang kemudian berguna untuk mengatur hidup dengan arah yang disadarinya sendiri atau tanpa intervensi orang lain. c. Ia berusaha untuk memperoleh pandangan/konsepsi tentang segala sesuatu yang ada dan makna dari segala sesuatu yang ada itu. d. Ia berspekulasi mencari dan menemukan jawaban yang hakiki untuk menanggulangi masalah delematis yang dihadapinya. e. Ia menghadapi masalah delematis antara hak individu yang berbeda mengenai pandangan hidupnya dengan hak bekerjasama dengan orang lain walaupun secara pandangan hidup individu berbeda. Filsafat diapresiasikan manusia, tidak sekedar pasif dengan naluriahnya, tetapi sadar mencari tahu alam semesta. Manusia berani bertanya lebih jauh tentang apakah yang diketahui itu? Apa sajakah yang mungkin diketahui itu? Bagaimanakah saling keterkaitan di antara pengetahuan itu? Jawaban dari pertanyaan tersebut, yang kemudian lahir apa yang disebut dengan pengetahuan dan selanjutnya ilmu. Sehingga usaha pemikiran manusia berikutnya mencari dan menemukan serta menciptakan alat untuk menelaah obyek keberadaan (benda). Fitrah manusia sebagai animal rational dan homo sapiens diapresiasikan dengan berpikir teliti dan teratur untuk memecahkan masalah umum/komprehensif hingga menemukan esensi dari yang dipikirkannya itu. Berfikir yang mengungkap tentang esensi sesuatu yang dibahas secara radikal (mengkritisi keakarnya), spekulatif dan komprehensif.. Berpikir filsafat bukan berpikir hanya tentang permukaan atas fakta

dan/atau ide (gagasan) belaka, tapi merupakan berpikir seni atau seni berpikir (the art of thinking), yaitu berpikir tentang akar esensi/hakekat yang ada di bawah fakta dan ide (gagasan) tersebut. Untuk memudahkannya, diilustrasikan dengan visualisasi/gambar sebagai berikut. Permukaan Bawah Permukaan Ide/Gagasan Kenyataan/Praktek Filsafat

GB 7.1.

Gambar: Pola Berpikir Filsafat Seiring perjalanan waktu cukup panjang, berpikir filsafat ada yang mengawalinya dengan memetik hasil-hasil studi ilmiah. Sehingga filsuf yang termashur, terdapat yang memulai dari karier ilmuwan. Di antaranya Descartes dan Leibnitz dari ahli matematika serta Immanuel Kant dari ahli fisika dan geografi. Pemikiran sistematis tentang obyek keberadaan benda-benda di alam semesta ini melahirkan apa yang belakangan disebut sebagai ilmu. Sedangkan prosesnya disebut prosedur ilmiah. Ilmu berkembang pesat dan melepas diri dari filsafat. Tercatatlah, matematika sebagai ilmu paling awal yang melepaskan diri dari filsafat. Urutan berikutnya astronomi, fisika, kimia, biologi, psikologi dan sebagainya. Pada era kontemporer, filsafat merupakan pendalaman lebih lanjut dari ilmu. Antara filsuf dengan ilmuwan atau antara filsafat dengan ilmu memiliki hubungan erat/ berkorelasi positif. Sehingga antara filsafat dan ilmu terdapat kesamaan dan perbedaan. Sementara tempat menggantungkan jawaban yang belum terjangkau oleh filsafat dan ilmu kepada agama dengan cara meyakininya.
PEMIKIRAN KOMPREHENSIVE

Sejak dahulu, filsafat sebagai wahana berpikir yang dasar/landasan/fundamen tentang segala sesuatu yang menyangkut lapangan kehidupan manusia. Filsafat membahas segala sesuatu melalui spektrum pengalaman manusia mengenai pandangan yang komprehensif tentang alam, dan mengenai penjelasan yang comprehensive/ universal tentang hakekat benda. Pada Sejarah Filsafat dicatat bahwa sepanjang pengalaman manusia memberikan jawaban atas problematik filsafat yang mendasar tentang alam semesta. Filsafat dihadapkan kepada problematik dasar yang abadi atau masalahnya sama dan itu-itu saja, tetapi tidak pernah terpecahkan tuntas. Akal dan pengalaman manusia tidak mampu menjawab masalah tersebut dengan satu kesepakatan (sama), tetapi berbeda. Bahkan jawaban tersebut bertentangan satu sama lain tergantung temperamen keyakinannya. Jawaban demikian itu merupakan suatu pilihan spekulatif. Sejalan dengan pilihan spekulatif tersebut, maka berkembang berbagai unsur dan/atau aliran filsafat. Permasalahan delematis yang tak berujung mengakibatkan perselisihan paham. Penanggulangan perselisihan dengan memperluas cakrawala pandangan, agar masingmasing dapat menempatkan diri dalam pandangan orang lain. Ia mengarifi dan bersikap toleran terhadap perbedaan pandangan. Dengan toleransi, maka segala fanatisme (negatif) dapat dijauhi. Fanatisme diakibatkan kurangnya horison pandangan yang luas. Usaha 3

menjauhkan fanatisme dan menyelesaikan perselisihan dengan cara menciptakan dasar koherensi pemikiran yang logis. Hal ini disebut juga kebenaran atau kebijaksanaan. Selain itu, perbedaan pendapat disebabkan masing-masing meragukan validitas argumentasi. Persoalan yang menyeluruh atau yang dilihat dari semua dimensi secara radikal dan spekulatif dapat dianggap sebagai kawasan yang tidak tersentuh kawasan ilmu, melainkan dapat ditarik ke dalam fokus filsafat. Bahkan terjadinya sengketa metodologik ilmiah diharapkan dapat berpaling kepada kawasan filsafat. Filsafat merupakan pemikiran rasional melalui perenungan/kontemplasi untuk menyusun bagan (system yang koheren dan konsisten) konsepsional yang rasional secara cermat, jelas dan benar mengenai realita dunia. Filsafat merupakan pemikiran comprehensive, yaitu tidak ada sesuatu pun di luar jangkauannya. Menerangkan dunia (fenomena) dengan deduksi secara benar. Filsafat adalah suatu pandangan dunia, yaitu memahami kenyataan dengan menyusun pandangan dunia dengan memberi keterangan tentang semua hal tentang dunia tersebut. Filsafat berusaha memperoleh penyelesaian jawaban terhadap pertanyaan agar dapat dipahami.
PEMIKIRAN PANDANGAN HIDUP

Uraian di atas menyiratkan bahwa secara etimologis, filsafat berarti cinta kebijaksanaan. Secara akademis, filsafat berarti usaha menggambarkan dan menyatakan pandangan secara menyeluruh dan sistematis tentang alam semesta tempat manusia. Bahkan penting juga secara populer, bahwa filsafat berarti pandangan hidup. Karena itu, berpikir filsafat secara berspekulasi jauh ke depan meliput nilai yang baik untuk dijadikan pegangan hidup. Barnadib,I. (1984) mengatakan bahwa: Barang siapa yang mempelajari filsafat dapat mengetahui adanya mutiara-mutiara yang cemerlang dan menggunakannya sebagai pedoman serta pegangan hidup bijaksana. Menurut Poespowardojo,S. (1989), apabila berbicara tentang filsafat ada 2 (dua) hal yang patut diperhatikan, yaitu segi fungsi dan segi pembahasannya. Pertama, filsafat dilihat dari segi fungsinya, ia sebagai metode dan sebagai suatu pandangan. Filsafat sebagai suatu metode yaitu yang menunjuk pada cara berpikir dan cara mengadakan analisis yang dapat dipertanggungjawabkan. Sementara filsafat sebagai suatu pandangan hidup yaitu suatu nilai dan pemikiran mengenai persepsi, landasan dan pedoman tingkah laku seseorang atau masyarakat dalam seluruh kehidupan mencapai cita-citanya. Kedua, filsafat dilihat dari segi pembahasannya, ia sebagai cara berpikir deduktif dan induktif. Cara berpikir deduktif dengan mencari hakekat, menganalisis dan menyusun sistematika suatu pandangan secara utuh. Sementara cara berpikir induktif dengan mengamati gejala sosial budaya masyarakat dan merefleksikannya dalam rangka menarik makna hakiki dari gejala itu. Pandangan hidup diekuivalensikan dengan filsafat sebagaimana di negara tertentu yang terdapat ungkapan tiap orang berfilsafat dan berpikir, dimaksudkan bahwa setiap orang memiliki filsafat hidup sendiri-sendiri. Setiap orang memiliki kebebasan meyakini filsafat hidupnya atau disebut filsafat hidup seseorang yang sangat spesifik dengan fokus pada sikap hidup seseorang (welt-anschauung). Sikap hidup berupa sesuatu yang dianut oleh seseorang, seperti agama, aliran politik, konsep ilmu, dan ideologi. Sikap hidup merupakan bagian dari filsafat, sehingga tiap orang mempunyai pandangan sendiri tentang filsafat. Pandangan hidup yaitu asas atau pendirian yang kebenarannya diterima/

diyakini dan dipilih menjadi dasar pedoman hidup untuk menjawab masalah kehidupannya. Pandangan hidup merupakan kristalisasi dari nilai-nilai yang diyakini memiliki/ mengandung kebenaran dan kemanfaatan. Kebenaran merupakan suatu koherensi pemikiran atas dasar logika yang memiliki sifat kejujuran dalam mencari kebenaran. Sementara kemanfaatan merupakan dorongan yang menimbulkan tekad kehendak untuk diwujudkan. Manusia menyadari betapa kompleksitas kehidupan, sehingga betapa penting pedoman hidup. Manusia yang tidak menyadari pentingnya pedoman hidup, ia tampak cemas dan gelisah (galau). Sehubungan dengan itu, betapa penting peduli pada filsafat. Manusia menjelajahi jawaban atas pertanyaan sendiri dalam rangka mencari dan menemukan kebenaran yang berguna bagi pedoman hidup. Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa Indonesia, merupakan pedoman dalam pembangunan bangsa dan negara termasuk sektor pendidikan.
CIRI FILSAFAT

Dengan menyimak uraian di atas, selain menemukan berbagai definisi filsafat, tapi juga menyiratkan ciri filsafat yang menjelaskan tentang karakteristik filsafat dari segi sifat, obyek dan strateginya. Sifat yang dimiliki filsafat, yaitu subyektif dan normative, Pertama, sifat subyektif adalah deskripsi/gambaran sesuatu yang bila disimpulkan akan menghasilkan kasus demi kasus (kasual). Subyektif, artinya suatu keadaan menurut pandangan/perasaan sendiri yang tidak langsung mengenai pokok/esensinya. Hal tersebut berhubung filsafat merupakan pemikiran, perenungan dan penghayatan seseorang tentang segala sesuatu yang ada atau alam semesta. Kedua, normatif adalah suatu keadaan yang berpegang teguh pada kaidah yang berlaku. Sebagaimana diketahui bahwa kaidah berpikir filsafat terdiri atas sistematis, rasional, sinoptik/komprehensif, radikal dan spekulatif. Bentuk yang dimiliki filsafat, yaitu tersirat dan tersurat. Pertama, filsafat tersirat terdiri atas ide/gagasan, pepatah, aturan dan norma sosial yang terdapat/hidup di masyarakat seperti cerita/dongeng (legenda). Contoh: Cerita Gunung Tangkuban Perahu di Jawa barat. Cerita Malin Kundang dari Sumatera Barat. Cerita tersebut antara lain berisi pepatah kepada khalayak (masyarakat) tentang perlunya anak berbakti kepada ibunya. Kedua, filsafat tersurat terdiri atas ide/gagasan yang terdapat dalam pustaka/ literature/buku serta hasil karya (pemikiran) seseorang atau filsuf. Obyek yang dimiliki filsafat, yaitu formal dan material. Obyek formal filsafat adalah keseluruhan lingkup yang menjadi tugas/disiplin filsafat. Yaitu berupa pertanyaanpertanyaan yang sifatnya mendasar, yakni: Apa ? Mengapa ? Bagaimana? Sementara obyek material filsafat adalah sasarannya yaitu berupa sasaran atas pertanyaan di atas, yakni: kenyataan, pengetahuan, nilai dan manusia. Strategi yang dimiliki filsafat, yaitu sikap/keberpihakan, modus operandi, dan teknik sajian. Strategi keberpihakan terdiri atas berpihak pada keberadaan (skeptis, elektis, dogmatis) dan berpihak pada tematik (materi, rohani, absolut). Modus operandi terdiri atas reduksi (mono, dualis, oluralis), rekonstruksi dan fenomenologi. Sementara teknik sajian terdiri atas analitis, dialog dan cerita.

Untuk memudahkannya, diilustrasikan dengan visualisasi/gambar sebagai berikut.

PEMIKIRAN/IDE BERSIFAT SUBYEKTIF TERSIRAT BERBENTUK TERSURAT FILSAFAT UMUM/MURNI BERJENIS KHUSUS/ TERAPAN FORMAL BEROBJEK MATERIAL VISI CABANG

Gambar: Ciri Filsafat

KESIMPULAN

Bertolak dari uraian di atas, ternyata pengertian filsafat dipahami dengan berbagai dimensi sudut pandang, di antaranya sebagai berikut. 1. Secara etimologis, pengertian filsafat berasal dari gabungan kata philare (cinta) dan sophia (kebijaksanaan) atau cinta kebijaksanaan. 2. Secara hakikat, pengertian filsafat memiliki tiga dimensi. (a) dimensi subyektif, yaitu pengertian filsafat berdasarkan penggunaan kata filsafat oleh filsufnya. (b) dimensi obyektif, yaitu pengertian filsafat berdasarkan kegiatan yang dilakukan filsuf. (c) dimensi operasional, yaitu pengertian filsafat berdasarkan lapangan kegiatan filsafat. 3. Secara umum (akademis dan popular), pengertian filsafat sebagai usaha mencari/mengetahui sebab-sebab kepemilikan nilai/makna (hakikat) pada sesuatu untuk tuntunan konsep yang dijadikan pandangan keyakinan seseorang/manusia.

Berapa Cabangkah Filsafat itu?


Manusia berkembang secara berbeda berhubung mengalami factor perbedaan potensi, problematika, peluang tantangan, geografi, jaman, situasi dan kondisi. Sehingga sudut pandang terhadap hakikat kenyataan/yang ada ditafsirkan dengan berbeda-beda. Demikian pula pertanyaan tentang apakah hakikat kenyataan/yang ada itu? Diperoleh jawaban yang berbeda-beda pula dan berpengaruh terhadap perumusan cabang filsafat. Berapa cabangkah filsafat itu? Sangat mungkin terkait dengan factor perbedaan sudut pandang tersebut. Di antaranya dapat saja disebabkan oleh satu, dua atau beberapa hal sebagai berikut : a. Perbedaan pengalaman, kejadian, renungan, keyakinan/kepercayaan, pengertian dan persepsi tentang alam, benda, tuhan, hidup, mati, baik, buruk, dan lain-lain. b. Perbedaan bakat, pengalaman, pendidikan, lingkungan, jaman dan pandangan hidup. c. Perbedaan aspirasi, minat dan kegiatan manusia. d. Perbedaan faktor alam dan problematika yang dihadapi. e. Perbedaan perkembangan sejarah/jaman. f. Perbedaan pengaruh alam sekitar. g. Perbedaan jawaban atas pertanyaan tentang metafisika. h. Perkembangan teknologi dan ilmu pun membawa impact terhadap perubahan dan perkembangan masyarakat dan kebudayaannya, termasuk pendidikan. Trendi tersebut dapat memicu munculnya aliran filsafat. Khususnya, aliran filsafat pendidikan yang membawa isu-isu pendidikan sesuai dengan tuntutan kebudayaan masyarakat modern yang sedang berubah. Selain itu, untuk menentukan berapa cabangkah filsafat itu tampak tidak ada metode tertentu. Ketika berobat biasanya dokter bertanya kepada pasen mengenai penyakitnya. Kemudian dokter menyimpulkan jenis penyakit apakah yang diderita pasen, bergantung pada jawaban yang diberikan pasen tersebut. Begitu pun dalam pembagian cabang filsafat, salah satu metodenya menggantungkan pada pertanyaan yang diajukan dan jawaban yang diperoleh. Sehingga dalam menentukan berapa cabangkah filsafat itu tampak tidak terikat metode tertentu (Kattsoff. LO. 2004).
CABANG FILSAFAT

Pada literature pun tampak pembahasan cabang filsafat menunjukkan perbedaan atau persamaan antara yang satu dan lainnya. Buku Filsafat Ilmu: Sebuah Pengantar Populer karya Suriasumantri, JS (1996) membagi tiga cabang utama filsafat, yaitu: logika yang membahas apa yang disebut benar dan apa yang disebut salah, etika yang membahas apa yang baik dan mana yang dianggap buruk serta estetika yang membahas ukuran keindahan. Buku Pintu Masuk ke Dunia Filsafat karya Hamersma, H (1992) menyebut empat induk cabang filsafat dan kemudian berkembang menjadi sepuluh anak cabang filsafat. Yaitu filsafat pengetahuan terdiri atas epistemology, logika dan kritik ilmu, filsafat kenyataan terdiri atas ontology, teologi antropologi dan kosmologi, filsafat

tindakan terdiri atas etika dan estetika. Sementara sejarah filsafat membahas sejarah filsafat dunia. Buku Pengantar Filsafat karya Kattsoff. LO. (2004:81) mendeskripsikan cabang filsafat sebagai berikut.

Tabel: Cabang Filsafat

LAPANGAN FILSAFAT
Logika Metodologi (Filsafat) Metafisika Ontologi Kosmologi Epistemologi Biologi Kefilsafatan Psikologi Kefilsafatan Antropologi Kefilsafatan Sosiologi Kefilsafatan Etika Estetika Filsafat Agama

PERTANYAAN YANG UTAMA Apakah hokum-hukum penyimpulan itu? Apakah teknik-teknik penyelidikan itu? (Apakah hakekat kenyataan itu?) Apakah kenyataan itu?
Bagaimanakah keadaannya sehingga kenyataan itu dapat teratur?

Apakah kebenran itu? Apakah hidup itu? Apakah jiwa itu? Apakah manusia itu? Apakah masyarakat dan Negara itu? Apakah yang baik itu Apakah yang indah itu? Apakah yang keagamaan (abadi) itu?

Logika merupakan cabang filsafat yang meliput pembahasan tentang aturan penyimpulan yang absah, rambu-rambu hipotesis, penalaran yang logis dan penyusunan definisi yang baik. Metodologi (Filsafat) merupakan cabang filsafat yang meliput pembahasan tentang cara observasi, hipotesis, hukum, teori, eksperimen, dan sebagainya. Metafisika merupakan cabang filsafat yang meliput pembahasan tentang apa hakikat yang ada, baik yang nyata ada (reality), maupun yang ada bersifat penampakkan (appearance). Metafisika dipilah menjadi dua bagian, yaitu ontology dan kosmologi. Ontology merupakan cabang filsafat yang meliput pembahasan tentang asas-asas rasional esensi terdalam (hakekat) sesuatu yang ada. Kosmologi merupakan cabang filsafat yang meliput pembahasan tentang asasasas rasional keteraturan dan tata tertib alam semesta. Epistemologi merupakan cabang filsafat yang meliput pembahasan tentang asal usul, susunan dan metode serta keabsahan ilmu. Terutama mempel;ajari pertanyaan mengenai apa sumber ilmu dan menyangkut bagaimana hubungan antara ilmu dengan obyek/sasaran ilmu. Namun, acapkali pertanyaan epistemology sama dengan metafisika. Seperti bagaimana mengetahui kenyataan dapat menyimpulkan apa yang diketahui sekaligus apa kenyataan itu. Biologi kefilsafatan merupakan cabang filsafat yang meliput pembahasan tentang pengertian hidup, adaptasi, teleology, evolusi, penurunan sifat dan hubungan antara hidup dan tempat hidup dengan penafsiran alam semesta.

Psikologi kefilsafatan merupakan cabang filsafat yang meliput pembahasan tentang jiwa atau kumpulan jalur urat syaraf, perbedaan antara mind dan soul. Hubungan jiwa dan tubuh, ego, susunan jiwa, perasaan dan kehendak, akal dan apakah psikologi sebagai ilmu? Antropologi kefilsafatan merupakan cabang filsafat yang meliput pembahasan tentang apakah manusia itu? Sejarah manusia (asal-usul) akan ke mana manusia itu? Kaitan manusia dengan alam, nafsu dan dogma. Sosiologi kefilsafatan merupakan cabang filsafat yang meliput pembahasan tentang filsafat social (masyarakat), filsafat politik (Negara), praanggapan sociologi dan ilmu politik, bagaimanakah mengenai demokrasi, proletariat, kebebasan, massa, dan individu. Etika merupakan cabang filsafat yang meliput pembahasan tentang baik, buruk, kebajikan, kejahatan, kesusilaan (etika) dan norma. Estetika merupakan cabang filsafat yang meliput pembahasan tentang pengertian, susunan, peran dan fungsi keindahan, khususnya dalam seni. Apakah hubungan antara yang indah dan yang benar dan yang baik? Apakah seni suatu ungkapan perasaan seseorang, penglihatan ataukah reproduksi kodrat alam? Filsafat agama merupakan cabang filsafat yang meliput pembahasan tentang apakah agama? Apakah bukti adanya Tuhan? Apakah keabadian hidup? apakah filsafat merupakan abdi teologi atau pelengkapnya?
VARIAN CABANG FILSAFAT

Obyek pertanyaan dan jawaban mengenai hakikat kenyataan/yang ada, sejak di Yunani (kuno) telah menggunakan istilah metafisika. Kemudian metafisika (hal yang terdapat sesudah fisika) untuk mengetahui asal usul kenyataan/yang ada. Sehingga metafisika menjadi cabang filsafat yang mempelajari hakekat kenyataan/yang ada serta merupakan bagian pengetahuan manusia mengenai pertanyaan dan jawaban hakikat kenyataan/yang ada. Pertanyaan dan jawaban mengenai metafisika, mengarahkan kepada dua klasifikasi, yaitu: (1) pertanyaan dan jawaban yang terhimpun pada hakikat yang ada atau ontology, (2) pertanyaan dan jawaban yang terhimpun pada hakikat alam semesta atau kosmologi. Ontologi (yang ada) membicarakan asas-asas rasional dari yang ada. Ontologi adalah pengetahuan mengenai esensi/hakikat terdalam dari yang ada. Sementara kosmologi (keteraturan alam semesta) membicarakan asas-asas rasional dari keteraturan/ susunan yang ada. Kosmologi adalah pengetahuan mengenai ketertiban dan susunan alam semesta. Meskipun corak system filsafat dibedakan atas dasar jawabannya. Seperti pertanyaan apakah hakikat kenyataan itu yang memperoleh jawaban mengenai corak system filsafat berdasarkan metafisika. Tapi pendirian atas hasil jawaban metafisiska menggambarkan pula pertanyaan epistemology mengenai bagaimana cara memperoleh pengetahuan? Sehingga jawaban tersebut menggambarkan pula corak system filsafat berdasarkan epistemology. Contoh: pendirian plato mengenai ide. Bila dipandang bahwa hakikat terdalam dari kenyataan adalah ide, maka pendirian Plato bercorak system filsafat idealisme. Namun, bila pendirian Plato dipandang dari cara memahami melalui ide bersifat nyata, maka Plato tergolong realisme. Pendirian Berkeley bahwa kenyataan (yang ada) yang 9

dapat ditangkap, maka konsekwensi pengetahuan berasal dari pengalaman, sehingga dari sudut epistemology digolongkan empirisme. Selain itu, setiap corak sitem filsafat memiliki bawahan atau sub system filsafatnya. Contoh: realisme memiliki bawahan yang terdiri atas: realisme naf, realisme kritik, energisme, neo-realisme, realisme materialisme/realisme konseptual, monisme netral. Idelisme memiliki bawahan yang terdiri atas: idealisme subyektif, personalistik dan mutlak. Karena itu, bertanya tentang bagaimana cara memperoleh pengetahuan? Memperoleh jawaban yang berragam corak dan tampak setiap coraknya itu yang membedakan system filsafat yang satu dengan lainnya. Andaikata Descartes menjawab bahwa memperoleh pengetahuan melalui akal, maka Descartes tergolong system filsafat rasionalisme. Sementara John Locke menjawab bahwa memperoleh pengetahuan melalui pengalaman, maka Locke digolongkan system filsafat empirisme. Corak ragam system filsafat dilihat dari luas liputan pengaruhnya atau posisi system filsafat mulai dari yang berpengaruh luas sampai kepada yang berpengaruh kurang luas, urutannya adalah system filsafat Realisme, Naturalisme, Materialisme Dialektis dan Empirisme logis. Demikian pula dengan bertanya tentang apakah hakikat kenyataan/yang ada itu? Memperoleh jawaban yang berragam corak dan tampak setiap coraknya itu yang membedakan system filsafat yang satu dengan yang lainnya. Andaikata jawaban hakikat kenyataan/yang ada adalah materi, maka digolongkan system filsafat materislisme. Bagi jawaban hakekat kenyataan/yang ada adalah rohani, maka digolongkan system filsafat idealisme. Bagi jawaban hakikat kenyataan/yang ada adalah bersifat tunggal, maka digolongkan monisme. Sementara jawaban hakikat kenyataan/yang ada adalah banyak/berjumlah maka digolongkan pluralisme.

CABANG FILSAFAT
LOGIKA METAFISIKA (ONTOLOGI, KOSMOLOGI) EPISTEMOLOGI BIOLOGI FILS PSIKOLOGI FILS ANTROPOLOGI FILS SOSIOLOGI FILS ETIKA ESTETIKA AGAMA FILS

10

Bagaimanakah Posisi Filsafat Ilmu di dalam Filsafat?


Kalau mulai dengan keyakinan akan berakhir dengan kebimbangan, kalau mulai dengan kebimbangan akan berakhir dengan keyakinan adalah ungkapan termasyhur filsuf Francis Bacon (1561-1626). Ungkapan tersebut, kiranya untuk menegaskan bahwa keingin-tahuan yang belum diketahui biasanya muncul setelah mendapatkan pengalaman yang mengesankan. Euklides dari Yunani yang sengaja datang ke kota Iskandariyah, begitu mengetahui orang Mesir (purba) dari pengalamannya menemukan pengetahuan mengenai luas tanah berbentuk segi tiga sama dengan luas setengah persegi panjang yang panjang dan lebarnya sama dengan alas dan tinggi segi tiga. Penemuan pengalaman tersebut ditindak lanjuti oleh Euklides, yang kemudian dikenal geometri. Bahkan diketahui pula mengenai jumlah besar sudut ketiga sudut suatu segitiga sama dengan 180 derajat (Nasoetion, AH.1992). Karena itu, hakikat pengetahuan berasal usul dari upaya ingin tahu. Hakikat kebenaran berasal usul setelah mengalami keraguan. Hakikat berfilsafat berasal usul dari rasa igin tahu dan ragu-ragu, baik terhadap apa yang telah diketahui, maupun kepada yang belum diketahui. Salah satu ciri berfilsafat ialah berpikir spekulatif, yaitu penetapan dasar yang handal (asumsi dasar) untuk penjelajahan ilmiah.. Sehingga posisi filsafat sebagai pionir berpikir bagi berpijaknya kegiatan ilmiah atau pengetahuan berasal usul dari filsafat. Poisi filsafat bertugas merumuskan pernyataan yang sejelas-jelasnya agar dapat menetapkan dasar yang handal untuk penjelajahan ilmiah.
SEBAGAI PIONIR BERPIKIR ILMIAH

Mempunyai pengetahuan berarti mempunyai kepastian bahwa apa yang dinyatakan di dalam pernyataan sungguh benar atau sungguh merupakan halnya. Sementara mempunyai pengalaman tiada lain merupakan akibat suatu obyek merangsang alat inderawi yang dapat menimbulkan rangsangan syaraf untuk diteruskan ke otak. Di dalam otak sumber rangsangan di pahami dan dibuatlah tanggapan untuk merespon rangsangan. Sehingga pengetahuan mengenai dunia diperoleh dengan menyimpulkan tangkapan inderawi tentang dunia. Syaraf dan otak sebagai alat untuk memperoleh informasi mengenai dunia, sehingga syaraf penting bagi penangkapan pengetahuan. Satuan pokok syaraf disebut neurone. Terdiri atas: sel dan bagian sel yang disebut processus. Saluran syaraf ada dua, (a) saluran yang memuat rangsangan ke otak, (b) saluran dari otak menuju otot. Sementara otak merupakan organ yang bertindak mengkoordinasikan dan penunjuk jalan penyaluran timbulnya reaksi. Di dalam otak, terutama pada bagian cortex-serebri timbul pengindraan melihat, membau, mendengar, mencicipi dan merasai. Sehingga pengetahuan inderawi tidak langsung. Yaitu, pengetahuan inderawi tergantung pada struktur organ inderawi, saluran syaraf dan tindakan otak yang melakukan penafsiran. Proses memperoleh pengetahuan dimulai dari terjadinya rangsangan terhadap organ inderawi yang menimbulkan rangsangan pada syaraf. Melalui syaraf, rangsangan

11

disalurkan ke otak. Di dalam otak ditafsirkan dan tafsiran itu kemudian di salurkan ke syaraf otot agar timbul reaksi. Selain itu, pada saat cabang filsafat epistemology melepas ilmu terjadi masa peralihan. Aspek yang dilepas mengalami penyempitan cakupan. Contoh: masa peralihan ilmu ekonomi, yaitu ketika moral philosophy tidak dapat menjelajahi keseluruhan moral melainkan menyempit hanya kegiatan manusia memenuhi kebutuhan hidup. Posisi awal di dasarkan pada normative dan deduktif, kemudian secara bertahap berdasarkan pada empiris. Selanjutnya konseptual filsafat moral menjadi pengembangan ilmu ekonomi. Sehingga sifat ilmu ekonomi memiliki penalaran ilmiah yang jelas, yaitu mana masalah, hipotesis, kerangka berpikir, pembuktian dan kesimpulan.
MELIPUT EPISTEMOLOGI SECARA LEBIH LUAS DAN DALAM

Cabang filsafat terdiri atas: metafisika, ontology, kosmologi, epistemology, biologi kefilsafatan, psikologi kefilsafatan, antropologi kefilsafatan, sosiologi kefilsafatan, etika, estetika dan filsafat agama. Cabang filsafat epistemology mempelajari pertanyaan mengenai asal-usul, susunan dan metodologi serta absahnya ilmu. Tujuan epistemologi untuk mengetahui bagaimana cara mengetahui sumber ilmu dan hubungan ilmu dengan obyeknya. Epistemology pun acapkali mempelajari pertanyaan yang sama dengan metafisika. Contoh: pertanyaan bagaimana mengetahui kenyataan akan memperoleh kesimpulan mengenai apa yang diketahui dari kenyataan dan apa kenyataan itu. Epistemologi menggambarkan kerangkan pemikiran yang bersifat logis, kritis, obyektif, terbuka dan pragmatis. Sifat logis menggambarkan argumentasi bersifat rasional dalam mengembangkan peristiwa alam (masalah). Sifat kritis menggambarkan keterbukaan secara system umpan balik dan korektif. Sifat obyektif menggambarkan kegiatan verifikasi empiris dan evaliasi dari pernyataan hipotesis terhadap kenyataan factual. Sifat terbuka melakukan verifikasi menggambarkan adanya kemungkinan kebenaran lain selain yang terkandung dalam hipotesis. Verifikasi factual membuka diri terhadap kerangka pemikiran yang mendasari hipotesis. Sementara sifat pragmatis menggambarkan kebenaran ilmiah dengan keterbukaan terhadap kebenaran baru yang prosesnya secara berulang berdasarkan cara berpikir kritis. Epistemologi merupakan kajian mengenai bagaimana mendapatkan ilmu secara ilmiah atau dengan prosedur metodologi ilmiah. Bagian dari filsafat tentang pengetahuan, khususnya mengkaji hakekat ilmu, kemudian disebut filsafat ilmu. Filsafat ilmu adalah sarana pengembangan penalaran ilmiah, yaitu agar mampu berpikir rasional dan berpikir logis serta empiris. Materi filsafat ilmu menjelaskan pengetahuan yang benar mengenai hakikat keilmuan. Filsafat ilmu mencoba mengevaluasi segenap ilmu baik yang telah maupun yang belum diketahui. Paling tidak mencakup mengenai: apa yang telah dan yang belum diketahui tentang ilmu? Apa yang membedakan antara ilmu dan bukan ilmu (pengetahuan)? Apakah ilmu yang dikatahu itu sudah benar? Bagaimana asal usul ilmu? Apakah kegunaan ilmu? . Fungsi filsafat ilmu untuk menemukan tujuan pendidikan dan model kegiatan belajar mengajar. Sehingga memungkinkan kegiatan perumusan ulang mengenai tujuan pendidikan dan metode belajar mengajar tersebut yang relevan dengan hakikat keilmuan. Bahkan sekaligus mendorong berkembangnya perubahan pengetahuan, sikap dan keterampilan siswa untuk penalaran ilmiah.

12

Berfilsafat merupakan proses koreksi diri dengan berani berterus terang mengakui seberapa jauh telah menjangkau kebenaran yang dicari. Selain itu, merupakan sikap rendah hati dengan mengakui bahwa tidak akan semua diketahui mengenai alam semesta yang tak terbatas ini. Untuk memudahkan, diilustrasikan secara visual/gambar sebagai berikut.

POSISI FILSAFAT ILMU


FILSAFAT

CABANG FILS: Logika, Metode Metafisika, Onto logi, Kosmologi

EPISTEMOLOGI:

Epistemologi
Biologi Fils Psikologi Fils Antropologi Fils
Etika Estetika Fils Agama

Metode/Sumber Makna Kebenaran Aksiologi Metafisika

ILMU (Kerangka, Bangunan, Proses)

TEKNOLOGI
67

Bagaimanakah Implikasi Cabang Filsafat pada Pendidikan dan Sistem Pendidikan Berdasarkan Pancasila?
Filsafat melakukan perenungan secara analitis dan sintesis untuk menyusun suatu bagan konsepsional dan sitematik mengenai makna dunia. Hal tersebut dalam kerangka memperoleh kenjelasan dan pernyataan kebenaran yang paling umum. Hubungan antara filsafat dan ilmu menunjukkan simbiosis mutualistis, yaitu: apa yang harus dikatakan ilmuwan mungkin penting bagi filsuf. Tapi tidak dapat dilakukan filsuf untuk mencoba memberitahu ilmuwan mengenai apa yang harus ditemukannya. Filsafat harus memperhatikan hasil ilmu sedang ilmu dalam penyeledikan alam harus mengetahui anggapan/pandangan filsafat mengenai alam. Namun, filsafat dalam sisdiknas kiranya kurang dikaitkan dengan eksistensi pembelajaran. Proses belajar bersifat hapalan dan tidak bertujuan untuk penguasaan ilmu sebagai alat berpikir analisis. Orientasi peserta didik cenderung menganggap ilmu sebagai produk yang berupa teori. Pendidikan keilmuan pun tampak bersifat pengembangan intelektual semata yang kurang mendorong perubahan sikap, keterampilan dan kepribadian ilmiawan. Sehingga

13

dipandang kurang menunjukkan keseimbangan dalam proses berpikir ilmiah antara aspek kognitif, afektif dan psikomotorik. Bahkan kurang mendorong proses berpikir nalar.
IMPLIKASI CABANG FILSAFAT PADA PENDIDIKAN

Antara filsafat dan pendidikan memiliki hubungan problematika yang ada pada kedua disiplin tersebut. Yaitu: (a) filsafat mengajukan pertanyaan filosofis terhadap realita dan pengalaman/praktek pendidikan, (b) filsafat secara spekulatif menetapkan hakikat dunia dan makna hidup untuk dijadikan landasan konseptual tentang penyusunan tujuan, metode dan pengalaman belajar untuk menumbuh-kembangkan peserta didik. Gambaran pendidikan menggunakan konsep yang dihasilkan oleh cabang filsafat dan saling hubungan keduanya sebagai berikut. Gambar: Saling Hubungan Filsafat-Pendidikan CABANG FILSAFAT PENDIDIKAN Metafisika mengasilkan pandangan Pendirian dalam memilih pendangan tentang kenyataan yang benar tentang kenyataan yang benar Epistemologi menghasilkan Bahan pertimbangan untuk penyusunan prosedur memperoleh pengetahuan kurikulum, terutama mengenai dan jenis-jenisnya pengetahuan dan ilmu serta metode ilmiah Logika menghasilkan ukuran benar Prosedur berpikir dalam mengutarakan dan tepat dalam keterkaitan gagasan gagasan yang benar dan tepat Aksiologi (etika) menghasilkan pan- Bahan pertimbangan untuk menentukan dangan mengenai nilai kehidupan tujuan pendidikan

NO 1 2

3 4

IMPLIKASI CABANG FILSAFAT PADA GURU DAN LEMBAGA PENDIDIKANNYA

Unuk menjadi pendidik (termasuk menjadi guru) akan memiliki filsafat hidup (disadari atau tidak) dan filsafat pendidikan. Filsafat hidup yang dipercayai guru/pendidik memiliki dampak penting terhadap penetapan pilihan filsafat pendidikan yang akan dianutnya. Kedua filsafat (filsafat hidup dan filsafat pendidikan) yang diyakini guru/ pendidik akan mendasari (base line) segala hal yang berhubungan dengan: (a) produk sikap dan pemikirannya, bahkan substansi pengarahan kepada orang lain (siswa), (b) perilakunya dalam kehidupan sehari-hari, (c) segala hal yang dilakukan guru di kelas. Karena itu, pandangan filsafat terhadap filsafat pedidikan sebagai sumber renungan filsafat pendidikan bagi pendidik/guru. Filsafat membantu mengorganisir pemilihan filsafat pendidikan dari berbagai sumbernya. Sumber untuk kedua filsafat (filsafat hidup dan filsafat pendidikan) sangat banyak, mencakup semua pengalaman seseorang dalam berhubungan dengan orang/ media lain. Termasuk pengalaman seseorang pada lingkungan keluarga, sekolah, guru yang diperolehnya dan lingkungan sosio-kultural yang merasa memberi penghargaan kepadanya. Sehingga pengalaman tersebut diorganisasikan sedemikian rupa, menjadi suatu keyakinan (kemandirian) dan wawasan. Untuk profesi guru/pendidik, wawasan pengalamannya tampak dijadikan dasar pengembangan pengajaran di sekolah. Bila ia memperoleh pengalaman di sekolahnya menyenangkan, maka ia akan membangun kondisi pengajaran/sekolah yang menyenangkan juga. Bila ia memperoleh pengalaman yang tidak menyenangkan, maka ia akan mengubah kondisi pengajaran/sekolah ke arah yang lebih baik.

14

Menurut Arbi, S.Z. (1988): Baik filsafat pendidikan maupun pedagogik dapat secara langsung menyumbang kepada unsur ... kewibawaan. Unsur-unsur kewibawaan guru meliputi wawasan, komitmen dan tanggung jawab profesionalnya. Guru yang wawasannya luas, komitmennya tinggi dan sangat bertanggung jawab, (biasanya) wibawanya sangat besar. Paling dominan penopang profesi guru ialah dua kaki, di samping terdapat kaki (tambahan) penopang lainnya, seperti: kode etik, organisasi, disiplin ilmu, dan sebagainya. Kaki penopang pertama, ialah kewibawaan dan kedua, ialah kompetensi. Pentingnya kompetensi guru, terutama agar guru memiliki kepercayaan diri. Peningkatan kompetensi guru disumbang filsafat secara tidak langsung. Menurut Arbi, S.Z. (1988): sekiranya penting filsafat pendidikan dan paedagogik untuk profesionalisme guru dapat disepakati, maka keduanya perlu diberikan dengan baik di lembaga pendidikan tenaga kependidikan kita.
IMPLIKASI CABANG FILSAFAT PADA SISTEM PENDIDIKAN BERDASARKAN PANCASILA

Filsafat merupakan dasar perilaku suatu bangsa yang direfleksikan dalam perilaku warga negaranya. Rangkaian elaborasi yang ditempuh seharusnya mengikuti alur berikut. Filsafat Negara dengan Per-Undangannya mampu menurunkan Filsafat Pendidikan Nasional. Artinya, Filsafat Pendidikan dirumuskan berdasarkan pada (dijabarkan) Filsafat Negara. Dari Filsafat Pendidikan, kemudian diturunkan menjadi Teori Pendidikan. Sehingga muncul Teori Pendidikan versi Indonesia yang melahirkan praktek (pedoman) pendidikan. Karena itu, Filsafat Pendidikan akan menjadi dasar penyelenggaraan pendidikan bagi bangsa itu. Filsafat Pendidikan merupakan pedoman dan arah berpikir bagi para penyelenggara pendidikan untuk mewujudkan hasil pendidikan yang dicita-citakan. Kondisi pendidikan tanpa memperhatikan Filsafat Pendidikan sebagai dasarnya, memang masih dapat memproduksi tenaga pembangunan yang dibutuhkan. Namun, bila dunia pendidikan ingin dibangun secara lebih sempurna yaitu agar Anak Indonesia memiliki keutuhan dan kemartabatan sebagai warga negara yang dicita-citakan, maka suatu kemutlakan praktek penyelenggaraan pendidikan di Indonesia harus di dasarkan atas Filsafat Pendidikan versi negaranya. Sehingga tidak mengalami kondisi goals disappeared, goals are destroyed. Bila praktek pendidikan terlepas dari filsafat pendidikan yang mendasarinya akan menuai bahaya, yaitu terjadi penyalahgunaan pendidikan untuk kepentingan yang tidak sejalan dengan cita-cita negara.

15

DAFTAR PUSTAKA
Arbi, SZ. (1988). Tuntutan Profesionalisme Guru Dilihat dari Sudut Ilmu Pendidikan. Bandung. KONASPI. Barnadib,I. (1984) Filsafat pendidikan: Pengantar mengenai Sistem dan Metode. Yogyakarta. Yasbit FIP. Depdikbud. (1981) Filsafat Ilmu, Jakarta: Ditjen Dikti. Hamersma, H. (1992). Pintu Masuk ke Dunia Filsafat (Cetakan II). Yogyakarta. Pustaka Filsafat. Kattsoff,LO. (2004). Pengantar Filsafat (Alih Bahasa Soejono,S.). Yogyakarta. Tiara Wacana. Komar, O. (2006). Filsafat Pendidikan Nonformal. Bandung: (Cetakan I) Grafika. (Cetakan II) Pustaka Setia -------- (2006). Filsafat Ilmu dan Pendidikan. Bandung. Pascasarjana UPI. Kuhn, TS (1970) The Structure of Scientific Revolution. The University of Chicago Nasoetion, AH (1992). Panduan Berpikir dan Meneliti secara Ilmiah bagi Remaja. Jakarta. Gramedia Poespowardojo, S. (1989). Filsafat Pancasila: Sebuah Pendekatan Sosio-Budaya. Jakarta. PT. Gramedia. Syam,MN. (1984). Filsafat Pendidikan dan Dasar Filsafat Pendidikan Pancasila. Surabaya. Usaha Nasional. Suriasumantri,JS. (1996). Filsafat Ilmu: Sebuah Pengantar Populer. Jakarta. Pustaka Sinar Harapan. --------- (1981) Ilmu dalam Perspektif. Jakarta: Gramedia. Sudarto (1995) Metodologi Penelitian Filsafat. Jakarta: Raja Grasindo Persada.

16

SINERAI KATA (GLOSSARY)


Metafisika Berasal dari kata meta dan fisika yang artinya sesuatu yang berada dibelakang fisika. Ontologi Bagian dari metafisika yang membahas tentang eksistensi/keberadaan/substansi/ esensi. Kosmologi Bagian dari metafisika yang membicarakan tentang ruang, waktu dan gerak/ struktur alam. Epistemologi Membahas asal usul dan proses ilmu. Aposteori Pengetahuan yang didasarkan pada pengalaman dan observasi. Apriori Pengetahuan yang terbukti dengan sendiri. Logika Metode penalaran yang tepat. Aksiologi Teori tentang nilai. Etika Hakekat baik - jahat. Estetika Hakekat nilai keindahan.

17

Anda mungkin juga menyukai