Anda di halaman 1dari 15

TUJUAN DAN MANFAAT FILSAFAT ILMU

1.    PENDAHULUAN
Filsafat dan ilmu adalah dua kata yang saling terkait, baik secara substansial maupun historis
karena kelahiran ilmu tidak lepas dari peranan filsafat dan juga sebaliknya,perkembangan
ilmu dapat memperkuat keberadaan filsafat. Filsafat telah berhasil merubah pola pikir bangsa
Yunani dan umat manusia dari pandangan mitosentris menjadi logosentris. Awalnya bangsa
Yunani dan bangsa lain di dunia beranggapan bahwa semua kejadian di alam ini dipengaruhi
para dewa. Karena itu para dewa harus dihormati dan sekaligus ditakuti kemudian disembah.
Dengan filsafat pola pikir yang selalu tergantung pada dewa diubah menjadi pola pikir yang
bergantung pada rasio. Kejadian alam seperti gerhana tidak lagi dianggap sebagai kegiatan
dewa yang tertidur, tetapi merupakan kejadian alam yang disebabkan oleh matahari, bulan,
dan bumi pada garis yang sejajar, sehingga bayang-bayang bulan menimpa sebagian
permukaan bumi.
Menurut Lewis White Beck, filsafat ilmu bertujuan membahas dan mengevaluasi metode-
metode pemikiran ilmiah serta mencoba menemukan nilai dan pentingnya upaya ilmiah
sebagai suatu keseluruhan.

Pembahasan filsafat ilmu sangat penting karena akan mendorong manusia untuk lebih kreatif
dan inovatif. Filsafat ilmu memberikan spirit bagi perkembangan dan kemajuan ilmu dan
sekaligus nilai-nilai moral yang terkandung pada setiap ilmu baik pada tataran ontologis,
epistemologis maupun aksiologi.

2. PEMBAHASAN
2.1. Pengertian Filsafat
Kata falsafah atau filsafat dalam bahasa Indonesia merupakan kata serapan daribahasa Arab,
yang juga diambil dari bahasa Yunani; Φιλοσοφία philosophia. Dalam bahasa ini, kata ini
merupakan kata majemuk dan berasal dari kata-kata philia (= persahabatan, cinta dsb.)
dan sophia (= “kebijaksanaan”). Sehingga arti lughowinya ( secara bahasa) adalah seorang
“pencinta kebijaksanaan”.

Ada juga yang  mengurainya dengan kata philare atau philo yang berarti cinta dalam arti yang
luas yaitu “ingin” dan karena itu lalu berusaha untuk mencapai yang diinginkan
itu. Kemudian dirangkai dengan kata Sophia artinya kebijakan, pandai dan pengertian yang
mendalam. Dengan mengacu pada konsepsi ini maka dipahami bahwa filsafat dapat diartikan
sebagai sebuah perwujudan dari keinginan untuk mencapai pandai dan cinta pada kebijakan.

Perkataan filsafat dalam bahasa Inggris digunakan istilah philosophy yang juga berarti filsafat
yang lazim diterjemahkan sebagai cinta kearifan. Unsur pembentuk kata ini adalah
kata philos dan sophos. Philos maknanya gemar atau cinta dan sophos artinya bijaksana atau
arif (wise). Menurut pengertiannya yang semula dari zaman Yunani Kuno itu filsafat berarti
cinta kearifan. Namun, cakupan pengertian sophia ternyata luas sekali,sophia tidak hanya
berarti kearifan saja, melainkan meliputi pula kebenaran pertama, pengetahuan luas,
kebajikan intelektual, pertimbangan sehat sampai kepandaian pengrajin dan bahkan
kecerdikkan dalam memutuskan soal-soal praktis yang bertumpu pangkal pada konsep-
konsep aktivitas –aktivitas awal yang disebut pseudoilmiah dalam kajian ilmu.

Secara lughowi (bahasa) filsafat berarti cinta kebijaksanaan dan kebenaran. Maksud


sebenarnya adalah pengetahuan tentang ada dari kenyataan-kenyataan yang paling umum dan
kaidah-kaidah realitas serta hakekat manusia dalam segala aspek perilakunya seperti: logika,
etika, estetika dan teori pengetahuan. Maka problem pengertian filsafat dalam hakekatnya
memang merupakan problem falsafi  yang kaya dengan banyak  konsep dan pengertian.

2.2. Hubungan Filsafat dengan Ilmu


Meskipun secara historis antara ilmu dan filsafat pernah merupakan suatu kesatuan, namun
dalam perkembangannya mengalami divergensi, dimana dominasi ilmu lebih kuat
mempengaruhi pemikiran manusia, kondisi ini mendorong pada upaya untuk memposisikan
keduanya secara tepat sesuai dengan batas wilayahnya masing-masing, bukan untuk
mengisolasinya melainkan untuk lebih jernih melihat hubungan keduanya dalam konteks
lebih memahami khazanah intelektual manusia

Harold H. Titus mengakui kesulitan untuk menyatakan secara tegas dan ringkas mengenai
hubungan antara ilmu dan filsafat, karena terdapat persamaan sekaligus perbedaan antara
ilmu dan filsafat, disamping dikalangan ilmuwan sendiri terdapat perbedaan pandangan
dalam hal sifat dan keterbatasan ilmu, dimikian juga dikalangan filsuf terdapat perbedaan
pandangan dalam memberikan makna dan tugas filsafat.
Adapaun persamaan (lebih tepatnya persesuaian) antara ilmu dan filsafat adalah bahwa
keduanya menggunakan berfikir reflektif dalam upaya menghadapi/memahami fakta-fakta
dunia dan kehidupan, terhadap hal-hal tersebut baik filsafat maupun ilmu bersikap kritis,
berpikiran terbuka serta sangat konsen pada kebenaran, Disamping perhatiannya pada
pengetahuan yang terorganisir dan sistematis. Sementara itu perbedaan filsafat dengan ilmu
lebih berkaitan dengan titik tekan, dimana ilmu mengkaji bidang yang terbatas, ilmu lebih
bersifat analitis dan deskriptif dalam pendekatannya, ilmu menggunakan observasi,
eksperimen dan klasifikasi data pengalaman indra serta berupaya untuk menemukan hukum-
hukum atas gejala-gejala tersebut, sedangkan filsafat berupaya mengkaji pengalaman secara
menyeluruh sehingga lebih bersifat inklusif dan mencakup hal-hal umum dalam berbagai
bidang pengalaman manusia, filsafat lebih bersifat sintetis dan sinoptis dan kalaupun analitis
maka analisanya memasuki dimensi kehidupan secara menyeluruh dan utuh, filsafat lebih
tertarik  pada pertanyaan kenapa dan bagaimana dalam mempertanyakan masalah hubungan
antara fakta khusus dengan skema masalah yang lebih luas, filsafat juga mengkaji  hubungan
antara temuan-temuan ilmu  dengan klaim agama, moral serta seni.

Dengan memperhatikan ungkapan di atas nampak bahwa filsafat mempunyai batasan yang
lebih luas dan menyeluruh ketimbang ilmu, ini berarti bahwa apa yang sudah tidak bisa
dijawab oleh ilmu, maka filsafat berupaya mencari jawabannya, bahkan ilmu itu sendiri bisa
dipertanyakan atau dijadikan objek kajian filsafat (Filsafat Ilmu), namun demikian filsafat
dan ilmu mempunyai kesamaan dalam menghadapi objek kajiannya yakni berfikir reflektif
dan sistematis, meski dengan titik tekan pendekatan yang berbeda. Dengan demikian,
Ilmu mengkaji hal-hal yang bersifat empiris dan dapat dibuktikan, filsafat mencoba mencari
jawaban terhadap masalah-masalah yang tidak bisa dijawab oleh Ilmu dan jawabannya
bersifat spekulatif, sedangkan Agama merupakan jawaban terhadap masalah-masalah yang
tidak bisa dijawab oleh filsafat dan jawabannya bersifat mutlak/dogmatis. MenurutSidi
Gazlba (1976), Pengetahuan ilmu lapangannya segala sesuatu yang dapat diteliti (riset
dan/atau eksperimen) ; batasnya sampai kepada yang tidak atau belum dapat dilakukan
penelitian. Pengetahuan filsafat : segala sesuatu yang dapat dipikirkan oleh budi (rasio)
manusia yang alami (bersifat alam) dan nisbi; batasnya ialah batas alam namun demikian ia
juga mencoba memikirkan sesuatu yang diluar alam, yang disebut oleh agama “Tuhan”.
Sementara itu Oemar Amin Hoesin (1964) mengatakan bahwa ilmu memberikan kepada kita
pengetahuan, dan filsafat memberikan hikmat. Dari sini nampak jelas bahwa ilmu dan filsafat
mempunyai wilayah kajiannya sendiri-sendiri.

Meskipun filsafat ilmu mempunyai substansinya yang khas, namun dia merupakan bidang
pengetahuan campuran yang perkembangannya tergantung pada hubungan timbal balik dan
saling pengaruh antara filsafat dan ilmu, oleh karena itu pemahaman bidang filsafat dan
pemahaman ilmu menjadi sangat penting, terutama hubungannya yang bersifat timbal balik,
meski dalam perkembangannya filsafat ilmu itu telah menjadi disiplin yang tersendiri dan
otonom dilihat dari objek kajian dan telaahannya.

2.3. Definisi Filsafat Ilmu


Rosenberg menulis “ Philosophy deals with two sets of questions: First, the questions that
science – physical, biological, social, behavioral –. Second, the questions about why the
sciences cannot answer the first lot of questions”. Dikatakan bahwa  filsafat dibagi  dalam
dua buah pertanyaan utama, pertanyaan pertama adalah persoalan tentang ilmu
(fisika,biologi, social dan budaya) dan yang kedua adalah persoalan tentang duduk perkara
ilmu  yang itu tidak terjawab pada persoalan yang pertama. Dari narasi ini ada dua buah
konsep filsafat yang senantiasa dipertanyakan yakni tentang apa dan bagaimana. Apa itu ilmu
dan bagaimana ilmu itu disusun dan dikembangkan. Ini hal sangat mendasar dalam kajian dan
diskusi ilmiah dan ilmu pengetahuan pada umumnya.yang satu terjawab oleh filsafat dan
yang kedua dijawab oleh kajian filsafat ilmu.

Beberapa penjelasan mengenai filsafat tentang pengetahuan.  Dipertanyakanlah hal-hal


misalnya : Apa itu pengetahuan?  Dari mana asalnya?  Apa ada kepastian dalam pengetahuan,
atau semua hanya hipotesis atau dugaan belaka? Teori pengetahuan menjadi inti diskusi, apa
hakekat pengetahuan, apa unsur-unsur pembentuk pengetahuan, bagaimana menyusun dan
mengelompokkan pengetahuan, apa batas-bataspengetahuan, dan juga apa saja yang menjadi
sasaran dari ilmu pengetahuan. Disinilah filsafat ilmu memfokuskan kajian dan
telaahnya.  Yakni pada sebuah kerangka konseptual yang menyangkut  sebuah system
pengetahuan yang di dalamnya terdapat  hubungan relasional antara, pengetahu /yang
mengetahui (the Knower) dan yang  terketahui /yang diketahui (the known) dan juga antara
pengamat (the observer)  dengan yang diamati (the observed).

Pengertian-pengertian tentang filsafat ilmu, telah banyak dijumpai dalam berbagai buku
maupun karangan ilmiah. Filsafat ilmu adalah segenap pemikiran reflektif terhadap
persoalan-persoalan mengenai segala hal yang menyangkut landasan ilmu maupun hubungan
ilmu dengan segala segi dari kehidupan manusia. Filsafat ilmu merupakan suatu bidang
pengetahuan integrative yang eksistensi dan pemekarannya bergantung pada hubungan
timbal-balik dan saling-pengaruh antara filsafat dan ilmu.

Filsafat ilmu merupakan penerusan pengembangan filsafat pengetahuan. Objek dari filsafat
ilmu adalah ilmu pengetahuan. Oleh karena itu setiap saat ilmu itu berubah mengikuti
perkembangan zaman dan keadaan. Pengetahuan lama menjadi pijakan untuk mencari
pengetahuan baru.
Untuk memahami arti dan makna filsafat ilmu, di bawah ini dikemukakan pengertian filsafat
ilmu dari beberapa ahli yang terangkum dalam  sejumlah literatur kajian Filsafat Ilmu.
        Robert Ackerman “philosophy of science in one aspect as a critique of current scientific
opinions by comparison to proven past views, but such aphilosophy of science is clearly not a
discipline autonomous of actual scientific paractice”. (Filsafat ilmu dalam suatu segi adalah
suatu tinjauan kritis tentang pendapat-pendapat ilmiah dewasa ini dengan perbandingan
terhadap kriteria-kriteria yang dikembangkan dari pendapat-pendapat demikian itu, tetapi
filsafat ilmu jelas bukan suatu kemandirian cabang ilmu dari praktek ilmiah secara aktual.
        Lewis White Beck “Philosophy of science questions and evaluates the methods of scientific
thinking and tries to determine the value and significance of scientific enterprise as a
whole. (Filsafat ilmu membahas dan mengevaluasi metode-metode pemikiran ilmiah serta
mencoba menemukan dan pentingnya upaya ilmiah sebagai suatu keseluruhan)
        Cornelius Benjamin “That philosopic disipline which is the systematic study of the nature of
science, especially of its methods, its concepts and presuppositions, and its place in the
general scheme of intellectual discipines. (Cabang pengetahuan filsafati yang merupakan
telaah sistematis mengenai ilmu, khususnya metode-metodenya, konsep-konsepnya dan
praanggapan-praanggapan, serta letaknya dalam kerangka umum cabang-cabang pengetahuan
intelektual.)
        Michael V. Berry “The study of the inner logic if scientific theories, and the relations
between experiment and theory, i.e. of scientific methods”. (Penelaahan tentang logika
interen dari teori-teori ilmiah dan hubungan-hubungan antara percobaan dan teori, yakni
tentang metode ilmiah)
        May Brodbeck “Philosophy of science is the ethically and philosophically neutral analysis,
description, and clarifications of science.” (Analisis yang netral secara etis dan filsafati,
pelukisan dan penjelasan mengenai landasan–landasan ilmu.
        Peter Caws “Philosophy of science is a part of philosophy, which attempts to do for science
what philosophy in general does for the whole of human experience. Philosophy does two
sorts of thing: on the other hand, it constructs theories about man and the universe, and
offers them as grounds for belief and action; on the other, it examines critically everything
that may be offered as a ground for belief or action, including its own theories, with a view to
the elimination of inconsistency and error. (Filsafat ilmu merupakan suatu bagian filsafat,
yang mencoba berbuat bagi ilmu apa yang filsafat seumumnya melakukan pada seluruh
pengalaman manusia. Filsafat melakukan dua macam hal : di satu pihak, ini membangun
teori-teori tentang manusia dan alam semesta, dan menyajikannya sebagai landasan-landasan
bagi keyakinan dan tindakan; di lain pihak, filsafat memeriksa secara kritis segala hal yang
dapat disajikan sebagai suatu landasan bagi keyakinan atau tindakan, termasuk teori-teorinya
sendiri, dengan harapan pada penghapusan ketakajegan dan kesalahan
        Stephen R. Toulmin “As a discipline, the philosophy of science attempts, first, to elucidate
the elements involved in the process of scientific inquiry observational procedures, patens of
argument, methods of representation and calculation, metaphysical presuppositions, and so
on and then to veluate the grounds of their validity from the points of view of formal logic,
practical methodology and metaphysics”. (Sebagai suatu cabang ilmu, filsafat ilmu mencoba
pertama-tama menjelaskan unsur-unsur yang terlibat dalam proses penyelidikan ilmiah
prosedur-prosedur pengamatan, pola-pola perbincangan, metode-metode penggantian dan
perhitungan, pra-anggapan-pra-anggapan metafisis, dan seterusnya dan selanjutnya menilai
landasan-landasan bagi kesalahannya dari sudut-sudut tinjauan logika formal, metodologi
praktis, dan metafisika).

Dari paparan pendapat para pakar dapat disimpulkan  bahwa pengertian filsafat ilmu itu
mengandung konsepsi dasar yang mencakup hal-hal sebagai berikut:
1)             sikap kritis dan evaluatif terhadap kriteria-kriteria ilmiah
2)             sikap sitematis berpangkal pada metode ilmiah
3)             sikap analisis obyektif, etis dan falsafi atas landasan ilmiah
4)             sikap konsisten dalam bangunan teori serta tindakan  ilmiah

Selanjutnya John Losee dalam bukunya yang berjudul, A Historical Introduction to the
Philosophy of Science, Fourth edition,  mengungkapkan bahwa :  The philosopher of science
seeks answers to such questions as:
                What characteristics distinguish scientific inquiry from other types of investigation?
                What procedures should scientists follow in investigating nature?
                What conditions must be satisfied for a scientific explanation to be correct?
                What is the cognitive status of scientific laws and principles?

Dari ungkapan tersebut terdapat sebuah konsep bahwa tugas dari pemikir filsafat ilmu
itu  untuk menjawab dan menyelesaikan persoalan persoalan yang menyangkut: pertama, apa
yang menjadi perbedaaan ilmiah karakteristik type masing – masing ilmu antara satu ilmu
dengan ilmu lainnya  melalu penelitian.Kedua  Prosedur apa yang harus dilakukan secara
ilmiah dalam melakukan penelitian atas kenyataan yang terjadi di alam?, Ketiga apa
yang  mestinya dilakukan dalam mendapatkan penjelasan ilmiah  untuk melakukan penelitian
dan eksperimen itu ? Dan keempat  apakah teori itu dapat diambil sebagai konsep dan
prinsip-prinsip ilmiah?.
Sehingga sketsa filsafat ilmu dapat di gambarkan dalam bentuk tabel sebagai berikut:
Level Disciplin Subject-matter
2 Philosophyof Analysis of the Procedures and Logic of
Science Scientific Explanation
1 Science Explanation of Facts
0 Facts

Dengan memperhatikan tabel diatas secara jelas ditampilkan bahwa filsafat ilmu menempati
level ke-2 sedangkan ilmu (science) pada level pertama dan semuanya pada satu pangkal
pokok yakni fakta (kenyataan) menjadi basis utama bangunan segala disiplin ilmu. Kalau
ilmu itu menjelaskan Fakta sementara filsafat ilmu itu subyek materinya adalah menganalisa
prosedur-prosedur logis dari ilmu (Analysis of the Procedures and Logic of Scientific
Explanation).
2.4. Lingkup Filsafat Ilmu
Berdasarkan pendapat di atas kita memperoleh gambaran bahwa filsafat ilmu merupakan
telaah kefilsafatan yang ingin menjawab pertanyaan mengenai hakikat ilmu, yang ditinjau
dari segi ontologis, epistemelogis maupun aksiologisnya. Dengan kata lain filsafat ilmu
merupakan bagian dari epistemologi (filsafat pengetahuan) yang secara spesifik mengakaji
hakikat ilmu, seperti :
 Obyek apa yang ditelaah ilmu ? Bagaimana ujud yang hakiki dari obyek tersebut?
Bagaimana hubungan antara obyek tadi dengan daya tangkap manusia yang membuahkan
pengetahuan ? (Landasan ontologis)
 Bagaimana proses yang memungkinkan ditimbanya pengetahuan yang berupa ilmu?
Bagaimana prosedurnya? Hal-hal apa yang harus diperhatikan agar mendakan pengetahuan
yang benar? Apakah kriterianya? Apa yang disebut kebenaran itu? Adakah kriterianya?
Cara/teknik/sarana apa yang membantu kita dalam mendapatkan pengetahuan yang berupa
ilmu? (Landasan epistemologis)
 Untuk apa pengetahuan yang berupa ilmu itu dipergunakan? Bagaimana kaitan antara
cara penggunaan tersebut dengan kaidah-kaidah moral? Bagaimana penentuan obyek yang
ditelaah berdasarkan pilihan-pilihan moral ? Bagaimana kaitan antara teknik prosedural yang
merupakan operasionalisasi metode ilmiah dengan norma-norma moral/profesional ?
(Landasan aksiologis).

Sedangkan di dalam introduction-nya  Stathis Psillos and martin Curd  menjelaskan bahwa


filsafat ilmu secara umum mempunyai tugas menjawab pertanyaan – pertanyaan yang
meliputi :
 Apa tujuan dari ilmu  dan apa itu metode ? jelasnya apakah ilmu itu bagaimana
membedakan ilmu dengan yang bukan ilmu (non science) dan juga pseudoscience?
 Bagaimana teori ilmiah dan hubungannya dengan dunia secara luas ? bagaiman
konsep teoritik itu dapat lebih bermakna dan bermanfaat kemudian dapat dihubungkan
dengan penelitian dan observasi ilmiah?
 Apa saja yang membangun struktur teori dan konsep-konsep seperti
misalnya  causation(sebab-akibat dan illat), eksplanasi (penjelasan), konfirmasi, teori,
eksperimen, model, reduksi dan sejumlah probabilitas-probalitasnya?.
 Apa saja aturan – aturan dalam pengembangan ilmu? Apa fungsi eksperimen ? apakah
ada kegunaan dan memiliki nilai  (yang mencakup kegunaan epistemic atau pragmatis) dalam
kebijakan  dan bagaimana semua itu dihubungkan dengan kehidupan social, budaya dan
factor-faktor gender?
Dari paparan ini dipertegas bahwa filsafat ilmu itu memiliki lingkup pembahasan yang
meliputi: cakupan pembahasan landasan ontologis ilmu, pembahasan mengenai landasan
epistemologi ilmu, dan pembahasan mengenai landasan aksiologis dari sebuah ilmu.
2.5. Obyek Material dan Obyek Formal Filsafat Ilmu
Ilmu filsafat memiliki obyek material dan obyek formal.  Obyek material adalah apa yang
dipelajari dan dikupas sebagai bahan (materi) pembicaraan. Objek material adalah objek yang
di jadikan sasaran menyelidiki oleh suatu ilmu, atau objek yang dipelajari oleh ilmu itu.
Objek material filsafat illmu adalah pengetahuan itu sendiri, yakni pengetahuan ilmiah
(scientific knowledge) pengetahuan yang telah di susun secara sistematis dengan metode
ilmiah tertentu, sehingga dapat di pertanggung jawabkan kebenarannya secara umum.
Obyek formal adalah cara pendekatan yang dipakai atas obyek material, yang sedemikian
khas sehingga mencirikan atau mengkhususkan bidang kegiatan yang bersangkutan. Jika cara
pendekatan itu logis, konsisten dan efisien, maka dihasilkanlah sistem filsafat ilmu.
Filsafat berangkat dari pengalaman konkret manusia dalam dunianya.  Pengalaman manusia
yang sungguh kaya dengan segala sesuatu yang tersirat ingin dinyatakan secara tersurat.
Dalam proses itu intuisi  (merupakan hal yang ada dalam setiap pengalaman) menjadi basis
bagi proses abstraksi, sehingga yang tersirat dapat diungkapkan menjadi tersurat.
Dalam filsafat, ada filsafat pengetahuan. "Segala manusia ingin mengetahui", itu kalimat
pertama Aristoteles dalam Metaphysica. Obyek materialnya adalah gejala "manusia
tahu".  Tugas filsafat ini adalah menyoroti gejala itu berdasarkan sebab-musabab pertamanya.
Filsafat menggali "kebenaran" (versus "kepalsuan"), "kepastian" (versus "ketidakpastian"),
"obyektivitas" (versus "subyektivitas"), "abstraksi", "intuisi", dari mana asal pengetahuan dan
kemana arah pengetahuan.  Pada gilirannya gejala ilmu-ilmu pengetahuan menjadi obyek
material juga, dan kegiatan berfikir itu (sejauh dilakukan menurut sebab-musabab pertama)
menghasilkan filsafat ilmu pengetahuan.  Kekhususan gejala ilmu pengetahuan terhadap
gejala pengetahuan dicermati dengan teliti.  Kekhususan itu terletak dalam cara kerja atau
metode yang terdapat dalam ilmu-ilmu pengetahuan.
Jadi, dapat dikatakan bahwa Objek formal adalah sudut pandang dari mana sang subjek
menelaah objek materialnya. Yang menyangkut asal usul, struktur, metode, dan validitas
ilmu. Objek formal filsafat ilmu adalah hakikat (esensi) ilmu pengetahuan artinya filsafat
ilmu lebih menaruh perhatian terhadap problem mendasar ilmu pengetahuan, seperti apa
hakikat ilmu pengetahuan, bagaimana cara memperoleh kebenaran ilmiah dan apa fungsi
ilmu itu bagi manusia.

2.6. Problema Filsafat Ilmu


Problem filsafat Ilmu dibicarakan sejajar dengan diskusi yang berkaitan dengan landasan
pengembangan ilmu pengetahuan yakni landasan ontologis, epistemologis dan aksiologis.
Untuk Telaah tentang problema substansi Filsafat Ilmu,  yaitu substansi yang berkenaan
dengan: (1) fakta atau kenyataan, (2) kebenaran (truth), (3) konfirmasi dan (4) logika
inferensi.
Permasalahan atau problema  filsafat ilmu  mancakup ; pertama Problem  ontologi
ilmu;  perkembangan  dan kebenaran Ilmu sesungguhnya bertumpu pada landasan ontologis
(‘apa yang terjadi’ eksistensi  suatu  entitas) Kedua, Problem  epistemologi; adalah bahasan
tentang asal muasal, sifat alami, batasan (konsep), asumsi, landasan berfikir, validitas,
reliabilitas sampai soal kebenaran (bagaimana ilmu diturunkan –metoda untuk menghasilkan
kebenaran) Ketiga, Problem  aksiologi;  implikasi etis, aspek estetis, pemaparan serta
penafsiran mengenai peranan (manfaat) ilmu  dalam peradaban manusia. Ketiganya
digunakan sebagai landasan penelaahan ilmu.
2.7. Tujuan Filsafat Ilmu
         Filsafat ilmu sebagai sarana pengujian penalaran ilmiah, sehingga orang menjadi kritis dan
cermat terhadap kegiatan ilmiah. Maksudnya seorang ilmuwan harus memiliki sikap kritis
terhadap bidang ilmunya sendiri, sehingga dapat menghindarkan diri dari sikap solipsistik,
menganggap bahwa hanya pendapatnya yang paling benar.
         Filsafat ilmu merupakan usaha merefleksi, menguji, mengkritik asumsi dan metode
keilmuan. Sebab kecenderungan yang terjadi di kalangan ilmuwan modern adalah
menerapkan suatu metode ilmiah  tanpa memperhatikan struktur ilmu pengetahuan itu
sendiri. Satu sikap yang diperlukan disini adalah menerapkan metode ilmiah yang sesuai atau
cocok dengan struktur ilmu pengetahuan, bukan sebaliknya. Metode hanya saran berpikir,
bukan merupakan hakikat ilmu pengetahuan.
         Filsafat ilmu memberikan pendasaran logis terhadap metode keilmuan. Setiap metode ilmiah
yang dikembangkan harus dapat dipertanggungjawabkan secara logis-rasional, agar dapat
dipahami dan dipergunakan secara umum. Semakin luas penerimaan dan penggunaan metode
ilmiah, maka semakin valid metode tersebut. Pembahasan mengenai hal ini dibicarakan
dalam metodologi, yaitu ilmu yang mempelajari tentang cara-cara untuk memperoleh
kebenaran.
         Mendalami unsur-unsur pokok ilmu, sehingga secara menyeluruh kita bisa memahami,
sumber, hakekat, dan tujuan ilmu.
         Memahami sejarah pertumbuhan, perkembangan dan kemajuan ilmu di berbagai bidang,
sehingga kita mendapat gambaran tentang proses ilmu kontemporer secra historis.
         Menjadi pedoman bagi para dosen dan mahasiswa dalam mendalami studi di perguruan
tinggi, terutama untuk membedakan persoalan yang ilmiah dan non ilmiah.
         Mendorong pada calon ilmuwan dan iluman untuk konsisten dalam mendalami ilmu dan
mengembangkannya.
         Mempertegas bahwa dalam persoalan sumber dan tujuan antara ilmu dan agama tidak ada
pertentangan.
         Memahami dampak kegiatan ilmiah (penelitian) yang berupa teknologi ilmu (misalnya alat
yang digunakan oleh bidang medis, teknik, komputer) dengan masyarakat yaitu berupa
tanggung jawab dan implikasi etis. Contoh dampak tersebut misalnya
masalaheuthanasia dalam dunia kedokteran masih sangat dilematis dan problematik,
penjebolan terhadap sistem sekuriti komputer, pemalsuan terhadap hak atas kekayaaan
intelektual (HAKI) , plagiarisme dalam karya ilmiah.

2.8. Manfaat Filsafat Ilmu


Adapun manfaat dari mempelajari filsafat ilmu, yaitu :
1.      Menyadarkan seorang ilmuwan agar tidak terjebak ke dalam pola pikir “menara
gading”yakni hanya berpikir murni dalam bidangnya  tanpa mengaitkannya dengan
kenyataan yang ada di luar dirinya. Padahal setiap aktivitas keilmuwan nyarisnyaris tidak
dapat dilepaskan dalam konteks kehidupan sosial kemasyarakatan. Jadi filsafat ilmu
diperlukan kehadirannya di tengah perkembangan IPTEK yang ditandai semakin
menajamnya spesialisasi ilmu pengetahuan. Sebab dengan mempelajari filsafat ilmumaka
para ilmuwan akan menyadari keterbatasan dirinya dan tidak terperangkap ke dalam sikap
arogansi intelektual. Hal yang diperlukan adalah sikap keterbukaan diri di kalangan ilmuwan
sehingga mereka dapat saling menyapa dan mengarahkan seluruh potensi keilmuan yang
dimilikinya untuk kepentingan umat manusia.
2.      Mengembangkan ilmu, teknologi dan perindustrian dalam batasan nilai ontologis. Melalui
paradigma ontologism diharapkan dapat mendorong pertumbuhan wawasan spiritual
keilmuan yang mampu mengatasi bahaya sekularisme segala ilmu.
3.      Mengembangkan ilmu, teknologi dan pertindustrian dalam batasan nilai epistemologis.
Melalaui paradigma epistemologis diharapkan akan mendorong pertumbuhan wawasan
intelektual keilmuan yang mampu membentuk sikap ilmiah.
4.      Mengembangkan ilmu, teknologi dan perindustrian dalam batasan akiologi. Melalui
paradigma aksiologis diharapkan dapat menumbuhkembangkan nilai-nilai etis, serta
mendorong perilaku adil dan membentuk moral tanggung jawab. Segala macam ilmu dan
teknologi dipertanggung jawabkan bukan unntuk kepentingan manusia, namun juga untuk
kepentingan obyek semua sebagai sumber kehidupan.
5.      Menambah pandangan dan cakrawala yang lebih luas agar tidak berpikir dan bersikap sempit
dan tertutup.
6.      Menjadikan diri bersifat dinamis dan terbuka dalam menghadapi berbagai problem.
7.      Menyadari akan kedudukan manusia baik sebagai pribadimaupun dalam hubungannya
dengan orang lain, alam sekitar,dan Tuhan YME.
8.      Filsafat ilmu bermanfaat untuk menjelaskan keberadaan manusia di dalam mengembangkan
ilmu pengetahuan dan teknologi yang merupakan alat untuk membuat hidup menjadi lebih
baik
9.      Filsafat ilmu bermanfaat untuk membangun diri kita sendiri dengan berpikir secara radikal
(berpikir sampai ke akar-akarnya), kita mengalami dan menyadari keberadaan kita.
10.  Filsafat ilmu memberikan kebiasaan dan kebijaksanaan untuk memandang dan memecahkan
persoalan-persoalan dalam kehidupan sehari-hari. Orang yang hidup secara dangkal saja,
tidak mudah melihat persoalan-persoalan, apalagi melihat pemecahannya.
11.  Filsafat ilmu memberikan pandangan yang luas, sehingga dapat membendung egoisme dan
ego-sentrisme (dalam segala hal hanya melihat dan mementingkan kepentingan dan
kesenangan diri sendiri).
12.  Filsafat ilmu mengajak untuk berpikir secara radikal, holistik dan sistematis, hingga kita tidak
hanya ikut-ikutan saja, mengikuti pada pandangan umum, percaya akan setiap semboyan
dalam surat-surat kabar, tetapi secara kritis menyelidiki apa yang dikemukakan orang,
mempunyai pendapat sendiri, dengan cita-cita mencari kebenaran.
13.  Filsafat ilmu memberikan dasar-dasar, baik untuk hidup kita sendiri (terutama dalam etika)
maupun untuk ilmu-ilmu pengetahuan dan lainnya, seperti sosiologi, ilmu jiwa, ilmu
mendidik, dan sebagainya.
14.  Filsafat ilmu bermanfaat sebagai pembebas. Filsafat bukan hanya sekedar mendobrak pintu
penjara tradisi dan kebiasaan yang penuh dengan berbagai mitos dan mite, melainkan juga
merenggut manusia keluar dari penjara itu. Filsafat ilmu membebaskan manusia dari
belenggu cara berpikir yang mistis dan dogma.
15.  Filsafat ilmu membantu agar seseorang mampu membedakan persoalan yang ilmiah dengan
yang tidak ilmiah.
16.  Filsafat ilmu memberikan landasan historis-filosofis bagi setiap kajian disiplin ilmu yang
ditekuni.
17.  Filsafat ilmu memberikan nilai dan orientasi yang jelas bagi setiap disiplin ilmu.
18.  Filsafat ilmu memberikan petunjuk dengan metode pemikiran reflektif dan penelitian
penalaran supaya manusia dapat menyerasikan antara logika, rasio, pengalaman, dan agama
dalam usaha mereka dalam pemenuhan kebutuhannya untuk mencapai hidup yang sejahtera.
19.  Filsafat ilmu memberikan pendasaran logis terhadap metode keilmuan. Setiap metode ilmiah
yang dikembangkan harus dapat dipertanggungjawabkan secara logis-rasional, agar dapat
dipahami dan dipergunakan secara umum.
20. Menghindarkan diri dari memutlakan kebenaran ilmiah, dan menganggap bahwa ilmu
sebagai satu-satunya cara memperoleh kebenaran
21. Menghidarkan diri dari egoisme ilmiah, yakni tidak menghargai sudut pandang lain di
luar bidang ilmunya.

2.9. Pentingnya Belajar Filsafat Ilmu Bagi Mahasiswa


Belajar filsafat ilmu bagi mahasiswa sangat penting, karena beberapa manfaat yang dapat
dirasakan, antara lain :
1.      Dengan mempelajari filsafat ilmu diharapkan mahasiswa semakin kritis dalam sikap
ilmiahnya. Mahasiswa sebagai insan kampus diharapkan untuk untuk berpikir kritis terhadap
berbagai macam teori yang dipelajarinya di ruang kuliah maupun dari sumber-sumber
lainnya.
2.      Mempelajari filsafat ilmu mendatangkan kegunaan bagi para mahasiswa sebagai calon
ilmuwan untuk mendalami metode ilmiah dan untuk melakukan penelitian ilmiah. Dengan
mempelajari filsafat ilmu diharapkan mereka memiliki pemahaman yang utuh mengenai ilmu
dan mampu menggunakan pengetahuan tersebut sebagai landasan dalam proses pembelajaran
dan penelitian ilmiah.
3.      Mempelajari filsafat ilmu memiliki manfaat praktis. Setelah mahasiswa lulus dan bekerja,
mereka pasti berhadapan denagn berbagai masalah dalam pekerjaannya. Untuk memecahkan
masalah diperlukan kemempuan berpikir kritis dalam menganalisis berbagai hal yang
berhubungan dengan masalah yang dihadapi. Dalam konteks inilah pengalaman mempelajari
filsafat ilmu diterapkan.
4.      Membiasakan diri untuk bersikap logis-rasional dalam Opini & argumentasi yang
dikemukakan.
5.      Mengembangkan semangat toleransi dalam perbedaan pandangan (pluralitas). Karena para
ahli filsafat tidak pernah memiliki satu pendapat, baik dalam isi, perumusan permasalahan
maupun penyusunan jawabannya.
6.      Mengajarkan cara berpikir yang cermat dan tidak kenal lelah.

3. KESIMPULAN
3.1. Kesimpulan
      Pengertian Filsafat

Filsafat berarti cinta kebijaksanaan dan kebenaran


      Hubungan Filsafat dengan Ilmu

Ilmu mengkaji hal-hal yang bersifat empiris dan dapat dibuktikan, filsafat mencoba mencari


jawaban terhadap masalah-masalah yang tidak bisa dijawab oleh ilmu dan jawabannya
bersifat spekulatif,
      Definisi Filsafat Ilmu

Filsafat ilmu adalah segenap pemikiran reflektif terhadap persoalan-persoalan mengenai


segala hal yang menyangkut landasan ilmu maupun hubungan ilmu dengan segala segi dari
kehidupan manusia. Filsafat ilmu merupakan suatu bidang pengetahuan integratif yang
eksistensi dan pemekarannya bergantung pada hubungan timbal-balik dan saling-pengaruh
antara filsafat dan ilmu.
      Objek filsafat ilmu

           Objek material filsafat ilmu adalah ilmu dengan segala gejalanya manusia untuk tahu.
           Objek  formal  filsafat  ilmu adalah  ilmu atas dasar  tinjauan  filosofis, yaitu secara
ontologis, epistemologis, dan aksiologis dengan berbagai gejala dan upaya pendekatannya.  
      Lingkup dan problema substansi filsafat ilmu

Cakupannya pembahasan tentang problema substansi landasan ontologis ilmu, epistemologi


ilmu, dan pembahasan mengenai landasan aksiologis dari sebuah ilmu.
      Tujuan Filsafat Ilmu

         Filsafat ilmu sebagai sarana pengujian penalaran ilmiah, sehingga orang menjadi kritis dan
cermat terhadap kegiatan ilmiah. Maksudnya seorang ilmuwan harus memiliki sikap kritis
terhadap bidang ilmunya sendiri, sehingga dapat menghindarkan diri dari sikap solipsistik,
menganggap bahwa hanya pendapatnya yang paling benar.
         Filsafat ilmu merupakan usaha merefleksi, menguji, mengkritik asumsi dan metode
keilmuan. Sebab kecenderungan yang terjadi di kalangan ilmuwan modern adalah
menerapkan suatu metode ilmiah  tanpa memperhatikan struktur ilmu pengetahuan itu
sendiri. Satu sikap yang diperlukan disini adalah menerapkan metode ilmiah yang sesuai atau
cocok dengan struktur ilmu pengetahuan, bukan sebaliknya. Metode hanya saran berpikir,
bukan merupakan hakikat ilmu pengetahuan.
         Filsafat ilmu memberikan pendasaran logis terhadap metode keilmuan. Setiap metode ilmiah
yang dikembangkan harus dapat dipertanggungjawabkan secara logis-rasional, agar dapat
dipahami dan dipergunakan secara umum. Semakin luas penerimaan dan penggunaan metode
ilmiah, maka semakin valid metode tersebut. Pembahasan mengenai hal ini dibicarakan
dalam metodologi, yaitu ilmu yang mempelajari tentang cara-cara untuk memperoleh
kebenaran.
         Mendalami unsur-unsur pokok ilmu, sehingga secara menyeluruh kita bisa memahami,
sumber, hakekat, dan tujuan ilmu.
         Memahami sejarah pertumbuhan, perkembangan dan kemajuan ilmu di berbagai bidang,
sehingga kita mendapat gambaran tentang proses ilmu kontemporer secra historis.
         Menjadi pedoman bagi para dosen dan mahasiswa dalam mendalami studi di perguruan
tinggi, terutama untuk membedakan persoalan yang ilmiah dan non ilmiah.
         Mendorong pada calon ilmuwan dan iluman untuk konsisten dalam mendalami lmu dan
mengembangkannya.
         Mempertegas bahwa dalam persoalan sumber dan tujuan antara ilmu dan agama tidak ada
pertentangan.
         Memahami dampak kegiatan ilmiah (penelitian) yang berupa teknologi ilmu (misalnya alat
yang digunakan oleh bidang medis, teknik, komputer) dengan masyarakat yaitu berupa
tanggung jawab dan implikasi etis. Contoh dampak tersebut misalnya
masalah euthanasia dalam dunia kedokteran masih sangat dilematis dan problematik,
penjebolan terhadap sistem sekuriti komputer, pemalsuan terhadap hak atas kekayaaan
intelektual (HAKI) , plagiarisme dalam karya ilmiah.
      Manfaat Filsafat Ilmu

           Menyadarkan seorang ilmuwan agar tidak terjebak ke dalam pola pikir “menara
gading”yakni hanya berpikir murni dalam bidangnya  tanpa mengaitkannya dengan
kenyataan yang ada di luar dirinya. Padahal setiap aktivitas keilmuwan nyarisnyaris tidak
dapat dilepaskan dalam konteks kehidupan sosial kemasyarakatan. Jadi filsafat ilmu
diperlukan kehadirannya di tengah perkembangan IPTEK yang ditandai semakin
menajamnya spesialisasi ilmu pengetahuan. Sebab dengan mempelajari filsafat ilmumaka
para ilmuwan akan menyadari keterbatasan dirinya dan tidak terperangkap ke dalam sikap
arogansi intelektual. Hal yang diperlukan adalah sikap keterbukaan diri di kalangan ilmuwan
sehingga mereka dapat saling menyapa dan mengarahkan seluruh potensi keilmuan yang
dimilikinya untuk kepentingan umat manusia.
           Mengembangkan ilmu, teknologi dan perindustrian dalam batasan nilai ontologis. Melalui
paradigma ontologism diharapkan dapat mendorong pertumbuhan wawasan spiritual
keilmuan yang mampu mengatasi bahaya sekularisme segala ilmu.
           Mengembangkan ilmu, teknologi dan pertindustrian dalam batasan nilai epistemologis.
Melalaui paradigma epistemologis diharapkan akan mendorong pertumbuhan wawasan
intelektual keilmuan yang mampu membentuk sikap ilmiah.
           Mengembangkan ilmu, teknologi dan perindustrian dalam batasan akiologi. Melalui
paradigma aksiologis diharapkan dapat menumbuhkembangkan nilai-nilai etis, serta
mendorong perilaku adil dan membentuk moral tanggung jawab. Segala macam ilmu dan
teknologi dipertanggung jawabkan bukan unntuk kepentingan manusia, namun juga untuk
kepentingan obyek semua sebagai sumber kehidupan.
           Menambah pandangan dan cakrawala yang lebih luas agar tidak berpikir dan bersikap sempit
dan tertutup.
           Menjadikan diri bersifat dinamis dan terbuka dalam menghadapi berbagai problem.
           Menyadari akan kedudukan manusia baik sebagai pribadimaupun dalam hubungannya
dengan orang lain, alam sekitar,dan Tuhan YME.
           Filsafat ilmu bermanfaat untuk menjelaskan keberadaan manusia di dalam mengembangkan
ilmu pengetahuan dan teknologi yang merupakan alat untuk membuat hidup menjadi lebih
baik
           Filsafat ilmu bermanfaat untuk membangun diri kita sendiri dengan berpikir secara radikal
(berpikir sampai ke akar-akarnya), kita mengalami dan menyadari keberadaan kita.
           Filsafat ilmu memberikan kebiasaan dan kebijaksanaan untuk memandang dan memecahkan
persoalan-persoalan dalam kehidupan sehari-hari. Orang yang hidup secara dangkal saja,
tidak mudah melihat persoalan-persoalan, apalagi melihat pemecahannya.
           Filsafat ilmu memberikan pandangan yang luas, sehingga dapat membendung egoisme dan
ego-sentrisme (dalam segala hal hanya melihat dan mementingkan kepentingan dan
kesenangan diri sendiri).
           Filsafat ilmu mengajak untuk berpikir secara radikal, holistik dan sistematis, hingga kita
tidak hanya ikut-ikutan saja, mengikuti pada pandangan umum, percaya akan setiap
semboyan dalam surat-surat kabar, tetapi secara kritis menyelidiki apa yang dikemukakan
orang, mempunyai pendapat sendiri, dengan cita-cita mencari kebenaran.
           Filsafat ilmu memberikan dasar-dasar, baik untuk hidup kita sendiri (terutama dalam etika)
maupun untuk ilmu-ilmu pengetahuan dan lainnya, seperti sosiologi, ilmu jiwa, ilmu
mendidik, dan sebagainya.
           Filsafat ilmu bermanfaat sebagai pembebas. Filsafat bukan hanya sekedar mendobrak pintu
penjara tradisi dan kebiasaan yang penuh dengan berbagai mitos dan mite, melainkan juga
merenggut manusia keluar dari penjara itu. Filsafat ilmu membebaskan manusia dari
belenggu cara berpikir yang mistis dan dogma.
           Filsafat ilmu membantu agar seseorang mampu membedakan persoalan yang ilmiah dengan
yang tidak ilmiah.
           Filsafat ilmu memberikan landasan historis-filosofis bagi setiap kajian disiplin ilmu yang
ditekuni.
           Filsafat ilmu memberikan nilai dan orientasi yang jelas bagi setiap disiplin ilmu.
           Filsafat ilmu memberikan petunjuk dengan metode pemikiran reflektif dan penelitian
penalaran supaya manusia dapat menyerasikan antara logika, rasio, pengalaman, dan agama
dalam usaha mereka dalam pemenuhan kebutuhannya untuk mencapai hidup yang sejahtera.
           Filsafat ilmu memberikan pendasaran logis terhadap metode keilmuan. Setiap metode ilmiah
yang dikembangkan harus dapat dipertanggungjawabkan secara logis-rasional, agar dapat
dipahami dan dipergunakan secara umum.
           Menghindarkan diri dari memutlakan kebenaran ilmiah, dan menganggap bahwa ilmu
sebagai satu-satunya cara memperoleh kebenaran
           Menghidarkan diri dari egoisme ilmiah, yakni tidak menghargai sudut pandang lain di luar
bidang ilmunya.
      Pentingnya Belajar Filsafat Ilmu Bagi Mahasiswa

           Dengan mempelajari filsafat ilmu diharapkan mahasiswa semakin kritis dalam sikap
ilmiahnya. Mahasiswa sebagai insan kampus diharapkan untuk untuk berpikir kritis terhadap
berbagai macam teori yang dipelajarinya di ruang kuliah maupun dari sumber-sumber
lainnya.
           Mempelajari filsafat ilmu mendatangkan kegunaan bagi para mahasiswa sebagai calon
ilmuwan untuk mendalami metode ilmiah dan untuk melakukan penelitian ilmiah. Dengan
mempelajari filsafat ilmu diharapkan mereka memiliki pemahaman yang utuh mengenai ilmu
dan mampu menggunakan pengetahuan tersebut sebagai landasan dalam proses pembelajaran
dan penelitian ilmiah.
           Mempelajari filsafat ilmu memiliki manfaat praktis. Setelah mahasiswa lulus dan bekerja,
mereka pasti berhadapan denagn berbagai masalah dalam pekerjaannya. Untuk memecahkan
masalah diperlukan kemempuan berpikir kritis dalam menganalisis berbagai hal yang
berhubungan dengan masalah yang dihadapi. Dalam konteks inilah pengalaman mempelajari
filsafat ilmu diterapkan.
           Membiasakan diri untuk bersikap logis-rasional dalam opini & argumentasiyang
dikemukakan.
           Mengembangkan semangat toleransi dalam perbedaan pandangan (pluralitas). Karena para
ahli filsafat tidak pernah memiliki satu pendapat, baik dalam isi, perumusan permasalahan
maupun penyusunan jawabannya.
           Mengajarkan cara berpikir yang cermat dan tidak kenal lelah.

Anda mungkin juga menyukai